Anda di halaman 1dari 17

‫بسم الل‬

‫السالم عليكم ورمحةالل وبركاتو‬


‫ّ‬
‫إن ال حم َد لِلّ ِو نَحم ُده ونَستَعِي نُو ونَستَ ْغ ِفره‪ ،‬ونَعوذُ بِاللِ ِمن ُشروِر أَنْ ُف ِسنَا وِمن سيِّئ ِ‬
‫ات‬ ‫َ ْ ََ‬ ‫ْ ُ‬ ‫ْ َ ُ َ ْ ْ ُ َ ْ ُُ َ ُ‬ ‫َّ َ ْ‬
‫ي لَوُ‪َ ،‬وأَ ْش َه ُد أَن الَّ إِلَوَ إِالَّ الل‬ ‫ِ‬ ‫ض َّل لَو‪ ،‬ومن ي ْ ِ‬ ‫أ َْعمالِنَا‪ ،‬من ي ه ِدهِ الل فَ َال م ِ‬
‫ضل ْل فَ َال َىاد َ‬ ‫ُ ََ ْ ُ‬ ‫ُ ُ‬ ‫َ َ ْ َْ‬
‫َو ْح َدهُ َال َش ِريْ َ‬
‫ك لَوُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ‬
‫َن ُم َح َّمداً َعْب ُدهُ َوَر ُسولُو‬

‫ين ءَ َامنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِوۦ َوَال ََتُوتُ َّن إَِّال َوأَنْتُ ْم ُّم ْسلِ ُمو َن‬
‫َ‬
‫يٓأَيُّها الَّ ِ‬
‫ذ‬ ‫َ‬
‫ث ِمْن ُه َما‬ ‫س و ِح َدةٍ َو َخلَ َق ِمْن َها َزْو َج َها َوبَ َّ‬ ‫َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذى َخلَ َق ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف ٍ‬
‫يٓأَيُّ َها الن ُ‬
‫ِر َج ًاال َكثِ ًريا َونِ َسآءً ٓ َواتَّ ُقوا اللَّوَ الَّ ِذى تَ َسآءَلُو َن بِِوۦ َو ْاْل َْر َح َام ٓ إِ َّن اللَّوَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‬

‫صلِ ْح لَ ُك ْم أ َْعملَ ُك ْم َويَ ْغ ِفْر لَ ُك ْم‬ ‫ين ءَ َامنُوا اتَّ ُقوا اللَّوَ َوقُولُوا قَ ْوًال َس ِد ً‬
‫يدا‪ ،‬يُ ْ‬
‫َّ ِ‬
‫يٓأَيُّ َها الذ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ذُنُوبَ ُك ْم ٓ َوَم ْن يُط ِع اللَّوَ َوَر ُسولَ ۥوُ فَ َق ْد فَ َاز فَ ْوًزا َعظ ً‬
‫يما‬
‫أََّما بَ ْع ُد‬

‫اب اللَّ ِو َو َخْي ُر ا ْْلَُدى ُى َدى ُُمَ َّم ٍد َو َشُّر اْل ُُموِر ُُْم َدثَاتُ َها َوُك ُّل بِ ْد َع ٍة‬ ‫فَِإ َّن خي ر ْ ِ ِ ِ‬
‫اْلَديث كتَ ُ‬ ‫ََْ‬
‫ضالَلَة‬
‫َ‬

‫‪1|Halaman‬‬
‫‪KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN‬‬
‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع َ‬
‫ال ‪Ustadz Harits Abu Naufal‬‬
‫ه‬4111 ‫ رب ی ع‬02 – 2222 ‫ س ب تم رب‬28 , ‫املسجد اْلزىر‬

Saudara-saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah. Ada sebuah hadist,

‫؟‬ ‫ف‬

‫ض‬ ‫ء‬ ‫ف‬

Dari Abu Abdillah Khabbāb bin Al-Aratt -raḍiyallāhu 'anhu- ia berkata, "Suatu saat
kami pernah mengadu kepada Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- di mana
beliau sedang berbantal jubahnya di naungan bayangan Ka'bah. Kami berkata,
"Tidakkah engkau meminta pertolongan Allah. Tidakkah engkau berdoa kepada
Allah?" Maka beliau menjawab, "Sungguh pernah terjadi pada orang-orang sebelum
kalian ada seorang yang diculik, lalu dibuatkan lubang di tanah, kemudian
dijebloskan ke dalamnya, lalu didatangkan gergaji dan diletakkan di bagian
kepalanya (selanjutnya dibelah) hingga (tubuhnya) menjadi dua bagian. Selain itu

2|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
dia pun disayat dengan sisir dari besi yang diletakkan antara daging dan tulangnya,
tetapi semua siksaan itu tidak memalingkan dia dari agamanya. Demi Allah,
sungguh Allah senantiasa menyempurnakan agama ini hingga seorang penunggang
unta berjalan dari Ṣan'ā` sampai Haḍramaut tidak merasa takut kecuali kepada
Allah, dan tidak khawatir srigala memangsa kambingnya. Tetapi sungguh kalian
tergesa-gesa." Dalam sebuah riwayat, "Di mana beliau berbantal jubahnya dan kami
telah menerima penganiayaan tak terhingga dari orang-orang musyrik." (HR.
Bukhari)

Dalam hadist ini menggambarkan kepada kita orang terdahulu dalam


mempertahankan agamanya itu ujiannya kalau diberikan kepada kita hari ini
mungkin kita akan murtad dan meninggalkan islam. Maka dari kasih sayang Allah
ta’ala, sehingga Allah hadirkan kita di tahun ini. Ketika Allah hadirkan kita dizaman
Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bisa jadi kita berada di barisan Abu Lahab, ini
menunjukan bahwa hidayah Allah harus kita jaga.

Disebutkan pada zaman Imam Ahmad pada waktu itu di Baghdad terjadi kegaduhan
sehingga seseorang ingin mencari tahu apa sebabnya. Tiba-tiba Imam Ahmad
sedang di siksa dan dicambuk, seandainya cambuk itu di cambuk kepada gajah
niscaya akan tersungkur. Pada cambukan pertama, Imam Ahmad rohimahullah
berkata, “Bismillahirrahmanirrahim” Pada cambukan kedua, “La Hawla wa la
Quwwata Illa Billah.” Dan cambukan ketiga, “La Yusibana Illa Kataballahu lana”
Artinya “Tidaklah Allah memberikan musibah kepada kami kecuali yang telah Allah
catatkan kepada kami.” Dan pada cambukan keempat dan kelima, “Al-Qur’an
Kalamullah Ghoiri Makhluk.”

Imam Ahmad rohimahullahu dicambuk karena mempertahankan satu prinsip dari


aqidah ahlus sunnah bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah konsekuensinya saat itu
di siksa bahkan di bunuh.

Pelajaranya, ternyata ujiannya pada hari ini untuk mempertahankan agama,


istiqomah dan hidayah tidak seberat yang dirasakan mereka dan ringannya
ujian kepada kita seharusnya kita lebih mempertahankan agama ini, tidak ada
bekal yang lebih berharga kecuali keistiqomahan dalam dunia ini.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

3|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
ٌ ‫يَ ْوَم ََل يَن َف ُع َم‬
‫ال َوََل بَنُو َن‬
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,” (Qs. Asy-Syu‟ara: 88)

Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ إِ َّن اللَّوَ َلَ يَ ْنظُُر إِلَى‬-‫صلى اهلل عليو وسلم‬- ‫ول اللَّ ِو‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫َع ْن أَبِى ُى َريْ َرةَ ق‬
َ َ‫ال ق‬
‫ص َوِرُك ْم َوأ َْم َوالِ ُك ْم َولَ ِك ْن يَ ْنظُُر إِلَى قُلُوبِ ُك ْم َوأَ ْع َمالِ ُك ْم‬
ُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta
kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR.
Muslim no. 2564).

Kita lebih fokus dari pandangan manusia apa pandangan Allah? Kita lebih fokus
kepada penampilan, pakaian dan wajah sesuatu yang dilihat manusia. Sesuatu yang
dilihat Allah subhanahu wa ta’ala kita justru cuek dan tidak berharga bagi kehidupan
kita.

Sebagai wujud cintanya kita kepada Allah ta’ala dan akhirat untuk memberikan
nutrisi kepada hati dan qolbu kita sehingga semakin bertambah iman dan takwa kita
kepada akhirat sehingga kita semakin memikirkan akhirat.

Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan dalam hadistnya bahwa ketika


ada orang yang mengantar jenazah seraya berkata, “Tidak ada satupun diantara
kalian kecuali Allah telah mencatat tempat duduk kalian di surga dan di neraka.”
Sahabat berkata, “Lalu untuk apa kita beramal?” Maka Rasulullah bersabda,
“Beramal lah kalian niscaya Allah akan mudahkan kalian kemana kalian ditaqdirkan,
jika engkau ditaqdirkan menjadi penghuni surga maka Allah akan mudahkan kalian
untuk beramal dengan amalan kalian surga. Jika engkau ditaqdirkan menjadi
penghuni neraka maka Allah akan mudahkan kalian untuk beramal dengan amalan
penghuni neraka dan dipersulit untuk beramal amalan penghuni surga.”

Ada seorang hukama berkata,

4|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
‫الغضب أولو جنون وآخره ندم‬
“Marah itu diawalnya kegilaan dan diakhirnya itu penyesalan. Maka tidak ada
sesuatu apapun yang membuat kejelekan seseorang kecuali karena ia tidak bisa
menahan emosinya.”

Abu Dzar Al-Ghiffari rodhiyallahu ‘anhu berkata, “Tidak ada seekor burung yang
mengepakan sayapnya diatas udara kecuali Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengajarkan ilmunya.”

Imam Muslim berkata bahwa Salman Al-Farisi berkata kepada seorang Nashrani,
“Apakah Nabi kalian mengajarkan kepada kalian mengenai cebok?” Maka Salman
berkata, “Iya, mengajarkan kepada kami untuk tidak cebok dengan tangan kanan
kami, tidak membuang hajat menghadap kiblat dan tidak cebok dengan tulang
belulang.”

Sehingga permasalahan marah ini lebih penting maka pembicaraan marah lebih
sempurna, jika pembicaraan cebok saja Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam telah
ajarkan.

َ َ‫صنِي ق‬ِ ‫ال لِلنَّبِ ِّي صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو وسلَّم أَو‬ ِ
َّ ‫ضي اللَّوُ َع ْنوُ أ‬ ِ
‫ال ََل‬ ْ َ ََ َ َ َ‫َن َر ُج ًًل ق‬ َ ‫َع ْن أَبي ُى َريْ َرَة َر‬
‫ب‬ْ ‫ض‬ َ َ‫َّد ِم َر ًارا ق‬
َ ْ‫ال ََل تَغ‬ َ ‫ب فَ َرد‬
ْ ‫ض‬َ ْ‫تَغ‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab,
“Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun)
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.”
(HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6116]

Marah merupakan akhlak yang tidak terpuji dan hina. Namun, ada marah yang
terpuji. Kita fokus pada marah yang dilarang islam, marah dibagi menjadi dua; (1) Al-
I’tirari adalah sebuah perbuatan manusia atau sifat manusia yang tidak ditanya oleh

5|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
Allah ta’ala seperti kulit hitam, kulit putih dan pendek serta tinggi maka ini tidak akan
ditanya oleh Allah pada hari kiamat. (2) Al-Ikhtiyari perbuatan ini yang ditanya oleh
Allah, dan marah adalah salah satu perbuatan ini.

Ibnu Rajab rohimahullah berkata, “Lelaki yang mendatangi Nabi, ia meminta wasiat
yang sangat berharga yang didalamnya berisikan kebaikan-kebaikan agar ia bisa
menjaga wasiat tersebut dan dijadikan wasiat tersebut khusus untuk dirinya
sehingga ia amalkan dan ternyata Nabi mewasiatkan kepadanya untuk jangan
marah.”

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ‫ض‬
«‫ب‬ َ َ‫سوُ ِع ْن َد الْغ‬
َ ‫ف‬
ْ ‫ن‬
َ ‫ك‬
ُ ِ‫الش ِدي ُد الَّ ِذى يمل‬
َْ َّ ‫ إِنَّ َما‬، ‫الص َر َع ِة‬
ُّ ِ‫الش ِدي ُد ب‬
َّ ‫س‬َ ‫» لَْي‬

“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya


dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya)
adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seseorang itu marah hal yang harus diperhatikan jangan pernah memutuskan
apapun yang ia putuskan, begitupun saat ia senang jangan pernah ia putuskan
apapun.

Umar bin Abdul Aziz rohimahullah berwasiat kepada para gubernur, “Ketika engkau
marah jangan pernah memutus apapun keputusan.”

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin berkata, “Manusia ketika kita terus
meminta kepadanya maka akan ada kejenuhan dan kebosanan. Adapun orang yang
memusuhi kita akan pesta dengan kesedihan yang kita hadapi.”

‫ٱلش ْي َٰطَ َن‬ َ َ‫ك فَ يَ ِكي ُدوآ ل‬


َّ ‫ك َك ْي ًدا ٓ إِ َّن‬ َ ِ‫اك َعلَ َٰىٓ إِ ْخ َوت‬
َ َ‫ص ُر ْءي‬ ُ ‫ال َٰيَبُ نَ َّى ََل تَ ْق‬
ْ ‫ص‬ َ َ‫ق‬
ٌ ِ‫نس ِن َع ُدو ُّمب‬
‫ين‬ ََٰ ‫لِ ِْْل‬

6|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
“Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". (Qs. Yusuf: 5)

Orang yang beriman tidak menjadi tempat curhatnya pertama kali akan tetapi orang
yang bertauhid akan selalu menjadikan Allah yang utama dalam berkeluh kesahnya.
Sebagaimana kisah Nabi Ya‟qub „alaihis salam Allah berikan ujian kepadanya
berupa hilangnya anak kesayangan beliau, saking sedihnya beliau menangis
membuat matanya memutih. Selalu yang dijadikan sandaran beliau adalah Allah
ta’ala.

Orang yang beriman tidak akan berputus asa dari rahmat Allah, sebagaimana
firman-Nya:

‫س ِمن‬ ِِ
ُ َ‫َسواْ من َّرْو ِح اللّو إنَّوُ َلَ يَ ْيأ‬
ِ ‫َخ ِيو وَلَ تَيأ‬
ُ ْ َ ‫ف َوأ‬
ِ َ ‫سسواْ ِمن يوس‬
ُ ُ
ِ
ُ َّ ‫يَا بَن َّي ا ْذ َىبُواْ فَ تَ َح‬
‫َّرْو ِح اللّ ِو إَِلَّ الْ َق ْو ُم الْ َكافِ ُرو َن‬

“Wahai anak-anakku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya.
Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]: 87).

Marah itu dibagi menjadi tiga; (1) Marah yang terpuji, marah yang seseorang itu
wajib untuk marah. Jika dalam kondisi ini seseorang tidak marah maka perlu
dipertanyakan keimananya. Marah itu terpuji ketika seseorang marah karena Allah
saat hak-hak Allah dilanggar dan ini merupakan tanda keimanan seseorang.

ٓ ٓ‫س َما َخلَ ْفتُ ُمونِى ِمنٓ بَ ْع ِدى‬ ِ ‫ض َٰبن أ‬


ِ َ َ‫َس ًفا ق‬
َ ‫ال ب ْئ‬
ِِ
َ َ ْ َ‫وس َٰىٓ إِلَ َٰى قَ ْوموۦ غ‬
َ ‫َولَ َّما َر َج َع ُم‬

‫ال ٱبْ َن أ َُّم إِ َّن‬ ِ‫س أ‬


َ َ‫َخ ِيو يَ ُج ُّرۥهُ إِلَْي ِو ٓ ق‬ ِ ْ‫اح َوأَ َخ َذ بَِرأ‬ َِ‫أ‬
َ ‫َعجلْتُ ْم أ َْم َر َربِّ ُك ْم ٓ َوأَلْ َقى ْٱلَل َْو‬

7|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
‫ت بِ َى ْٱلَ ْع َدآءَ َوََل تَ ْج َعلْنِى َم َع ٱلْ َق ْوِم‬
ْ ‫ادوآ يَ ْقتُ لُونَنِى فَ ًَل تُ ْش ِم‬
ُ ‫ض َع ُفونِى َوَك‬
ْ َ‫ٱست‬
ْ ‫ٱلْ َق ْوَم‬

‫ين‬‫م‬ِ ِ‫ٱل َٰظَّل‬


َ
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati
berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah
kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun
melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya
(Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku,
sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka
membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira
melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang
zalim" (Qs. Al-A‟raf: 150)

Hal ini menunjukan ada marah yang dibolehkan dalam Islam bahkan wajib marah.
Bahkan Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam beliau tidak pernah marah kalau
seandainya terkait pribadi beliau. Namun, jika syariat Allah dilanggar maka beliau
berdiri dan marah besar.

Dalam berbagai referensi sejarah, diantaranya at-Thabaqat al-Kubro karya Ibnu


Sa‟d, disebutkan biografi Thufail. Beliau adalah sosok yang terpandang, penyair
ulung, sering dikunjungi orang. Beliau tiba di Mekah tahun ke-11 kenabian. Begitu
tiba di Mekah, orang musyrikin menyambutnya, dan merekapun langsung
mengingatkan beliau agar tidak dekat-dekat dengan Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam,

‫ وقد فرق‬،‫ وىذا الرجل الذي بين أظهرنا قد أعضل بنا‬،‫ إنك قدمت بًلدنا‬،‫يا طفيل‬
‫ وبين الرجل وأخيو‬،‫ يفرق بين الرجل وأبيو‬،‫ وإنما قولو كالسحر‬،‫ وشتت أمرنا‬،‫جماعتنا‬
‫ فًل تكلمو‬،‫ وإنا نخشى عليك وعلى قومك ما قد دخل علينا‬،‫ وبين الرجل وزوجو‬،
‫وَل تسمعن منو شيئًا‬

8|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
Hai Thufail, kamu datang ke negeri kami. Di sini ada orang yang telah merepotkan
kami, memecah belah persatuan kami, mengacaukan semua urusan kami.
Ucapannya seperti sihir, bisa membuat seorang ayah membenci anaknya,
seseorang benci saudaranya, dan suami istri bisa bercerai. Kami mengkhawatirkan
kamu dan kaummu mengalami seperti apa yang kami alami. Karena itu, jangan
sampai engkau mengajaknya bicara dan jangan mendengar apapun darinya.
Mereka terus-menerus mengingatkan Thufail, hingga beliau menyumbat telinganya
dengan kapas ketika masuk masjidil haram. Ketika beliau masuk masjidil haram,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang shalat. Hingga Allah takdirkan, beliau
mendengar sebagian bacaan shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
semakin penasaran dan akhirnya menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Setelah diajarkan tentang islam dan dibacakan sebagian ayat al-Quran, Thufail
terheran-heran, hingga beliau tertarik masuk islam dan langsung bersyahadat masuk
di depan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam meminta kepadanya untuk mendakwahkan islam kepada kaumnya. Beliau
meminta suatu tanda. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan, “Ya
Allah, berikanlah cahaya untuknya.” Allahpun memberikan tanda di depan dahinya.
Namun Thufail khawatir, justru ini dianggap tanda buruk baginya. Kemudian cahaya
itu dipindah ke ujung cemetinya. Cahaya ini menjadi penerang baginya di waktu
malam yang gelap. (at-Thabaqat al-Kubro 4/237, ar-Rahiq al-Makhtum hlm. 105).

Ada sahabat mengadukan sesuatu kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam yang
imam tersebut membaca Jabir radhiyallahu „anhu berkata,

‫ف َر ُج ٌل ِمنَّا‬ َ ‫ص َر‬َ ْ‫شاءَ فَطََّو َل َعلَْي ِه ْم فَان‬َ ‫ص َحابِ ِو ال ِْع‬ْ َ‫ى ل‬ ُّ ‫صا ِر‬َ ْ‫صلَّى ُم َعاذُ بْ ُن َجبَ ٍل الَن‬ َ
‫ول اللَّ ِو‬
ِ ‫الر ُجل َد َخل َعلَى ر ُس‬
َ َ َ َّ ‫ك‬ َ ِ‫ فَ لَ َّما بَلَ َغ ذَل‬.‫ال إِنَّوُ ُمنَافِ ٌق‬
َ ‫صلَّى فَأُ ْخبِ َر ُم َعاذٌ َع ْنوُ فَ َق‬ َ َ‫ف‬
-‫صلى اهلل عليو وسلم‬- ‫ال لَوُ النَّبِ ُّى‬ َ ‫ال ُم َعاذٌ فَ َق‬ َ َ‫ فَأَ ْخبَ َرهُ َما ق‬-‫صلى اهلل عليو وسلم‬-
‫اس َم‬ ْ ‫ َو َسبِّ ِح‬.‫اىا‬ َ ‫ض َح‬
ُ ‫س َو‬ َّ ِ‫َّاس فَاقْ َرأْ ب‬
ِ ‫الش ْم‬ َ ‫ت الن‬ َ ‫« أَتُ ِري ُد أَ ْن تَ ُكو َن فَ تَّانًا يَا ُم َعاذُ إِ َذا أ ََم ْم‬
‫شى‬ َ ْ‫ َواللَّْي ِل إِذَا يَغ‬.‫ك‬ ْ ِ‫ َواقْ َرأْ ب‬.‫ك الَ ْعلَى‬
َ ِّ‫اس ِم َرب‬ َ ِّ‫» َرب‬

9|Halaman
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
“Mu‟adz bin Jabal Al-Anshari pernah memimpin shalat Isya. Ia pun memperpanjang
bacaannya. Lantas ada seseorang di antara kami yang sengaja keluar dari jama‟ah.
Ia pun shalat sendirian. Mu‟adz pun dikabarkan tentang keadaan orang tersebut.
Mu‟adz pun menyebutnya sebagai seorang munafik. Orang itu pun mendatangi
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dan mengabarkan pada beliau apa yang
dikatakan oleh Mu‟adz padanya. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam lantas
menasehati Mu‟adz, “Apakah engkau ingin membuat orang lari dari agama, wahai
Mu‟adz? Jika engkau mengimami orang-orang, bacalah surat Asy-Syams, Adh-
Dhuha, Al-A‟laa, Al-„Alaq, atau Al-Lail.” (HR. Muslim no. 465)

Pelajaranya:
1. Tidaklah sesuatu yang baik tidak akan baik jika diletakan di waktu yang tidak
tepat.
2. Bolehnya seseorang keluar dari shalat karena hajat-hajat penting dalam
kehidupannya.

(2) Al-Ghodobu Mazmumuh (Marah Tercela), seseorang yang marah pada


perkara-perkara kebathilan yang mengikuti langkah setan seperti marah dari hal-hal
yang mementingkan kelompoknya. Ketika dibicarakan kelompoknya ketika
kelompoknya menyelisihi Qur‟an dan Sunnah lalu ia membela kelompoknya
walaupun salah. Maka marah yang seperti ini adalah marah yang tercela. Dari Anas
bin Malik radhiyallahu „anhu, ia berkata,

ِ ‫ت إِح َدى أ َُّم َه‬ ِ ِ‫ض ن‬ ِ


‫ات‬ ْ ْ َ‫ فَأ َْر َسل‬، ‫سائِو‬ َ ِ ‫َن النَّب َّى – صلى اهلل عليو وسلم – َكا َن ع ْن َد بَ ْع‬
ِ َّ ‫أ‬
، ‫ض َّم َها‬َ َ‫ ف‬، َ‫ص َعة‬
ْ ‫ت الْ َق‬ِ ‫ فَ َكسر‬، ‫ت بِي ِد َىا‬ ِ ٍ ‫ادٍم بَِق‬
ْ ِ ‫ين َم َع َخ‬ ِِ
ََ َ ْ َ‫ض َرب‬ َ َ‫ام ف‬
ٌ ‫ص َعة ف َيها طَ َع‬ َ ‫ال ُْم ْؤمن‬
‫ فَ َدفَ َع‬، ‫ص َعةَ َحتَّى فَ َرغُوا‬
ْ ‫ول َوالْ َق‬
َ ‫الر ُس‬
َّ ‫س‬ َ‫ب‬‫ح‬َ ‫و‬َ . » ‫وا‬ُ‫ل‬‫ك‬ُ « ‫ال‬
َ َ‫ق‬‫و‬َ ‫م‬
َ ‫ا‬‫ع‬َ َّ‫َو َج َعل فِ َيها الط‬
َ َ
‫ورَة‬ ِ َّ َ‫الْ َقصعة‬
َ‫س‬ ُ ‫س ال َْم ْك‬
َ َ‫يحةَ َو َحب‬َ ‫الصح‬ َْ

10 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
“Nabi shallallahu „alaihi wa sallam dahulu pernah berada di sebagian istrinya (yaitu
„Aisyah). Salah satu istri Nabi shallallahu „alaihi wa sallam (Ummahatul Mukminin
yaitu Zainab binti Jahsy) mengutus pembantunya untuk mengantarkan piring berisi
makanan. Lantas ketika itu „Aisyah memukul piring tersebut. Piring tersebut akhirnya
pecah. Nabi shallallahu „alaihi wa sallam lantas mengumpulkan bagian yang pecah
tersebut. Kemudian beliau meletakkan makanan di atasnya, lalu beliau perintahkan,
“Ayo makanlah kalian.” Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menahan piring
tersebut hingga selesai. Piring yang bagus diserahkan beliau, lantas piring yang
pecah ditahan.” (HR. Bukhari no. 2481).

Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa‟id Sa‟ad bin Malik bin Sinaan Al
Khudri radhiyallahu „anhu, sesungguhnya Nabi shalallahu „alaihi wa
sallam bersabda,

‫كم َر ُج ٌل قَ تَ َل‬ ِ َ َ‫ ق‬، – ‫أ ّن نَبِ َّي اهلل – صلى اهلل عليو وسلم‬
ْ َ‫يم ْن َكا َن قَ ْب ل‬
َ ‫ (( َكا َن ف‬: ‫ال‬
ٍ ‫ فَ ُد َّل َعلَى َر ِاى‬، ‫الرض‬
‫ فقال‬. ُ‫ فَأَتَاه‬، ‫ب‬ ِ ‫سأ ََل َع ْن أ ْعلَ ِم أ َْى ِل‬
َ َ‫ ف‬، ً‫عين نَ ْفسا‬
ِ ِ
َ ‫ت ْس َعةً وت ْس‬
َ ‫ين نَ ْفساً فَ َه ْل لَوُ ِم ْن تَوبٍَة ؟‬
، ً‫ فَ َقتَلوُ فَ َك َّم َل ِبو مئَة‬، ‫ َل‬: ‫فقال‬ ِ ِ ِ
َ ‫ إنَّوُ قَ تَ َل ت‬:
َ ‫سعةً وت ْسع‬
ٍ ‫ إِنَّوُ قَ تَ َل ِمئَةَ نَ ْف‬: ‫ال‬
‫س‬ َ ‫ ف َق‬. ‫ فَ ُد َّل َعلَى َر ُج ٍل َعالِ ٍم‬، ‫رض‬
ِ َ‫ثُ َّم َسأ ََل َع ْن أَ ْعلَ ِم أ َْى ِل ال‬

ِ ‫ول بَ ْي نَوُ وبَ ْي َن الت َّْوبَِة ؟ انْطَلِ ْق إِلى‬


‫أرض َك َذا‬ ُ ‫وم ْن يَ ُح‬ َ ‫فَ َه ْل لَوُ ِم ْن تَ ْوبٍَة ؟‬
َ ، ‫ نَ َع ْم‬: ‫فقال‬

‫ك فَِإنَّ َها‬
َ‫ض‬ِ ‫ وَلَ تَرِجع إِلى أَر‬، ‫وَك َذا فِإ َّن بِ َها أُناساً ي ْعب ُدو َن اهلل تَعالَى فا ْعب ِد اهلل مع ُهم‬
ْ ْ ْ ْ ََ ُ َ َُ

ُ‫ت فِ ِيو َمًلئِ َكة‬ ٍ


ْ ‫ص َم‬
َ َ‫ فا ْخت‬، ‫ت‬ َ ‫ف الطَّ ِر‬
ُ ‫يق أَتَاهُ ال َْم ْو‬ َ َ‫ فانْطَلَ َق َحتَّى إِذَا ن‬، ‫أرض ُسوء‬
َ ‫ص‬ ُ
ِ ‫ م ْقبًِلً بَِقلبِ ِو إِلى‬، ً‫ جاء تَائِبا‬: ‫الر ْحم ِة‬
‫اهلل‬ ِ ْ ‫ فَ َق‬. ‫اب‬
ِ ‫الع َذ‬ ِ ‫الر ْحم ِة‬
ُ َ َ َ َّ ُ‫الت َمًلئ َكة‬ َ ُ‫ومًلئ َكة‬
َ َ َّ

11 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
ِ‫ك في صورة‬ ُّ َ‫لم يَ ْع َمل َخيراً ق‬ ِ ‫الع َذ‬ ِ ْ
َ ٌ َ‫اى ْم َمل‬
ُ َ‫ فَأَت‬، ‫ط‬ ْ ْ ُ‫ إنَّو‬: ‫اب‬ َ ُ‫وقالت َمًلئ َكة‬ ، ‫تَ َعالَى‬

‫آد ِم ٍّي فَ َج َعلُوهُ بَ ْي نَ ُه ْم‬


َ

“Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99
jiwa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka
bumi. Namun ia ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan
berkata, ”Jika seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?”
Rahib pun menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang
tersebut membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut
nyawanya.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di
muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang „alim. Lantas ia bertanya pada „alim
tersebut, ”Jika seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih
diterima?” Orang alim itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang
akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke
tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang
menyembah Allah Ta‟ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah
kamu kembali ke tempatmu(yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang
amat jelek.”
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut).
Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah
perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata,
”Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada
Allah”. Namun malaikat adzab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan
kebaikan sedikit pun”. Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka
pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka.
Malaikat ini berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek
yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat,

12 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
maka ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat
tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia
tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.”

Pelajaranya: Orang yang bodoh jangankan untuk menyelamatkan orang lain,


dia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi, orang yang cerdas
selain dia bisa menyelamatkan dirinya akan tetapi dia juga bisa
menyelamatkan orang lain karena ilmunya.

Hadits berikut akan menjawab hal di atas.

‫ك‬ َ ُ‫ول إِنِّى لُقَبِّ ل‬


َ َّ‫ك َوأَ ْعلَ ُم أَن‬ ُ ‫ْح َج َر َويَ ُق‬
َ ‫ت عُ َم َر يُ َقبِّ ُل ال‬
ُ ْ‫ال َرأَي‬ ِ ِ‫َع ْن َعاب‬
َ َ‫س بْ ِن َربِ َيعةَ ق‬

‫ْك‬ َ ُ‫ يُ َقبِّ ل‬-‫صلى اهلل عليو وسلم‬- ‫ول اللَّ ِو‬


َ ‫ك لَ ْم أُقَ بِّ ل‬ ُ ْ‫َح َج ٌر َولَ ْوَلَ أَنِّى َرأَي‬
َ ‫ت َر ُس‬

“Dari „Abis bin Robi‟ah, ia berkata, “Aku pernah melihat „Umar (bin Al Khottob)
mencium hajar Aswad. Lantas „Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan
aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu.”
(HR. Bukhari no. 1597, 1605 dan Muslim no. 1270).

Dalam lafazh lain disebutkan,

‫ول اللَّ ِو‬ ُ ْ‫ض ُّر َوَلَ تَ ْن َف ُع َولَ ْوَلَ أَنِّى َرأَي‬
َ ‫ت َر ُس‬ َ َّ‫ك َوإِنِّى أَ ْعلَ ُم أَن‬
َ َّ‫ك َح َج ٌر َوأَن‬
ُ َ‫ك َلَ ت‬ َ ُ‫إِنِّى لُقَ بِّ ل‬
‫ك‬
َ ُ‫ك َما قَ بَّ لْت‬
َ َ‫ قَ بَّ ل‬-‫صلى اهلل عليو وسلم‬-
“Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang
tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat.
Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Muslim no. 1270)

Fokuslah dalam mempelajari buku-buku aqidah dan tauhid, kajian tematik ini
bukanlah inti dari pelajaran kita akan tetapi mulailah membaca dan mengkaji tentang
buku aqidah dan tauhid.

13 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
Sejauh mana seseorang memuliakan hidayah maka sebesar itu pun Allah akan
berikan hidayah.

APA OBAT SUPAYA KITA BISA TERHINDAR DARI SUKA MARAH?

1. Berlindung kepada Allah dari godaan setan dengan membaca:

Sulaiman bin Shurod radhiyallahu ‘anhu berkata,

ِ ِ ِ ِ ُ ‫ُك ْن‬
،ُ‫اح َم َّر َو ْج ُهو‬
ْ ‫َح ُد ُى َما‬ َ ‫سا َم َع النَّبِ ِّي‬
َ ‫ فَأ‬،‫صلَّى اهللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َوَر ُجًلَن يَ ْستَبَّان‬ ً ‫ت َجال‬
‫ ” إِنِّي َلَ ْعلَ ُم َكلِ َمةً لَ ْو قَالَ َها‬:‫َو َسلَّ َم‬ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِو‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
َ ‫ فَ َق‬،ُ‫اجو‬
ُ ‫ت أ َْو َد‬
ْ ‫َوانْ تَ َف َخ‬

‫ب َع ْنوُ َما يَ ِج ُد‬ ِ َّ ‫ أَعُوذُ بِاللَّ ِو ِمن‬:‫ال‬


َ َ‫ لَ ْو ق‬،‫ب َع ْنوُ َما يَ ِج ُد‬
َ ‫ ذَ َى‬،‫الش ْيطَان‬ َ َ ‫“ ذَ َى‬
“Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu „alaihi wa salam
sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan
lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat
lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu „alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku
tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia
mau membaca, „A‟udzubillahi minas-syaitani‟ (Aku berlindung kepada Allah dari
godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (HR Bukhari, no. 3282)

2. Berganti Posisi

Dari Abu Dzarr radhiyallahu „anhu, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,

‫ضطَ ِج ْع‬
ْ َ‫ َوإَِلَّ فَ لْي‬،‫ب‬ ِ ِ ِ
ُ‫ض‬ َ ‫ فَِإ ْن ذَ َى‬،‫س‬
َ َ‫ب َع ْنوُ الْغ‬ ْ ‫َح ُد ُك ْم َو ُى َو قَائ ٌم فَ لْيَ ْجل‬
َ‫بأ‬َ ‫إِذَا غَض‬
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya
telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.”
(HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini shahih).

3. Diam

14 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
Syaikh As-Sindi hafizhohullah berkata, “Engkau harus ketahui bahwa ucapan jelek
mereka atas dirimu tidak akan pernah memudhorotkan engkau akan tetapi itu
memudhorotkan mereka sendiri kecuali kamu juga sibuk membalas apa yang ia
ucapkan pada dirimu maka itu sama saja. Tapi, kalau engkau tidak peduli dengan
omongan manusia dan engkau sibuk mendekatkan diri kepada Allah maka itu tidak
akan pernah memudhorotkan dirimu.”

Ucapan penyair berkata, “Orang-orang yang bodoh mereka menghina aku dengan
ucapan yang sangat keji maka aku tidak suka membalas apa yang mereka
sandarkan padaku, semakin jelek mereka ucap kepada ku maka semakin lembut
aku padanya, seperti kayu gaharu semakin dibakar akan semakin wangi.”

Ada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,

ِ
‫ت‬
ْ ‫َح ُد ُك ْم فَ لْيَ ْس ُك‬
َ‫بأ‬َ ‫َو إِ َذا غَض‬
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh

Syu‟aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi)

4. Berwudhu

Dari Athiyyah as-Sa‟di Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah bersabda:

‫َّار بِال َْم ِاء فَِإ َذا‬ ِ ِ


ُ ‫الش ْيطَا َن ُخل َق م ْن النَّا ِر َوإِنَّ َما تُطْ َفأُ الن‬
َّ ‫ان َوإِ َّن‬ َّ ‫ب ِم ْن‬
ِ َ‫الش ْيط‬
َ‫ض‬َ َ‫إِ َّن الْغ‬

ْ‫ضأ‬
َّ ‫َح ُد ُك ْم فَ لْيَتَ َو‬ ِ
َ‫بأ‬َ ‫غَض‬
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan
padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya
berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan)

15 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬
ِ ‫سبحانَك اللَّه َّم وِِبم ِد َك أَ ْشه ُد أَ ْن الَ إِلو إِالَّ أَنْت أ‬
َ ‫ب إِلَْي‬
‫ك‬ ُ ‫َستَ ْغفُرَك َوأَتُ ْو‬
ْ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ُْ
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Engkau. aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

16 | H a l a m a n
KAJIAN ILMU RABU MALAM – HARUS KUTAHAN
َ ‫َح ِفظَوُ اللُ تَ َع‬
Ustadz Harits Abu Naufal ‫ال‬

Anda mungkin juga menyukai