Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH JUM’AT

HIKMAH HUT RI DAN BULAN MUHARAM

‫هّٰلِل‬
‫ َو َعلَى‬،‫ان‬ َ َ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد َولَ ِد َع ْدن‬َّ ‫ َوال‬،‫َّان‬ ِ ‫الح ْم ُد ِ ْال َملِ ِك ال َّدي‬ َ
َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬،‫ان‬
‫ْك‬ ِ ‫صحْ بِ ِه َوتَابِ ِع ْي ِه َعلَى َمرِّ ال َّز َم‬ َ ‫آلِ ِه َو‬
‫ َوَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا‬،‫ان‬
ِ ‫ان َو ْال َم َك‬
ِ ‫لَهُ ْال ُمنَـ َّزهُ َع ِن ْال ِج ْس ِميَّ ِة َو ْال ِجهَ ِة َوال َّز َم‬
،‫آن َأ َّما بَ ْع ُد‬
َ ْ‫ان ُخلُقُهُ ْالقُر‬
َ ‫َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ الَّ ِذيْ َك‬
‫ ْالقَاِئ ِل ِف ْي ِكتَابِ ِه‬،‫ان‬ ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى‬
ِ َّ‫هللا ال َمن‬ ِ ‫ فَ إنِّ ْي ُأ ْو‬،‫ِعبَ ا َد ال رَّحْ مٰ ِن‬
)١ :‫ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ۚ ْم اِ َّن َز ْل َزلَةَ السَّا َع ِة َش ْي ٌء َع ِظ ْي ٌم (الحج‬:‫آن‬
ِ ْ‫ْالقُر‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada
kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala dengan
senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan,
dimanapun kita berada baik di saat ramai maupun di waktu yang sepi.

Kaum Muslimin yang berbahagia,

Pada bulan ini ada dua hari besar yang saling berdekatan. Hari Selasa, 17 Agustus
kemarin kita memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-
76, hari paling bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Dua hari berikutnya,
tepatnya hari kamis kemarin kita berada di tgl 10 bulan Muharam atau hari Asyura, salah
satu hari yang paling bersejarah dalam perjalanan umat Islam.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Selama 76 tahun kita menghirup udara kemerdekaan, apakah kita telah benar-benar
meraih kemerdekaan yang hakiki?. Tidak dipungkiri, merdeka dari cengkeraman kaum
penjajah merupakan kenikmatan agung yang Allah anugerahkan kepada bangsa
Indonesia. Betapa tidak, dengan kenikmatan merdeka, kita bisa dengan leluasa
melakukan banyak hal yang bermanfaat. Akan tetapi sudah cukupkah bagi kita
kemerdekaan dari cengkeraman penjajah?. Bukankah masih banyak belenggu yang harus
kita singkirkan agar kita dapat meraih kemerdekaan hakiki dan sejati?

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kemerdekaan hakiki adalah ketika kita sudah mampu memerdekakan diri kita dari jerat
hawa nafsu. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita telah mampu memerdekakan diri kita
dari perangkap jahat setan yang tiada henti membuai kita dengan rayuannya.
Kemerdekaan yang sebenarnya adalah tatkala kita telah mampu memerdekakan hati kita
dari penyakit-penyakit hati yang membinasakan. Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi
seorang pejabat adalah saat ia mampu memerdekakan dirinya dari mental korup. Pejabat
yang korup dan memakan uang rakyat sejatinya ia terjajah dan belum merdeka. Terjajah
oleh angan-angannya bahwa kekayaan dan status sosial yang tinggi akan melambungkan
kebahagiaannya. Kemerdekaan yang hakiki bagi orang kaya adalah tatkala ia mampu
memerdekakan hatinya dari penyakit sombong dan sikap merendahkan orang lain.
Kemerdekaan bagi seorang pedagang adalah ketika ia mampu memerdekakan dirinya dari
kecurangan. Seorang santri atau siswa dikatakan merdeka apabila ia mampu
memerdekakan dirinya dari kemalasan dalam menuntut ilmu. Guru atau dosen yang
merdeka adalah yang mampu memerdekakan dirinya dari niat lain selain mengabdi,
mendidik, dan mengader. Seorang tetangga yang merdeka adalah apabila ia mampu
memerdekakan hatinya dari virus iri, dengki, dan hasud kepada tetangganya. Dan
begitulah seterusnya.

Kemampuan melepaskan belenggu yang menghalangi kita dari berbuat baik, itulah
kemerdekaan yang hakiki dan sesungguhnya. Jika seluruh bangsa Indonesia sudah meraih
kemampuan itu, maka Indonesia benar-benar telah merdeka. Merdeka dalam arti yang
sesungguhnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Alhamdulillah, pada bulan Agustus ini disamping memperingati HUT RI ke 76 kita juga
baru saja memasuki tahun baru Hijriah, yaitu bulan Muharram 1443 H. Perlu kita syukuri
karena bulan Muharram termasuk bulan yang mulia. Menurut Ibnu al-Jauzi dalam kitab
at-Tabshîrah juz 2 halaman 6, bulan Muharram adalah bulan yang mulia derajatnya.

Dinamakan dengan bulan Muharram, karena Allah SWT mengharamkan peperangan dan
konflik di bulan mulia ini. Selain itu, bulan ini juga termasuk salah satu dari bulan-bulan
yang mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Sebagaimana firman
Allah dalam Surat at-Taubah:36:

‫ت‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫ق‬
َ ‫الس َم‬ ِ ‫ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنَ ا َع َش َر َش ْهرًا فِي ِكتَ ا‬
َ َ‫ب هَّللا ِ يَ ْو َم َخل‬ ِ ‫ِإ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬
‫ض ِم ْنهَا َأرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم‬
َ ْ‫َواَأْلر‬

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram.” (QS at-Taubah: 36)

Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir al-Fakhrir Razi juz 16 halaman 53 menjelaskan
bahwa setiap perbuatan maksiat di bulan haram akan mendapat siksa yang lebih dahsyat,
dan begitu pula sebaliknya, perilaku ibadah kepada Allah akan dilipatgandakan
pahalanya. Beliau menyatakan:

ً ‫ َوالطَّا َعةُ فِ ْيهَا َأ ْكثَ ُر ثَ َوابا‬، ً ‫ْصيَةَ فِ ْيهَا َأ َش ُّد ِعقَابا‬


ِ ‫ َأ ّن ْال َمع‬:‫َو َم ْعنَى ْال َح َر ِم‬

Artinya: “Maksud dari haram adalah sesungguhnya kemaksiatan di bulan-bulan itu


memperoleh siksa yang lebih berat dan ketaatan di bulan-bulan tersebut akan mendapat
pahala yang lebih banyak.”

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia,

Ibnu al-Jauzi menyimpulkan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mulia, hari
‘Asyura adalah hari yang mulia. Bulan Muharram adalah musim kebaikan, momen yang
baik untuk melakukan perdamaian, momen yang baik untuk meningkatkan amal,
sedekah, menyantuni anak yatim, dan menolong mereka yang membutuhkan. Bulan
Muharram sebagai bulan awal tahun baru hijriah menjadi momen yang terbaik untuk
melakukan hijrah, hijrah dari sifat yang tercela menuju sifat yang terpuji.

Abu Sulaiman sebagaimana dikutip Abu Na’im dalam kitab Hilyatul Auliya’
menyatakan:

‫ان‬
ٍ ‫ص‬َ ‫ان يَ ْو ُمهُ ِم ْث َل َأ ْم ِس ِه فَه َُو فِي نُ ْق‬
َ ‫َم ْن َك‬

“Barangsiapa hari ini keadaannya masih sama dengan kemarin, maka ia dalam keadaan
kurang baik.”

Dari pernyataan tersebut, mari kita bangkitkan motivasi kita untuk berubah dan berhijrah
ke perilaku yang baik, semakin merekatkan persaudaraan, memanfaatkan potensi yang
kita miliki sesuai dengan profesi masing-masing untuk membantu orang lain, membantu
agama, dan membantu negara. Seseorang hamba akan selalu mendapatkan perlindungan
dari Allah SWT selama ia bermanfaat dan membantu kesusahan saudaranya.

Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu berhijrah menuju kebaikan dan menjadi
orang yang bermanfaat untuk masyarakat, agama, dan bangsa. Allahumma Aamiin.

‫ أ ُعو ُذ‬: ‫ َوأ ْد َخلَنَا وِإيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمْؤ ِمنِي َْن‬،‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِم َن الفَاِئ ِزين اآل ِمنِين‬
َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬:‫َّحي ْم‬
‫ين آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا‬ ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬،‫َّجي ْم‬
ِ ‫مان الر‬ ِ ‫بِاهللِ ِم َن ال َّشي‬
ِ ‫ْطان الر‬
‫قَ ْواًل َس ِديدًا‬

‫ إنّهُ تَعاَلَى‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُر‬


ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيّا ُك ْم ِباآليا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬ َ ‫با َ َر‬
ٌ ‫ك بَرٌّ َرُؤ ْو‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ٌ ِ‫َج ّوا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬

Anda mungkin juga menyukai