Anda di halaman 1dari 6

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Bertobat sebelum Datang Dua Waktu


Kamis, 26 Oktober 2023 | 20:00 WIB

Amien Nurhakim
Penulis
Terkadang manusia terjebak pada ilusi bahwa kematian hanya dialami mereka yang
sudah lanjut usia. Meski pada hakikatnya kita tahu bahwa kematian bisa datang kapan
saja, namun nyatanya soal tobat dari kesalahan dan dosa kita malah menundanya,
seakan mengakui kesalahan dan menyesalinya adalah urusan di hari tua nanti.
Khutbah ini berjudul: “Khutbah Jumat: Bertobat sebelum Datang Dua Waktu”, tujuan
untuk menegaskan kembali pentingnya menyegerakan tobat. Untuk mencetak naskah
khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini
(pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).
Khutbah I
‫َك ْلَك‬ ‫َل‬ ‫َلَك ْل ُد َك ْن‬ ‫َد‬ ‫َك‬ ‫ًا‬ ‫َا ْل ُد‬
.‫ َي ا َر َّب َنا ا َحْم َم ا َي َبِغ ي ِل َج اِل َو ْج ِه ا ِر ْي ِم َو ِلَعِظْي ُس ْلَطاِن ك‬،‫َحْم للِه َح ْم د ُيَو اِفي ِنَعَم ُه َو ُي اِف ُئ َم ِز ْي ه‬
‫ِم‬
‫َو َأ ْش ُد َأ ْن َل َه َّل َو ْح َد ُه َل َش ْي َك َل َو َأ ْش ُد َأ َّن‬ ‫َث ًء َع َل َك َأ ْنَت َك َأ ْث َن َت َل‬ ‫َل ُأ‬ ‫ُس ْب َن َك‬
‫ َه‬،‫ا ِر ه‬ ‫ا ِإ ل ِإ ا الله‬ ‫ َه‬.‫َم ا ْي َع ى َنْفِس ك‬ ‫َحا الَّلُهَّم ا ْحِص ي َنا ْي‬
‫َل ُك َب ْر ًا َو َن ْي ًا َا َّم َص َو َس ْم َو َب ْك َع َل‬ ‫ُم َحَّم ًا ُد ُه َو َر ْو ُل ُه َو ُه َو َخ ُل َخ ْي َر َن َأ ْر َس َل َأ ْر َس َل ُه ُه َل‬
‫ِّل ِّل ِر ى‬ ‫ا‬ ‫َّلُه‬ ‫ل‬ . ‫ر‬ ‫ِّلِه ِش ي ِذ‬ ‫ِم‬ ‫ْلَعا‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫الل ِإ‬ .‫ه‬ ‫ِب‬ .‫ُس َصِفُّي ِل ْي ه‬ ‫د َعْب‬
Pre-order ‫َأ َّم ُد َف ُأ‬ Swift Go 14 ‫ٍّي‬
‫َو‬ ‫َو‬
‫ِصْيُك َنْفِس ي ِب َتْق ى اللِه‬ ‫ْم‬ Sekarang‫ْو‬ ‫إ‬ ‫َبْع‬ ‫ا‬ . ‫ن‬‫َسِّيِد َن ا ُم َحَّم ٍد َو َع َلى آ َسِّيِد َن ا ُم َحَّم ٍد َص َلاًة َو َس َلامًا َد اِئ َمْي ُم َتَلا َم ْي َلى َيْو الِّد ْي‬
‫ِّني‬ ‫ِز ِن ِإ ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِل‬
Acer Indonesia Learn M…
‫َح َّت ٰى َذ َض َر َأ َح َد ُه ُم ْو ُت َق َل ُت ْب ُت ْل آَن َو َل‬ ‫ۚ َو َلْي َس ِت الَّتْو َب ُة ِلَّل ِذ َن َيْعَم ُلوَن الَّس‬: ‫ِكَتا ِه اْلُقْر آ ِن‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ِإ ِّني‬ ‫ا‬ ‫ْلَم‬ ‫ا‬ ‫َح‬ ‫ا‬ ‫ِإ‬ ‫ِت‬ ‫َئا‬ ‫ِّي‬ ‫ي‬ ‫اْلَقاِئ ِل ِفي ِب‬
‫َذ َأ‬ ‫ُأ َك َأ ْد َن‬ ‫َن ُه‬ ‫َّل‬
‫ا ِذ يَن َي ُموُتو َو ْم ُكَّفاٌر ۚ وَٰلِئ ْعَت ا َلُهْم َع اًب ا ِل يًم ا‬
ADVERTISEMENT

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subahanahu wa ta’ala


Baca Juga
Khutbah Jumat: Orang-orang Bangkrut dalam Agama Menurut Rasulullah

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk memuji Allah
subhanahu wa ta’ala dan bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
serta senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala.
Semoga dengan ketakwaan tersebut, kita diberikan solusi pada masalah yang sedang
dihadapi, kita juga dilimpahi rezeki yang tidak kita sangka-sangka, sebagaimana Allah
berfirman dalam Al-Quran surah At-Talaq Ayat 2 dan 3:
‫ۚ َو َم ْن َي َّت الَّلَه َي ْجَعْل َل ُه َم ْخَر ًج ا * َو َيْر ُز ْق ُه ِم ْن َح ْي ُث َلا َي ْح َت ِس ُب‬
‫ِق‬

Artinya, "Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya." (QS At-
Talaq: 2-3).
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subahanahu wa ta’ala
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah terlepas dari pada perbuatan dosa. Tiap hari
atau bahkan tiap waktu, kita secara sadar maupun tidak, sering melakukan perbuatan
yang sejatinya menimbulkan dosa, baik melalui tindakan maupun lisan.
Meskipun begitu, jamaah sekalian, kita dituntut untuk selalu bertobat kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dan meminta ampunan serta menyadari bahwa kita merupakan
hamba yang lemah dalam menahan diri untuk tidak melakukan dosa dan bermaksiat.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subahanahu wa ta’ala
Baca Juga
Khutbah Jumat: 4 Permata dalam Diri Manusia dan yang Membinasakannya

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:


‫ٌء َو َخ ْي ُر ْل َن َّو َن‬ ‫آ‬ ‫ُك‬
‫ا َخَّطاِئ ي الَّت اُبو‬ ‫ُّل َب ِن ي َد َم َخَّطا‬

Artinya, “Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
salah adalah yang segera bertobat.” (HR. Ibnu Majah).
Hadits secara tegas menyatakan bahwa merupakan sifat manusiawi bani Adam untuk
berbuat kesalahan, namun yang terbaik di antara mereka adalah ketika berbuat salah
langsung menyadari kesalahannya dan meminta ampun kepada Allah.
Para jama’ah sekalian, kita semua harus yakin bahwa Allah merupakan Tuhan yang Maha
Pengampun atas segala dosa yang kita perbuat, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa meskipun dosa kita banyak hingga
memenuhi langit, niscaya Allah akan mengampuni kita selama mau bertobat kepada-
Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َأ ْأ‬
‫َلْو ْخَط ُت ْم َح َّت ى َت ْبُلَغ َخَطاَي اُكْم الَّسَم اَء ُث َّم ُت ْب ُت ْم َل َتاَب َع َل ْيُكْم‬

Artinya, “Sekiranya kalian melakukan kesalahan hingga kesalahan kalian mencapai langit
dan bumi, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan di terima.” (HR. Ibnu
Majah).
Meskipun Allah Maha Pengampun, jangan sampai kemurahan Allah pada hamba-Nya
dijadikan kesempatan untuk melegitimasi kelalaian kita. Sebagai seorang hamba tentu
kita harus menjaga diri dari perbuatan dosa.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subahanahu wa ta’ala
Sebagai hamba yang lemah dan tidak dapat menghindari maksiat dan perbuatan dosa,
maka kita harus menyegerakan tobat bahkan mulai dari sekarang. Jangan sampai kita
bertobat dan meminta ampunan pada Allah di usia tua nanti, dengan anggapan bahwa
kita masih muda dan sehat.
Dalam Al-Quran, Allah banyak sekali menyebut diri-Nya sebagai dzat yang menerima
tobat hamba-Nya, yang mengampuni segala dosa hingga maha pengasih lagi
penyayang. Akan tetapi, tobat dan permintaan ampun kepada Allah hanya diterima
apabila sebelum datang dua waktu: pertama ketika ajal datang menjemput dan yang
kedua ketika hari kiamat tiba.
Terkait waktu yang pertama, yaitu tobat tidak diterima ketika ajal menjemput, Allah ta’ala
berfirman dalam surat An-Nisa' Ayat 18:
‫َن ُه‬ ‫ُت َق َل ُت ُت ْل آَن َل َّل‬ ‫َّت َذ َض َأ َد ُه‬ ‫َن‬ ‫ُة َّل‬
ۚ ‫َو َلْي َس ِت الَّتْو َب ِل ِذ يَن َيْعَم ُلو الَّس ِّي َئاِت َح ٰى ِإ ا َح َر َح ُم اْلَمْو ا ِإ ِّني ْب ا َو ا ا ِذ يَن َي ُموُتو َو ْم ُكَّفاٌر‬
‫َذ َأ‬ ‫ُأ َك َأ ْد َن‬
‫وَٰلِئ ْعَت ا َلُهْم َع اًب ا ِل يًم ا‬

Artinya, “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka,
(barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula
diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-
orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS An-Nisa': 18).
Syekh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan ayat ini dalam karyanya, al-Tafsir al-Munir,
“Diterimanya tobat seorang hamba dan ampunan Allah merupakan nikmat dan kebaikan
bagi orang-orang yang berbuat dosa dan terjerumus ke dalamnya selama tidak terus
menerus melakukan perbuatan tersebut.
Para hamba Allah melakukan suatu kemaksiatan disebabkan karena adanya faktor hawa
nafsu dan godaan setan, sehingga mereka pun bertobat sebelum nyawa berada di ujung
kerongkongan, bahkan tobat masih diterima di saat seorang hamba menyaksikan
malaikat yang mengambil ruhnya.” (Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-Munir, [Beirut:
Dar al-Fikr al-Mu’ashir, 1418], jilid IV, hal. 294).
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subahanahu wa ta’ala
Adaapun waktu yang kedua, di mana tobat seorang hamba tidak diterima lagi ialah ketika
hari kiamat tiba. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat Al-An'am Ayat 158:
ْ‫َي ف‬ ‫عَ ِت ر‬ ‫ْو‬ ‫ُة ْوي ْأ َر ي ْأ َب ِت ر‬ ُ‫اَ ْن ْأ ِت هَ م‬ ‫ُظ‬
َ ‫ْن روُ َنإ لِ ّ َأ تَ ي ُ لا مْلَ َاِئَك َأ َ ِت ي َ ّب كُ َأ ْوَ َ ِت ي َ ْع ُض يآاَ بَ ّكِ َۗ َي َم َيْأ ِت يب ضُْ يآاَ بَ ّكِ َل اَ ن َع ُ َنْفًس اَهْلي‬
‫َخ ْي ًر ُق ْن ُر َّن ُم ُر َن‬ ‫ُن ْم َت ُك ْن آ َم ْت ْن َق ُل َأ ْو َك َس َب ْت‬
‫ِفي ِإ ي َماِن َها اۗ ِل ا َتِظ وا ِإ ا ْنَتِظ و‬ ‫َن ِم ْب‬ ‫ِإ ي َما َها َل‬

Artinya, “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada
mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau
kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah
bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu,
atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah
olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu (pula).” (QS Al-An'am: 158).
Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat di atas menegaskan
bahwa tobat dan iman seseorang yang baru ia lakukan di hari kiamat tidaklah berguna,
sebagaimana tidak bergunanya iman Fir’aun ketika baru menyadari kuasa Allah di saat ia
tenggelam di laut merah. (Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-Munir, [Beirut: Dar al-Fikr
al-Mu’ashir, 1418], jilid IV, hal. 294).
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subahanahu wa ta’ala
Dari penjelasan yang telah dipaparkan tadi, hendaknya kita mulai berbenah diri dan
muhasabah untuk merenungkan kembali hal-hal yang sudah kita lakukan selama ini.
Mulailah kita bersitigfar dan meminta maaf pada keluarga, kerabat hingga teman dan
orang-orang yang mungkin pernah kita sakiti hatinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َم ٍةَّر‬، ‫ اْل َيْو ِإ َل ْيِه ِم اَئ َة‬، ‫ َف ِإ ُتوُب‬، ‫َي ا ُّي َها الَّناُس ُتوُبوا ِإ َلى اللِه‬
‫ِفي ِم‬ ‫ِّني‬

Artinya, “Wahai sekalian manusia, bertobatlah kepada Allah, karena sesungguhnya aku
juga bertobat kepada-Nya sehari seratus kali.” (HR. Muslim).
‫َذ‬ ‫َأ‬
‫َب اَر َك الله ِلي َو َل ُكْم ِفي ْا لُقْر آ ِن ْا لَعِظْي َو َنَفَع َو َّي اُكْم ِب َما ِف ْيِه ِم ْن آ َي ِة َو ِذ ْك اْلَحِكْي ‪ُ .‬ق ْو ُل َق ْو ي َه ا َفأ ْسَتْغِفُر اللَه الَعِظْي َم‬
‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِر‬ ‫ِم ِن ي ِإ‬
‫َّن ُه‬
‫ِإ ُهَو الَغُفْو ُر الَّر ِح ْي م‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫اْلَحْم ُد ِلَّلِه َو اْلَحْم ُد ِلَّلِه ُث َّم اْلَحْم ُد ِلَّلِه ‪َ .‬أ ْش َهُد أ ْن لآ إ َل َه َّلا اللُه َو ْح َد ُه َلا َش ي َك َل ُه ‪َ ،‬و َأ ْش َهُد أ َّن َسِّيَد َن ا ُم َحَّمًد ا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُل ُه‬
‫ِر‬ ‫ِإ‬
‫َل‬ ‫َت‬ ‫ْص‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َل َن ُم َّم َل‬ ‫َّل َل َن َد َا‬
‫ا ِذ ْي ا ِب ّي بع ُه ‪ .‬لَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّل ْم َع ى ِبِّي َنا َح ٍد َو َع ى ِلِه َو َح اِب ِه َو َم ْن ِبَع ُهْم ِب ِإ ْح َس اٍن ِإ ى َيْو ِم الِقَياَم ِة‬
‫ْد َف َز ُم ْو َن َل ُه َل َّن َه َو َم َل َك ُه َص ْو َن َع َل‬ ‫ُأ‬ ‫ُّي‬ ‫َأ َّم ُد َف َأ‬
‫ِصْيُك َنْفِس ِب َتْق ى اللِه َفَق ا اْل َّتُق ‪َ .‬فَقا الل َتَعا ى‪ِ :‬إ الل اِئ َت ُي ُّل ى‬ ‫َو‬ ‫ْي‬ ‫َو‬ ‫ْم‬ ‫ْو‬ ‫ُس‬ ‫ا َبْع ‪َ ،‬يا َها الَّنا‬
‫َد َن ُم َحَّم‬ ‫َأ ُّي َّل َن آ َم َص َع َل َس َتْس ًم َا َص َع َل َد َن ُم َحَّم َع َل َأ‬
‫ا‬ ‫ِّي‬ ‫َس‬ ‫َو‬ ‫َّم‬ ‫َو ْو‬ ‫ْي ْو ْو‬ ‫ٰي‬
‫ٍد‬ ‫‪.‬الَّنِب ِّي ‪ ،‬ها ا ِذ ُن ا ُّل ا ْيِه ِّل ُم ا ِل ْي ا‪ .‬لَّلُه ِّل ى َسِّي ا ٍد ى ِل‬
‫َأ‬
‫اللُهَّم اْغِفْر ِلْل ُمْؤ ِم ِنْي َن َو ْا لُمْؤ ِم َناِت َو ْا لُم ْس ِل ِم ْي َن َو ْا لُم ْس ِل َم اِت ‪َ ،‬ا ْل ْح ياِء ِم ْن ُهْم َو ْا لَا ْمَو اِت ‪ .‬اللُهَّم اْد َفْع َعَّنا ْا لَبلَا َء َو ْا لَو َب اَء‬
‫ْا ْل‬ ‫آ ًة‬ ‫َل َن ْنُد‬ ‫َظ ْن‬ ‫ْا َت ْا‬ ‫َا َل ْا‬ ‫َن‬
‫والُقُر ْو َو الَّز ل ِز َو لِمَحَن َو ُسْو َء لِف ِن َو لِمَحَن َم ا َهَر ِم َها َو َم ا َبَطَن َعْن َب ِد ا ِإ ِنو ْي ِسَّيا خ َّص َو َس اِئِر لُب َد ِنا‬
‫ْا لُم ْس ْي َن عاَّم ًة َي ا َر َّب ْا لَعا ِمَلْي َن‬
‫ِل ِم‬
‫َعُه َو َن ْل َل َب ًل َو ْر ُز ْق ْج َب ُه َر َّب آ َا ُّد ْن َح ًة َو ْا آ َر َح ًة‬ ‫َأ‬ ‫َو ْر ُز ْق‬ ‫َّم َأ َن ْل َّق‬
‫الَّلُه ِر ا ا َح َحًّقا ا َنا اِّت َبا ِر ا ا َباِط اِط ا ا َنا ا ِتَنا ‪َ .‬نا ِت ن ِف ى ال َيا َسَن ِف ى ل ِخ ِة َسَن‬
‫َو َنا َع َذ اَب الَّنا ‪َ .‬و َا ْلَحْم ُد ّٰل َر اْلٰعَل ْي َن‬
‫ِم‬ ‫ِل ِه ِّب‬ ‫ِر‬ ‫ِق‬
‫ْأ‬
‫ٍعَباَد اللِه ‪َّ ،‬ن اللَه َي ُم ُر ْا لَعْد َو ْا ل ْح َس اِن َو ْي تاِء ِذ ْا لُقْر َى َو َي ْنَه ى َع ْا لَفْحش اِء َو ْا لُم ْنَك َو ْا لَبْغ َيِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم‬
‫ِي‬ ‫ِر‬ ‫ِن‬ ‫ي ب‬ ‫ِإ‬ ‫ِب ِل ِإ‬ ‫ِإ‬
‫َأ‬
‫َت َذ َّك ُر ْو َن ‪َ ،‬و ا ُر وا اللَه ْا لَعِظْي َم َي ْرُكْم ‪َ ،‬و اْش ُر ْو ُه َع لَى ِنَعِم ِه َي ْد ُكْم ‪َ ،‬و َل ِذ ُر اللِه ْكَب ْر‬
‫ْك‬ ‫ُك‬ ‫ُك‬ ‫ْذ‬ ‫ْذُك‬
‫ِز‬

‫‪Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darus-Sunnah‬‬


‫‪Penulis: Amien Nurhakim‬‬
‫‪Tags‬‬
‫‪Khutbah‬‬ ‫‪Khutbah Jumat‬‬

Anda mungkin juga menyukai