Anda di halaman 1dari 5

ALLAH TIDAK BUTUH IBADAHMU

KHUTBAH PERTAMA

ُ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللا‬،‫ت َأعْ َمالِ َن ا‬


ِ ‫ُور َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬
ِ ‫شر‬ ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ ‫ُوذ ِبا‬ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫الـحمْ َد هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
َ َّ‫إن‬
ُ‫ُـحمَّداً َع ْب ُده‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ْك لَ ُه َو ْش َه ُد نَّ م‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ َو ْش َه ُد ن الَّ ِإلَ َه ِإالَّ هللا َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬،ُ‫ِي لَه‬ َ ‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد‬،ُ‫َفاَل مُضِ َّل لَه‬
‫َو َرسُولُه‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬

‫ث ِم ْن ُه َم ا ِر َج ااًل َك ِث يرً ا َون َِس ا ًء‬


َّ ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ٍ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
َ ‫ون ِب ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ُ‫َوا َّتقُوا هَّللا َ الَّذِي َت َسا َءل‬

َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬


ً ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسد‬
‫ِيدا‬

‫از َف ْو ًزا عَظِ يمًا‬ َ ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬
‫ُأل‬ ُ ‫ َوَأحْ َس َن ْال َه ْديِ َه ْد‬، ِ ‫ث ِك َت ابُ هَّللا‬ َ ‫َو ِإنَّ َأ‬
ِ ‫ َو َش رَّ ا ُم‬، ‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم‬
‫ور‬ َ ‫ي م َُح َّم ٍد‬ ِ ‫َق ْال َح دِي‬ َ ‫صد‬
ِ ‫ضاللَ ٍة فِي ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫ َو ُك َّل‬، ‫ضاللَ ٌة‬ َ ‫ َو ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬، ‫ َو ُك َّل مُحْ َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة‬، ‫مُحْ َد َثا ُت َها‬

:‫َأمَّا َبعْ ُد‬

Ibadallah, ittaqullah Ta’ala…

Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Satu prinsip yang perlu kita pahami bahwa setiap ketaatan yang kita lakukan, ibadah yang
kita lakukan, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali tidak membutuhkannya.
Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membutuhkan ketaatan yang dilakukan oleh
makhluk. Sehingga tidak ada satu pun ibadah yang kita lakukan kepentingannya kembali
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kalaupun manusia satu dunia ini, semuanya kufur kepada Allah, Allah tetap Maha Kuasa.
Allah tetap Maha Perkasa. Kerajaan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan berkurang sedikit
pun. Demikian juga seandainya makhluk yang ada di alam semesta ini semuanya taat kepada
Allah, itu pun tidak akan berpengaruh memberi tambahan terhadap kekuasaan dan kerajaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman melalui pesan yang disampaikan oleh Nabi Musa
‘alaihissholatu wa salam, seperti yang disebutkan dalam Surat Ibrahim ayat yang kedelapan:

ِ ْ‫َو َقا َل مُو َس ٰ ٓى ِإن َت ْكفُر ُٓو ۟ا َأن ُت ْم َو َمن فِى ٱَأْلر‬
‫ض َج ِميعً ا َفِإنَّ ٱهَّلل َ لَ َغنِىٌّ َحمِي ٌد‬
Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
[Quran Ibrahim: 8]

Demikian juga tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan tentang haji, ada sebagian
di antara hamba yang dia tidak mau berangkat haji, Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali
tak butuh mereka.

َ ‫اع ِإلَ ْي ِه َس ِبياًل َو َمن َك َف َر َفِإنَّ ٱهَّلل َ َغنِىٌّ َع ِن ْٱل ٰ َعلَم‬


‫ِين‬ ِ ‫َوهَّلِل ِ َعلَى ٱل َّن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ْٱل َب ْي‬
َ ‫ت َم ِن ٱسْ َت َط‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
[Quran Ali imran: 97]

Artinya, siapa saja yang berbuat taat sama sekali tidak menambah kerajaan Allah dan
siapapun yang tidak mau melakukan ketaatan, itu juga tidak mengurangi kerajaan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabnya, Allah Ta’ala berfirman,

‫ك فِي م ُْلكِي‬ َ ِ‫ب َرج ٍُل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم َما َزادَ َذل‬ ِ ‫َيا عِ َبادِي لَ ْو َأنَّ َأ َّولَ ُك ْم َوآخ َِر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِج َّن ُك ْم َكا ُنوا َعلَى َأ ْت َقى َق ْل‬
ْ‫ك مِن‬ َ ِ‫ص َذل‬َ ‫ب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد َم ا َن َق‬ ِ ‫َش ْيًئ ا َيا عِ َبادِي لَ ْو َأنَّ َأوَّ لَ ُك ْم َوآخ َِر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِج َّن ُك ْم َك ا ُنوا َعلَى َأ ْف َج ِر َق ْل‬
‫ْت ُك َّل‬ ُ ‫ص عِي ٍد َوا ِح ٍد َف َس َألُونِي َف َأعْ َطي‬ َ ‫م ُْلكِي َش ْيًئ ا َيا عِ َبادِي لَ ْو َأنَّ َأ َّولَ ُك ْم َوآخ َِر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِج َّن ُك ْم َق امُوا فِي‬
‫ط ِإ َذا ُأ ْد ِخ َل ْال َبحْ َر‬
ُ ‫ك ِممَّا عِ ْندِي ِإاَّل َك َما َي ْنقُصُ ْالم ِْخ َي‬ َ ‫ان َمسْ َألَ َت ُه َما َن َق‬
َ ِ‫ص َذل‬ ٍ ‫ِإ ْن َس‬
“Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan
serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal
itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-
orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan manusia semuanya
berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk, maka hal itu sedikitpun tidak akan
mengurangi kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk
memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu
tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang
menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” [HR. Muslim 4674].

Dengan demikian, ketataan yang kita lakukan sepeser pun tidak kembali kepada keuntungan
Allah. Demikian juga kemaksiatan yang kita kerjakan, sama sekali tidak mengurangi kerajaan
Allah. Karena masing-masing manusia akan menanggung amal yang dia kerjakan.

Lalu, tatkala kita melakukan ketaatan siapakah yang mendapatkan manfaatnya? Jawabnya
adalah diri kita sendiri. Demikian juga tatkala manusia melakukan kemaksiatan, siapa yang
akan mendapatkan dampak buruknya? Jawabannya adalah kita sendiri.
Berbeda dengan makhluk. Ketika ada orang yang berkuasa, namun ternyata bawahannya
tidak mau taat kepadanya, bisa jadi hal itu akan mengancam kekuasaannya. Ketika ada orang
yang memiliki posisi dan jabatan, namun ternyata bawahannya tidak mau tunduk kepadanya,
bisa jadi hal itu akan mengancam status sosialnya. Itu manusia. Adapun untuk Allah tidak
berlaku hukum semacam ini. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak menegaskan
di dalam Alquran, seperti dalam Surat Al-Isra ayat ke-7, Allah Ta’ala berfirman,

‫ِإنْ َأحْ َسن ُت ْم َأحْ َسن ُت ْم َأِلنفُسِ ُك ْم َوِإنْ َأ َسْأ ُت ْم َفلَ َها‬
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” [Quran Al-Isra: 7]

Di dalam ayat yang lain di Surat Fussilat ayat ke-46, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ٰ
َ ‫صلِحً ا َفلِ َن ْفسِ هِۦ َو َمنْ َأ َسآ َء َف َعلَ ْي َها َو َما َر ُّب‬
‫ك ِب َظلَّ ٍم لِّ ْل َع ِبي ِد‬ َ ٰ ‫مَّنْ َع ِم َل‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-
kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” [Quran Fussilat: 46]

Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Dia memberi kita hidayah untuk
melakukan ketaatan kepada-Nya dengan keyakinan bahwa kitalah yang butuh kepada-Nya
bukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang membutuhkan ketaatan yang kita kerjakan.
Demikian sebagai khutbah yang pertama.

َ ‫ َوَأسْ َت ْغفِ ُر‬،‫َأقُو ُل َق ْولِي َه َذا‬


.‫هللا لِي َولَ ُك ْم مِنْ ُك ِّل َذ ْنبٍ؛ َفِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُو ُر الرَّ حِي ُم‬

KHUTBAH KEDUA

َّ‫ َوَأ ْش َه ُد َأن‬،ِ‫ َوَأ ْش َه ُد َأالَّ ِإلَ َه ِإالَّ هَّللا ُ َتعْ ظِ ي ًم ا ل َِش ا ِنه‬،ِ‫ َوال ُّش ْك ُر لَ ُه َعلَى َت ْوفِيقِ ِه َوامْ ِت َنا ِنه‬،ِ‫هلل َعلَى ِإحْ َسا ِنه‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد‬
‫ َو َس لَّ َم‬،ِ‫ص َح ِاب ِه َوَأعْ َوا ِن ه‬ْ ‫ص لَّى هللاُ َعل ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأ‬ َ ،ِ‫ض وا ِنه‬ ْ ‫َن ِب َّي َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ولُ ُه ال َّداعِ ي ِإلَى ِر‬
..‫َتسْ لِيمًا َك ِثيرً ا‬
َ ‫ َأ ُّي َها ْالمُسْ لِم‬:‫َأمَّا َبعْ ُد‬
َ ‫ُون ِا َّتقُ ْوا‬
:‫هللا َت َعالَى‬
Kaum muslimin, jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Ada sebagian orang yang dia merasa berjasa tatkala dia beramal. Terutama amalan yang
berstatus sebagai kegiatan sosial. Seperti menyumbang masjid, berwakaf, amal membantu
orang lain, dan amalan lainnya. Padahal amal yang dia kerjakan hakikatnya siapakah yang
butuh? Dia sendiri.

Satu prinsip yang perlu kita sadari. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak butuh amal kita. dan
Allah menjanjikan siapa yang berbuat baik, manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak punya kepentingan di sana. Karena itulah, satu niat yang
baik yang perlu kita pasang setiap kita melakukan amal sosial; baik menyumbang masjid,
membantu orang yang membutuhkan, yang perlu kita pahami adalah kita yang butuh bukan
orang yang menerimanya itu yang butuh. Sehingga tatkala orang bayar zakat, uang tersebut
diterima oleh fakir miskin, maka sebenarnya siapakah yang mendapatkan manfaat yang lebih
besar? Jawabnya adalah orang yang membayar zakat itu sendiri.

Mengapa? Andaikan di dunia ini tidak ada satu pun orang yang mau menerima zakatnya,
berarti ia tidak bisa menunaikan kewajiban zakatnya. Andaikan tidak ada satu pun masjid
yang mau menerima wakafnya, ia tidak akan berkesempatan menerima pahala wakaf.
Andaikan tidak ada satu pun makhluk yang mau menerima sedekahnya? Dia tidak akan
mendapatkan kesempatan pahala sedekah. Demikian seterusnya.

Karena itu, tatkala kita beramal sosial yakinkanlah diri kita bahwa kitalah yang lebih
membutuhkan daripada yang menerima. Bukan karena kita merasa punya jasa besar
kepadanya.

Sehingga tatkala seseorang menyumbang sejumlah harta untuk dakwah atau untuk
kepentingan masjid, yang perlu Anda sadari adalah dakwah tidak butuh Anda. Allah tidak
butuh kita. Kegiatan agama tidak butuh kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap akan
mengangkat agama ini meskipun manusia tidak mau mendukungnya. Sebagaimana yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Alquran,
ِ ‫ِين ْٱل َح ِّق لِي ُْظ ِه َرهُۥ َعلَى ٱل ِّد‬
َ ‫ين ُكلِّهِۦ َولَ ْو َك ِر َه ْٱل ُم ْش ِر ُك‬
‫ون‬ ِ ‫ِى َأرْ َس َل َرسُولَهُۥ ِب ْٱل ُهد َٰى َود‬
ٓ ‫ه َُو ٱلَّذ‬
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar
Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.”
[Quran Ash-Shaf: 9]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tamim
ad-Dari radhiallahu ‘anhu bahwa agama Islam ini akan didengar oleh seluruh makhluk yang
ada di permukaan bumi, dimanapun dia berada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

َ ‫ْت م در واَل َو َب ٍر ِإاَّل َأ ْد َخلَ ُه هَّللا ُ َه َذا ال ِّد‬


‫ين ِب ِع ِّز‬ َ ‫ك هَّللا ُ َبي‬ ُ ‫ َواَل َي ْت ُر‬،ُ‫»لَ َي ْبلُ َغنَّ َه َذا اَأْلمْ ُر َما َبلَ َغ اللَّ ْي ُل َوال َّن َه ار‬
«‫ َو ُذاًّل ُي ِذ ُّل هَّللا ُ ِب ِه ْال ُك ْف َر‬،‫ عِ ًّزا ُيع ُِّز هَّللا ُ ِب ِه اِإْلسْ اَل َم‬،‫ِيل‬
ٍ ‫ َأ ْو ِب ُذ ِّل َذل‬،‫يز‬
ٍ ‫َع ِز‬
“Perkara (Islam) ini akan merebak ke segenap penjuru yang ditembus oleh siang dan malam.
Allah tidak akan membiarkan ada satu rumah pun, baik di kota maupun di pelosok desa,
melainkan akan dimasuki oleh Islam, sehingga yang mulia jadi mulia dan yang hina jadi
terhina, di mana Allah akan memuliakannya dengan Islam dan menghinakannya dengan
kekufuran.” [HR. Ahmad].

Tidak ada satupun manusia kecuali mereka telah mendengar keberadaan agama Islam. hanya
saja ada yang mau menerima, ada yang menolak, masing-masing akan mempertanggung-
jawabkan amal-amal yang mereka lakukan.

Kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita hamba-Nya yang ikhlas dalam beramal.
Dan pada saat kita beramal perasaan yang kita hadirkan, semangat yang kita hadirkan adalah
merasa butuh kepada Allah bukan karena kita merasa lebih berjasa. Semoga setiap amal yang
kita kerjakan diterima oleh Allah dan mendapatkan pahala yang berlipat.
‫ص لُّوا َعلَ ْي ِه َو َس لِّمُوا َت ْس لِيمًا﴾ [األح زاب‪،]56 :‬‬ ‫ِين آ َم ُن وا َ‬ ‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ َيا َأ ُّي َه ا الَّذ َ‬
‫صلُّ َ‬
‫هللا َومَالِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫﴿ِإنَّ َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه ِب َها َع ْشرً ا» َ‬
‫[ر َواهُ مُسْ لِم]‪.‬‬ ‫صال ًة َوا ِح َد ًة َ‬‫صلَّى َعلَيَّ َ‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ « :‬منْ َ‬
‫َو َقا َل َ‬

‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد ‪،‬‬ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإ َّن َ‬ ‫ْت َع َلى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ص َلي َ‬‫آل م َُح َّم ٍد َك َم ا َ‬ ‫ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ض‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد ‪َ .‬وارْ َ‬ ‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم ِإ َّن َ‬
‫ت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫آل م َُح َّم ٍد َك َما َب َ‬ ‫اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫َو َب ِ‬
‫ْن‪،‬‬ ‫ان ذِيْ ال ُن ْو َري ِ‬ ‫ْق ‪َ ،‬و ُع َم َر ال َف ار ُْو ِق ‪َ ،‬وع ُْث َم َ‬ ‫اللَّ ُه َّم َع ِن ال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن اَألِئ َّم ِة ال َم ْهد ِِيي َْن َأ ِبيْ َب ْك ِر ِّ‬
‫الص ِّدي ِ‬
‫ان ِإلَى َي ْو ِم‬ ‫الص َحا َب ِة َأجْ َم ِعي َْن‪َ ،‬و َع ِن ال َت ِاب ِعي َْن َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس ٍ‬ ‫ض اللَّ ُه َّم َع ِن َّ‬ ‫ْن َعلِي‪َ ،‬وارْ َ‬ ‫الح َس َني ِ‬‫َوَأ ِبي َ‬
‫ك َيا َأ ْك َر َم اَأل ْك َر ِمي َْن‪.‬‬ ‫ك َوِإحْ َسا ِن َ‬ ‫ك َو َك َر ِم َ‬‫ْن‪َ ،‬و َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َم ِّن َ‬ ‫ال ِّدي ِ‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫اَللَّ ُه َّم عِ َّز اِإل ْس اَل َم َو ْالم ُْس لِ ِمي َْن ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم عِ َّز اِإل ْس اَل َم َو ْالم ُْس لِ ِمي َْن ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم عِ َّز اِإل ْس اَل َم َو ْالم ُْس لِ ِمي َْن ‪َ ،‬و ِذ َّل‬ ‫َأ‬
‫الع الَ ِمي َْن ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم آ ِم َّنا فِي َأ ْو َطا ِن َن ا‬ ‫ْن َي ا َربَّ َ‬ ‫ك َوالم ُْش ِر ِكي َْن ‪َ ،‬و َدمِّرْ َأعْ دَا َء ال ِّدي َْن ‪َ ،‬واحْ ِم َح ْو َز َة ال ِّدي ِ‬ ‫الش رْ َ‬‫ِ‬
‫الع الَ ِمي َْن ‪ ،‬اَللَّ ُه َّم َو ِّف ْق‬‫اك َي ا َربَّ َ‬ ‫ض َ‬ ‫اك َوا َّت َب َع ِر َ‬ ‫ك َوا َّت َق َ‬ ‫َوَأصْ لِحْ َأِئ َّم َت َنا َووُ اَل َة ُأم ُْو ِر َنا َواجْ َع ْل ِواَل َي َت َنا فِ ْي َمنْ َخا َف َ‬
‫الجاَل ِل َواِإل ْك َر ِام ‪،‬‬ ‫البرِّ َوال َت ْق َوى َو َسد ِْدهُ فِي َأ ْق َوالِ ِه َوَأعْ َمالِ ِه َيا َذا َ‬ ‫ضى َوَأعِ ْن ُه َعلَى ِ‬ ‫مْر َنا لِ َما ُتحِبُّ َو َترْ َ‬ ‫َأ‬
‫َول َِي ِ‬
‫ِّك صلى هللا علي ه وس لم ‪َ ،‬واجْ َع ْل ُه ْم َرْأ َف ًة‬ ‫اع ُس َّن َة َن ِبي َ‬ ‫ك َوا ِّت َب ِ‬‫اَللَّ ُه َّم َو ِّف ْق َج ِمي َْع وُ اَل َة َأم ِْر المُسْ لِ ِمي َْن ل ِْل َع َم ِل ِب ِك َت ِاب َ‬
‫ك المُْؤ ِم ِني َْن‬ ‫َعلَى عِ َبا ِد َ‬
‫هللا َي ْذ ُكرْ ُك ْم ‪َ ،‬وا ْش ُكر ُْوهُ َعلَى ِن َع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم ‪َ  ،‬ولَذ ِْك ُر هَّللا ِ َأ ْك َب ُر َوهَّللا ُ َيعْ لَ ُم َما َتصْ َنع َ‬
‫ُون‪ ‬‬ ‫هللا ‪ :‬ا ُ ْذ ُكر ُْوا َ‬ ‫عِ َبا َد ِ‬

Anda mungkin juga menyukai