Meski manusia dirundung oleh kemaksiatan dan dosa menumpuk, bukan berarti tak ada lagi pintu untuk
memperbaiki diri. Karena, betapapun menggunung perbuatan maksiat seorang hamba, namun pintu rahmat
selalu terbuka. Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Yaitu dengan bertaubat dari perbuatan-
perbuatan yang bisa mengantarkannya ke jurang neraka. Taubat yang dilakukan haruslah total, yang dikenal
dengan taubat nashuha. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Setiap anak adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang
bertaubat. [2]
Seandainya hamba-hamba Allah tidak ada yang berbuat dosa, tentulah Allah akan menciptakan makhluk lain
yang berbuat dosa kemudian mengampuni mereka.[3]
Dengan bertaubat, kita dapat membersihkan hati dari noda yang mengotorinya. Sebab dosa menodai hati, dan
membersihkannya merupakan kewajiban. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan (timbul) satu titik noda hitam di hatinya. Jika
ia bertaubat, meninggalkan (perbuatan tersebut) dan memohon ampunan (kepada Allah), maka hatinya
kembali bersih. Tetapi bila menambah (perbuatan dosa), maka bertambahlah noda hitam tersebut sampai
memenuhi hatinya.
Maka itulah ar raan (penutup hati) yang telah disebutkan Allah dalam firmanNya Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. [Al Muthaffifin:14] [4]
Allah juga menganjurkan kita untuk segera bertaubat dan beristighfar, karena hal demikian jauh lebih baik
daripada larut dalam dosa. Allah berfirman.
Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan
mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai
pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. [At Taubah : 74]
Rasulullah sendiri telah memberikan contoh dalam bertaubat ini. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
banyak bertaubat dan beristighfar, sampai-sampai para sahabat menghitungnya sebanyak lebih dari seratus
kali dalam satu majlis, sebagaimana Nafi maula Ibnu Umar telah menyatakan :
Ibnu Umar pernah menghitung (bacaan istighfar) Rasulullah n dalam suatu majlis sebelum bangkit darinya
seratus kali, (yang berbunyi) : Ya Rabbku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha
penerima taubat lagi Maha pengampun. [5]
BERTAUBAT SEBELUM WAFAT
Dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah menakdirkan kita
menjadi orang-orang beriman kepada-Nya, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, agar kita benar-benar menjadi Muttaqin , yakni orang-orang bertakwa yang amat mulia di sisi
Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.
Nabi saw. telah menegaskan dalam hadisnya, bahwa semua umat manusia bani Adam itu mempunyai
kesalahan dan dosa, dan sebaik - baik orang yang bersalah dan dosa adalah orang yang mau bertaubat.
Penegasan Nabi saw. ini harus diakui oleh kita semua, memang sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari dosa,
apakah dosa besar atau dosa kecil, apakah dosa terhadap Allah atau dosa terhadap sesama. Oleh karena itu,
kalau kita benar-benar beriman kepada Allah SWT dan beriman kepada Hari Akhir sebagai hari pembalasan,
marilah kita segera melakukan taubat. Taubat artinya kembali dari maksiat menuju taat, atau meninggalkan
dosa seketika dan bertekad untuk tidak melakukannya lagi. Dengan demikian orang yang bertaubat adalah
orang yang berhenti melanggar larangan-larangan Allah dan kembali untuk melakukan perintah-Nya. Berhenti
berbuat maksiat dan patuh kepada Allah. Berhenti melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan berusaha
menjalani apa yang diridoi dan disenangi-Nya. Dan ia merasa bersedih hati atas dosa-dosa yang pernah
dilakukannya. Taubat menimbulkan perasaan duka cita yang terrenyuh dalam lubuk hatinya, mengganggu
tidurnya, menumbuhkan rasa penyesalan yang mendalam dan membangkitkan semangat yang bulat untuk
melepaskan noda dan dosa yang pernah dilakukannya dan bertekad untuk memulai kehidupan yang lebih
baik. Taubat dalam pengertian yang demikian tidak sama dengan pengertian kapok lombok atau taubat
sambal dalam istilah Jawa yang hanya menimbulkan rasa penyesalan sesaat atau rasa jera sementara yang
pada kesempatan lain akan mengulangi perbuatannya lagi. Allah SWT berpesan dalam firman-Nya:
Artinya: " Hai orang orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat nasuha." QS. Al
Tahrim ; 8
Yang dimaksud dengan taubat Nasuha di sini adalah taubat yang sesungguhnya, yang bukan hanya
mengucapkan istigfar sebagai permohonan ampun, tetapi lebih dari itu ada upaya untuk menjauhi dan tidak
mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan untuk kedua kalinya, apa lagi berkali-kali.
Hadharatusy-syaekh Abi Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawi dalam kitabnya Riyadus-shalihin menyatakan
bahwa taubat itu wajib dari tiap dosa. Maka jika dosa itu berkaitan dengan hubungan seorang manusia dengan
Allah, maka pertaubatan itu mempunyai tiga persyaratan, yaitu :
1. Harus menghentikan maksiatnya.
2. Harus menyesali perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya.
3. Niat bersungguh-sungguh tidak akan pernah mengulangi perbuatan yang sama untuk kedua kalinya..
Selanjutnya jika ada dosa yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan sesamanya, maka pertaubatan
itu ditambah satu syarat lagi, yaitu menyelesaikan urusannya dengan orang yang bersangkutan, dengan
meminta maaf atau minta halalnya satu perbuatan, atau mengembalikan sesuatu yang harus dikembalikan.
Syarat ini adalah syarat mutlak yang wajib ditunaikan oleh seseorang yang mempunyai dosa dan kesalahan
terhadap orang lain. Mengapa demikian ? Karena sesungguhnya Allah sendiri tidak mau memaafkan dan tidak
mau menghapus dosa seorang hamba yang mempunyai kesalahan terhadap hamba yang lainnya, sebelum
seorang hamba tersebut meminta maaf terhadap hamba yang bersangkutan, sekaligus hamba yang
bersangkutan tersebut dengan ikhlas dan rela hati mau memberi maaf. Selagi permintaan maaf ini tidak
dilakukan, sekaligus pemberian maaf ini tidak ada, maka pertaubatan tersebut belumlah bisa diterima.
Ma'asyiral hadirin hadaniyallah waiyyakum.
Dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan sesama manusia sesungguhnya lebih sulit penghapusannya bila
dibandingkan dengan dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan Allah. Ketika kita punya salah dan dosa
kepada allah, selagi kita betul-betul menyesal dan berniat tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan dosa yang
pernah dilakukan, dalam arti kata benar-benar bertaubat, maka niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa dan
kesalahan kita. Dalam Al Quran surah Thaha, 82 Allah menegaskan :
Artinya: " Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal
saleh, lalu tetap pada jalan yang benar."
Bahkan dalam salah satu hadis kudsi, lebih jelas lagi Allah menegaskan :
Artinya: " Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu meminta dan mengharapkan ampunan-Ku, niscaya Aku
ampuni dosa yang telah diperbuat, dan Aku tak peduli. hai anak Adam, andaikata dosamu seluas langit, lalu
kamu memohon ampunan-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu, dan Aku tak peduli hai anak Adam, jika kamu
menghadap kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, lalu kamu menemuiku sambil tidak
menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan membawa ampunan
sepenuh bumi pula." { Hadis Riwayat Imam Turmudzi.}
Kedua firman Allah tersebut di atas menunjukkan bahwa betapa Maha Pengampunnya Allah SWT. Dia
senantiasa membuka tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat hamba-Nya yang berbuat dosa di waktu
malam, dan selalu membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat hamba-Nya .yang berbuat
dosa di waktu siang. Tidak ada istilah "Tiada maaf bagimu " bagi Allah kepada para hamba-Nya, karena pintu
taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja, kapan dan di mana saja. Pintu taubat itu ditutup hanya bagi mereka
yang sengaja mengulur-ulur waktu, sengaja menunda-nunda taubat mereka hingga saat sakratul maut tiba.
Begitu Maha Pengampunnya Allah, hingga tidak ada kesulitan untuk mendapatkan ampunan-Nya. Hanya
dengan satu syarat saja, yaitu taubat. Akan tetapi, apakah untuk mendapatkan maaf dari sesama kita sama
mudahnya dengan memperoleh ampunan dari Allah ? Tentu saja tidak. Nabi saw. dalam satu hadisnya pernah
bercerita tentang betapa sengsaranya seseorang yang ketika hidup di dunia pernah berbuat dosa terhadap
sesamanya, tetapi sayang dia belum sempat mendapatkan maaf dari seseorang yang disakitinya itu. Kelak kata
Nabi, ada seorang hamba yang datang menghadap Allah di hari pembalasan dengan membawa pahala salat,
pahala puasa, haji dan pahala-pahala lainnya. Ketika dihisab, ternyata amal baiknya lebih banyak ketimbang
amal jeleknya. Maka Allah pun hendak memasukkan hamba tersebut ke dalam surga, akan tetapi ada
seseorang yang komplen / mengajukan protes. "Ya Allah, saya menuntut keadilan. Di dunia orang itu pernah
menyakiti saya, dan dia belum mendapatkan maaf dari saya. Sekarang saya minta pertanggung jawaban atas
perbuatan dosa yang pernah dia lakukan terhadap saya". Mendengar protes dari orang itu, maka Allah pun
tidak memberi maaf kepada hamba yang punya dosa dengan sesamanya. Demi keadilan, Allah SWT .lalu
mengambil pahala seorang hamba yang diprotes, lalu pahala itu diberikan kepada seseorang yang disakitinya.
Ketika persoalan yang satu ini beres, ternyata datang salah seorang lagi memprotes pula yang intinya sama.
Maka untuk kedua kalinya Allah mengambil pahala yang berbuat dosa, lalu diberikannya kepada sesamanya
yang pernah disakiti. Begitu seterusnya datang silih berganti orang-orang yang protes, hingga akhirnya pahala
hamba yang pada mulanya begitu banyak, kini habis digunakan untuk membayar atas dosa-dosa dan
kesalahan kepada orang lain. Bahkan yang lebih tragis, ketika pahala itu sudah habis masih ada saja orang yang
datang memprotes. Berhubung pahala untuk membayar dosa itu sudah habis, maka satu-satunya cara untuk
meminta halalnya perbuatan dosa yang pernah diperlakukan kepada sesamanya adalah dengan jalan, dosa
orang yang pernah disakiti itu diambil, lalu dialihkan kepada orang yang punya dosa / salah.
Seperti itulah kisah tragis yang diceritakan oleh Nabi saw. berkaitan dengan seseorang yang menanggung
beban dosa dan kesalahan terhadap orang lain yang belum mendapatkan maaf. Melihat kenyataan ini, maka
hendaklah kita berhati-hati sekali dalam berhubungan dengan sesama kita. Manakala kita melakukan
kesalahan terhadap orang lain, misalnya kita pinjam barang atau uang, lalu kita tidak mengembalikannya
dalam waktu yang cukup lama, atau bahkan kita sengaja menggelapkannya dan mencurinya. Ini berarti
menyakiti orang lain. Bagi kita yang mau bertaubat, maka barang atau uang yang telah kita gunakan itu harus
kita kembalikan, dan kita harus minta maaf sampai dia mau memaafkan. Begitulah tata cara kita bertaubat dan
tata cara memperbaiki diri, dari segala cacat dan cela. Akhirnya semoga kita diberi kesempatan oleh Allah SWT
untuk melakukan Taubatan Nasuha sebelum kita meninggal dunia.
Taubat diarti katakan sebagai rangkuman dari permohonan ampun manusia kepada sang pencipta yaitu tiada
lain ialah Allah SWT atas kesalahan atau kekhilafan kita sebagai manusia baik itu perbuatan ataupun
perkataan. Nah, makna pentingnya segera melakukan taubat akan kita bahas dalam contoh pidato tentang
jangan menunda Taubat berikut ini:
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati.
Pertama kali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Karena Dia telah
memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang,
kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa hadir dan bermuwajahah di tempat
ini.
Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap dilimpahkan Allah kepada panutan kita semua,
yakni Rasulullah saw. berikut para keluarganya, para sahabatnya, para ulama-ulama dan segenap pengikutnya,
umat Islam sekalian. Aminn
Bapak, Ibu dan saudara sekalian yang saya hormati,
Pada kesempatan ini marilah kita bersama-sama mengoreksi diri sendiri. Sudah baik kah ibadah dan amal taat
kita kepada Allah. Berapa banyak perbuatan dosa dan maksiat yang kita lakukan setiap hari. Lalu, marilah kita
bandingkan, lebih banyak mana jumlah dosa yang kita perbuat daripada amal taat yang kita lakukan?
Sesungguhnya, kita sering lupa untuk mengoreksi diri. Sehingga merasa aman dari siksa Allah. Padahal dosa
yang diperbuat telah menumpuk banyak dan hal itu tidaklah pernah kita sadari.
Para hadirin yang saya hormati
Mati itu pasti. Setiap orang akan mengalami mati. Dan yang sangat menakutkan, karena kematian itu tidak
pernah kita ketahui, kapan ia datang dan menjemput roh kita. Bisa dalam waktu dua jam mendatang, dua hari,
satu bulan atau satu tahun kemudia. Sungguhj akan celaka jika ajal keburu menjemput sedangkan kita tidak
pernah menyempatkan diri untuk bertaubat. Karena itu, marilah kita bertaubat dengan segera.
Setiap di antara kita mengharapkan rahmat dari Allah dan ampunan-Nya. Rahmat dan ampunan Allah akan
bisa kita terima apabila kita berhenti berbuat maksiat, kemudian tekun beramal taat, selanjutnya bersungguh-
sungguh untuk bertaubat atas dosa-dosa yang telah lalu maupun dikemudia hari.
Dosa-dosa kita akan diampuni jika kita bersungguh-sungguh bertaubat. Taubat yang sungguh-sungguh disebut
taubat Nasuhah. Selama dosa-dosa itu tidak dalam bentuk menyekutukan Allah dan membunuh manusia,
maka masih memungkinkan untuk bisa dimaafkan. Jika kita tiba-tiba teringat segala perbuatan maksiat yang
pernah terjadi itu muncul, kemudia merasa banyak dosa maka berarti ada dorongan bertaubat. Kalau sudah
demikian hendaknya jangan ditunda-tunda. Ini pertanda adanya hidayah dari Allah. Jika kita mampu
mengalahkan hawa nafsu dan segera bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengampuni dosa
kita.
Demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Jika ada kesalahan, maka hal itu
karena khilaf dan kebodohan ilmu saya. Namun jika dalam materi itu dapat dipetik kebenarannya, maka hal itu
semata-mata karena ilmu Alloh.
Sebagai seorang mukmim yang taat selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kita kepada allah SWT,
dengan berusaha terus meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam menjalankan perintah Allah SWT tulus,
ihlas didasarkan keimanan dengan penuh harapan atas keridahan dan surganya. Takwa juga berarti
menghindari dan menjauhi seluruh larangan-larangannya yang bila kita kerjakan dapat mencelakakan kita dan
akan mengazab kita dengan siksa Allah yang pedih didunia maupun diakhirat nanti.
Hadirin yang Insya Allah di muliakan oleh Allah
Kita sebagai manusia biasa tidak ada yang suci dan bersih dari kesalahan-kesalahn baik kesalahan besar
maupun kecil kita pasti melakukanya baik disengaja maupun tidak disengaja.
Oleh sebab itu Allah SWT selalu membuka pintu taubat bagi hamba-hambanya yang mau bertobat.
Manusia yang baik bukan manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa, namun orang yang baik adalah
orang yang melakukan dosa kemudian ia ingat bahwa yang dilakukan itu adalah perbuatan salah, maka ia
segera mengingat Allah dan merasa menyesal dengan segala perbuatannya itu kemudian bertobat kepada
Allah dan berjanji tidak mengulanginya. Serta melakukan segala perbuatan baik untuk menutupi perbuatan
jahatnya.
Rasulullah perna bersabda dalam sebuah hadisnya :
Artinya : setiap anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang
meminta ampun kepada Allah.
Kemudian Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Imran ayat 135,
Artinya : Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan yang keji dan menganiaya dirinya
sendiri kemudian mereka ingat kepada Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan mereka
tidak meneruskan perbuatan-perbuatan kejinya itu, mereka itu balasannya ialah ampunan dari tuhan mereka
dan surge yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-
baiknya pahala bagi orang-orang yang beramal.
Hadirin yang insya Allah dimuliakan oleh Allah
Ayat diatas menjelaskan bahwa taubat itu hendaknya disertai dengan penyesalan dan berjanji tidak
melakukan perbuatan keji itu pada waktu lain.
Banyak orang mengatakan : kalau mau tobat nanti sudah tua saja, sekarang kita masih muda, kita nikmati
dulu hidup ini.
Kaum muslimin yang insya Allah di rahmati Allah
Pendapat tersebut adalah pola pikit yang keliru, karena orang yang meninggal dunia itu bukan orang yang
sudah tua saja, melainkan semua ditentukan oleh Allah. Kalau Allah sudah mentakdirkan umur seseorang tidak
pandang bulu, mulai dari anak-anak mati, masih remaja mati, pemuda mati, orang tua mati, orang miskin mati,
orang kaya mati, para pejabat presiden, gubernur, bupati/walikota dan pejabat lainnya mati juga, rakyat biasa
mati juga, kiai, ustadz mati juga.
Jadi ajal/kematian itu tidak memandang umur, jabatan, dan status social tetapi status manusia dihadapan
Allah SWT sama semua bernama hamba Allah.
Alangkah celakanya orang yang masih muda digunakan masa mudanya dengan mabuk-mabukan, berjudi,
setiap malam keluar masuk klap-klap malam, dengan alas an mencari penyegaran serta maksiat-maksiat
lainnya. Ia meninggalkan sholat, meninggalkan puasa juga kewajiban lainnya yang mesti dilaksanakan seorang
muslim yang beriman kepada Allah SWT.
Dan alangkah celakanya pula ditengah-tengah perbuatannya yang maksiat itu tiba-tiba dipanggil oleh
Allah SWT untuk menghadapnya. Sedangkan sipemuda tersebut dalam keadaan mabuk memegang botol miras
dan berjalan terseok-seok tiba-tiba ditabrak oleh mobil truk, maka matilah dalam keadaan kafir.
Kaum muslimin yang insya allah dirahmati Allah
Sebaliknya orang yang baik akan melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya
semenjak dia islam atau mengucapkan dua kalimat syahadat dan bersaksi tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah. Ia selalu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya,
sehingga kapan dipanggil oleh Allah, ia akan siap mati dengan ketaatan kepada Allah atau mati dalam keadaan
muslim.
Dalam surat Al-Araf ayatv34 Allah berfirman :
Tiap-tiap umat menemui ajal, maka apabila telah dating ajalnya, tak dapat mengundurkannya, barang
sesaat pun dan tidak pula memajukannya.
Oleh karena itu janganlah ditunda-tunda untuk bertobat kepada Allah SWT sebelum kematian
menjemput kita. Karena datangnya kematian itu tanpa pemberitahuan atau pengumuman terlebih dahulu.
Perintah bertobat ini dijelaskan dalam Al-Quran Surat At-Tahrim ayat 8
Berbunyi : Ya ayuhallazina amanu tuubuu ilaahi taubatun nasuha
Artinya : Hai orang-orang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-murninya.
Tobat itu wajib untuk semua dosa, maka jika dosa itu berkaitan dengan hubungan manusia dengan allah tanpa
ada sangkut pautnya dengan hubungan manusia. Bertaubat itu mempunyai 3 persyaratan
1. Harus menghentikan maksiatnya
2. Harus menyesali perbuatan yang telah terlanjur dilakukannya
3. Niat bersungguh-sungguh tidak akan perna mengulangi perbuatan yang sama untuk kedua kalinya
Tetapi apabila pentaubatan itu menyangkut dosa kepada sesame manusia lainnya maka 3 syarat tersebut
belum cukup dan harus ditambah dengan satu persyaratan yaitu menyelesaikan urusannya dengan orang
orang bersangkutan dengan meminta maaf atau meminta halalnya suatu perbuatan atau mengembalikan
sesuatu yang harus dikembalikan. Maka dalam kehidupan sehari-hari :
1. Harus memperbnyak istigfar (Astagfirullahal azim)
2. Membina silaturahmi yang baik sesama manusia
3. Kalau mempunyai kebiasaan yang dapat mencelakan diri sendiri mabuk-mabukan, judi kebiasaan
penyegaran ditempat-tempat hiburan malam, hentikanlha dan segera bertobatlah. Insya allah, Allah
memberikan ampunan.
Demikian khutbah singkat ini, mudah-mudahan ada manfaatnya kepada kaum muslimin terlebih lagi pada diri
saya sendiri dan keluarga. Amin
Ungkapan syukur secara mendalam, peningkatan kesadaran ilahiyyah dan ubudiyyah yang berkesinambungan
dan pengamalan ibadah dan muamalah yang semakin berkualitas adalah bukti pernyataan ketundukan dan
kepasrahan kita kepada Allah SWT, dari hari dan masa yang terus bergulir sepanjang ruh kita masih
menempati jasad, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Rahmat dan Salam semoga tetap Allah anugerahkan kepada yang dihormati
manusia, dan diagungkan malaikat, yang ditakuti Iblis dan dijauhi syetan.
Perjalanan kehidupan manusia di dunia takkan bisa terlepas dari cobaan, seluruh jagat raya yang Allah
ciptakan hanyalah untuk manusia dan itu semua menjadi cobaan baginya. Bila manusia
hanya bermain dan bersenang-senang di kehidupan dunia tanpa mampu mengatasi cobaan yang Allah berikan,
maka ketika ia keluar dari alam dunia, tidak ada apapun yang ia bawa selain penyesalan dan tangisan yang
tiada henti. Cobaan yang Allah berikan kepada manusia bisa bernama kekayaan ataupun kemiskinan, Cobaan
yang allah timpakan kepada kita juga bisa bernama kecantikan dan ketampanan, jabatan dan kedudukan, tahta
dan kehormatan, kecerdasan dan kebodohan, musibah dan keberuntungan, juga kesehatan dan rasa sakit.
Kemudian dalam menghadapi segala cobaan yang Allah berikan, manusia terbagi 2 macam. Di antara mereka
ada golongan yang melewati cobaan Allah dengan selamat dan mendapatkan hikmah kebaikan dari coban itu,
sementara satu golongan yang lain terjerumus dan tidak dapat mengendalikan cobaan-cobaan itu hingga akhir
kehidupannya. Semoga kita semua termasuk orang yang mendapatkan kebaikan dari segala cobaan yang allah
berikan. Amien
Namun sudah menjadi sunnatullah adanya, bahwa selain Nabi dan rasul, tidak ada satu manusia pun yang
terlepas dari dosa dan kesalahan, tidak ada satu orang pun yang tidak pernah berbuat dosa dan kemaksiatan.
Orang yang diberikan banyak harta, pasti pernah berdosa dalam membelanjakan harta bendanya, begitu pun
orang miskin, Orang yang diberikan ilmu dan kecerdasan, pasti pernah berbuat dosa dalam mengaplikasikan
ilmu dan kecerdasannya, begitu pun orang bodoh, dan mereka yang memiliki kepemimpinan, jabatan dan
kedudukan pasti memiliki kesalahan dalam melaksanakan kepemimpinan dan jabatannya, begitu pun rakyat
biasa. Dari mereka semua, yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, yang terbaik dari
mereka adalah orang yang mau memperbaiki kesalahannya dan kembali kepada kebaikan dan kebenaran.
Dalam syariat islam, hal ini kita kenal dengan istilah Taubat.
Taubat dalam bahasa arab berarti kembali, kembali dari jalan kesesatan menuju jalan terang kebaikan yang
ditunjukkan oleh Allah SWT. Orang yang telah melaksanakan taubat dengan sesungguhnya, digambarkan
seperti manusia yang dilahirkan kembali dari ibunya, bersih putih tanpa dosa. Namun Islam juga memberikan
syarat dan ketentuan tentang taubat yang sesungguhnya yang dikenal dengan istilah Taubat Nasuha, taubat
yang mampu membersihkan manusia layaknya bayi yang baru dilahirkan dari ibunya.
Para ulama sepakat bahwa taubat hukumnya wajib, apabila dosa dan maksiat yang dilakukan seseorang hanya
berhubungan dengan Allah saja, maka syarat diterimanya taubat ada tiga :
Hal penting
1. Dimulai dengan pembahasan tentang manusia itu tidak luput dari namanya dosa.
2. Pengertian Tobat
3. Peranan/Fungsi Toubat
4. Cara menempuh Taubat
5. Kesimpulan