Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH JUM’AT TAHUN BARU 2016

Al-Jami’_Jum’at kliwon, 1 januari 2016

,‫ الذى جعل هذا اليوم من أعظم األيام الرحمة‬,‫الحمد هلل على نعمه فى أول الشهر من السنة الهجرة التامة‬
‫ أشهد أن الاله اال هللا وحده‬1‫ وأتوكل عليه انه ثقة المتوكلين‬,‫ واستعينه أنه خيرالمعين‬,‫أحمده حمد الحامدين‬
‫ اللهم صل وسلم على‬.‫الشريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المجتبى وسيد الورى رحمة للعالمين‬
‫اما بع‬...‫سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين وسلم تسليما كثيرا‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Hari ini adalah hari pertama bulan Januari. Perkenankanlah khatib mengucapkan selamat tahun baru 2016
M. tahun baru yang penuh harapan dan juga harus penuh sesalan. Marilah kita menyesali terlebih dahulu,
berbagai kesalahan yang kita lakukan, maupun berbagai kebaikan yang belum sempat kita kerjakan.
Berangkat dari penyesalan itulah kita bangun harapan setinggi-tingginya, harapan untuk mengurangi
kesalahan dan menambah berbagai amal kebaikan.

Oleh karena itu janganlah sampai kita menjadi orang yang merugi. Orang yang hari ini lebih buruk dari
hari kemarin. Kita harus optimis bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin dan besok akan lebih baik
dari pada hari ini.

Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah

Marilah di hari pertama tahun baru ini kita bersama-sama membulatkan sekuat tenaga saling menjaga diri
dan jiwa kita agar tetap berada di jalan Ilahi. Ada baiknya penjagaan ini kita lakukan secara kolektif.
Bukankah keamanan akan semakin mudah tercapai jika penjagaan itu dilakukan bersama-sama? Artinya,
penjagaan diri dari berbagai kesalahan dan dosa alangkah baiknya jika kita lakukan bersama, dengan cara
saling mengingatkan. Andaikan ada salah pada diri saya mohonlah ingatkan saya, dan jika saya
mengingatkan anda janganlah anda tersinggung. Insyaallah saya juga tidak tersinggung bila diingatkan.
Karena hanya mereka yang mau saling mengingatkanlah yang akan mendapatkan keuntungan. Bukankah
surat al-Ashr mengajarkan hal yang demikian

‫اال الذين أمنوا وعملوالصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر * إن األنسان لفى خسر * والعصر‬
Surat di atas seolah sangat kontekstual sekali dengan keadaan kita sekarang. Ayat pertama menegaskan
“Demi masa” marilah di awal tahun yang sedang bergulir ini kita mulai kesepakatan baru untuk saling
mengingatkan dan menasihati. Jika benar kesepakatan ini telah kita tanamkan bersama di dalam hati,
insyaallah ke depan hidup kita dapat terkontrol, hidup kita dapat terkendali. Semoga Allah memberi kita
petunjuk dalam menjalani hari-hari di tahun mendatang.

Para Jama’ah yang Berbahagia

Meski demikian, tidak berarti kita menggantungkan penjagaan diri kita seratus persen dengan orang lain.
Dengan harapan mereka menegur kita ketika kita melakuka kesalahan, tidak. Demikian itu juga kurang
bijak adanya. Sebaiknya kita sendiri harus mau menerima nasihat dari hati kecil kita hati nurani kita. harus
rela menerima nilai yang diberikan oleh hati kecil kita. Ketika hati kecil itu berkata ‘ini buruk’, kita harus
menghormati keputusan itu segera mengurungkan niat tersebut. begitu juga sebaliknya. Jika hati kita
mengatakan “ini baik”, segeralah kita lakukan walaupaun dalam keterpaksaan. Karena hati kecil selalu
mengatakan kemurnian dan disitulah tempat tumbuhnya nilai universal. Karena itu al-Ghazali berkata :

‫استفت قلبك ولو افتواك وافتواك وافتواك‬


Mintalah fatwa hati kecilmu walaupun mereka (orang lain) telah menasihatimu, menasehatimu dan
menasehatimu.

Lantas bagaimana praktiknya mempermudah penjagaan diri itu? Mungkin kisah yang dihadirkan oleh
Ma’ruf al-karkhi berikut ini bisa menjadi bahan renungan mengukur diri secara bertahap.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ma’ruf al-Karkhi berkata bahwa manusia itu seringkali mengakui tiga hal, tetapi sesering itu pula mereka

menyalahinya. ” ‫ وقد خلفواها بأعمالهم‬,‫"الناس يقولون ثالثة أقوال‬

Pertama ‫األحرار‬ ‫يقولون نحن عبيد هللا وهم يعلون عمل‬


mereka mengaku sebagai hamba Allah, tetapi kelakukannya sangat tercela.

Marilah kita raba diri kita bersama, apakah kita termasuk di dalamnya? Kalau tahun kemaren kita akui
termasuk di dalam golongan ini. Maka sejak hari ini marilah kita berjanji akan segera keluar dari
kelompok ini dan menjadi orang yang benar-benar ‘abidullah’.

Kedua, ‫حطامها‬ ‫وييقولون أن هللا كفيل بأرزاقنا والتطمئن قلوبهم اال بالدنيا وجمع‬
mereka menegaskan bahwa Allahlah yang mencukupi kehidupannya, tetapi perhatian dan hati mereka
terborgol dengan keduniawian.

Nah inilah yang kedua saudara. Betapa berat kita tidak mengakuinya. Namun demikian, kita wajib
berusaha melatih diri untuk meninggalkan kelompok ini. Dan setahap demi setahap belajar menyandarkan
kehidupan ini kepada Allah Yang Maha Kaya. Latihan itu dapat kita awali dengan hal-hal yang ringan
semenjak bangun tidur. Misalkan semenjak bangun tidur hindari berpikir mengenai bendawi. Biasakan
bertanya terlebih dahulu kepada istri sudah shalat subuhkah atau belum, lalu kepada anak sudah sholat
subuh atau belum. Lalu membaca al-qur’an semampunya, baru kita melakukan aktifitas segalanya. Itu
adalah langkah terkecil yang dapat dikembangkan oleh masing-masing pribadi sesuai keadaannya.

Ketiga,‫اليموت‬ ‫ويقولون البد لنا من الموت وهم يعملون أعمال من‬


mereka mengetahui bahwa kematian itu pasti, tetapi mereka bekerja seolah-olah akan hidup selamanya.

Jika kita berhasil keluar dari tiga golongan di atas, insyaallah langkah terakhir ini akan terasa lebih mudah.
Minimal apa yang pernah terjadi pada Nabi Ya’kub as. ini akan menjadi teladan bagi kita semua.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dimuliakan Allah

Dikisahkan dalam Irsyadul Ibad bahwa Nabi Ya’kub as. sedang asyik berbincang dengan Malaikat Maut.
Diantara perbincangan itu membahas mengenai kematian. Dengan nada santai Nabi Ya’kub berkata “aku
tahu tugasmu sebagai pencabut nyawa. Alangkah baiknya, jika engkau mengabariku terlebih dahulu
sebelum menjemput ajalku nanti. “Gimana caranya?” Tanya Malaikat Maut. “Ya gampanglah, masak gitu
aja bingung, kirim surat atau kirim utusan kan bisa!” jawab Nabi Ya’kub. Malaikat Mautpun menjawab
“oke… nanti akan ku kirimkan kepadamu dua atau tiga kabar”

Selang beberapa lama datanglah kemudian Malaikat Maut menemui Nabi Ya’kub as. Sambil menyapa
sekaligus bertanyalah Nabi Ya’kub “kali ini kamu kesini mau mejemput ajalku, atau sekedar bertamu
seperti biasanya?”. “Ya mencabut nyawa” jawaban singkat Malaikat maut. “lho bukankah aku pernah
memesanmu untuk mengingatkanku sebelum kau mencabut nyawaku”? tuntut Nabi Ya’kub. “Udah, Aku
sudah kirimkan kepadamu pesan itu, tidak hanya satu bahkan tiga; pertama rambutmu yang mulai
memutih, dua badanmu yang mulai melemah dan ketiga badanmu yang mulai membungkuk. Itulah pesan
yang ku kirimkan kepada semua manusia sebelum aku mendatangi mereka.

Begitulah sejatinya Allah telah memberikan peringatan kepada segenap manusia akan datangnya
kematian, akan tetapi manusia lebih suka berpura-pura melupakannya.

Sepasang syair Arab patut disitir dalam khutbah kali ini

‫مضى الدهر واأليام والذنب حاصل * وجاء رسول الموت والقلب غافل‬

‫نعيمك فى الدنيا غرور وحســـــرة * وعيشـك فى الدنيـا محــال وبـاطل‬


Masa telah berlalu dan dosa-dosa semakin menumpuk, datanglah tanda-tanda kematian, namun hati tidak
mempedulikan.

Nikmatmu di dunia menjadi kesesatan dan kesalahan, dan hidupmu di dunia adalah sebuah kebathilan

‫ ربنا هب لنا من‬,‫ إنها سائت مستقرومقاما‬,‫اللهم ربنا اصرف عنا عذاب جهنم إن عذابها كان غراما‬
‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َوإيَّا ُك ْم ِب َما‬
َ ‫ار‬
َ َ‫ ب‬,‫أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما‬
‫ت َوالذ ْكر ِْال َح ِكي ِْم َوتَقَب ََّل ِمنِّي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ إنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬
ِ َ ‫ِف ْي ِه ِمنَ ْاآليا‬
‫‪KHUTBAH II‬‬

‫لى تَ ْوفِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِه َواَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ‬
‫لى اِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ َع َ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َع َ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا‬ ‫لى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫ك لَهُ ِ‪َ .‬واَ ْشهَ ُد اَ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ ال َّدا ِعى اِ َ‬
‫َش ِر ْي َ‬
‫ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬

‫اَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْنتَه ُْوا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُم ْوا اَ َّن هللاّ اَ َم َر ُك ْم بِا َ ْم ٍر بَ َدأَ فِ ْي ِه‬
‫لى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذي َْن‪.‬‬ ‫ص ُّل ْو َن َع َ‬ ‫ال تَعاَلَى اِ َّن هللاَ َو َمآل ئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬
‫آل‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما * اللهُ َّم َ‬
‫آ َمنُ ْوا َ‬
‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِ‪1‬ء الرَّا ِش ِدي َْن اَبِى‬
‫ك َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِي َْن َوارْ َ‬ ‫َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِ َ‬
‫ك َو ُر ُسلِ َ‬
‫رو ُع ْث َمان َو َعلِى َو َع ْن بَقِيَّ ِة الص َ‬
‫َّحابَ ِة َوالتَّابِ ِعي َْن َوتَابِ ِعي التَّابِ ِعي َْن لَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلَىيَ ْو ِم‬ ‫بَ ْك ٍر َو ُع َم َ‬
‫ك يَا اَرْ َح َم الر ِ‬
‫َّاح ِمي َْن‬ ‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬
‫ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬

‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬


‫ت اللهُ َّم اَ ِع َّز‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ص َر ال ِّدي َْن‬ ‫ك ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬ ‫ْا ِال ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ك اِلَى يَ ْو َم ال ِّد ْي ِن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َو َد ِّمرْ اَ ْع َدا َءال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫َو ْ‬
‫ط َن َع ْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِي ِْسيَّا‬
‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَ َ‬ ‫َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َح َن َما َ‬
‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْل َدا ِن ْال ُم ْسلِ ِمي َْن عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِمي َْن‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة‬
‫خآ َّ‬
‫اواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن ْا َ‬
‫لخا ِس ِري َْن‬ ‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَ َ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬

‫بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ‪.‬‬ ‫ِعبَا َدهللاِ ! اِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِالحْ َس ِ‬
‫ان َوإِيْتآ ِء ِذى ْالقُرْ َ‬
‫َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن َو ْاذ ُكرُواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬
‫لى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ‬
‫اَ ْكبَرْ‬

Anda mungkin juga menyukai