Anda di halaman 1dari 16

‫‪Hadits Arbain ke 18:‬‬

‫& ‪Takwa kepada Allah‬‬


‫‪Akhlak yang Terpuji‬‬
‫;‪Imam Nawawi‬‬
‫‪DR Musthafa Dieb al-Bugha Muhyidin Mistu‬‬

‫َع ْن َأيِب َذ ّر ُجنْدُ ْب ْب ِن ُجنَا َد َة َوَأيِب َع ْب ِد َّالرمْح َ ِن ُم َعاذ ْبن َج َب ٍل َريِض َ ُ‬


‫هللا‬
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل ‪ِ :‬ات َِّق َ‬
‫هللا َح ْيثُ َما ُك ْن َت‪،‬‬ ‫هللا صىَّل ُ‬ ‫َعهْن ُ َما َع ْن َر ُس ْو ِل ِ‬
‫السيَِّئ َة الْ َح َسنَ َة تَ ْم ُحهَا‪َ ،‬وخَا ِل ِق النَّ َاس خِب ُ لُ ٍق َح َس ٍن‬
‫َوَأتْ ِبع ِ َّ‬
[‫]رواه الرتمذي وقال حديث حسن ويف بعض النسخ حسن صحيح‬
Terjemah hadits / ‫ ترجمة الحديث‬:

Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman


Mu’adz bin Jabal ra, keduanya berkata, Rasulullah saw.
bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu
berada. Iringilah kesalahanmu dengan berbuat baik, niscaya
kebaikan itu menghapusnya. Dan pergaulilah manusia dengan
akhlak yang terpuji.”

(HR Tirmidzi. Dia berkata “hadits ini hasan”. Bahkan beberapa


kitab menyebutkan, hadits ini hasan shahih)

SABABUL WURUD (LATAR BELAKANG HADITS)

Pesan Rasulullah saw. yang ditujukan kepada Abu Dzar ra. dan
Mu’adz ini, disebutkan melalui berbagai jalur dan berbagai
kesempatan, di antaranya:

1. Ibnu Abdul Bar meriwayatkan dari Anas ra. bahwa Nabi saw.
mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman, lalu beliau bersabda:
“Ya Mu’adz bertakwalah kamu kepada Allah, pergaulilah
manusia dengan akhlak yang terpuji. Jika kamu melihat
kesalahan ikutilah dengan kebaikan. Mu’adz lalu berkata:
“Ya Rasulallah, [ucapan] tidak ada Tuhan selain Allah
termasuk kebaikan?” Rasulullah saw. menjawab: “Kalimat
itu merupakan kebaikan yang paling tinggi derajatnya.”

2. Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Dzar ra. berkata kepada


Rasulullah saw.,

“Wahai Rasulallah, ajarkanlah kepadaku suatu perbuatan


yang bisa mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari
neraka.” Rasulullah saw. menjawab: “Jika kamu melakukan
kejelekan, maka lakukanlah kebaikan. Karena kebaikan
tersebut akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.”
Saya berkata: “Wahai Rasulallah, apakah kalimat Laa ilaaHa
illallaaH termasuk kebaikan?” Rasulullah saw. menjawab,
“Kalimat tersebut kebaikan yang paling tinggi derajatnya.”

KANDUNGAN HADITS
1. Manusia adalah khalifah di muka bumi

Allah menciptakan manusia dan memberi nikmat yang sangat dan


tak terhitung. Lalu Allah memilih di antara manusia itu para
Rasul. Mereka mendapatkan wahyu dari langit untuk menjelaskan
jalan kebaikan dan kebahagiaan.

Allah menyuruh segenap manusia untuk menyembah-Nya semata


dan tidak menyukutukan-Nya dengan suatu apapun. Allah juga
memerintahkan agar mereka melaksanakan apa yang
diperintahkan, menjauhi semua yang dilarang, bersegera
melakukan kebaikan, menahan diri dari semua yang munkar,
berusaha mewujudkan kebahagiaan bagi seluruh manusia,
bersikap penuh kasih, saling bekerja sama, penuh persaudaraan,
berusaha mengulurkan tangan untuk membantu saudaranya yang
lain, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji, memiliki jiwa
yang baik, dan ucapan yang penuh kearifan dan kelembutan.

Dengan semua hal di atas, manusia akan mendapatkan


kemenangan, kebahagiaan dunia dan akhirat , dan kekhalifahan
mereka di bumi pun terealisasi. Kekhalifahan itulah yang
membuat Adam lebih tinggi kedudukannya dibanding
Malaikat.

Allah Swt berfirman:

‫آلد َم فَ َس َج ُدوا‬ ‫وا‬ ‫د‬‫ج‬ ‫اس‬ ِ


‫ة‬ ‫ك‬ ‫ِئ‬ ‫ال‬ ‫م‬ ِ ‫ِإ‬
َ ُُ ْ َ َ َ ‫َو‬
‫ل‬ْ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ل‬
ْ ‫ق‬
ُ ‫ذ‬
ْ
“Dan ketika Kami perintahkan kepada malaikat untuk sujud
kepada Adam, maka mereka semua sujud”
(al-Baqarah: 34)

Inilah yang dipesankan oleh Rasulullah saw. kepada kita dalam


hadits di atas.

2. Pesan yang abadi

Betapa indahnya pemberian yang diterima dua shahabat di atas.


Pemberian yang didengar langsung dari murabbi
(pembimbing)nya, Muhammad saw.

Pada awalnya pesan ini hanya untuk mereka berdua (Mu’adz bin
Jabal & Abu Dzar ra), kemudian menjadi nasehat dan bimbingan
bagi seluruh umat, karena berisi kebaikan dan manfaat yang
sangat besar di dalamnya. Yang bisa mewujudkan kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat. Pesan yang agung, mencakup
seluruh hak Allah swt. dan hak hamba-Nya.

3. Takwa adalah jalan keselamatan

Taujih yang paling penting bagi kita dalam hadits ini adalah
“Takwa kepada Allah.” Takwa merupakan sumber dari semua
kebaikan dan mencegah segala keburukan. Dengan takwa,
seorang mukmin akan mendapatkan pertolongan Allah swt.

Allah STW berfirman,

‫ين ُه ْم حُمْ ِسنُو َن‬ ِ َّ‫ِإ َّن اللَّه مع الَّ ِذين َّات َقوا وال‬
‫ذ‬
َ َ ْ َ ََ َ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan
orang-orang yang berbuat kebaikan.” (an-Nahl: 128)

Allah swt. juga menjajikan kepada mereka rizky yang baik dan
jalan keluar dari semua kesulitan,

Allah STW berfirman,

‫َو َم ْن َيت َِّق اللَّهَ جَيْ َع ْل لَهُ خَمَْر ًجا‬


‫ب‬ ِ َ‫ث ال حَي ت‬ ِ
ُ ْ ُ ْ َ ْ ُ‫َو َي ْر ُزقْه‬
‫س‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫ن‬ ‫م‬
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rizky dari
jalan yang tidak diduga.” (ath-Thalaq: 2-3)

Dengan takwa mereka juga akan dilindungi dari muslihat


musuh,

‫صْب ُك ْم َسيَِّئةٌ َي ْفَر ُحوا هِب َا َوِإ ْن‬ِ ُ‫ِإ ْن مَتْسس ُكم حسنَةٌ تَسْؤ هم وِإ ْن ت‬
َ ُْ ُ َ َ ْ ْ َ
ُ َ‫صرِب ُوا َوَتَّت ُقوا ال ي‬
‫ضُّر ُك ْم َكْي ُد ُه ْم َشْيًئا‬ ْ َ‫ت‬
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih
hati, jika kamu mendapat bencana mereka bergembira. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka
sedikitpun tidak mendatangkan kemudlaratan kepadamu.” (Ali
‘Imraan: 120)

Allah swt. juga akan memberikan rahmat bagi orang-orang


yang bertakwa.

‫ين َيَّت ُقو َن‬ ِ َّ‫ورمْح يِت و ِسعت ُك َّل شي ٍء فَسَأ ْكتبها لِل‬
‫ذ‬
َ َ ُُ َ ْ َ ْ َ َ َ ََ
“…dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku
tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa… “ (al-
A’raaf: 156)

Di akhirat, orang-orang yang bertakwa berada di sisi Allah swt:


ٍ ‫ِإ َّن الْمت َِّقني يِف جن‬
‫َّات َو َن َه ٍر‬ َ َ ُ
‫يك ُم ْقتَ ِد ٍر‬ ٍ ِ‫يِف م ْقع ِد ِص ْد ٍق ِعْن َد مل‬
َ َ َ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam
taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi, di
sisi [Rabb] Yang Maha Berkuasa.” (al-Qamar: 54-55)

Banyak sekali ayat dan hadits yang memuat keutamaan takwa dan
betapa besar dampak positif yang akan dipetik. Hal ini tidaklah
mengherankan karena ketakwaan adalah jalan orang-orang
mukmin, juga akhlak para Nabi dan Rasul.

Allah swt berfirman:

‫ين َه َدى اللَّهُ فَبِ ُه َد ُاه ُم ا ْقتَ ِد ِه‬


َ َ
ِ َّ‫ُأولَِئك ال‬
‫ذ‬
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (al-An’am: 90)

Takwa juga sesuatu yang dipesankan Allah swt. kepada semua


hamba-Nya, baik yang terdahulu maupun yang akan datang.
Barangsiapa yang komitmen dengannya maka ia beruntung, dan
barangsiapa yang menolak maka ia akan binasa dan merugi.

4. Hakekat Takwa
Takwa adalah kata yang singkat namun penuh makna, mencakup
semua yang dibawa oleh Islam; aqidah, ibadah, muamalah, dan
akhlak.

Allah swt. berfirman:


‫ب َولَ ِك َّن ْالبِ َّر َم ْن‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬ ِ ‫ْس ْالبِ َّر َأ ْن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬ َ ‫لَي‬
‫ال َعلَى ُحبِّ ِه‬ ِ َ‫اآلخ ِر والْمالِئ َك ِة والْ ِكت‬ ِ ‫آ َم َن ِباهَّلل ِ والْيوِم‬
َ ‫ني َوآتَى الْ َم‬ َ ِّ‫اب َوالنَّبِي‬ َ َ َ َْ َ
‫اب َوَأقَ َام‬ ِ َ‫الرق‬
ِّ ‫ني َويِف‬ ِ‫السبِ ِيل و َّ ِئ‬ ِ‫َذ ِوي الْ ُقر والْيتَامى والْمساك‬
َ ‫السا ل‬ َ َّ ‫ن‬ ‫اب‬
َْ َ‫و‬ ‫ني‬
َ َ َ َ َ َ َ ‫ْ ىَب‬
‫ين يِف الْبَْأ َس ِاء‬
َ ِ
‫ر‬ ِ‫الصاب‬
َّ ‫و‬َ ‫وا‬ ‫د‬
ُ ‫اه‬
َ ‫ع‬
َ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫الز َكا َة والْموفُو َن بِ َع ْه ِد ِهم ِإ‬
ْ ُ َ َّ ‫الصال َة َوآتَى‬ َّ
ِ َّ‫الضَّر ِاء و ِحني الْبْأ ِس ُأولَِئك ال‬
‫ك ُه ُم الْ ُمَّت ُقو َن‬ َ ‫ص َدقُوا َوُأولَِئ‬ َ َ َ‫ين‬ ‫ذ‬ َ َ َ َّ ‫َو‬
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.”
(al-Baqarah: 177)

Jadi takwa adalah amal perbuatan dalam rangka ketaatan


kepada Allah dan tidak melakukan maksiat kepada-Nya.

Para shalafus shalih mendifinisikan takwa dengan: mentaati Allah


dan tidak bermaksiat, selalu dzikir dan tidak lupa, senantiasa
bersyukur dan tidak kufur.

Mereka para shalafus shalih benar-benar telah melakukan dan


komitmen dengan pengertian yang mereka pahami, tanpa
mengenal tempat dan kondisi. Semua itu dilaksanakan sebagai
realisasi dari perintah Allah swt. dan untuk menyambut panggilan-
Nya.
‫ين َآمنُوا َّات ُقوا اللَّهَ َح َّق ُت َقاتِِه َوال مَتُوتُ َّن ِإال َوَأْنتُ ْم‬‫ذ‬ِ َّ‫يا َأيُّها ال‬
َ َ َ
‫ُم ْسلِ ُمو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-sekali
kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali
‘Imraan: 102)

5. Kesempurnaan Takwa

Di antara yang menyempurnakan takwa adalah menjauhi syubhat


dan sesuatu yang bercampur dengan barang haram.

“Barangsiapa yang menghindari syubhat maka ia telah


menjaga kebersihan agama dan kehormatannya.”
(HR Bukhari dan Muslim)

Termauk dalam masalah ini adalah meninggalkan beberapa hal


yang sebenarnya diperbolehkan, tetapi dikhawatirkan dapat
membawa ke arah yang diharamkan.

Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Nabi saw.


bersabda:
“Tidaklah seorang hamba mencapai derajat muttaqiin (orang
yang bertakwa), sehingga ia meninggalkan apa-apa yang
sebenarnya tidak mendatangkan dosa, karena khwatir
mendatangkan dosa.”

Hasan al-Bashri berkata: “Sifat takwa senantiasa melekat pada


seorang yang bertakwa selama ia meninggalkan banyak hal yang
sebenarnya halal, karena khawatir haram.”

6. Syarat terealisasinya ketakwaan

Yakni langkah pertama dengan memahami ajaran agama Allah


swt. agar ia tahu bagaimana bertakwa kepada Allah swt.

Firman-Nya:
‫ور‬ ‫ف‬
ُ ‫غ‬
َ ‫يز‬‫ز‬ِ ‫ع‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ َّ
‫ن‬ ‫ِإ‬ ‫اء‬ ‫م‬‫ل‬
َ ‫ع‬ْ‫ل‬ ‫ا‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫اد‬ ‫ب‬‫ع‬ِ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ش‬ ْ ‫خَي‬ ‫ا‬َ‫مَّن‬‫ِإ‬
ٌ ٌ َ َ َُُ َ ْ َ َ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-
hamba-Nya, hanyalah ulama (orang-orang yang memahami).
Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahapengampun.”
(Faathir: 28)

Orang yang tidak memahami tidak akan mengetahui apa yang


wajib ia lakukan dan apa yang wajib ia tinggalkan. Karena itu,
ilmu adalah ibadah yang paling afdhal, jalan yang
menghubungkan ke surga dan tanda bahwa seseorang
menginginkan kebaikan.

Rasulullah saw. bersabda:


“Keutamaan seorang ulama (orang yang berilmu) atas ‘abid
(ahli ibadah), seumpama keutamaanku atas orang yang paling
rendah imannya di antara kalian.”
(HR Muslim)

Sabdanya juga:
“Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan untuk menuntut
ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga.”
(HR Muslim)

Sabdanya juga:
“Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka
Allah akan memudahkannya dalam memahami ajaran agama.”
(Muttafaq ‘alaih)

7. Taubat dan bersegera dalam melakukan kebaikan


adalah akhlak seorang mukmin yang bertakwa.
Terkadang seorang mukmin mengalami kealpaan atau kelalaian,
dan terkadang, ia terbuai hawa nafsu atau bisikan-bisikan setan
sehingga ia terperosok ke dalam kemaksiatan dan perbuatan dosa.
Karenanya termasuk bagian dari ketakwaan, hendaknya ia
bersegera untuk taubat dan beristighfar kepada Allah swt. saat ia
sadar bahwa ia telah melakukan perbuatan dosa.

Allah befirman:
‫اح َشةً َْأو ظَلَ ُموا َأْن ُف َس ُه ْم ذَ َكُروا اللَّ َه‬ِ َ‫والَّ ِذين ِإ َذا َفعلُوا ف‬
َ َ َ
‫صُّروا َعلَى‬ِ ‫الذنُوب ِإال اللَّه ومَل ي‬ ُّ ‫ر‬ ِ ‫فَاست ْغ َفروا لِ ُذنُوهِبِم ومن ي ْغ‬
‫ف‬
ُْ َُ َ ُ َ ْ ََ ْ ُ َْ
‫َما َف َعلُوا َو ُه ْم َي ْعلَ ُمو َن‬
“Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah. Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka
mengetahui.”
(Ali ‘Imraan: 135)

Dalam ayat lain disebutkan:

ِ َ‫ف ِمن الشَّيط‬


‫ان تَ َذ َّكُروا فَِإ َذا‬ ‫ِئ‬‫ا‬َ‫ط‬ ‫م‬‫ه‬‫س‬َّ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ‫ِإ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ق‬
َ َّ
‫ات‬ ‫ين‬ ِ
‫ذ‬ َّ
‫ل‬ ‫ا‬ َّ
‫ن‬ ‫ِإ‬
ْ َ ٌ ُْ َ ْ َ
ِ ‫هم مب‬
‫صُرو َن‬ ُْ ْ ُ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka
ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (al-
A’raaf: 201)

Setelah bertaubat, seorang mukmin yang bertakwa bersegera


untuk melakukan perbuatan baik dan memperbanyak amal-amal
shalih, agar dosanya terhapus. Ini dilakukan karena ia percaya
penuh dengan janji Allah swt. dalam ayat-Nya:

ِ ِّ‫السي‬ ِ ِ
‫ات‬‫ِإ َّن احْلَ َسنَات يُ ْذ نْب َ َّ َئ‬
‫ه‬
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Huud: 114)

Juga sebagai refleksi hadits Nabi saw.


‫السيَِّئ َة الْ َح َسنَ َة تَ ْم ُحهَا‬
َّ ِ ‫َوَأتْ ِبع‬
“Dan ikutilah keburukan dengan perbuatan baik, niscaya
[perbuatan baik itu] akan menghapusnya.”

8. Cahaya ketaatan menerangi kegelapan maksiat

Melakukan amal-amal shalih, seperti shalat, puasa, haji, zakat,


jihad, dzikrullah dan berbagai kebaikan lainnya dapat menghapus
kesalahan yang dilakukan seorang muslim, sebagaimana banyak
disebutkan dalam hadits-hadits shahih, diantaranya:

a. Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena keimanan dan


mengharapkan pahala, maka dosanya yang telah lalu akan
dihapus.” (HR Bukhari dan Muslim)

b. “Maukah kalian Aku tunjukkan sesuatu yang dapat


menghapus kesalahan (dosa) dan mengangkat derajat?” Para
sahabat berkata: “Ya, wahai Rasulallah.” Rasulullah saw.
menjawab: “Menyempurnakan wudlu, meskipun dalam kondisi
susah, memperbanyak langkah ke masjid dan menanti
datangnya waktu shalat.” (HR Muslim)

c. “Barangsiapa yang menunaikan haji di Ka’bah dan tidak


berkata keji dan kotor, maka dosanya akan terhapus,
sebagaimaan ketika ia dilahirkan ibunya.” (HR Bukhari dan
Muslim)

Demikianlah masih banyak lagi hadits lain dan ayat-ayat al-


Qur’an yang menyatakan bahwa ketaatan dapat menghapus
keburukan

9. Taubat merupakan syarat dihapuskannya dosa besar

Para ulama sepakat bahwa perbuatan baik dapat menghapuskan


dosa kecil. Adapun dosa besar, seperti durhaka kepada orang
tua, membunuh, riba, minuman keras, dan lain sebagainya
tidak ada jalan lain untuk menghapusnya kecuali dengan taubat.

Firman Allah:
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal shalih kemudian tetap di jalan
yang benar.” (Thaaha: 82)

Ini jika dosa besar yang dilakukan tidak berhubungan dengan hak
manusia. Namun jika berhubungan dengan hak orang lain, seperti
mencuri, marah, membunuh dan lainnya maka harus lebih dahulu
mengembalikan hak orang lain yang bersangkutan atau meminta
maaf kepadanya. Jika hak telah dikembalikan atau telah
mendapatkan maaf, maka langkah berikutnya adalah mengharap
kepada Allah agar taubatnya diterima, dosanya diampuni, dan
diganti dengan kebaikan.

Allah swt. berfirman:

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan


mengerjakan amal shalih maka kejahatan mereka diganti Allah
dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (al-Furqaan: 70)

Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka urusannya akan


berlanjut di akhirat. Orang-orang yang pernah terdhalimi akan
menuntut dan mengambil pahala darinya sebagai ganti dari
kedhaliman yang ia terima di dunia.
Rasulullah saw. bersabda,

“Jika seorang mukmin selamat dari neraka, dia ditahan di


sebuah jembatan antara surga dan neraka, lalu ia dimintai
pertanggung jawaban oleh orang-orang yang terdhalimi di
dunia, jika telah usai maka barulah ia diizinkan masuk surga.”
(HR Bukhari dari Abu Sa’id al-Khudri ra.)

Di antara kebaikan Allah swt. jika seorang mukmin tidak memiliki


dosa kecil, maka amal kebaikan yang ia lakukan berdampak
terhadap dosa-dosa besarnya, yaitu dosa-dosa besarnya akan
diringankan oleh Allah swt. Jika ia tidak memiliki dosa besar dan
dosa kecil, maka pahala dari kebaikan yang dilakukan akan
dilipatgandakan.
10. Akhlak merupakan dasar tegaknya peradaban
dalam pesan ini

Rasulullah saw. mengarahkan kita pada perkara yang membawa


kebaikan bagi individu dan tegaknya sistem kemasyarakatan.
Perkara tersebut adalah berinteraksi dengan orang lain dengan
akhlak yang terpuji,sehingga seorang muslim menjadi pribadi
yang lembut, mencintai dan dicintai orang lain, menghormati dan
dihormati orang lain, berbuat baik kepada orang lain dan mereka
pun berbuat baik kepadanya.
Dalam kondisi seperti ini, masing-masing anggota masyarakat
akan bergerak untuk melaksanakan kewajiban dengan penuh
kerelaan dan ketenagan. Maka semua urusan berjalan pada
jalurnya, norma-norma terpelihara dan peradaban yang agung
menjadi nyata.
Manakala akhlak memiliki peran penting bagi kehidupan, maka
Islam menempatkannya pada posisi yang sangat vital dan
diperlihatkan secara khusus. Sebagai bukti, banyak ayat dan hadits
yang berisi anjuran untuk berakhlak mulia, dan keutamaan orang-
orang yang berakhlak mulia.

a. “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang lain


mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah daripada orang-
orang bodoh.” (Al-A’raaf: 199)
b. “Tolaklah [kejahatan itu] dengan cara yang baik. Maka tiba-
tiba orang yang bermusuhan denganmu seolah-olah menjadi
teman yang sangat setia.” (Fushilat: 34)
c. “Maukah kalian, aku beritahu tentang orang yang paling
dicintai Allah dan paling dekat denganku pada hari kiamat?”
para shahabat menjawab: “Ya kami mau.” Rasulullah saw.
bersabda: “Yaitu orang yang paling baik akhlaknya.” (HR Ibnu
Hibban)
d. “orang yang paling baik di antara kamu adalah orang yang
paling baik akhlaknya.” (HR Ahmad)
e. “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya.” (HR Abu Dawud)
Banyak lagi ayat dan hadits lainnya, yang mengerucut pada
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, al-Hakim
dan Baihaqi, bahwa Nabi saw. bersabda: “Bahwasannya saya
diutus untuk menyempurnakan akhlak.”

11. Berusaha memiliki akhlak terpuji


Manusia sangat mungkin memiliki akhlak terpuji, karena Allah
swt. telah menganjurkan hal itu.

Al-Hakim dan perawi lain, meriwayatkan dari Muadz ra. bahwa


Rasulullah saw. bersabda:
“Perbaikilah akhlakmu dengan orang lain.”

Riwayat lain menyebutkan,


“Hendaklah kamu memperbaiki akhlakmu semampunya.”

Usaha memiliki akhlak terpuji bisa dengan cara ini: mencontoh


akhlak Rasulullah saw., Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Ketinggian akhlak Rasulullah saw. ini diungkapkan dalam ayat,


“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (al-Qalam: 4)
Cara lain adalah bergaul dengan orang-orang yang bertakwa,
para ulama, orang-orang yang memiliki akhlak mulia,
menjauhi orang-orang jahat dan orang-orang yang
mempunyai kebiasaan buruk dan lain sebagainya.
Firman Allah:
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang
menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridlaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka [karena] mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini
dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi: 28)

12. Akhlak yang terpuji

Termasuk akhlak yang terpuji adalah selalu melakukan


silaturahim, memberi maaf, berlapang dada dan suka
memberi meskipun dalam kondisi yang sulit.
Dari Uqbah bin Amir al-Jahmy ra. meriwayatkan bahwa
Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Wahai Uqbah maukah
kamu aku tunjukkan akhlak yang paling baik, bagi penghuni
dunia dan akhirat? [Yaitu] engkau menyambung
[persaudaraan] orang yang memutus kamu, memberi hadiah
kepada orang yang tidak pernah memberimu hadiah dan
memaafkan orang yang mendhalimimu.” (HR al-Hakim)
Dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Dan berlapang dada
terhadap orang yang mencelamu.”
Rasulullah saw. bersabada; “Janganlah meremehkan kebaikan
sekecil apapun, meskipun hanya sebuah senyuman [muka yang
berseri] ketika bertemu saudaramu.” (HR Muslim)

Dalam sabdanya yang lain, “Tahanlah untuk berbuat kejahatan,


karena yang demikian itu adalah shadaqah.” (HR Bukhari dan
Muslim)
13. Termasuk tanda sempurnanya iman dan takwa adalah
akhlak terpuji dan bersikap baik dalam pergaulan.
Juga membenci dan menjauhi orang-orang yang suka berbuat
maksiat, manakala mereka bersikeras tidak mau meninggalkannya.

Anda mungkin juga menyukai