Khutbah I
. َوخَ َذ َل َم ْن َشا َء ِم ْن خ َْلقِ ِه بِ َم ِش يَْئتِ ِه َو َع ْدلِ ِه،خَلقِ ِه بِفَضْ لِ ِه َو َك َر ِم ِه َ َّاَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ َوف
ْ ق َم ْن َشا َء ِم ْن
َ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي
َواَل َح َّد َواَل ُجثَّةَ َواَل،ُ َواَل َش بِ ْيهَ َواَل ِم ْث َل َواَل نِ َّد لَ ه،ُك لَ ه
َ َو،َُظ ْي َمنَا َوقَاِئ َدنَا َوقُ َّرةَ َأ ْعيُنِنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُه
ُص فِيُّه ِ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا َو َحبِ ْيبَنَا َوع.ُضا َء لَه
َ َأ ْع
ِ ْ فَ ِإنِّي ُأو، َأ َّما بَ ْع ُد.ِ َواَل َح وْ َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهلل،ان ِإلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة
ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي ٍ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس
ِ َّ َو َم ْن يَت:بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم ْالقَاِئ ِل فِ ْي ُمحْ َك ِم ِكتَابِ ِه
ُ َويَرْ ُز ْق هُ ِم ْن َحي،ق هَّللا َ يَجْ َعلْ لَهُ َم ْخ َر ًج ا
ْث
)٣-٢ : َو َم ْن يَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ فَه َُو َح ْسبُهُ (الطالق، ُاَل يَحْ تَ ِسب
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri
khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada
Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari
segala yang dilarang dan diharamkan.
Kita tanamkan dalam hati bahwa seandainya seluruh manusia dan jin bersatu untuk membuat
kita celaka, maka mereka tidak akan mampu mencelakai kita kecuali jika Allah menghendaki hal
itu. Demikian pula seandainya seluruh manusia dan jin bersatu untuk memberikan manfaat
kepada kita, maka mereka tidak akan memberikan manfaat kepada kita kecuali apabila Allah
menetapkan hal itu. Oleh karenanya, marilah kita menyerahkan semua urusan kepada Allah
ta’ala dan kita percaya penuh kepada-Nya. Apa pun yang Allah kehendaki terjadi, pasti akan
terjadi, dan apa pun yang tidak Allah kehendaki, pasti tidak akan pernah terjadi.
Marilah kita ingat selalu bahwa kita sekarang ini bukan tengah berada di surga, melainkan kita
berada di kehidupan dunia. Sebagaimana kita tahu bahwa dunia adalah tempat berbagai musibah
dan bala’. Dunia ini memperdaya, mendatangkan mara bahaya dan pada akhirnya berlalu begitu
saja. Marilah kita bertawakal kepada Allah dan bersabar atas musibah yang Allah ujikan kepada
kita. Jangan sampai kita memprotes atau menyalah-nyalahkan Allah. Allah ta’ala berfirman:
Allah subhabahu wa ta’ala adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu. Allah berbuat apa pun
dalam kekuasaan-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki. Marilah kita bersabar
sebagaimana diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an:
Saudaraku seiman,
Jika kita terkena musibah, hendaklah kita meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam kesabarannya. Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari sahabat Anas bin Malik
radliyallahu ’anhu bahwa ia masuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
melihat putranya yang bernama Ibrahim saat sakratul maut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam kemudian mengambilnya dan menciumnya. Kemudian setelah itu kami menengoknya lagi
dan saat itu Ibrahim telah terenggut nyawanya. Kedua mata Nabi pun mengalirkan air mata.
‘Abdurrahman bin ‘Auf radliyallahu ’anhu berkata kepadanya, “Anda pun menangis, wahai
Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Ibnu ‘Auf, sungguh
inilah rasa kasih sayang. Nabi kembali meneteskan air mata dan bersabda:
Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an telah bersumpah dalam surat al-Balad bahwa manusia
diciptakan dengan berbagai kesulitan hidup, susah payah dan keletihan. Allah ta’ala berfirman:
Setelah itu, ia akan disibukkan dengan persiapan nikah dan disibukkan dengan pekerjaan setiap
hari untuk dapat menafkahi keluarganya. Lalu ia akan disibukkan dengan urusan anak dan istri.
Kemudian disibukkan dengan membangun rumah dan melengkapinya dengan berbagai perabot
rumah tangga. Setelah itu, ia akan memasuki usia tua, badan lemah dan beberapa anggota badan
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Belum lagi berbagai penyakit yang sewaktu-waktu bisa
saja menyerangnya, flu: sakit kepala, sakit gigi, sakit jantung, sakit paru-paru, terinfeksi virus
dan lain sebagainya. Ditambah lagi dengan beban hidup seperti hutang, mengangsur cicilan,
dicaci orang, dibicarakan kejelekannya dan lain sebagainya. Hingga tibalah saatnya sakratul
maut yang luar biasa sakitnya. Setelah hembusan nafas yang terakhir, apakah berakhir semua
kesulitannya?. Belum, hadirin sekalian. Setelah itu, ia akan memasuki alam barzakh dan alam
akhirat. Ada pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Ada hisab. Ada perjalanan melewati
shirath. Hingga pada akhirnya masa penentuan itu tiba, apakah ia akan merasakan berbagai
kenikmatan surga ataukah ia akan sengsara di neraka.
Saudara-saudara seiman,
Karenanya, marilah kita laksanakan semua perintah Allah. Marilah kita saling berpesan serta
berwasiat untuk berpegangteguh dengan kebenaran dan kesabaran.
Marilah kita bersabar atas musibah dan bala` yang menimpa kita. Jangan sampai kita bermaksiat
kepada Allah disebabkan musibah yang menimpa kita. Jangan sampai musibah dan berbagai
kesulitan hidup menyebabkan kita melanggar aturan-aturan Allah. Janganlah kita memprotes
Allah ketika terkena bala’ dan musibah. Hendaklah kita bersabar dan terus menerus menjalankan
kewajiban dan menjauhi perkara yang diharamkan dalam keadaan apa pun, seberat apa pun
masalah yang kita hadapi.
Jika hati kita sedih karena ditimpa musibah, jika dada kita sesak dengan berbagai kesulitan
hidup, salah satu obat yang akan menenangkan hati dan pikiran kita adalah pergi ke makam. Kita
berziarah ke makam orang tua, keluarga dan kawan-kawan kita. Kita renungkan di sana, di
manakah rumah terakhir kita. Kemanakah kita akan pergi meninggalkan dunia ini. Hendaklah
diketahui bahwa seandainya nilai dunia ini sebanding dengan satu sayap seekor nyamuk saja,
niscaya Allah tidak akan memberikan kepada orang kafir apa pun meskipun hanya seteguk air di
dunia ini. Artinya, dunia ini tidak ada nilainya sama sekali menurut Allah. Dunia ini tidak ada
nilainya sama sekali dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Dunia adalah penjara bagi orang
yang sempurna imannya dan ibarat surga bagi orang kafir.
Hal yang paling bernilai dan paling penting bagi kita -melebihi apa pun di dunia ini- adalah
meninggal dengan membawa islam dan iman yang sempurna.
Saudaraku seiman,
Selezat apa pun makanan yang kita makan, pasti akan menjadi kotoran. Semahal apa pun pakaian
yang kita kenakan, pada akhrnya pasti akan dibuang ke tempat sampah. Sebesar dan semewah
apa pun rumah yang kita bangun, pasti tidak akan kita bawa mati. Rumah terakhir kita semuanya
berukuran sama, tidak lebih dari 1 x 2 meter. Sedangkan apa yang kita perbuat di dunia ini, maka
kita akan mendapatkan balasannya. Kematian adalah kepastian yang telah ditetapkan oleh Allah.
Perpisahan dengan orang-orang yang kita cintai di dunia ini adalah janji Allah yang pasti
terpenuhi. Kehidupan di dunia ini permulaannya adalah kedla’ifan dan kelemahan dan berakhir
dengan kematian dan kuburan.
Marilah kita bersabar atas bala` yang Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai kita memprotes
dan menyalah-nyalahkan Allah. Kita yakin bahwa pada setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi
kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم،ُ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه،َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم.
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/118915/khutbah-jumat--bagaimana-menyikapi-berbagai-
musibah-dan-kesulitan-hidup-