Anda di halaman 1dari 5

Muharram Bulan Hijrah

Oleh: Ust. Zaid Royani, S.Pd.I

KHUTBAH PERTAMA

ِ ‫ت أَ ْع َما ِلنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬


ُ‫ض َّل لَه‬ َ ‫ومِ ْن‬،
ِ ‫سيِئ َا‬ َ ‫ور أَ ْنفُ ِسنَا‬ ُ ‫ونَعُوذُ بِاهللِ مِ ْن‬،
ِ ‫ش ُر‬ َ ُ‫ونَ ْست َ ْغف ُِره‬، َ ُ‫نَ ْح َمدُه‬، ِ‫إِ َّن ْال َح ْمدَ هلل‬
َ ُ‫ونَ ْست َ ِع ْينُه‬،
،‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬َ ً‫ َوأ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َو ْحدَهُ الَ ش َِريكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أَ َّن ُم َح َّمدا‬. ُ‫ِي لَه‬
َ ‫ضل ِْل فَالَ هَاد‬ ْ ُ‫َو َم ْن ي‬

. َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموت ُ َّن ِإالَّ َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬

‫سا ًء َواتَّقُوا هللاَ الَّذِي‬ َّ َ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ْم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم مِ ْن نَ ْف ٍس َواحِ دَةٍ َو َخلَقَ مِ ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬
ً ‫ث مِ ْن ُه َما ِر َجاالً َكث‬
َ ِ‫ِيرا َون‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫علَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ‫ساءلونَ بِ ِه َواأل َ ْر َح‬
َ َ‫ام إِ َّن هللاَ َكان‬ َ َ‫ت‬

‫لى‬
َ ‫ع‬ ِ ‫أ للَّ ُه َّم َو َب‬، ٌ‫لى آ ِل ِإبْرا َ ِهي َْم ِإنَّكَ َحمِ يْد ٌ َم ِج ْيد‬
َ ‫ار ْك‬ َ ‫ع‬َ ‫لى ِإب َْرا ِهي َْم َو‬
َ ‫ع‬َ َ‫ص َليْت‬ َ ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬َ ‫لى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ع‬َ ‫ص ِل‬َ ‫أللَّ ُه َّم‬
ٌ‫لى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم في العالمين إِنَّكَ َحمِ يْد ٌ َم ِج ْيد‬ َ ‫ع‬َ ‫لى إِب َْرا ِهي َْم َو‬
َ ‫ع‬َ َ‫ار ْكت‬ َ َ‫ى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬َ َ‫ُم َح َّم ٍد َوعل‬

Alhamdulillah segala puji milik Allah Subhanahu wa Ta’ala yang masih menghidupkan iman
dalam diri kita, sehingga kita berkesempatan untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya lewat
amal-amal ketaatan, dan semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan kesabaran serta
keistiqomahan untuk selalu berada di atas jalan kebaikan dan kebenaran.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wa salam,
kepada keluarga, para sahabat yang mulia, para tabi’in dan tabiut tabi’in serta siapa saja dari
umatnya yang sabar mengikuti jejak langkahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya.
Semoga kelak pada hari kiamat kita diakui sebagai umatnya dan memperoleh syafa’atnya.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Tidak lupa khatib berpesan untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah
Ta’ala, karena takwa adalah bekal terbaik untuk menghadap Allah, sebagaimana firman-Nya:

‫ٱلزا ِد ٱلتَّ ۡق َوى‬


َّ ‫َوت َزَ َّودُواْ فَإِ َّن خ َۡي َر‬

“Dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Kita berada di bulan Muharram. Bulan Muharram termasuk bulan-bulan haram. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala:

ْ‫ض مِ ۡن َهآ أَ ۡربَعَةٌ ُح ُرم ذَلِكَ ٱل ِدينُ ۡٱلقَيِ ُم فَ َال ت َۡظ ِل ُموا‬ َ ‫ت َو ۡٱأل َ ۡر‬
ِ ‫س َم َو‬ َّ ‫ٱَّلل يَ ۡو َم َخلَقَ ٱل‬
ِ َّ ‫ب‬ َ ‫ٱَّلل ۡٱثنَا‬
ِ َ ‫عش ََر شَهۡ را فِي ِكت‬ ِ َّ َ‫ور عِند‬ ُّ ‫إِ َّن ِعدَّة َ ٱل‬
ِ ‫ش ُه‬
ۡ َ
َ َّ ‫ٱعلَ ُم ٓواْ أ َّن‬
‫ٱَّلل َم َع ٱل ُمتَّقِين‬ ُ ۡ ُ
ۡ ‫س ُك ۡم َوقَتِلواْ ٱل ُم ۡش ِركِينَ كَآفَّة َك َما يُقَتِلونَ ُك ۡم كَآفَّة َو‬ َ
َ ُ‫فِي ِه َّن أنف‬

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam
ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu
dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana
mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang
yang takwa.” (QS. At-Taubah: 36)

Penyebutkan bulan haram karena maknanya adalah hurmah (kemuliaan). Yaitu empat bulan
ini memiliki kemuliaan yang lebih dibanding bulan-bulan lainnya. Selain itu pula maknanya
adalah keharaman (larangan), untuk melakukan peperangan, kejahatan dan kedzaliman.

Karena pada zaman dahulu orang ketika hendak melaksanakan haji membutuhkan waktu
yang panjang mulai dari bulan dzulqo’dah hingga bulan muharram. Namun mereka merasa
was-was dan khawatir atas keselamatan dan keamanan mereka, karena banyaknya
peperangan dan perampokan, sehingga harus mendapatkan keamanan, maka dengan
ketetapan ini tidak boleh ada kejahatan yang terjadi khusus pada tiga bulan tersebut.

Maka Allah menyebutkan dalam ayat di atas, janganlah kalian berbuat kedzaliman pada
empat bulan itu.

Selain itu pula bulan Muharram memiliki nama lain yang disandarkan kepada Allah.

Sebagaimana yang terdapat dalam riwayat sahabat Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صالَة ُ اللَّ ْي ِل‬ َ ‫صالَةِ بَ ْعدَ ْالف َِري‬


َ ‫ض ِة‬ َ ‫َّللا ْال ُم َح َّر ُم َوأ َ ْف‬
َّ ‫ض ُل ال‬ ِ َّ ‫ش ْه ُر‬
َ َ‫ضان‬ َ ‫أ َ ْف‬
ِ ‫ض ُل‬
َ ‫الصيَ ِام بَ ْعدَ َر َم‬

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah
(Muharram). Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat
malam.” (HR. Muslim no. 1163).

Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah menjelaskan, “Nabi shallahu ‘alaihi wasallam


terkadang menamakan bulan Muharram dengan syahrulllah (bulan Allah). Penisbatannya
kepada nama Allah menunjukkan akan kemuliaan dan keutamaannya. Karena tidaklah Allah
menisbatkan sesuatu kepada-Nya kecuali bagi makhluk-makhluknya yang khusus.
Sebagaimana penisbatan rasulullah (utusan Allah), baitullah (rumah Allah), naqotullah
(unta Allah), khalilullah (kekasih Allah) dan lainnya.”

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Yang tidak kalah penting adalah Muharram menjadi bulan yang sangat identik dengan
amalan hijrah. Hal in tidak lepas dari sejarah penetapan tahun hijriyah. Pada zaman
kekhilafahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengajak para sahabatnya untuk
bermusyawarah; menentukan kalender yang nantinya menjadi acuan penanggalan bagi kaum
muslimin.

Ada yang mengusulkan penanggalan dimulai dari tahun diutus Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, Sebagian lagi mengusulkan agar penanggalan dibuat sesuai dengan kalender
Romawi, yang mana mereka memulai hitungan penanggalan dari masa raja Iskandar
(Alexander).

Yang lain mengusulkan, dimulai dari tahun hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ke
kota Madinah. Usulan ini disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Hati Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu ternyata condong kepada usulan kedua ini, beliau
berkata:

‫ق َوالبَاطِ ِل فَأ َ ِر ُّخ ْوا ب َها‬ ْ َ‫ال ِه ْج َرة ُ فَ َّرق‬


ِ ‫ت بَيْن ال َح‬

“Peristiwa Hijrah menjadi pemisah antara yang benar dan yang batil. Jadikanlah ia sebagai
patokan penanggalan.”

Akhirnya para sahabatpun sepakat untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai acuan tahun.
Landasan mereka adalah firman Allah ta’ala,

َ ُ‫علَى الت َّ ْق َوى مِ ْن أَ َّو ِل يَ ْو ٍم أ َ َح ُّق أ َ ْن تَق‬


‫وم فِيه‬ َ ‫َلَ َمس ِْجدٌ أ ُ ِس‬
َ ‫س‬

“Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya.” (QS. At-Taubah:108)

Para sahabat memahami makna “sejak hari pertama” dalam ayat, adalah hari pertama
kedatangan hijrahnya Nabi. Sehingga moment tersebut pantas dijadikan acuan awal tahun
kalender hijriyah.

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Sebenarnya ada opsi-opsi lain mengenai acuan tahun, yaitu tahun kelahiran atau wafatnya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun mengapa dua opsi ini tidak dipilih? Ibnu Hajar
rahimahullah dalam Fathul Bari menjelaskan alasannya,

“Karena tahun kelahiran dan tahun diutusnya beliau menjadi Nabi, belum diketahui secara
pasti. Adapun tahun wafat beliau, para sahabat tidak memilihnya karena akan menyebabkan
kesedihan manakala teringat tahun itu. Oleh karena itu ditetapkan peristiwa hijrah sebagai
acuan tahun.”

Alasan lain mengapa tidak menjadikan tahun kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
sebagai acuan; karena dalam hal tersebut terdapat unsur menyerupai kalender Nashrani. Yang
mana mereka menjadikan tahun kelahiran Nabi Isa sebagai acuan.

Dan tidak menjadikan tahun wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai acuan,
karena dalam hal tersebut terdapat unsur tasyabbuh dengan orang Persia (majusi). Mereka
menjadikan tahun kematian raja mereka sebagai acuan penanggalan.
Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Maka bulan ini adalah moment yang sangat tepat untuk kembali memahami makna hijrah.
Setidaknya ada dua bentuk hijrah yang perlu kita pahami.

Pertama, hijrahtul askhas wa amakinahum. Yaitu meninggalkan pelaku kekufuran dan


maksiat dan tempat-tempat mereka menuju komunitas muslim yang taat dan lingkungan yang
baik. Karena berteman dengan pelaku kemaksiatan dan kekufuran serta bermukim di tengah-
tengah wilayah mereka akan mengancam iman seorang hamba. Maka Allah Ta’ala
memerintahkan:

‫َوا ْه ُج ْرهُ ْم هَجْ ًرا َجمِ ي ًل‬

“Maka tinggalkan mereka dengan cara yang baik.” (Al Muzammil: 10)

Bahkan Rasulullah mengancam mereka yang tetap bertahan di wilayah kekufuran padahal
mampu untuk keluar dari tempat tersebut. Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

َ‫ظ ُه ِر ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬


ْ َ ‫أَنَا بَ ِري ٌء مِ ْن ُك ِل ُم ْسل ٍِم يُ ِق ْي ُم بَيْنَ أ‬.

“Aku melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap setiap Muslim yang bermukim di antara
kaum musyrikin.” (HR. Abu Daud)

Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.

Kedua, hijratul ‘amal.Yaitu meninggalkan amalan-amalan kufur dan maksiat menuju


perbuatan taat. Seseorang belum dikatakan berhijrah jika belum bertaubat dari perbuatan
maksiat, kufur, nifak, syirik menuju iman, dan taat. Maka Allah Ta’ala berfirman:

‫الر ْجزَ فَا ْه ُج ْر‬


ُّ ‫َو‬

“Terhadap perbuatan keji, hendaklah kalian berhijrah darinya.” (QS. Al Mudatsir: 5)

Rasulullah shallahu ‘alaihi waasallam juga ketika menjelaskan definisi orang yang berhijrah
beliau bersabda:

ُ‫ع ْنه‬ ْ
َ ُ‫وال ُمهاجر َمن َه َج َر َما نَ َهى هللا‬

“Muhajir (orang yang berhijrah) adalah yang meninggalkan apa yang Allah larang.” (HR.
Bukhari Muslim)

Inilah dua bentuk amalan hijrah dalam kehidupan kita. Jika kita telah berada di lingkungan
yang islami, aman untuk beribadah maka hijrah dari perbuatan yang dilarang Allah akan
senantiasa kita dapati dalam keseharian kita.
‫ب‪ ،‬فَا ْست َ ْغف ُِر ْوهُ ِإنَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر َّ‬
‫الرحِ ْي ُم‬ ‫سائ ِِر ْال ُم ْسلِمِ يْنَ مِ ْن ُك ِل ذَ ْن ٍ‬ ‫‪.‬أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي هذا َوأ َ ْست َ ْغف ُِر َ‬
‫هللا ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل َ‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَ َال ُم ِ‬


‫ض َّل لَهُ َو َم ْن‬ ‫ش ُر ْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا َومِ ْن َ‬
‫س ِيئ َا ِ‬ ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ هللِ نَ ْح َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغف ُِرهُ‪َ ،‬ونَعُ ْوذُ ِباهللِ مِ ْن ُ‬
‫س ْولُهُ‬
‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬‫َّللاُ َو ْحدَهُ َال ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أَ َّن ُم َح َّمدًا َ‬
‫أن الَ إِله إالَّ ه‬ ‫ِي لَهُ‪ ،‬أ ْش َهدُ ْ‬ ‫ضل ِْل فَ َال هَاد َ‬ ‫‪.‬يُ ْ‬

‫‪Kaum muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah.‬‬

‫‪Setelah kita mengetahui dua bentuk amalan hijrah, maka marilah kita jadikan bulan mulia ini‬‬
‫‪sebagai waktu untuk muhasabah diri apakah kita telah maksimal dalam meninggalkan‬‬
‫‪tempat-tempat buruk, teman-teman fasik serta amalan amalan bathil.‬‬

‫‪Semoga Allah senantiasa memberi taufiq dan inayah kepada kita semua dalam mengerjakan‬‬
‫‪kebaikan dan meninggalkan keburukan.‬‬

‫صلُّوا َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬
‫س ِل ُموا ت َ ْسلِي ًما‬ ‫علَى النَّبِي ِ‪ ،‬يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َ‬
‫صلُّونَ َ‬
‫َّللا َو َم َالئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫إِ َّن َّ َ‬

‫علَى ُم َح َّم ٍد‬ ‫علَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‪ ،‬إِنَّكَ َحمِ ْيدٌ َم ِج ْيدٌ‪َ .‬وبَ ِ‬
‫ار ْك َ‬ ‫علَى إِب َْرا ِهي َْم َو َ‬ ‫صلَّيْتَ َ‬‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫علَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ص ِل َ‬‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫علَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‪ِ ،‬إنَّكَ َحمِ ْيدٌ َم ِج ْيدٌ‬‫علَى ِإب َْرا ِهي َْم َو َ‬
‫ار ْكتَ َ‬
‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫‪.‬و َ‬ ‫َ‬

‫ت‬ ‫سمِ ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ الد َ‬


‫ع َوا ِ‬ ‫َربَّنَا ا ْغف ِْر لَنَا َول ِْل ُم ْسلِمِ يْنَ َو ْال ُم ْس ِل َماتِ‪َ ،‬و ْال ُمؤْ مِ نِيْنَ َو ْال ُمؤْ مِ نَا ِ‬
‫ت اْأل َ ْحيَاءِ مِ ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َواتِ‪ِ ،‬إنَّكَ َ‬

‫َارا‬
‫صغ ً‬ ‫َربَّنَا ا ْغف ِْر لَنَا َول َِوا ِل ِد ْينَا َو ْ‬
‫ار َح ْم ُه ْم َك َما َرب َّْونَا ِ‬

‫اْلس َْال َم َواْل ُم ْسلِمِ يْنَ ‪َ ،‬وأَ ِذ َّل ال ِش ْركَ َو ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ ‪َ ،‬ودَمِ ْر أ َ ْعدَا َء ال ِدي ِْن‬
‫‪.‬اَللَّ ُه َّم أَع َِّز ْ ِ‬

‫ضاهُ ْم‪َ ،‬وفُكَّ أَس َْرانَا َوأَس َْراهُ ْم‬ ‫ص ِل ْح أَح َْوا َل ْال ُم ْسلِمِ يْنَ ُح َّكا ًما َو َم ْح ُك ْومِ يْنَ ‪ ،‬يَا َربَّ ْالعَالَمِ يْنَ ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم ا ْشفِ َم ْر َ‬
‫ضانَا َو َم ْر َ‬ ‫‪،‬اَللَّ ُه َّم أ َ ْ‬
‫ف َبيْنَ قُلُ ْو ِب ِه ْم َيا أ َ ْر َح َم َّ‬
‫الراحِ مِ يْنَ‬ ‫‪َ .‬وا ْغف ِْر ِل َم ْوت َانَا َو َم ْوت َاهُ ْم‪َ ،‬وأ َ ِل ْ‬

‫سنَا ت َ ْق َواهَا‪َ ،‬وزَ ِك َها أ َ ْنتَ َخي ُْر َم ْن زَ َّكاهَا‪ ،‬أ َ ْنتَ َو ِليُّ َها َو َم ْو َالهَا‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َح ِببْ ِإلَ ْينَا ْ ِ‬
‫اْل ْي َمانَ َوزَ ِي ْنهُ فِي قُلُ ْو ِبنَا‬ ‫‪،‬اَللَّ ُه َّم آ ِ‬
‫ت نُفُ ْو َ‬
‫الرا ِش ِديْنَ‬ ‫ْ‬
‫صيَانَ ‪َ ،‬وا ْجعَلنَا مِ نَ َّ‬ ‫ْ‬
‫س ْوقَ َوال ِع ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫‪َ .‬وك َِر ْه إِلَ ْينَا ال ُكف َر َوالف ُ‬
‫ُ‬

‫الز َال ِز َل‬‫عنَّا ْالغ ََال َء َو ْال َوبَا َء‪َ ،‬و َّ‬
‫ارفَ ْع َ‬ ‫ط َمئِ ًّنا َقائِ ًما بِش َِر ْيعَتِكَ َو ُح ْكمِ كَ يَا َربَّ ْالعَالَمِ يْنَ ‪ ،‬اَللَّ ُهم ْ‬
‫اَللَّ ُه َّم ا ْجعَ ْل َهذَا ْالبَلَدَ آم ًنا ُم ْ‬
‫عا َّمةً‪ ،‬يَا َربَّ ْال َعالَمِ يْنَ‬ ‫سائ ِِر ِب َال ِد ْال ُم ْسلِمِ يْنَ َ‬
‫ع ْن َ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫ع ْن بَلَ ِدنَا َهذَا خَا َّ‬
‫طنَ ‪َ ،‬‬‫ظ َه َر مِ ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫س ْو َء ال ِفت َِن‪َ ،‬ما َ‬ ‫‪َ .‬و ْالمِ َحنَ َو ُ‬

‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬
‫عذ َ َ‬ ‫سنَةً َوفِي اآلخِ َرةِ َح َ‬
‫َربَّنَا آتِنَا فِي الدُّ ْنيَا َح َ‬

‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ‬


‫ع ِن الفَ ْحشَاءِ َوال ُم ْنك َِر َوالبَ ْغي ِ يَ ِع ُ‬
‫ان َو ِإيتَاءِ ذِي القُ ْربَى َويَ ْن َهى َ‬
‫س ِ‬ ‫ِعبَادَ هللاِ‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ِبال َعدْ ِل َو ِ‬
‫اْلحْ َ‬

‫َواذْ ُك ُر ْوا هللاَ ْالعَظِ ي َْم ْال َج ِل ْي َل يَذْ ُك ْر ُك ْم‪َ ،‬وأَق ِِم ال َّ‬
‫ص َالة‬

Anda mungkin juga menyukai