Anda di halaman 1dari 5

#RisalahKhutbahJumah

MENGEMBALIKAN HAK RAKYAT ATAS LAYANAN KESEHATAN

Khutbah Pertama

ِ َ‫ وسيِّئ‬,‫ و َنعوذُ بِاللَّ ِه ِمن ُشرو ِر أَْن ُف ِسنَا‬,ُ‫ ونَسَت ْغ ِفره‬,ُ‫ ونَستَ ِعينُه‬,ُ‫ نَ ْحم ُده‬,‫إن الْحم َد لِلَّ ِه‬
‫ات‬ ََ ُ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َّ
ِ ِ ْ ‫ ومن ي‬,‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ من ي ْه ِد ِه اللَّهُ فَالَ م‬,‫أَ ْعمالِنَا‬.
ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضل ْل فَالَ َهاد‬ ُ ْ ََ ُ ُ َ َْ َ
َّ ‫ َوأَ ْش َه ُد أ‬.‫س ُن نَ ِديًّا‬ ِ ِ
‫َن‬ َ ‫َح‬
ْ ‫ادةَ َم ْن ُه َو َخ ْي ٌر َّم َق ًاما َوأ‬
َ ‫ َش َه‬،ُ‫ك لَه‬ َ ْ‫أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ الَهَ االَّ اهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري‬
‫صبِيًّا‬ ِ ِ ِ ‫سيِّ َدنَا مح َّم ًدا َع ْب ُدهُ ورسولُهُ الْمت‬.
َ ‫ف بِال َْم َكا ِرم كبَ ًارا َو‬ ُ ‫َّص‬ ُ ُْ َ َ َ َ
‫ص ْحبِ ِه‬ ِِ ِ ِ ‫اَللَّه َّم فَص ِّل وسلِّم َعلَى سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد َكا َن‬
َ ‫ َو َعلَى آله َو‬،‫صاد َق ال َْو ْعد َو َكا َن َر ُس ْوالً نَبِيًّا‬ َ َُ َ ْ ََ َ ُ
‫الَّ ِذيْ َن يُ ْح ِس ُن ْو َن إِ ْسالَ َم ُه ْم َولَ ْم َي ْف َعلُ ْوا َش ْيئًا فَ ِريًّا‬،
‫أ ََّما َب ْع ُد‬،
ِ ‫ص ْينِي َن ْف ِسي وإِيَّا ُكم بَِت ْقوى‬
‫ َف َق ْد فَ َاز ال ُْمَّت ُق ْو َن‬،‫اهلل‬ ِ ِ ِ ‫ َفيا أ َُّي َها ال‬.
َ ْ َ ْ ْ ‫ اُ ْو‬،ُ‫ْحاض ُر ْو َن َرح َم ُك ُم اهلل‬
َ َ
‫ال اهللُ َت َعالَى‬َ َ‫ ق‬:
‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬ َّ ‫أَعُوذُ بِاللَّ ِه ِم َن‬
ِ َ‫الش ْيط‬
ِ َ‫ك ُم ٰبر ٌك لِّيَ َّد َّبر ْٓوا ٰايٰتِ ٖه َولِيَتَ َذ َّكر اُولُوا ااْل َلْب‬
‫اب‬ ِ ِ
َ ُ َ َ ‫ٰب اَْن َزلْنٰهُ الَْي‬ ٌ ‫كت‬
(QS Sad [38]: 29)

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga kita
bisa memenuhi perintah-Nya di hari yang mulia, di tempat yang mulia, bersama dengan
orang-orang yang InsyaAllah dimuliakan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mari kita terus berusaha meningkatkan takwa kita kepada Allah, dengan melaksanakan
seluruh syariah Islam, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, baik dalam urusan pribadi, masyarakat, dan negara.

Hadirin jamaah Jum'ah rahimakumullah,

Alhamdulillah, kita saat ini diberikan nikmat sehat oleh Allah subhanahu wa ta'ala sehingga
kita bisa berkumpul seperti sekarang. Sungguh nikmat sehat adalah nikmat yang besar. Tapi
jarang manusia menyadarinya, kecuali bila dia sakit.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ْ ‫وت َي ْو ِم ِه فَ َكأَنَّ َما ِح َيز‬


ُّ ُ‫ت لَه‬
‫الد ْنيَا‬ ُ ُ‫آمنًا فِي ِس ْربِ ِه ِع ْن َدهُ ق‬
ِ ‫من أَصبح ِم ْن ُكم معافًى فِي جس ِد ِه‬
ََ َُ ْ َ َْ ْ َ
Siapa saja di antara kalian yang masuk waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman
dalam rumahnya dan punya makanan pokok pada hari itu maka seolah-olah seluruh dunia
dikumpulkan untuk dirinya (HR Ibnu Majah).

Karena itu, Islam memerintahkan kaum Muslim agar menjaga kesehatan. Jangan sampai
mengabaikan kesehatan walaupun dengan alasan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menegur Sahabat Abdullah bin Amru bin al-
Ash radhiyallahu anhu yang beribadah terus-menerus:

َ ِ‫ك َح ًّقا َوأِل َْهل‬


ُ َ‫ك َح ًّقا ف‬
‫ص ْم‬ َ ‫ك َوإِ َّن لَِن ْف ِس‬
َ‫س‬ ْ ‫ك َونَِف َه‬
ُ ‫ت َن ْف‬ َ ُ‫ت َع ْين‬ َ ِ‫ْت ذَل‬
ْ ‫ك َه َج َم‬ َ ‫ك إِذَا َف َعل‬ َ َّ‫فَِإن‬
‫َوأَفْ ِط ْر َوقُ ْم َونَ ْم‬

Sungguh jika kamu melakukan hal itu terus-menerus maka nanti matamu letih dan jiwamu
lemah. Sungguh untuk dirimu ada haknya. Keluargamu juga punya hak. Karena itu
berpuasalah dan berbukalah; bangunlah (untuk shalat malam) dan tidurlah (HR al-Bukhari).

Kita juga diperintahkan untuk menghindari wabah penyakit. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam:

‫َس ِد‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ف َّر م َن ال َْم ْج ُذ ْوم ف َر َار َك م َن األ‬
Larilah dari wabah penyakit kusta seperti engkau lari dari singa (HR Muslim).

Dan jika sakit, kita diperintahkan untuk berobat. Begini kata Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam:

‫اء َفتَ َد َاو ْوا َواَل تَ َد َاو ْوا بِ َح َر ٍام‬ ٍ ِ َّ ‫اء َو‬ َّ ‫إِ َّن اللَّهَ أَْن َز َل‬
ً ‫اء َو َج َع َل ل ُك ِّل َداء َد َو‬
َ ‫الد َو‬ َ ‫الد‬
Sungguh Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dia telah menjadikan bagi setiap
penyakit ada obatnya. Karena itu berobatlah dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram!
(HR Abu Dawud).

Hadirin jamaah Jum'ah rahimakumullah,


Dalam pandangan Islam, kesehatan bukan semata-mata urusan pribadi. Negara berkewajiban
menjaga kesehatan dan memberikan layanan pengobatan secara cuma-cuma alias gratis.
Terlebih lagi pada masa wabah. Sangat tidak mungkin dalam kondisi seperti ini urusannya
dibebankan kepada rakyat secara mandiri.

Tapi lihatlah dengan jujur, dalam sistem kapitalisme yang berlaku di negeri ini, kesehatan
dan nyawa manusia justru menjadi komoditas bisnis. Dalam kasus pandemi Covid-19,
misalnya, negara terbukti membiarkan para pengusaha berlomba-lomba mengambil
keuntungan besar dari bisnis di bidang kesehatan. Dan yang lebih menyesakkan dada, bisnis
layanan kesehatan berupa Tes PCR sebagian dipegang oleh perusahaan milik para pejabat
negara. Rakyat harus membayar mahal, sementara perusahaan itu meraup keuntungan
berlipat ganda. Tak ada sanksi apapun bagi pejabat negara tersebut.

Hadirin jamaah Jum'ah rahimakumullah,

Mari kita lihat bagaimana sistem Islam mengatur masalah kesehatan ini. Tak boleh penguasa
abai sedikit pun. Kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬


ٌ ‫اع َو ُه َو َو َم ْس ُؤ‬ ُ ‫ا ِإل َم‬
ٍ ‫ام َر‬

Pemimpin Negara adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia
urus (HR al-Bukhari).

Itulah mengapa, layanan kesehatan menurut Islam, harus disediakan oleh negara secara gratis.
Ini berdasarkan kebijakan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam posisi beliau
sebagai kepala negara yang pernah mengirim dokter gratis untuk mengobati salah satu
warganya, yakni Ubay bin Kaab, yang sakit. Diriwayatkan, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam mendapatkan hadiah seorang dokter dari Muqauqis, Raja Mesir, beliau menjadikan
dokter itu sebagai dokter umum bagi masyarakat umum (HR Muslim).

Dalam riwayat lain disebutkan, serombongan orang dari Kabilah Urainah masuk Islam.
Mereka lalu jatuh sakit di Madinah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selaku kepala
negara kemudian meminta mereka untuk tinggal di penggembalaan unta zakat yang dikelola
Baitul Mal di dekat Quba. Mereka diperbolehkan minum air susunya secara gratis sampai
sembuh (HR al-Bukhari dan Muslim).

Kebijakan ini pun dilanjutkan oleh para Khalifah sepeninggal Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam dan Khulafaur Rasyidin, perhatian Negara Islam pada layanan kesehatan,
pengobatan, juga riset kesehatan dan obat-obatan semakin pesat. Rumah sakit yang
berkualitas dibangun di mana-mana. Gratis bagi rakyat semuanya.

Hadirin jamaah Jum'ah rahimakumullah,


Jaminan kesehatan dalam Islam memiliki empat sifat.

Pertama: Universal. Artinya, tidak ada tingkatan kelas pengkelasan dan pembedaan dalam
pemberian layanan kepada rakyat.

Kedua: Bebas biaya alias gratis. Rakyat tidak boleh dikenai pungutan biaya untuk mendapat
pelayanan kesehatan.

Ketiga: Seluruh rakyat bisa mengakses layanan kesehatan dengan mudah.

Keempat: Pelayanan mengikuti kebutuhan medis, bukan dibatasi oleh plafon seperti halnya
JKN atau BPJS. Negara menanggung semua biaya pengobatan warganya.

Lalu dari mana dananya? Sistem Islam mempunyai sumber-sumber pemasukan negara yang
telah ditentukan oleh syariah. Di antaranya dari hasil pengelolaan harta kekayaan umum
seperti hasil hutan, berbagai macam tambang, minyak dan gas, dan sebagainya. Juga dari
sumber-sumber lain seperti kharaj, jizyah, ghanîmah, fai, ‘usyur, pengelolaan harta milik
negara dan sebagainya.

Di sisi lain, syariah Islam tegas melarang para pejabat negara dan kerabatnya berbisnis ketika
mereka menjadi penguasa. Ini seperti dicontohkan Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu
anhu pernah merampas kambing-kambing harta perniagaan milik putranya, Abdullah, karena
digembalakan di padang rumput milik Baitul Mal.

Inilah tuntunan sekaligus tuntutan syariah Islam. Tentu semua itu hanya terjadi dalam sistem
Islam. Tidakkah kita merindukannya?[]

‫ْح ِك ِيم‬ ِ ‫ و َن َفعنِي وإِيَّا ُكم بِمافِ ْي ِه ِمن اآْل ي‬،‫آن اْلع ِظ ْي ِم‬
ِّ ‫ات َو‬ ِ ِ ِ
َ ‫الذ ْك ِر ال‬ َ َ َ ْ َ َ َ َ ‫بَ َار َك اهلل لي َولَ ُك ْم فى اْل ُق ْر‬
ِ ‫ وأَ ُقو ُل َقولِي ه َذا فَأست ْغ ِفر اهلل‬،‫الس ِميع العلِيم‬ ِ ِ
ُ‫العظ ْي َم إِنَّه‬
َ َ ُ َْ َ ْ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ ‫َوَت َقبَّ َل اهللُ منَّا َوم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِنَّهُ ُه َو‬
‫الر ِح ْيم‬
َّ ‫ه َو الغَ ُف ْو ُر‬.
ُ

Khutbah Kedua

ِ ِ
ُ‫ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن الَ الَهَ إِالَّ اهللُ َواهللُ َو ْح َده‬.‫لى َت ْوفِ ْي ِق ِه َوا ْمتِنَانِِه‬ ُّ ‫سانِِه َو‬
َ ‫الش ْك ُر لَهُ َع‬
ِ ‫هلل َع‬
َ ‫لى إ ْح‬ َ
ِ ‫اَلْحم ُد‬
َْ
‫ض َوانِِه‬
ْ ‫إلى ِر‬ ‫ى‬ ِ ‫الد‬
‫اع‬ َّ ‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد‬
َّ ُ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ َ ْ‫الَ َش ِري‬.
َ
‫َص َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما كِ ْثي ًرا‬ ِِ ٍ ِ
ْ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّدنَا ُم َح َّمد ِو َعلَى اَله َوأ‬ َ ‫الله َّم‬
ُ
‫‪,‬أ ََّما َب ْع ُد‬
‫َن اهللَ أ ََم َر ُك ْم بِأ َْم ٍر بَ َدأَ فِ ْي ِه بَِن ْف ِس ِه‬ ‫َّاس اَِّت ُقوااهللَ ِف ْي َما أ ََم َر َوا ْنَت ُه ْوا َع َّما َن َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َّ‬‫فَياَ اَُّي َها الن ُ‬
‫سبِّ َح ِة بِ ُق ْد ِس ِه‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫َوثَـنَى ب َمآل ئ َكته ال ُْم َ‬
‫ال تَعاَلَى‬ ‫‪,‬وقَ َ‬‫َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫آم ُن ْوا َ‬
‫ِ‬
‫لى النَّبِى يآ اَُّي َها الَّذيْ َن َ‬ ‫صل ْو َن َع َ‬
‫‪.‬إِ َّن اهللَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ ُّ‬
‫ك‬‫آل َسيِّ ِدناَ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَنْبِيآئِ َ‬ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه و َسلِّم و َعلَى ِ‬
‫َ َْ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّدنَا ُم َح َّمد َ‬ ‫الله َّم َ‬
‫ُ‬
‫اش ِديْ َن أَبِى بَ ْك ٍر َوعُ َمر َوعُثْ َمان َو َعلي‬ ‫الر ِ‬‫ض اللّ ُه َّم َع ِن اْل ُخلَ َف ِاء َّ‬ ‫لم َق َّربِْي َن َو ْار َ‬
‫ِ ِ‬
‫ك َو َمآلئ َكة اْ ُ‬ ‫َو ُر ُسلِ َ‬
‫ِ‬ ‫الصحاب ِة والتَّابِ ِعين وتَابِ ِعي التَّابِ ِعين لَهم بِِاحس ٍ ِ‬ ‫ِِ‬
‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم‬ ‫ان الَى َي ْوم الدِّيْ ِن َو ْار َ‬ ‫َْ ُْ ْ َ‬ ‫َو َع ْن بَقيَّة َّ َ َ َ ْ َ َ‬
‫الر ِ‬
‫اح ِم ْي َن‬ ‫ك يَا أ َْر َح َم َّ‬ ‫بَِر ْح َمتِ َ‬
‫ات‪ .‬الله َّم أ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ات واْلمسلِ ِم ْين واْلمسلِم ِ‬ ‫لله َّم ا ْغ ِفر لِلْم ْؤ ِمنِْين واْ ِ ِ‬
‫َع َّز‬ ‫ات اَالَ ْحيآء م ْن ُه ْم َواْالَ ْم َو ِ ُ‬ ‫لم ْؤمنَ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ‬ ‫ْ ُ ََ ُ‬ ‫اَ ُ‬
‫ِ‬ ‫الشر َك واْلم ْش ِركِين وانْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اْ ِإلسالَم واْ ِ‬
‫ص َر‬
‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫لم َو ِّحديْ َن َوانْ ُ‬ ‫اد َك اْ ُ‬
‫ص ْر عبَ َ‬ ‫لم ْسل ِم ْي َن َوأَذ َّل ِّ ْ َ ُ ْ َ َ ُ‬ ‫ْ ََ ُ‬
‫ك إِلَى َي ْوِم الدِّيْ ِن‬ ‫اء الدِّيْ ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬ ‫‪.‬الدِّيْن وا ْخ ُذ ْل من َخ َذ َل اْ ِ ِ‬
‫لم ْسلم ْي َن َو َد ِّم ْر أَ ْع َد َ‬ ‫ُ‬ ‫َْ‬ ‫ََ‬
‫لم َح َن َما ظَ َه َر ِم ْن َها َو َما بَطَ َن‬ ‫لمحن وسوء اْ ِلف ْتنَ ِة واْ ِ‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫الزالَ ِز َل َواْ َ َ َ ُ ْ َ‬ ‫اء َو َّ‬ ‫الله َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَ َ‬
‫ُ‬
‫ب اْ َلعالَ ِم ْي َن‬
‫عآمةً يَا َر َّ‬‫لم ْسلِ ِم ْي َن َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫خآصةً َو َسائ ِر اْ ُلب ْل َدان اْ ُ‬ ‫‪.‬ع ْن َبلَ ِدنَا اِنْ ُدونِْي ِسيَّا َّ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َر َّبنَا آتِناَ فِى ُّ‬
‫سنَا َواإ ْن لَ ْم‬ ‫اب النَّا ِر‪َ .‬ر َّبنَا ظَلَ ْمنَا اَْن ُف َ‬ ‫سنَةً َوقنَا َع َذ َ‬ ‫سنَةً َوفى اْآلخ َرة َح َ‬ ‫الد ْنيَا َح َ‬
‫‪َ.‬ت ْغ ِفر لَنَا وَترحمنَا لَنَ ُكونَ َّن ِمن اْل َخ ِ‬
‫اس ِريْ َن‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ ْ َْ‬
‫اد ِ‬
‫اهلل‬ ‫ِ‬
‫! عبَ َ‬
‫لم ْن َك ِر َواْ َلبغْي يَِعظُ ُك ْم‬ ‫ِ‬ ‫ان وإِي ِ‬
‫تآء ِ‬
‫بى َو َي ْن َهى َع ِن اْل َف ْحشآء َواْ ُ‬ ‫َ‬ ‫ر‬‫ْ‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ا‬
‫ْ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ ‫سِ َْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫إ َّن اهللَ يَأ ُْم ُربِاْ َلع ْدل َواْ ِإل ْح َ‬
‫اهلل أَ ْكبَر‬ ‫][ لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن واذْ ُكروا اهلل اْلع ِظ ْيم ي ْذ ُكر ُكم وا ْش ُكروهُ َعلى نِع ِم ِه ي ِز ْد ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬
‫َ ْ ُْ َ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ ُْ َ َ َ ْ َ ُ‬

Anda mungkin juga menyukai