Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه هللا
Dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
“Sesungguhnya Istighfâr yang paling baik adalah seseorang hamba
mengucapkan :
(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan
benar selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-
Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh:
1. Imam al-Bukhari dalam shahîhnya (no. 6306, 6323) dan al-Adabul Mufrad
(no. 617, 620)
2. Imam an-Nasâ-i (VIII/279), as-Sunanul Kubra (no. 9763, 10225), dan dalam
‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 19, 468, dan 587)
3. Imam Ibnu Hibbân (no. 928-929-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahih Ibni Hibbân)
4. Imam ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 7172), al-Mu’jamul
Ausath (no. 1018), dan dalam kitab ad-Du’aa (no. 312-313)
5. al-Hâkim (II/458)
6. Imam Ahmad dalam musnadnya (IV/122, 124-125)
7. Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 1308), dan lainnya dari
Shahabat Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu
Diriwayatkan juga oleh Imam at-Tirmidzi (no. 3393) dari Syaddad bin Aus
Radhiyallahu anhu dengan lafazh awalnya berbeda, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
Imam Bukhâri rahimahullah memasukkan hadits ini dalam “Bab Istighfâr yang
paling utama”. Ini menunjukkan bahwa Imam Bukhâri menganggap ini adalah
lafazh Istighfâr terbaik. Juga kandungan makna dalam hadits ini menunjukkan
bahwa doa ini layak disebut dengan Sayyidul Istighfâr (penghulu Istighfâr)
sebagaimana yang disifati oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Setiap bani Adam itu pasti banyak berbuat dosa, namun yang terbaik dari oang
yang berbuat dosa yaitu yang memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla dan
bertaubat. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan hamba-Nya untuk selalu
memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya. Allâh pun berjanji akan
mengampuni orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat
kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” [Thâha/20:82]
“…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan dosa orang mukmin laki-laki dan
perempuan…” [Muhammad/47:19]
ُ َفقُ ْل
َ َر َّب ُك ْم إِ َّن ُه َك/ت اسْ َت ْغفِرُوا
ان َغ َّفارً ا
Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allâh). [adz-
Dzâriyât/51:18]
Maksudnya, bangun di akhir malam untuk shalat tahajjud dan di waktu sahur
mereka memohon ampun kepada Allâh Azza wa Jalla .
َو َمنْ َيعْ َم ْل سُوءًا أَ ْو َي ْظلِ ْم َن ْف َس ُه ُث َّم َيسْ َت ْغف ِِر هَّللا َ َي ِج ِد هَّللا َ َغفُورً ا َرحِيمًا
… ِي أَ ْغفِرْ لَ ُك ْم/ْ َفاسْ َت ْغفِر ُْون، ب َج ِم ْيعًا ُّ َوأَ َنا أَ ْغفِ ُر، ار
َ الذ ُن ْو /ِ …يَاعِ َبادِيْ إِ َّن ُك ْم ُت ْخطِ ُئ ْو َن ِباللَّي ِْل َوال َّن َه
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa Istighfâr ketika ruku’ atau
sujud sebagai berikut :
ْ ِك اللهم
ْاغفِرْ لِي َ ك اللهم َر َّب َنا َو ِب َحمْ د
َ ُسب َْحا َن.
Maha suci Engkau, ya Allâh! Rabb kami dan dengan memuji-Mu ya Allâh
ampunilah dosaku. [2]
Para Ulama menyebutkan bahwa Allâh Azza wa Jalla memberikan rasa aman
kepada manusia dengan 2 hal, yaitu adanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
diantara mereka dan Istighfâr. Sekarang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
wafat, berarti yang masih tinggal satu yaitu istighfâr. Oleh karena itu istighfâr
menjadi pengaman dari kemarahan Allâh Azza wa Jalla .
َ ار َواَل
ٍ ص ِغي َْر َة َم َع إِسْ َر
ار ٍ اَل َك ِبي َْر َة َم َع اسْ ت ِْغ َف
Tidak ada dosa besar jika diiringi dengan istighfâr dan tidak ada dosa kecil jika
dikerjakan terus menerus.[3]
َ هللا إِ ِّني ألَسْ َت ْغفِ ُر هللاَ وأَ ُتوبُ إِلَ ْي ِه في ْال َي ْو ِم أَ ْك َث َر مِنْ س ْبع
ِين َمرَّ ًة ِ و
Demi Allâh, sesungguhya aku benar-benar memohon ampun kepada Allâh dan
bertaubat kepada-Nya dalam sehari semalam lebih dari 70 kali.[4]
: ِس ْال َوا ِح ِد مِا َئ َة َمرَّ ٍةِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِيْ ْال َمجْ ل ِ ُك َّنا َن ُع ُّد ل َِرس ُْو ِل: ي هللاُ َع ْن ُه َقا َل/َ ِْن ُع َم َر َرض
َ هللا ِ وع ِن اب
َ
ت ال َّتوَّ ابُ الرَّ ِح ْي ُم َ
َ ك أ ْن َ و ُتبْ َعلَيَّ إِ َّن، ْاغفِرْ لِي ْ ِّ » « رب.
« أَسْ َت ْغفِ ُر هللاَ الَّذِيْ اَل: منْ َقا َل: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َقا َل َرسُو ُل: ي هللاُ َع ْن ُه َقا َل/َ ِد َرض/ٍ ْن َمسْ ع ُْو
َ هللا ِ و َع ِن اب
َّ
ِان َق ْد َفرَّ م َِن الزحْ ف ُ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ ْ َّ َ
َ غف َِرت ذنو ُب ُه وإِنْ َك،» إِل َه إِال ه َُو ال َحيُّ ال َقي ُّْو ُم َوأت ْوبُ إِل ْي ِه.
أَسْ َت ْغفِ ُر هللاَ الَّذِيْ اَل إِلَ َه إِالَّ ه َُو ْال َحيُّ ْال َقي ُّْو ُم َوأَ ُت ْوبُ إِلَ ْي ِه
(Aku mohon ampun kepada Allâh yang tiada Ilah yang berhak diibadahi dengan
benar selain Dia, yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri, dan aku
bertaubat kepadaNya) maka akan diampuni dosa-dosanya walaupun pernah
lari dari medan perang.[7]
Di antara do’a Istighfâr yang paling baik adalah sayyidul Istighfâr, sebagimana
yang telah diajarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Syaddad bin Aus Radhiyallahu anhu .
SYARAH HADITS
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan lafazh istigfâr ini dengan
Sayyidul Istighfâr karena terkandung dalam hadits ini makna taubat dan
merendahkan diri di hadapan Allâh Azza wa Jalla , yang tidak terdapat dalam
hadits-hadits taubat lainnya.
• Pengakuan terhadap uluhiyah Allâh dan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa
Jalla • Pengakuan bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah satu-satu-Nya yang Maha
Pencipta. Pengakuan bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan janji
yang diambil untuk hamba-Nya.
• Harapan yang telah Allâh janjikan kepada hamba-Nya,
• Berlindung dari keburukan yang telah diperbuat hamba terhadap dirinya,
• Menisbatkan semua nikmat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telah
mengadakan semua nikmat ini, menisbatkan dosa kepada diri seorang hamba,
• Keinginan dan harapan dia agar diampuni dosa-dosanya oleh Allâh
Subhanahu wa Ta’ala
• Dan pengakuannya bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain
Allâh.” [9]
SAYYIDUL ISTIGHFAR
َ ( ال ٰلّـ ُه َّم أَ ْنYa Allâh Engkau adalah Rabb-ku) [10]
1. ْت َربِّي
Pengakuan seorang hamba bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah Rabbnya. Rabb
adalah pemilik, pencipta, pemberi rizki dan pengatur semua urusan makhluk-
Nya. Terkandung dalam hadits ini pengakuan tentang rububiyyah Allâh Azza
wa Jalla .
َ ( اَل إِ ٰلـ َه إِاَّل أَ ْنTiada Ilah yang berhak diibadahi selain Engkau)
2. ت
Yaitu tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Engkau
ya Allâh. Kalimat ini merupakan perwujudan tauhid uluhiyyah. Semua Muslim
wajib meyakini bahwa satu-satunya yang berhak diibadahi dengan benar
hanyalah Allâh, sedangkan selain Allâh tidak boleh disembah dan kita hanya
berdo’a kepada Allâh saja.
َ ( َخلَ ْق َتنِيْ َوأَ َنا َع ْب ُدEngkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu)
3. ك
Pengakuan hamba bahwa tidak ada yang menciptakan alam semesta beserta
isinya ini melainkan hanya Allâh Azza wa Jalla saja. Seluruhnya adalah makhluk,
baik di langit maupun di bumi. Allâh Azza wa Jalla yang telah menciptakan
semua makhluk. Kalimat ini mengandung (prilaku hamba) yang menghinakan
dan merendahkan dirinya di hadapan Allâh Azza wa Jalla . Di dalamnya
terkandung tauhid rububiyyah. Doa ini diucapkan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga menunjukan bahwa beliau n adalah
seorang hamba, yang tidak berhak untuk diibadahi.
Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak
cucu Adam keturunan mereka dan Allâh Mengambil kesaksian terhadap ruh
mereka (seraya Berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab,
‘Betul (Engkau Rabb kami), kami bersaksi.’ (Kami Lakukan yang demikian itu)
agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami
lengah terhadap ini.’” [al-A’râf/7:172]
Kalau mereka bersaksi bahwa Allâh Azza wa Jalla sebagai Rabb mereka, maka
konsekuensinya adalah mereka harus beribadah hanya kepada Allâh Azza wa
Jalla. Konsekuensinya adalah melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan
meninggalkan larangan Allâh Azza wa Jalla .
ُ ْاص َنع
5. ت َ ( أَع ُْو ُذ ِبAku berlindung kepada-Mu dari keburukan
َ ك مِنْ َشرِّ َم
perbuatanku)
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amal perbuatanku dan akibat
buruknya, (Aku berlindung kepada-Mu agar tidak) ditimpa dengan petaka, agar
diampuninya dosa, dan kembali kepada perbuatan jelekku.
Kami berlindung kepada Allâh dari keburukan jiwa kami dan kejelekan amal
perbuatan kami…
Oleh karena itu, hendaknya kita berlindung kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala
dari segala perbuatan dosa kita.
Akibat dosa tersebut diantaranya hilangnya barakah umur kita, barakah ilmu
kita, amal ketaatan, dan hilangnya hafalan. Yang paling bahaya adalah tidak
diampuni dosa kita. Atau kita kembali kepada perbuatan dosa itu. Nas-alullâha
al-‘afwa wal ‘âfiyah was salâmah fid dunyâ wal akhirah.
6. َِّك َعلَي َ َ( أَب ُْو ُء لAku akui nikmat-Mu kepadaku)
َ ك ِبنِعْ َمت
Aku mengakui dan menetapkan besarnya nikmat-Mu kepadaku, dan agungnya
karunia-Mu dan kebaikan-Mu kepadaku. Setiap Muslim dan Muslimah wajib
menisbatkan semua nikmat kepada Allâh Azza wa Jalla . Semua nikmat yang
diberikan Allâh Azza wa Jalla , baik di langit, bumi dan diantara keduanya
adalah berasal dari Allâh Azza wa Jalla .
َ َو َما ِب ُك ْم مِنْ نِعْ َم ٍة َفم َِن هَّللا ِ ۖ ُث َّم إِ َذا َم َّس ُك ُم الضُّرُّ َفإِلَ ْي ِه َتجْ أَر
ُون
Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila
kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan. [an-Nahl/16:53]
Nikmat Allâh Azza wa Jalla yang diberikan kepada kita sangatlah banyak. Kita
tidak akan pernah bisa menghitungnya. Cobalah kita hitung nikmat yang Allâh
Azza wa Jalla berikan sejak kita lahir ! Nikmat mata, telinga, lisan, rambut, hati,
udara, oksigen, air, tumbuhan, nikmat hidayah, kesehatan, dijauhkan dari
malapetaka, nikmat di atas tauhid dan sunnah, dan lainnya.
َ َوآ َتا ُك ْم مِنْ ُك ِّل َما َسأ َ ْل ُتمُوهُ ۚ َوإِنْ َت ُع ُّدوا نِعْ َم
َ ۗ إِنَّ اإْل ِ ْن َس/ت هَّللا ِ اَل ُتحْ صُو َها
ان لَ َظلُو ٌم َك َّفا ٌر
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allâh, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allâh). [Ibrâhîm/14:34]
م ۖ َولَئِنْ َك َفرْ ُت ْم إِنَّ َع َذ ِابي لَ َشدِي ٌد/ْ م أَل َ ِزيدَ َّن ُك/ْ َوإِ ْذ َتأ َ َّذ َن َر ُّب ُك ْم لَئِنْ َش َكرْ ُت
Allâh tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allâh
Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. [an-Nisâ’/4:147]
ْ ( َفAmpunilah dosaku)
8. ْاغفِرْ لِي
Ya Allâh, ampunilah seluruh dosa yang telah aku lakukan. Sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Seorang hamba yang
bertakwa tatkala ia berbuat dosa, ia segera memohon ampun kepada Allâh
Azza wa Jalla . Sebagaimana firman-Nya :
َ ب إِالَّ أَ ْن
9. ت ُّ ( َفإِ َّن ُه الَ َي ْغفِ ُرKarena yang tidak ada yang dapat mengampuni dosa
َ الذ ُن ْو
selain Engkau ya Allâh)
Pengakuan kita bahwa tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa-dosa
kecuali hanya Allâh Azza wa Jalla . Oleh karena kita memohon ampun hanya
kepada Allâh Azza wa Jalla , tidak kepada selain-Nya. Allâh Maha Pengampun
dan Penerima taubat.
Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Orang yang mengenal Allâh Azza wa Jalla
yang ia tuju, maka dia mempersaksikan bahwa semua itu karunia Allâh dan
menyadari dirinya yang banyak dosa dan aib.”[11]
FAIDAH-FAIDAH HADITS
1. Wajib menetapkan rububiyyah Allâh Azza wa Jalla , karena Allâh adalah
Pencipta, Yang Maha Pemberi Rezeki, Yang Maha Pemberi karunia, Yang Maha
Menahan, dan Yang Maha Melapangkan, Yang Maha menghidupkan, Yang
Maha mematikan, dan Yang Maha mengatur segala urusan.
8. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh Azza wa Jalla.
12. Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa segala tujuan itu hendaknya dicapai
dengan cara-cara yang benar, dan sebab-sebab yang mencapai kepada tujuan
itu. Adapun menggunakan khurafat, bid’ah, cara-cara yang syirik, maka itu
tidak menambah (kedudukan) seorang manusia di hadapan Rabb-nya kecuali
(tetap seorang) hamba (yang hina).