Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa memberikan seluruh nikmatnya
kepada kita semua, yang mustahil kita bisa menghitungnya. Dengan kenikmatan
tersebut kita dpt menjalan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah dan limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw.
و َهدَ ۡي ٰ َن ُه ٱل َّن ۡج َد ۡي ِن,َ ول َِس ٗانا َو َش َف َت ۡي ِن,َ َأ َلمۡ َن ۡج َعل لَّهُۥ َع ۡي َن ۡي ِن
Artinya: “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan
dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (Al-Balad [90]:
8-10).
Melalui ayat ini kita dpt melihat kisah Fudhoil bengis ketika membaca ayat ini.
Betapa tidak, dia menangis dikarenakan nikmat Allah yang sungguh besar, yaitu
nikmat penglihatan yg dpt digunakan utk memandang keindahan ciptaan Allah.
Nikmat lisan dan bibir yang dpt digunakan berbicara, berinterkasi dalam kehidupan
sosial.
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimani wa Rahimakumullah
( ) َألَمۡ َن ۡج َعل لَّهُۥ َع ۡي َن ۡي ِنMelalui kedua mata yang Allah swt berikan kepada manusia agar
mereka dpt menggunakan kenikmatan tersebut dengan sebaik-baiknya.
Allah memberikan salah satu kenikmatan terbesar yaitu penglihatan yang bertujuan
agar manusia dpt melihat kekuasaan Allah dan keagungan-Nya. Setelah melihat
keagungan Allah melalui segala penciptaan-Nya, manusia dpt berfikir secara jernih,
Allah lah satu satunya Dzat yang harus disembah, sehingga melalui pengliatan
tersebut, bertambalah keimanan seorang hamba utk tetap bertaqarub kepada Allah.
Melalui penglihatan yang baik, akan dicerna oleh akal yang baik juga, sehingga
muncullah hati yang baik. Ketika hati seorang hamba sudah baik, maka akan
baiklah segala amal perbutannya. Maka, jika kita menginginkan hati kita baik atau
al-Qalb as-Salim (hati yang selamat), maka teruslah mensyukuri nikmat Allah swt
berupa penglihatan utk melihat kebaikan dan kekuasaan Allah. Bukan malah
menggunakan nikmat penglihatan utk melihat hal-hal yang diharamkan Allah swt
atau melihat segala keburukan orang lain.
Melalui kenikmatan lisan dan bibir kita dpt menyampaikan melalui pembicaraan
yang baik. Selain itu, tujuan terbesar Allah swt memberikan kenikmatan ini adalah
agar melalui lisannya manusia dpt berdzikir dan senantiasa menyebut nama Allah.
Melalui lisannya, manusia dpt berdakwah dijalan Allah swt, mengajak kepada yang
makruf dan meninggalkan yang munkar. Melalui lisannya manusia dpt saling
menasehati akan kebenaran.
Maka, dari kedua kenikmatan tersebasar tersebut manusia telah dituntun oleh Allah
swt utk senantiasa bersyukur. Melalui penglihatan, lisan, bibir, hati dan akal fikiran,
manusia benar2 sbg ahsanu kaamilin / ahsanu taqwim (manusia yang sempurna).
yg mendptkan julukan sbg makhluk sempurna adl mereka yang meyakini dan
beriman kpd Allah, menjalankan fungsi akal, hati, mata, bibir dan lisan sebagaimana
mestinya.
Tentu menjalankan semua perintah Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw.
Dengan demikian Allah swt memberikan petunjuk dua jalan kebaikan dan
keburukan. Dengan mensyukuri nikmat Allah swt, tentu kita sebagai manusia yang
beriman dan bertakwa akan memilih jalan yang baik sebagaimana Allah swt berikan
kenikmatan hati dan akal utk menentukannya.
Melalui kedua mata, lisan dan kedua bibir juga akan terlihat akhlak kita. Akhlak yang
baik tentunya tidak berbicara yang buruk dan menyakiti hati sesama muslim serta
tidak melihat hal-hal yang buruk.
Maka, ketika kita menjaga mata, lisan dan kedua bibir adalah termasuk kita berbuat
baik kepada diri kita sendiri dan berbuat baik kepada orang lain. Inilah yang
diajarkan oleh Islam. sebagai hamba yang beriman, inilah kewajiban kita utk
senantiasa menjaga mata, lisan dan kedua bibir dengan senantiasa bersyukur
kepada Allah swt.
Semoga Allah mudahkan kita dalam meniti jalan kebaikan yang diridhoi Allah..
صلُّوا َع َل ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا َ ون َع َلى ال َّن ِبيِّ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َ ِين َآ َم ُنوا َ ِإنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َك َت ُه ي
َ ُُّصل
ك َح ِم ْي ٌد
َ َّ آل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنـ َ لى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع
ِ لى َ صلَّي
َ ْت َع َ َ آل م َُح َّم ٍد َكما َ لى م َُح َّم ٍد َو َع
ِ لى َ اَللَّ ُه َّم
َ ص ِّل َع
َ َّ آل ِإب َْرا ِه ْي َم ِإنـ
ك َ لى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع
ِ لى َ آل م َُح َّم ٍد َكما َ با َ َر ْك
َ ت َع َ َم ِج ْي ٌد اَللَّ ُه َّم با َ ِركْ َع
َ لى م َُح َّم ٍد َو َع
ِ لى
َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
ك َس ِم ْي ٌع َ ِإ َّن،ِ اَألحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَألمْ َوات،ِ َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َمات،ِاغ ِفرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنات ْ اللَّ ُه َّم
ِين َس َبقُو َنا با ي َمان َواَل َتجْ َع ْل فِي قُلُوب َنا غِ اًّل َ اغ ِفرْ َل َنا َوِإِل ْخ َوا ِن َنا الَّذ
ْ َر َّب َنا.َق ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال ُّد َعا ِء
ِ ِ ِ ِإْل
ك َرحْ َم ًة َ َر َّب َنا اَل ُت ِز ْغ قُلُو َب َنا َبعْ دَ ِإ ْذ َهدَ ْي َت َنا َو َهبْ َل َنا ِمنْ َل ُد ْن. ك َرءُوفٌ َرحِي ٌم َ ِين َآ َم ُنوا َر َّب َنا ِإ َّن
َ لِلَّذ
ُت ْال َوهَّاب َ ك َأ ْنَ ِإ َّن
َ َر َّب َنا آ ِت َنا في ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفي اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذ
ِ اب ال َّن
ار
ْ ْ ْ ْأ
ِ هللا َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواِإلحْ َس
ِان َوِإ ْي َتا ِء ذِي القُرْ َبى َو َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِء َوال ُم ْن َك ِر َوال َب ْغي َ َِّإن: هللا ِ عِ َبا َد
ُ َيع
ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن