Anda di halaman 1dari 4

CERAMAH TAUBAT

Manusia tidak lepas dari kesalahan, besar maupun kecil, disadari maupun tanpa disengaja. Apalagi jika
hawa nafsu mendominasi jiwanya. Ia akan menjadi bulan-bulanan berbuat kemaksiatan. Ketaatan, seolah tidak
memiliki nilai berarti.
Meski manusia dirundung oleh kemaksiatan dan dosa menumpuk, bukan berarti tak ada lagi pintu untuk
memperbaiki diri. Karena, betapapun menggunung perbuatan maksiat seorang hamba, namun pintu rahmat
selalu terbuka. Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Yaitu dengan bertaubat dari perbuatan-
perbuatan yang bisa mengantarkannya ke jurang neraka. Taubat yang dilakukan haruslah total, yang dikenal
dengan taubat nashuha. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ُّ ‫ َر َواهُ الت ِّْرمـ ِ ِذ‬. َ‫ُك ُّل بَنِ ْي آ َد َم َخطَا ٌء َو َخ ْي ُر ا ْل َخطَّاِئيْنَ التَّ َّوبُ ْون‬
‫ي‬

Setiap anak adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat.
[2]

‫ق يُ ْذنِبُ ْونَ ثُ َّم يَ ْغفِ ُر لَ ُه ْم َرواه ا ْل َحا ِك ُم‬ َ َ‫لَ ْو َأنَّ ا ْل ِعبَا َد لَ ْم يُ ْذنِبُ ْوا لَ َخل‬
َ ‫ق هللاُ ا ْل َخل‬

Seandainya hamba-hamba Allah tidak ada yang berbuat dosa, tentulah Allah akan menciptakan makhluk lain
yang berbuat dosa kemudian mengampuni mereka.[3]
Dengan bertaubat, kita dapat membersihkan hati dari noda yang mengotorinya. Sebab dosa menodai
hati, dan membersihkannya merupakan kewajiban. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan (timbul) satu titik noda hitam di hatinya.
Jika ia bertaubat, meninggalkan (perbuatan tersebut) dan memohon ampunan (kepada Allah), maka hatinya
kembali bersih. Tetapi bila menambah (perbuatan dosa), maka bertambahlah noda hitam tersebut sampai
memenuhi hatinya.
Maka itulah ar raan (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firmanNya “Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. [Al Muthaffifin:14] [4]
Allah juga menganjurkan kita untuk segera bertaubat dan beristighfar, karena hal demikian jauh lebih baik
daripada larut dalam dosa. Allah berfirman.

ِ ‫ـــذ ْب ُه ُم هَّللا ُ عَـــ َذابًا َألِي ًمـــا فِي الـــ ُّد ْنيَا َواآْل ِخـــ َر ِة ۚ َو َمـــا لَ ُه ْم ِفي اَأْل ْر‬
ِ َ‫ض ِمن َولِ ٍّي َواَل ن‬
ۚ ‫صـــي ٍر‬ ِّ ‫فَـــِإن يَتُوبُـــوا َيـــ ُك َخ ْيـــ ًرا لَّ ُه ْم ۖ َوِإن يَتَ َولَّ ْوا يُ َع‬

Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan
mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. [At Taubah : 74]
Rasulullah sendiri telah memberikan contoh dalam bertaubat ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
banyak bertaubat dan beristighfar, sampai-sampai para sahabat menghitungnya sebanyak lebih dari seratus kali
dalam satu majlis, sebagaimana Nafi’ maula Ibnu Umar telah menyatakan :

َ‫ـل َأنْ َيقُــو َم َر ِّب ا ْغفِـ ْـر لِي َوت ُْب َعلَ َّي ِإنَّكَ َأ ْنت‬
ِ ‫احـ ِد ِماَئةُ َمـ َّر ٍة ِمنْ قَ ْبـ‬
ِ ‫س ا ْل َو‬
ِ ِ‫سـلَّ َم فِي ا ْل َم ْجل‬
َ ‫صـلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيـ ِه َو‬
َ ِ ‫سـو ِل هَّللا‬
ُ ‫َكانَ ا ْننُ ُع َم ُريُ َع ُّد لِ َر‬
ُ ْ
‫اب ال َغفو ُر َر َواهُ الت ِّْر ِم ِذي‬
ُ ‫التَّ َّو‬

Ibnu Umar pernah menghitung (bacaan istighfar) Rasulullah n dalam suatu majlis sebelum bangkit darinya
seratus kali, (yang berbunyi) : Ya Rabbku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha
penerima taubat lagi Maha pengampun. [5]

PENGERTIAN TAUBAT NASHUHA


Yang dimaksud dengan taubat nashuha, adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah dari dosa yang
pernah dilakukannya, baik sengaja ataupun karena ketidaktahuannya, dengan jujur, ikhlas, kuat dan didukung
dengan ketaatan-ketaatan yang mengangkat seorang hamba mencapai kedudukan para wali Allah
yang muttaqin (bertakwa) dan (ketaatan) yang dapat menjadi pelindung dirinya dari setan.

HUKUM DAN ANJURAN TAUBAT NASHUHA


Hukum taubat nashuha adalah fardhu ‘ain (menjadi kewajiban setiap individu) atas setiap muslim.
Dalilnya :

1. Firman Allah :

َ‫َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِمي ًعا َأيُّهَ ا ْل ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬

Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [An Nuur : 31].

‫وحا‬
ً ‫ص‬ُ َّ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا تُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ ت َْوبَةً ن‬

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. [At Tahriim :
8].

2. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ُ ‫يَاَأيُّ َها الَّ ِذينَ َءا َمنُوا تُوبُوا ِإلَى هللاِ فَِإنِّ ْي َأت ُْو‬
ْ ‫ٍ َر َواهُ ُم‬.‫ب ِإلَى هللاِ فِ ْي ا ْليَ ْو ِم ِماَئةَ َم َّرة‬
‫سـلِ ٌم‬

Wahai, kaum mukminin. Bertaubatlah kepada Allah, karena saya juga bertaubat kepada Allah sehari seratus kali.
[6]

Umat Islam juga telah bersepakat tentang kewajiban bertaubat, sebagaimana dinyatakan Imam Al Qurthubi :
“(Para ulama) umat telah ijma’ (bersepakat) bahwa hukum bertaubat adalah fardhu (wajib) atas seluruh
mukminin” [7]. Ibnu Qudamah juga menyatakan demikian [8]. 

KELUASAN RAHMAT ALLAH DAN KEUTAMAAN TAUBAT NASHUHA


Manusia hendaklah jangan khawatir jika taubatnya tidak diterima, karena rahmat Allah sangat luas,
sebagaimana do’a para malaikat yang dijelaskan dalan firmanNya :

َ ‫سبِيلَ َك َوقِ ِه ْم َع َذ‬


ِ ‫اب ا ْل َج ِح‬
‫يم‬ َ ‫سعْتَ ُك َّل ش َْي ٍء َّر ْح َمةً َو ِع ْل ًما فَا ْغفِ ْر لِلَّ ِذينَ تَابُوا َواتَّبَ ُعوا‬
ِ ‫َربَّنَا َو‬

Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang
yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. [Al
Mu’min:7].

SYARAT TAUBAT NASHUHA


Agar taubat nashuha bisa diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhinya :
1. Islam.
Taubat yang diterima hanyalah dari seorang muslim. Adapun orang kafir, maka taubatnya ialah dengan
masuk memeluk Islam. Allah berfirman.

‫ت َحت َّٰى‬ِ ‫سيَِّئا‬َّ ‫ت الت َّْوبَةُ لِلَّ ِذينَ يَ ْع َملُونَ ال‬


ِ ‫س‬َ ‫َولَ ْي‬
ٰ
‫ــــــــوتُ قَــــــــا َل ِإنِّي تُبْتُ اآْل نَ َواَل الَّ ِذينَ َي ُموتُــــــــونَ َو ُه ْم ُكفَّا ٌر ۚ ُأولَِئكَ َأ ْعتَــــــــ ْدنَا لَ ُه ْم عَــــــــ َذابًا َألِي ًما‬
ْ ‫ضــــــــ َر َأ َحــــــــ َد ُه ُم ا ْل َم‬
َ ‫ِإ َذا َح‬

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang
ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang “.
Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu
telah Kami sediakan siksa yang pedih. [An Nisaa’ : 18].

2. Ikhlash.
Taubat yang diterima secara syari’at, hanyalah yang didasari dengan keikhlasan. Taubat karena riya`
atau tujuan duniawi, tidak dikatakan sebagai taubat syar’i. Allah berfirman.

‫ت هَّللا ُ ا ْل ُمـــْؤ ِمنِينَ َأ ْجـــ ًرا ع َِظي ًما‬ َ ‫صــوا ِدينَ ُه ْم هَّلِل ِ فَُأو ٰلَِئ َك َمــ َع ا ْل ُمـــْؤ ِمنِينَ ۖ َو‬
ِ ‫ســـ ْوفَ يُـــْؤ‬ ُ َ‫َصـــ ُموا ِباهَّلل ِ َوَأ ْخل‬ ْ ‫ِإاَّل الَّ ِذينَ تَـــابُوا َوَأ‬
َ ‫صـــلَ ُحوا َوا ْعت‬

Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus
ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman
dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. [An Nisaa’ : 146].

3. Mengakui dosanya.
Taubat tidak sah, kecuali setelah mengetahui perbuatan dosa tersebut dan mengakui kesalahannya,
serta berharap selamat dari akibat buruk perbuatan tersebut.

4. Penuh penyesalan.
Taubat hanya bisa diterima dengan menunjukkan penyesalannya yang mendalam. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :

َ ‫النَّ َد ُم ت َْوبَةٌ َر َواهُ ابْنُ َم‬


‫اجه‬

Penyesalan adalah taubat.[9]

5. Meninggalkan kemaksiatan dan mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya.


Orang yang bertaubat wajib meninggalkan kemaksiatannya dan mengembalikan setiap hak kepada
pemiliknya, jika berupa harta atau yang sejenisnya. Kalau berupa tuduhan fitnah atau yang sejenisnya, maka
dengan cara meminta maaf. Apabila berupa ghibah (menggunjing), maka dengan cara memohon dihalalkan
(ditoleransi) selama permohonan tersebut tidak menimbulkan pengaruh buruk yang lain. Bila ternyata berimplikasi
buruk, maka cukuplah dengan mendoakannya untuk meraih kebaikan.

6. Masa bertaubat sebelum nafas berada di kerongkongan (sakaratul maut) dan sebelum matahari terbit di arah
barat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ َر َواهُ التِ ْر ِم ِذي‬.‫ِإنَّ هللاَ يَ ْقبَ ُل ت َْوبَةَ ا ْل َع ْب ِد َما لَ ْم يُ َغ ْر ِغ ْر‬

Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nafasnya berada di kerongkongan [10].

‫ َر َواهُ أبو دَا ُود َوَأ ْح َم ُد‬.‫س ِمنْ َم ْغ ِربِ َها‬ َ ‫ا ْل ِه ْج َرةُ الَ تَ ْنقَ ِط ُع َحتَّى تَ ْنقَ ِط َع ا ْلت َْوبَةُ َوالَ تَ ْنقَ ِط ُع ا ْلت َْوبَةُ َحتَّى تَ ْطلُ َع ال‬
ُ ‫ش ْم‬

Hijrah tidak terputus sampai terhentinya (masa untuk) taubat, dan taubat tidak terputus sampai matahari terbit
dari sebelah barat [11].

7. Istiqamah setelah bertaubat.


Allah berfirman.

‫صي ٌر‬ َ ‫ستَقِ ْم َك َما ُأ ِم ْرتَ َو َمن ت‬


ِ َ‫َاب َم َعكَ َواَل تَ ْط َغ ْوا ۚ ِإنَّهُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ ْ ‫فَا‬

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah
taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. [Huud : 112].

8. Mengadakan perbaikan setelah taubat.


Allah berfirman.
‫ـاب ِمن َب ْعـ ِد ِه‬ ُ ‫سـ ِه ال َّر ْح َمـ ةَ ۖ َأنَّهُ َمنْ َع ِمـ َل ِمن ُك ْم‬
َ ‫سـو ًءا ِب َج َهالَـ ٍة ثُ َّم تَـ‬ َ ‫َوِإ َذا َجا َء َك الَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُ ْل‬
ِ ‫سـاَل ٌم َعلَ ْي ُك ْم ۖ َكت ََب َر ُّب ُك ْم َعلَ ٰى نَ ْف‬
ُ َ ‫ََأ‬
‫صلَ َح ف نَّهُ غفو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ْ ‫َو‬ ‫َأ‬

Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah “Salaamun-
alaikum. Rabb-mu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Al An’am : 54].

YANG HARUS DIINGAT KETIKA BERTAUBAT

1. Meyakini bahwa Allah Maha mengetahui dan Maha melihat. Allah mengetahui segala yang tersembunyi dan
yang disembunyikan di dalam hati. Meskipun kita tidak melihatnya, tetapi Dia pasti melihatnya.

2. Lihat keagungan Dzat yang Anda durhaai, dan jangan melihat kepada kecilnya obyek maksiat, sebagaimana
firmanNya.

‫اب اَأْللِي ُم‬


ُ ‫نَبِّْئ ِعبَا ِدي َأنِّي َأنَا ا ْل َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم َوَأنَّ َع َذابِي ه َُو ا ْل َع َذ‬

Kabarkan kepada hamba-hambaKu, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azabKu adalah azab yang sangat pedih. [Al Hijr : 49- 50].

3. Ingatlah, bahwa dosa itu semuanya jelek dan buruk, karena ia menjadi penghalang dalam mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4. Meninggalkan tempat-tempat kemaksiatan dan teman-teman yang berperangai buruk, yang biasa
membantunya berbuat dosa, serta memutus hubungan dengan mereka selama mereka belum berubah menjadi
baik.

HAL-HAL YANG MENGHALANGI TAUBAT

Di antara hal-hal yang menghalangi dosa ialah :


1. Bid’ah dalam agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ب ُك ِّل بِ ْد َع ٍة‬ َ ْ‫ِإنَّ هللاَ َح َج َب اَلت َّْوبَةَ عَن‬


ِ ‫صا ِح‬

Sesungguhnya Allah menutup taubat dari semua ahli bid’ah. [Ash-Shahihah No. 1620]

2. Kecanduan minuman keras. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ْ َ‫َاب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه فَِإنْ عَا َد َكانَ َحقًّــا َعلَى هَّللا ِ تَ َعــالَى َأنْ ي‬
‫سـقِيَهُ ِمنْ نَ َهـ ِر ا ْل َخبَــا ِل قِيـ َل‬ َ ‫صاَل ةٌ َأ ْربَ ِعينَ لَ ْيلَةً فَِإنْ ت‬
َ ‫َاب ت‬ َ ُ‫ش ِر َب ا ْل َخ ْم َر لَ ْم تُ ْقبَ ْل لَه‬
َ ْ‫َمن‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ص ِدي ُد ه ِْل النَّا ِر َر َواهُ ْح َمد‬ َ ‫َو َما نَ َه ُر ا ْل َخبَا ِل قَا َل‬

Barangsiapa yang minum khamr (minuman keras), maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam.
Jika ia bertaubat, maka Allah akan menerimanya. Namun, bila mengulangi lagi, maka pantaslah bila Allah
memberinya minuman dari sungai Khibaal. Ada yang bertanya: “Apa itu sungai Khibaal?” Beliau
menjawab,”Nanah penduduk neraka.[12]
 
Demikianlah secara ringkas risalah tentang taubat nashuha. Semoga dapat menjadi pengingat kita untuk
senantiasa bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Anda mungkin juga menyukai