َاَحْلْم ُد ِلَّل ِه اَّلِذ ْي َأْك َر َم َمْن ِاَّتَق ى َمِبَح َّبِتِه َو َأْو َع َد َمْن َخ اَلَف ُه ِبَغَض ِبِه َو َعَذ اِب ِه,َاَحْلْم ُد ِلَّل ِه
َو َأْش َه ُد، َو َأْش َه ُد َأْن اَل ِإل َه ِإاَّل اهلل َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َله.ُأْح ِص ي َثَناًء َعَلْيَك َأْنَت َك َم ا َأْثَنْيَت َعَلى َنْف ِس ك
ِذ ِل ِف
َالَّلُه َّم َص ِّل. َخ ْيَر َنٍّيِب َأْر َس َلُه اُهلل ِإىَل اْلَع اِمَل ُك ِّل ِه َبِش ْري ًا َو َن ْيرًا.َأَّن َحُمَّم دًا َعْب ُد ُه َو َرُس ْو ُلُه َو َص ُّيُه َو َخ ْيُل ه
َأَّم ا.َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َعَلى َس ِّيِدَنا َحُمَّم ٍد َو َعَلى آِل َس ِّيِد َنا َحُمَّم ٍد َص اَل ًة َو َس اَل مًا َد اِئَم ِنْي ُمَتاَل ِز َم ِنْي ِإىَل َيْو ِم الِّد ْين
ُل وَن الَّس ِّي اِت ِل ِذ ِت ُد َفإيِّن ُأ ِص ُك ْف ِس ي ِب ْق ى اِهلل اْلَق اِئِل يِف ِك ِبِه ِن
َئ ۚ َو َلْيَس الَّتْو َبُة َّل يَن َيْع َم: َتا اْلُق ْر آ َت َو ْو ْي ْم َو َن َبْع
َح ٰىَّت ِإَذا َح َض َر َأَح َد ُه ُم اْلَمْو ُت َقاَل ِإيِّن ُتْبُت اآْل َن َو اَل اَّلِذ يَن ُمَيوُتوَن َو ُه ْم ُك َّف اٌر ۚ ُأوَٰلِئ َك َأْعَت ْدَنا ُهَلْم َع َذ اًبا
َأِليًم ا
Jamaah shalat Jumat, rohimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangannya. Semoga dengan
ketakwaan tersebut, kita diberikan solusi terhadap setiap masalah yang sedang dihadapi, dan
kita juga mendapatkan limpahan rezeki yang tidak kita sangka-sangka.
Dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW secara tegas menyatakan bahwa merupakan sifat
manusiawi manusia bani Adam untuk berbuat kesalahan, namun yang terbaik di antara mereka
adalah ketika berbuat salah langsung menyadari kesalahannya dan meminta ampun kepada
Allah.
Kita semua yakin bahwa Allah merupakan Tuhan yang Maha Pengampun atas segala dosa yang
kita perbuat, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa
meskipun dosa kita banyak hingga memenuhi langit, niscaya Allah akan mengampuni kita selama
mau bertaubat kepada-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َلْو َأْخ َطْأْمُت َح ىَّت َتْبُلَغ َخ َطاَياُك ْم الَّس َم اَء َّمُث ُتْبُتْم َلَتاَب َعَلْيُك ْم
Artinya, “Sekiranya kalian melakukan kesalahan hingga kesalahan kalian mencapai langit dan
bumi, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan di terima.” (HR. Ibnu Majah).
Meskipun Allah Maha Pengampun, jangan sampai kemurahan Allah pada hamba-Nya dijadikan
kesempatan untuk melegitimasi kelalaian kita. Sebagai seorang hamba tentu kita harus menjaga
diri dari perbuatan dosa.
Dalam Al-Quran, Allah banyak sekali menyebut diri-Nya sebagai dzat yang menerima taubat
hamba-Nya, yang mengampuni segala dosa hingga maha pengasih lagi penyayang. Akan tetapi,
taubat dan permintaan ampun kepada Allah hanya diterima apabila sebelum datang dua waktu:
pertama ketika ajal datang menjemput dan yang kedua ketika hari kiamat tiba.
Terkait waktu yang pertama, yaitu taubat tidak diterima ketika ajal menjemput, Allah SWT
berfirman dalam surat An-Nisa' Ayat 18:
َّل ِذ ِإ ِإ ِت ِل ِذ ِت
َو َلْيَس الَّتْو َب ُة َّل يَن َيْع َم ُل وَن الَّس ِّيَئا َح ٰىَّت َذا َح َض َر َأَح َد ُه ُم اْلَم ْو ُت َق اَل يِّن ُتْبُت اآْل َن َو اَل ا يَن
ُمَيوُتوَن َو ُه ْم ُك َّف اٌر ۚ ُأوَٰلِئَك َأْعَتْدَنا ُهَلْم َعَذ اًبا َأِليًم ا
Artinya, “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan
(yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan:
"Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang
mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang
pedih.” (QS An-Nisa': 18).
Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Munir menjelaskan, “Diterimanya taubat seorang
hamba dan ampunan Allah merupakan nikmat dan kebaikan bagi orang-orang yang berbuat dosa
dan terjerumus ke dalamnya selama tidak terus menerus melakukan perbuatan tersebut.
َه ْل َيْنُظُر وَن ِإاَّل َأْن َتْأِتَيُه ُم اْلَم اَل ِئَك ُة َأْو َيْأَيِت َر ُّبَك َأْو َيْأَيِت َبْعُض آَياِت َر ِّبَك ۗ َيْو َم َيْأيِت َبْعُض آَياِت َر ِّبَك
اَل َيْنَف ُع َنْف ًس ا ِإَمياُنَه ا ْمَل َتُك ْن آَم َنْت ِم ْن َقْبُل َأْو َك َس َبْت يِف ِإَمياَهِنا َخ ْيًر اۗ ُقِل اْنَتِظ ُر وا ِإَّنا ُمْنَتِظ ُر وَن
Artinya, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka
(untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa
ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman
seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum)
mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya
Kamipun menunggu (pula).” (QS Al-An'am: 158).
َب اَر َك اهلل يِل َو َلُك ْم يِف ْالُق ْر آِن ْالَعِظ ْيِم َو َنَف َعيِن َو ِإَّي اُك ْم َمِبا ِفْي ِه ِم ْن آَي ِة َو ِذ ْك ِر اَحْلِكْيِم َ .أُقْو ُل َقْو يِل َه َذ ا
َفأْس َتْغِف ُر اَهلل الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُه َو الَغُف ْو ُر الَّر ِح ْيم
Khutbah II