Anda di halaman 1dari 15

Lisanmu adalah Hargamu

Oleh: Slamet Nurcahyo

Assalaamu’alaikum Wr Wb

ُ ‫ أ َ ْش َهد‬.‫ور‬ َ ُّ‫ت َوالن‬ ُّ ‫ض َو َج َع َل‬


ِ ‫الظلُ َما‬ َ ‫ت َواأل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫ب ْال َعالَ ِميْنَ الَّذِي َخلَقَ ال‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْمدُ هللِ َر‬
‫ الل ُه َّم‬.ُ‫ي بَ ْعدَه‬َّ ‫سولُهُ لَ نَ ِب‬ ُ ‫أ َ ْن لَ ِإلهَ ِإلَّ هللاُ َو ْحدَهُ لَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
‫اس‬ ُ َّ‫ فَ َيا أَيُّ َها الن‬.ُ‫ أ َّما َب ْعد‬،ُ‫ص َحا ِب ِه َو َم ْن َولَه‬ ْ َ ‫سو ِل َك ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ا ِل ِه َوأ‬ ُ ‫س ِل ْم َعلَى َر‬ َ ‫ص ِل َو‬
َ
َ‫اتَّقُوهللاَ َح َّق تُقَا ِت ِه َولَ ت َ ُموت ُ َّن ِإلَّ َوأَت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kita kepada Allah SwT, karena tanpa kita
meminta semua yang kita butuhkan telah Allah sediakan dengan cuma-cuma. Semua yang
sekarang ada yang menopang kebutuhan dasar hidup makhluk ini acapakali kita anggap
ada dengan sendirinya. Padahal tidak, semua itu ada karena kuasan-Nya semata. Semua
ada karena rahman dan rahim Allah kepada kita. Namun, sangat sedikit di antara kita yang
mau bersyukur.

Jangan sampai kita dipaksa untuk sadar manakala kita sudah terbaring tidak berdaya,
manakala semua yang kita naggap biasa itu menjadi tidak biasa lagi. Manakala sekedar
untuk bernafas pun kita memerlukan bantauan alat yang mahal.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah mengantarkan dan mengenalkan kita pada nikmatnya iman dan Islam.

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah

Dalam surat Al-Isra’ ayat 53 Allah SwT telah berfirman

‫س ِن‬ ِ ۡ ‫طنَ َكانَ ِل‬


َ ‫ۡلن‬ ُ َ‫طنَ َينز‬
َّ ‫غ بَ ْينَ ُه ُۚ ْم ِإ َّن ٱل‬
َ ‫ش ْي‬ َّ ‫س ُۚ ُن ِإ َّن ٱل‬
َ َ‫شي‬ َ ‫َوقُل ِل ِع َبادِي َيقُولُواْ ٱلَّتِي ِه‬
َ ‫ي أ َ ۡح‬
٥٣ ‫َعد ًُوا ُّمبِ ْينًا‬
Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara
mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia

Tanpa memerlukan rujukan tafsir apapun, kita bisa paham bila ayat ini sudah jelas
memerintahkan kepada setiap manusia untuk hanya mengucapkan kalimat yang baik,
karena kalau kita salah memilih kata dalam berbicara, ditambah andil syetan, hal itu bisa
menimbulkan perselisihan.
Akibat dari pemilihan kata yang tidak baik itu terbukti secara nyata pada tahun 2016 yang
lalu. Seorang pemimpin daerah yang dikenal suka berkata kasar (namun dicitrakan sebagai
perkataan yang jujur) akhirnya terantuk batu. Kebiasaannya berkata kasar dan sembrono
akhirnya melampui batas kepantasan. Kehebohan yang luar biasa pun tersulut dari lisan
yang semborono itu. Sungguh sangat tepat kalau Rasululah SAW juga bersabda

ْ َ‫َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِاهللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَ ْليَقُ ْل َخي ًْرا أ َ ْو ِلي‬
ْ ‫ص ُم‬
.‫ت‬
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang
baik atau hendaklah diam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits ini secara tegas menyatakan kalau kita tidak yakin apa yang akan kita ucapkan itu
merupakan suatu yang baik dan akan membawa akibat yang baik pula, maka lebih baik kita
diam. Diam itu emas.Diam itu lebih baik daripada berkata yang tidak benar, darupada
mengatakan sesuatu yang tidak membawa dampak yang baik.

Mengapa demikian? Karena setiap ucapan yang kita kelurkan itu pada akhirnya harus kita
pertanggungjawabkan. Hal itu sesuai dengan Firman Allah dalam surat Qaf ayat 18

ُ ‫َّما يَ ْل ِف‬
ٌ ِ‫ظ ِمن قَ ْو ٍل ِإ َّل لَدَ ْي ِه َرق‬
١٨ ٌ‫يب َعتِ ْيد‬
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas
yang selalu hadir.

Oleh karena itu dalam suatu kesempatan, ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar
Nashir meyatakan, “Seorang pemimpin harus pandai untuk merawat kata, karena dari kata
itulah sering ada bencana”.

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah

Kalau kita cermati lebih mendalam, teramat banyak ajaran maupun perintah Allah dan
Rasul-Nya kepada kita semua agar kita senantiasa cermat dalam menjaga lisan kita ini.
Meskipun dalam keadaan marah sekalipun.

Dalam hal ini ada nasehat sederhana dari pepatah timur, yang patut kita renungkan.
“Manusia diberi dua telinga dan satu mulut, kalau direnungkan itu mengandung maksud
Allah, sang pencipta kita itu, menginginkan manusai itu lebih banyak mendengar daripada
berbicara”.

Namun, di masa sekarang ini siapakah di antara kita yang lebih suka mendengar daripada
berbicara. Kita cenderung menginginkankan orang lain untuk mendengarkan kita. Bahkan
kalau perlu memaksa orang lain supaya mau mendengarkan kita juga untuk
memperhatikan kepentingan kita. Namun, sangat sedikit yang mau lebih banyak
mendengar. Sangat sedikit di antara kita yang mau lebih mengerti urusan orang lain. Kita
cenderung menganggap orang lain itu tidak penting. Dan yang penting adalah diri kita
sendiri, maka kita lebih suka berbicara, bahkan kalau perlu berteriak supaya didengar
tanpa pernah mau mendengarkan pendapat orang lain.

Padahal mulut kita itu cuma satu dan telinga kita itu dia di sampimg kanan kiri. Artinya kita
harus mau mendengar semua perkara dari kedua sisi yang berbeda barulah kita berhak
untuk berbicara tentang urusan itu.

Maka, sudah sangat tepat kalau Imam Syafii (Allahu yarham) memberikan nasehat kepada
para muridnya, Apabila seseorang ingin berbicara, hendaklah berpikir dulu. Bila jelas
maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka janganlah dia berbicara hingga
nampak maslahatnya.

َّ ‫َجعَلَنَا هللاُ َوإِيَّا ُك ْم ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ ْال ُم ْح ِسنِيْنَ َوأ َ ْد َخلَنَا َوإِيَّا ُك ْم فِى ِعبَا ِد ِه ال‬
ِ ‫صا ِل ِحيْنَ َوقُ ْل َر‬
‫ب‬
َ‫اح ِميْن‬ َّ ‫ت َخي ُْر‬
ِ ‫الر‬ َ ‫ار َح ْم َوأ َ ْن‬
ْ ‫ا ْغ ِف ْر َو‬.
KHUTBAH KEDUA

ُ َ‫ب ْالعَالَ ِميْنَ َو ْالعَاقِبَةُ ِل ْل ُمت َّ ِقيْنَ َول‬


َّ ‫ع ْد َوانَ إِلَّ َعلَى‬
َ‫الظا ِل ِميْن‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِهللِ َر‬.
َ‫ص َحا ِب ِه أ َ ْج َم ِعيْن‬
ْ َ ‫سالَ ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أ ِل ِه َوأ‬
َّ ‫صالَة ُ َوال‬
َّ ‫ َوال‬.
ً‫سلَهُ َر ْح َمة‬َ ‫سولُهُ أ َ ْر‬ ُ ‫أن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬ َّ ُ‫أن لَّ إلهَ إلَّ هللاُ َو ْحدَهُ لَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهد‬ ْ ُ‫أشهد‬
َ‫ أ َّما بَ ْعدُ فَيَا ِعبَادَ هللاِ اِتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َولَ ت َ ُم ْوت ُ َّن ِإلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬، َ‫ ِل ْل َعالَ ِميْن‬.
Hadirin Jam’ah Jumat rahimakumullah…

Memang, lidah tidak bertulang, begitulah kata orang Melayu tentang licinnya lidah yang mudah
tergelincir. Namun sebagai orang yang beriman yang dibekali akal ppikiran yang lengkap, kita
tidak boleh larut dalam kelicinan lidah. Lidah kita memang licin, sering cepat bergerak melebihi
kecepatan pikiran. Namun potensi lidah yang sering selip itu harus dapat dikontrol. Kemampuan
kita dalam mengontrol lidah inilah yang menajdi pembeda harga kita dengan orang lain. Dari
kata-kata yang kita produk itulah diri kita dinilai.

. َ‫ص ْح ِب ِه أ َ ْج َم ِعيْن‬
َ ‫سالَ ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أ ِل ِه َو‬ َّ ‫ َوال‬. َ‫ب ْال َعالَ ِميْن‬
َّ ‫صالَة ُ َوال‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْمدُ هللِ َر‬
ِ َ‫ اَأل َ ْحي‬،ِ‫ت َو ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَات‬
‫ إِنَّ َك‬.ِ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوات‬ ِ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما‬
.‫ت‬ِ ‫ْب الدَّ َع َوا‬ ُ ‫ْب ُم ِجي‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِري‬
َ
‫ان َولَ ت َ ْج َع ْل ِفى قُلُوبِنَا ِغ َّال ِللَّ ِذيْنَ آ َمنُوا‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذيْنَ ِس َبقُ ْونَ ِب‬
ِ ‫اإل ْي َم‬
ٌ ُ‫َربَّنَا إِنَّ َك َغف‬
.‫ور َر ِح ْي ٌم‬
‫صنَا َوا َ ْ‬
‫ص ِل ْح‬ ‫ص ِل ْح لَنَا دُ ْنيَانَا الَّتِى فِ ْي َها َمعَا ُ‬ ‫ص ِل ْح لَنَا ِد ْينَنَا الَّذِى ُه َو ِع ْ‬
‫ص َمةُ أ َ ْم ِرنَا َوا َ ْ‬ ‫ألل ُه َّم ا َ ْ‬
‫ت َرا َحةً‬‫اجعَ ِل ْال َم ْو َ‬
‫اجعَ ِل ْال َحيَاة َ ِزيَادَة ً لَّنَا فِى ُك ِل َخي ٍْر َو ْ‬ ‫آخ َرتَنَا الَّتِى إِلَ ْي َها َمعَادُنَا َو ْ‬
‫لَنَا ِ‬
‫‪.‬لَّنَا ِم ْن ُك ِل ش ٍَر‬
‫سنَا َوإِ ْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِريْنَ‬
‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ‬
‫‪.‬ربَّنَا َ‬
‫َ‬
‫ار ُز ْقنَا ْ‬
‫اج ِتنَا َبهُ‬ ‫اطالً َو ْ‬ ‫ار ُز ْقنَا ا ِت َبا َعهُ َوا َ ِرنَا ْال َب ِ‬
‫اط َل َب ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ا َ ِرنَا ْال َح َّق َحقًّا َو ْ‬
‫ت ْال َو َّه ُ‬
‫اب‬ ‫غ قُلُوبَنَا بَ ْعدَ ِإ ْذ َهدَ ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَدُ ْن َك َر ْح َمةً ِإنَّ َك أ َ ْن َ‬ ‫‪.‬ربَّنَا لَت ُ ِز ْ‬
‫َ‬
‫ص ًرا َك َما َح َم ْلتَهُ َعلَى الَّ ِذيْنَ‬ ‫طأْنَا َربَّنَا َولَ ت ُ َح ِم ْل َعلَ ْينَا إِ ْ‬
‫اخ ْذنَا إِ ْن نَ ِس ْينَا أ َ ْو أ َ ْخ َ‬
‫َربَّنَا لَ ت ُ َؤ ِ‬
‫ت َم ْولَنَا‬‫ار َح ْمنَا أ َ ْن َ‬
‫ْف َعنَّا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْ‬ ‫طاقَةَ لَنَا ِب ِه َواع ُ‬ ‫ِم ْن قَ ْب ِلنَا َربَّنَا َولَ ت ُ َح ِم ْلنَا َما لَ َ‬
‫ص ْرنَا َعلَى ْالقَ ْو ِم ْال َكافِ ِريْنَ‬ ‫‪.‬فَا ْن ُ‬
‫َربَّنَا آتِنَا ِم ْن لَدُ ْن َك َر ْح َمةً َوهَيِئْ لَنَا ِم ْن أ َ ْم ِرنَا َر َ‬
‫شدًا‬

‫سنَةً َّو ِقنَا َعذَ َ‬


‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َّو ِفى اْ ِ‬
‫ْلخ َر ِة َح َ‬ ‫‪.‬ربَّنَا آ ِتنَا ِفى الدُّ ْن َيا َح َ‬
‫َ‬
‫ب ْال َعالَ ِميْنَ‬
‫س ِليْنَ َو ْال َح ْمد ُ هلل َر ِ‬
‫سالَ ٌم َعلَى ْال ُم ْر َ‬ ‫ب ْال ِع َّزةِ َع َّم يَ ِ‬
‫صفُ ْونَ َو َ‬ ‫س ْب َحانَ َر ِب َك َر ِ‬
‫ُ‬
‫‪Sumber‬‬
‫‪http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/10/11/lisanmu-adalah-hargamu/‬‬
‫‪11 October, 2019 WIB‬‬
Hayatan Thayyibah
4 October, 2019 WIB

Oleh : Achmad Afandi

Assalaamu’alaikum Wr Wb

َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن‬


ِ ‫سيِئَا‬
‫ت‬ ُ ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ ِ َّّلِلِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُر ْه َونَعُوذُ ِباهللِ ِم ْن‬
ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫أ َ ْع َما ِلنَا‬. ُ‫ََأ َ ْش َهدُ أ َ ْن لَ ِإلَهَ إِلَّ هللا‬
‫ص ِل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ِه‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫َو ْحدَهُ لَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬
ِ ‫ان إِلَى يَ ْو ِم‬
‫الدي ِْن‬ ٍ ‫س‬ َ ‫ص ْحبِ ِه َو َم ْن تَبِعَ ُه ْم بِإ ِ ْح‬ َ ‫و‬. َ َ‫أ ُ ْو ِص ْي ُك ْم َوإِيَّ َاي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَ َاز ا ْل ُمتَّقُ ْون‬, َ‫يَا أَيُّها َ الَّ ِذيْن‬
َ‫ َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َولَ ت َ ُم ْوت ُ َّن ِإلَّ َوأَنت ُ ْم ُّم ْس ِل ُم ْون‬.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Mari kita selalu bersukur kepada Allah swt. atas semua pemberian nikmat-Nya kepada kita
semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Baginda Rasulillah
Muhammad saw., ujung tombak pembawa pelita kehidupan bagi segenap umat manusia.

Selanjutnya, kami mengajak kepada jamaah mari kita berupaya secara terus menerus
memperbarui dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas amal ibadah, keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt. Harapan dari upaya tersebut tidak lain adalah mudah-mudahan di
akhir hayat kita kelak ketika dipanggil Allah swt. keber-Islaman kita betul-betul dalam keadaan
yang terbaik sehingga menjadi khusnul khatimah. Aamiin.

Jamaah Jum’at rahimatullah! Allah swt. berfirman di dalam QS: an-Nahl (16): 97

َ ً ‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْح ِييَنَّهُ َحيَاة‬


‫ط ِيبَةً َولَن َْج ِزيَنَّ ُه ْم أ َ ْج َر ُه ْم‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ ‫ِبأ َ ْح‬
َ‫س ِن َما َكانُوا َي ْع َملُون‬
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Ayat di atas secara jelas berisi penegasan bahwa Allah swt. akan memberikan hayatan thayyibah
atau kehidupan yang baik kepada orang laki-laki dan wanita yang beramal shaleh dan beriman.
Lantas apa maksud dari hayatan thayyibah di situ ? Hayatan thayyibah adalah kehidupan yang di
dalamnya diliputi rasa kebahagiaan sehingga seseorang menjadi tenang dalam menjalani
kehidupan. Ada beberapa kriteria satu kehidupan disebut hayatan thayyibah, yaitu :

Pertama, kehidupan yang dilandasi aqidah ketauhidan. Aqidah ketauhidan atau keimanan kepada
Allah swt. adalah dasar dan pondasi kehidupan umat Islam. Kehidupan yang baik adalah
kehidupan yang segala orientasi hidupnya hanya dilandaskan pada nilai-nilai ketauhidan kepada
Allah swt. QS: al-An’am (6): 162

Katakanlah: “Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam,

Kedua, kehidupan yang selalu memberi dampak positif atau bermanfaat. Amal shaleh adalah
amal perbuatan yang dilakukan manusia yang membawa dampak positif atau manfaat pada
dirinya dan juga pada orang lain. Bukan amal yang justru memberi madharat bagi orang lain.
Oleh karena itu Rasulullah saw. bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat
bagi orang lain”

Ketiga, Kehidupan yang dpenuhi dengan Rizki Yang Halal. Setiap manusia tentu membutuhkan
rizki berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan kebutuhan-kebutuhan
hidup lainnya. Untuk itu, manusia harus mencari nafkah dengan berbagai usaha yang halal. Bagi
seorang muslim, terpenuhinya rizki secara halal merupakan salah satu prinsip hidup yang baik.
QS: al-Baqarah (2): 168

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.

Keempat, Kehidupan yang dilandasi oleh rasa syukur dan sikap Qonaah serta ridha. Allah
berfirman dalam surat Ibrahim (14): 7 artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”.

Salah satu makna syukur adalah qana’ah yaitu sikap ridha bil qismi, ridha atas pembagian yang
telah Allah anugerahkan. Nabi bersabda:

“Sungguh beruntung, orang yang telah berislam, diberi rejeki yang cukup, lalu Allah
menjadikannya qana’ah atas apa yang Dia karuniakan kepadanya.” (HR Muslim)

Kelima, Kehidupan yang selalu diliputi kebahagiaan dan Ketenangan karena terhindar dari dosa.
Perbuatan dosa menjadi faktor kegelisahan disebut dalam hadits Rasulullah saw:

Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju
kalau hal itu diketahui oleh orang lain (HR. Ahmad).
‫)‪Mudah-mudahan Allah swt. senantiasa melimpahkan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah‬‬
‫‪bagi kita semua. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.‬‬

‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪.‬‬ ‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َعنِ ْي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه ِمنَ اْْليَا ِ‬
‫ت َو ِ‬ ‫ار َك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْر ِ‬ ‫بَ َ‬
‫‪.‬أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ْال َع ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم‬
‫‪Khutbah kedua‬‬

‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َ‬
‫س ْيئ َا ِ‬
‫ت‬ ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ ِ َّّلِلِ ن َْح َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُر ْه َونَعُوذُ بِاهللِ ِم ْن ُ‬
‫ِي لَهُ‬ ‫ض ِل ْل فَالَ هَاد َ‬ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُ ْ‬ ‫ََأ َ ْش َهدُ أ َ ْن لَ ِإلَهَ إِلَّ هللاُ ‪.‬أ َ ْع َما ِلنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫سلَّ َم ت َ ْس ِل ْي ًما‪ .‬أ َ َّما‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫َو ْحدَهُ لَ ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ُ‬
‫س ْولُهُ َ‬
‫َب ْعدُ؛‬
‫‪Di khutbah yang kedua ini perlu saya tegaskan bahwa yang namanya kehidupan yang baik atau‬‬
‫‪hayatan thayyibah itu tidak datang dengan sendirinya. Justru kita lah yang harus berusaha‬‬
‫‪memunculkannya pada diri kita masing-masing. Meski demikian, segala upaya yang kita‬‬
‫‪lakukan tetap kita tawakkalkan kepada Allah swt. semoga hayatan thayyibah selalu menyelimuti‬‬
‫‪kehidupan kita dan keluarga kita semua. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.‬‬

‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َ‬


‫س ِل ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‪.‬‬ ‫صلُّ ْونَ َعلَى النَّبِيِ‪ ،‬يَا أَيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا َ‬ ‫إِ َّن هللاَ َو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‪ِ ،‬إنَّ َك‬ ‫صلَّي َ‬ ‫ص ِل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ت َعلَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل ‪َ .‬ح ِم ْيدٌ َم ِج ْيدٌ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َب َ‬ ‫َو َب ِ‬
‫اء ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َواتِ‪ِ . .‬إب َْرا ِهي َْم‪ِ ،‬إنَّ َك َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيدٌ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َماتِ‪ ،‬اْأل َ ْح َي ِ‬
‫ان َولَ ت َ ْج َع ْل ِف ْي قُلُ ْوبِنَا ِغالًّ ِللَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا‬ ‫َربَّنَا ا ْغ ِف ْر لَنَا َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذيْنَ َ‬
‫س َبقُ ْونَا ِبا ْ ِإل ْي َم ِ‬
‫ف َّر ِح ْي ٌم‬ ‫‪.‬ربَّنَا إِنَّ َك َر ُء ْو ٌ‬ ‫ت َخي ُْر ْالفَاتِ ِحيْنَ ‪ .‬اَللَّ ُه َّم إِنَّا َ‬ ‫ق َوا َ ْن َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْفت َ ْح بَ ْينَنَا َوبَيْنَ قَ ْو ِمنَّا بِ ْال َح ِ‬
‫سنَةً َوفِي ِ‬
‫اْلخ َرةِ‬ ‫طيِبًا َو َع َمالً ُمتَقَبَّالً‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح َ‬ ‫نَ ْسأَلُ َك ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا َ‬
‫ار‬‫اب النَّ ِ‬ ‫عذ َ َ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫ص ْح ِب ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُه ْم ‪َ .‬ح َ‬‫صلَّى هللاُ َعلَى نَ ِبيِنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ِه َو َ‬ ‫َو َ‬
‫ان ِإلَى ِي ْو ِم ِ‬
‫الدي ِْن‬ ‫س ٍ‬ ‫‪ِ .‬بإ ِ ْح َ‬

‫‪Achmad Afandi : Sekretaris PDM Sleman dan Dosen AIK UAD Yogyakarta‬‬

‫‪http://www.suaramuhammadiyah.id/2019/10/04/hayatan-thayyibah/‬‬
Majelis jum’at rahimakumullah
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehaditat Allah Swt, yang telah
menganugerahkan kenikmatan kepada kita, yang saat ini setidaknya kita telah merasakan nikmat
sehat dan waktu, bahkan juga pertolongan-Nya sehingga kita dapat memanfaatkan nikmat itu
untuk memenuhi salah satu kewajiban sebagai orang yang beriman melaksanakan ibadah jum’at
ini.

Semoga dengan niat kita yang ikhlas berangkat dari rumah menuju majelis ini, kita tidak hanya
tercatat sebagai hamba yang sekadar telah memenuhi kewajiban, tetapi juga mendapatkan
ampunan atas dosa-dosa kita sepekan yang lalu sebagaimana disampaikan oleh nabiyullah
Muhammad saw bahwa “shalat lima waktu, hari jum’at sampai hari jum’at berikutnya, bulan
ramadhan sampai ramadhan berikutnya, merupakan penghapus dosa antara waktu-waktu
tersebut, selama tidak mengerjakan dosa-dosa besar. (HR. Muslim).

Ibadah shalat jum’at sebenarnya bukanlah ibadah yang remeh temeh dan rutin semata. Yang bisa
kita lakukan sambil lalu. Ada banyak manfaat yang bisa kita petik dalam ibadah ini.

Rasulullah saw juga selalu bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan ibadah yang satu ini.
Rasulullah saw, mencontohkan bagaimana beliau mempersiapkannya: pada jum’at pagi beliau
melakukan potong kuku, merapikan rambut, memilih baju yang bagus dan diberi minyak wangi,
mandi besar, dan tidak lupa bersiwak/sikat gigi.

Dengan ibadah jum’at kita bisa menunjukkan kepada orang lain betapa besarnya umat Islam,
betapa rapi dan kuatnya barisan umat utama ini.

Berikutnya, marilah kita perbaharui kesaksian sebagai sumpah kita, bahwa tidak ada sesembahan
selain Allah SwT. Kepada-Nya kita menyembah; kepada-Nya kita memohon; kepada-Nya kita
menggantungkan setiap pengharapan; kepada-Nya kita mengadu dan mohon petunjuk solusi
setiap permasalahan pelik; dan kepada-Nya pula kita akan kembali.
Kita perbaharui pula kesaksian kita, bahwa Nabiyullah Muhammad saw adalah hamba dan
utusan-Nya. Kepada Rasulullah saw kita mengikuti tuntunan dalam beribadah; tidak ada ibadah
mahdlah melainkan telah dicontohkannya; kepada beliau kita berharap untuk mendapatkan
syafaat di hari kiyamat nanti.

Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan Allah Swt kepada beliau, kepada
keluarganya, kepada shahabat-shahabatnya serta kepada seluruh para pengikutnya hingga akhir
zaman nati. Aamiin.

Majelis jum’at rahimakumullah


Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Swt kapanpun dan dimanapun kita berada.
Ta’rif atau pengertian takwa di sini adalah memelihara diri kita dari siksaan Allah dengan
mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hendaklah kita tetap menjaga sikap dan sifat takwa ini karena ketakwaan akan mengumpulkan
segala kebajikan. Memulai dengan tidak meninggalkan amalan-amalan wajib terlebih dahulu
akan memupuk ketakwaan.

Namun, walau mudah diucapkan untuk menjadi orang yang benar-benar bertakwa sungguh tidak
semudah yang diucapkan. Semua harus ada ketetapan hati yang kokoh dan keistiqamahan untuk
melaksanakannya.

Kita semua tahu, shalat subuh dan empat shalat wajib yang lain itu jauh lebih utama bila
dilakukan secara berjamaah di masjid. Setiap langkah kita ke arah masjid itu dihitung sebagai
amal baik. Namun, kadang pengetahuan itu berbeda dengan perlakuan. Berapa dari kita yang
bisa senatiasa menjaga shalat wajibnya dengan selalu berjamaah di masjid?

Kita juga tahu, bahwa mengeluarkan zakat itu wajib. Infak itu sangat dianjurkan. Namun, berapa
persen dari kita yang rutin mengeluarkan zakat wajib dan berinfak secara teratur? Banyak dari
kita yang tiba-tiba menjadi sangat kikir dan pura-pura tidak tahu tuntunan agama tentang
keutamaan infak.

Oleh karena itu, untuk benar-benar bisa menjadi orang yang bertakwa, kita harus selalu berusaha
untuk memadukan pengetahuan agama dengan kelakuan kita.

Mengapa kita harus menjadi orang yang bertakwa? Karena hanya keutamaan sajalah yang akan
kita dapat kalau kita bisa menjadi orang yang bertakwa. Kepada hamba-Nya bertakwa, Allah
menjanjikan akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Di dunia orang bertakwa akan
mendapatkan solusi setiap masalah yang dihadapi dan diberi limpahan rizki yang tak disangka-
sangka, sebagaiman firman-Nya:

“…. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs At-Thalaq 2-3)

Hamba Allah yang bertakwa juga akan mendapatkan kebaikan, kemuliaan hidup di dunia ini
hingga di akhirat kelak. Bahkan jika sekelompok masyarakat yang mendiami suatu negeri itu
menjadi hamba-Nya yang bertakwa maka Allah Swt menjanjikan keberkahan- kemakmuran dan
kesejahteraan yang dicurahkan dari langit maupun bumi. Akan tetapi sebaliknya, jika ingkar
kepada anugerah-Nya maka yang diperoleh juga sebaliknya pula. Perhatikan Firman-Nya dalam
Qs. Al- A’raaf: 96 sebagai berikut:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya,” (Qs. Al-A’raaf: 96).

KHUTBAH KEDUA
Saudaraku, jamaah jum’at rahimakumullah.
Setelah kita paham terhadap keutamaan ibadah jum’at dan menjaga ketakwaan, masihkah kita akan
abai terhadap amalan ini? Ya kita harus selalu peduli, harus tetap kita ingat, bahwa pada setiap hari
jum’at adalah “induk” hari dalam satu pekan yang di dalamnya kita harus melakukan kewajiban ibadah
jum’at, kecuali jika memang berhalangan secara syar’i. Ingat firman Allah dalam Qs Al -Jum’ah ayat 9
sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”
Yang sudah lalu biarlah berlalu dan dijadikan sebagai pemicu dan pemacu perbaikan ibadah kita. Dengan
berharap pertolongan Allah Swt, untuk ke depan marilah kita berusaha dan bermohon kepada Allah
untuk bisa memperbagusi amal ibadah jum’at dan meningkatkan ketakwaan kita hingga Allah menutup
usia kita dalam kondisi husnul khatimah.
Pada akhirnya, marilah kita akhiri majelis ini dengan bermunajat kepada Allah SwT, semoga senantiasa
membimbing kehidupan kita, menjadikan keluarga kita yang sakinah-mawaddah- wa rahmah.
Dijadikannya anak-cucu kita sebagai hamba-Nya yang shalih – shalihah; serta menjadikan kita sebagai
ahli ibadah. Amin.•
http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/04/28/menjaga-ketakwaan/
Meraih Hikmah Allah
Oleh: Maslahul Falah

Anda mungkin juga menyukai