Anda di halaman 1dari 4

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT

Syukur harus selalu kita lakukan dengan memperbanyak mengatakan alhamdulillah


karena di hari istimewa ini masih diberikan kesehatan dan kurnia yang demikian
agung. Salah satunya bisa dipertemukan dengan saudara seiman yang selama
sepekan tidak bisa bersua lantaran kegiatan masing-masing.

Demikian pula marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT karena,
orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Dan
salah satu bentuk ketakwaan itu adalah tawadhu atau sikap rendah hati.

Tawadhu berarti menempatkan kita lebih rendah daripada berbagai kalangan. Hal
ini guna mengubur sifat sombong yang kerap kali bergelora dalam diri kita.
Tawadhu penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan
kepada Allah SWT maupun kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, meliputi manusia,
hewan, tetumbuhan, dan sebagainya. Lawan dari tawadhu adalah sombong.

Sombong adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal
betul kisah iblis yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS.
Itu tidak lain karena kesombongan makhluk terlaknat tersebut. Pasalnya, iblis
merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam AS diciptakan
dari tanah.

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa merasa


lebih baik dari makhluk lain adalah bentuk kesombongan. Karenanya, kita harus
meyakini bahwa sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu adanya di akhirat
kelak. Hal demikian tentu saja tidak berada dalam jangkauan kita sebagai manusia
biasa.
Hadirin Rahimakumullah
Kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu lebih baik dari kita. Jika dalam
pandangan mata terlihat buruk, kita tidak dapat menganggap keseluruhannya
demikian. Setiap manusia pasti memiliki sisi yang baik. Imam al-Ghazali
memberikan tips bagaimana kita menggunakan kacamata tawadhu dalam melihat
siapa saja, anak kecil, orang tua, orang bodoh, atau kafir sekalipun.
Anak kecil tentu belum dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah
SWT, sedangkan hari-hari kita tidak pernah lepas dari bermaksiat kepada-Nya.
Dengan begitu, kita tidak perlu ragu untuk mengakui bahwa anak kecil itu lebih
baik dari diri kita. Orang yang lebih tua dari kita seyogianya dipandang lebih baik
dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu daripada kita dalam beribadah kepada Allah
SWT. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini bahwa mereka lebih baik
daripada kita. Sekalipun ada orang yang tampak, mohon maaf, bodoh, kita juga
harus meyakini kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu
itu didasari atas ketidaktahuannya, sedangkan kita tetap bermaksiat, meskipun
kita tahu bahwa hal tersebut salah dan dilarang Allah SWT.

Bahkan, terhadap orang kafir pun kita tidak boleh merasa lebih baik. Sebab,
mungkin saja di suatu saat nanti, atau mungkin di akhir hayatnya kelak, ia
mengucapkan syahadat dan wafat dalam membawa keislaman dan keimanan. Hal
demikian bukanlah hal yang mustahil dan memang banyak terjadi.

Dengan keyakinan demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita
akan berusaha untuk terus memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan
diri agar tidak lagi mengulanginya di kemudian hari dan menggantinya dengan sikap
dan laku yang baik. Kita juga tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru
mencari dan menemukan kebaikannya untuk kita tiru, kita teladani sebaik mungkin
sehingga kita bukan saja terhindari dari laku buruk, tetapi justru melampaui hal
tersebut, yakni dengan berlaku baik.

Oleh karena itu, jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap
tawadhu dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah
SWT yang utama. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan
ayat 63 sebagai berikut:

‫س ٰل ًما‬
َ ‫طبَ ُه ُم ْالجٰ ِهلُ ْونَ قَالُ ْوا‬ ِ ‫علَى ْاْلَ ْر‬
َ ‫ض ه َْونًا َّواِذَا خَا‬ ُ ‫الرحْ مٰ ِن الَّ ِذيْنَ يَ ْم‬
َ َ‫ش ْون‬ َّ ُ‫َو ِعبَاد‬
Artinya: Adapun hamba-hamba (utama) Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah
orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang
bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan
“salam”.

Imam Abu Ishaq ats-Tsa’labi dalam kitabnya, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril
Qur’an menjelaskan bahwa hamba yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah
hamba utama, yakni orang yang tawadhu, rendah hati.
Bahkan, jika ada orang yang ‘mengkhutbahi’, menasihati dengan kata-kata yang
justru tidak membuatnya nyaman, orang tersebut tetap menjawabnya dengan doa
keselamatan. Dalam tafsir lain, Ibnu Hayyan mengatakan bahwa hamba utama itu
menjawab dengan perkataan yang menyelamatkannya dari dosa.

Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, sikap tawadhu menghindarkan kita dari
dosa-dosa berupa laku buruk yang serupa atau bahkan lebih sebagai balasan
kepadanya. Kita justru akan menjawab perlakuan itu dengan kebalikannya, yaitu
dengan mendoakan keselamatan, tetap menjaga etika dan akhlak kita, baik secara
perbuatan ataupun perkataan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Abul Qasim al-
Qusyairi dalam kitab tafsirnya, Lathaiful Isyarat.

Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT


Nabi Muhammad SAW bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-
Suyuthi dalam kitab Lubabul Hadits sebagai berikut:

‫ار َو ْالفُ َرا ِعنَ ِة‬


ِ َّ‫ق ْال ُكف‬
ِ ‫اء َوالت َّ َكب ُُّر ِم ْن أ َ ْخ ََل‬ ِ ‫ض ُع ِم ْن أ َ ْخ ََل‬
ِ َ‫ق ْاْل َ ْن ِبي‬ ُ ‫الت َّ َوا‬
Artinya: Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para nabi, sedangkan sombong
adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para Firaun.

Oleh karena itu, dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan
salah satu akhlaknya para nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan
sikap demikian ini. Meskipun mungkin akan sulit diterapkan karena beragam hal,
mulai merasa diri pintar karena berprestasi, merasa lebih dekat dengan Allah
karena selalu berjamaah di masjid, misalnya, dan sebagainya, tawadhu haruslah
kita latih. Sedikit demi sedikit, insyaallah, kita akan terbiasa bersikap demikian.

‫الذ ْك ِر‬
ِ ‫ت َو‬ ٰ ْ َ‫ار َك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر ٰا ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِ ْي وإِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمن‬
ِ ‫اْليَا‬ َ َ‫ب‬
‫هللا ْال َع ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم‬
َ ‫ َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر‬.‫س ِم ْي ُع ْال َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِم ِن ْي َو ِم ْن ُك ْم ِت ََل َوتَهُ ِإنَّهُ هُ َو ال‬
َ‫ت فَيَا فَ ْوزَ ْال ُم ْست َ ْغ ِف ِريْنَ َويَا نَ َجاة َ التَّائِ ِبيْن‬
ِ ‫سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما‬
َ ‫َو ِل‬
‫ع ٰلى‬
‫س ََل ُم َ‬
‫ص ََلة ُ َوال َّ‬ ‫ان َو ْ ِ‬
‫اْلس ََْل ِم‪َ .‬وال َّ‬ ‫ِي أ َ ْن َع َمنَا ِبنِ ْع َم ِة ْ ِ‬
‫اْل ْي َم ِ‬ ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِ ه ِ‬
‫ّلِل الَّذ ْ‬
‫ص َحابِ ِه ْال ِك َر ِام‬ ‫ع ٰلى ٰا ِل ِه َوأ َ ْ‬
‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َخي ِْر ْاْلَن َِام‪َ .‬و َ‬ ‫َ‬
‫س ََل ُم َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن َ‬
‫س ِيدَنَا َو َح ِب ْي َبنَا ُم َح َّمدًا‬ ‫س ال َّ‬ ‫أ َ ْش َهدُ أ َ ْن َْل ِإ ٰل َه ِإ َّْل هللاُ ْال َم ِلكُ ْالقُد ُّْو ُ‬
‫ف َو ْ ِ‬
‫اْل ْحتِ َر ِام‬ ‫ش َر ِ‬ ‫ب ال َّ‬ ‫اح ُ‬‫ص ِ‬‫س ْولُهُ َ‬ ‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫َ‬
‫هللا فَقَدْ فَازَ ْال ُمتَّقُ ْونَ ‪.‬‬‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي ِبت َ ْق َوى ِ‬ ‫اس أ ُ ْو ِ‬‫أَ َّما َب ْعدُ‪ .‬فَ َياأَ ُّي َها النَّ ُ‬
‫علَى النَّ ِبي ِ ٰيأَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا‬ ‫صلُّ ْونَ َ‬ ‫هللا َو َم ََلئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫فَقَا َل هللاُ ت َ َعالَى ِإ َّن َ‬
‫ع ٰلى ٰا ِل َ‬
‫سيِ ِدنَا‬ ‫ع ٰلى َ‬
‫سيِ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫س ِل ْم َ‬‫ص ِل َو َ‬ ‫س ِل ُم ْوا تَ ْس ِل ْي ًما‪ .‬اَلله ُه َّم َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬
‫َ‬
‫ع ٰلى ٰا ِل‬ ‫ع ٰلى َ‬
‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫ع ٰلى َ‬
‫س ِي ِدنَا ِإب َْرا ِهي َْم َو َب ِ‬ ‫ْت َ‬ ‫صلَّي َ‬
‫ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫ع ٰلى ٰا ِل َ‬
‫س ِي ِدنَا ِإب َْرا ِهي َْم فِي‬ ‫ع ٰلى َ‬
‫س ِي ِدنَا ِإب َْرا ِهي َْم َو َ‬ ‫ار ْك َ‬
‫ت َ‬ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫َ‬
‫ع ْن‬
‫الرا ِش ِديْنَ ‪َ .‬و َ‬ ‫اء َّ‬ ‫ع ِن ْال ُخلَفَ ِ‬‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫ْالعَالَ ِميْنَ إِنَّ َك َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيدٌ‪ .‬اَلله ُه َّم َو ْ‬
‫الديْن‬‫ب نَ ِب ِي َك أ َ ْج َم ِعيْنَ ‪َ .‬والتَّا ِب ِعبْنَ َوتَا ِب ِع التَّا ِب ِعيْنَ َو تَا ِب ِع ِه ْم ِإ ٰلى َي ْو ِم ِ‬ ‫ص َحا ِ‬ ‫أَ ْ‬
‫ت َو ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَاتِ‪ .‬اَلله ُه َّم ادْفَ ْع َ‬
‫عنَّا‬ ‫اَلله ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما ِ‬
‫ع ْن َبلَ ِدنَا‬‫غي ُْر َك َ‬ ‫اض َو ْال ِفتَنَ َما َْل َيدْفَعُهُ َ‬ ‫ع ْونَ َو ْاْل َ ْم َر َ‬ ‫ْالغ َََل َء َو ْال َو َبا َء َو َّ‬
‫الطا ُ‬
‫عا َّمةً َيا َربَّ ْال َعالَ ِميْنَ ‪.‬‬
‫سائِ ِر ِب ََل ِد ا ْل ُم ْس ِل ِميْنَ َ‬ ‫صةً َو َ‬
‫ع ْن َ‬ ‫ٰهذَا ِإ ْند ُْونِ ْي ِسيَّا خَا َّ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َو قِنَا َ‬
‫عذ َ َ‬
‫اب النَّ ِ‬ ‫سنَةً َو فِي ْ ٰ‬
‫اْل ِخ َرةِ َح َ‬ ‫َربَّنَا ٰاتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح َ‬
‫َاء َو ْال ُم ْن َك ِر‪.‬‬
‫ع ِن ْالفَ ْحش ِ‬
‫ان َو َي ْن َهى َ‬
‫س ِ‬ ‫هللا َيأ ْ ُم ُر ِب ْال َعدْ ِل َو ْ ِ‬
‫اْل ْح َ‬ ‫هللا ا َِّن َ‬
‫ِع َبادَ ِ‬
‫ع ٰلى نِ َع ِم ِه‬
‫هللا ْال َع ِظي َْم يَذْ ُك ْر ُك ْم‪َ .‬و ا ْش ُك ُر ْوهُ َ‬
‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ ‪ .‬فَاذْ ُك ُروا َ‬
‫يَ ِع ُ‬
‫يَ ِزدْ ُك ْم‪َ .‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ ا َ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai