ف اَأْلنَ ِام ِ اَحْل م ُد لِ ِله الَّ ِذي َأخرج َنتاِئج َأفْ َكا ِرنَا إِل ب ِرا ِز َأياتِِه وَأفْضلَنَا بِرسولِيَّ ِة َشر
َ ُْ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َْ ْ َْ
ِ
َ اَللّ ُه َّم. ث ِإىل مَج ْي ِع الْ َعا ِمَل
صلِّي َ ْاهللُ َو ْح َدهُ اَل َش ِري
َّ َوَأ ْش َه ُد،ُك لَه
ُ َأن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ الْ َمْبعُ ْو
َّأما َب ْع ُد. َ َأص َحابِِه َأمْج َعِنْي ِِ ٍ ِ
ْ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد َو َعلَى آله َو
اَِّت ُق ْوا اهللَ َح َّق ُت َقاتِِه َوال مَتُْوتُ َّن ِإاَّل.اهلل َوقَ ْد فَ َاز الْ ُمَّت ُق ْو َن
ِ ُأو ِصي ُكم و َن ْف ِسي بَِت ْقوى،اهلل
َْ ْ ْ
ِ َفيا ِعباد
ََ َ
َ
ِ َ وِإ ْن َتعدُّوا نِعمة،ضل ِ َّ و ْاعلَ ُم ْوا. ِ
َاهلل ال َ ْ ْ ُ َ ُ ِّ َأن اهللَ ُسْب َحانَهُ َوَت َعاىَل ُه َو الْ ُمْنع ُم الْ ُمَت َف َ َوَأْنتُ ْم ُم ْسل ُم ْو َن
َأخَر َج ُك ْم ِم ْن بُطُْو ِن َُّأم َهاتِ ُك ْم اَل َت ْعلَ ُم ْو َن َشْيًئا لَ َعلَّ ُك ْم ْ ُ َواهلل.َّارٌ ن لَظَلُ ْو ٌم َكف,َ ِإ َّن اِْإل نْ َسا.ص ْو َها
ُ ْحُت
َوِإ ْذ تََأذَّ َن َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َش َك ْرمُتْ َأَل ِزيْ َدنَّ ُك ْم ولَِئ ْن َك َف ْرمُتْ ِإ َّن َع َذايِب ْ لَ َش ِديْ ٌد: َوقَ َال اهللُ َت َعاىَل.تَ ْش ُك ُر ْو َن
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Kenikmatan hidup paling nikmat di dunia saat ini adalah nikmat sehat, karena apa pun yang
kita miliki di dunia tak akan bisa dinikmati jika kita dalam keadaan sakit. Apalagi di masa
pandemi seperti sekarang ini, nikmat sehat menjadi hal yang mahal harganya. Oleh karena
itu, mari kita syukuri nikmat sehat dengan sebaik-baiknya.
Nikmat sehat bukan suatu kemewahan seperti emas dan perak. Tetapi menjadi mahal ketika
َ ْصحَّا ِء الَ يَ َراهَا ِإالَّ ْال َمر
kesehatan telah berubah menjadi sakit. “ضى ِ س اَأْل
ِ ْ الصِّ َّحةُ تَا ٌج َعلَى ُرُؤ وNikmat
sehat merupakan mahkota bagi tubuh manusia, dan mereka baru akan menyadarinya dikala
sedang terbaring sakit.
Orang yang mengabaikan kesehatan, dirinya adalah orang yang menabung masalah untuk
masa depannya.
Rasulullah dalam haditsnya bersabda:
“Tidak”, jawabnya.
“Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” tanya ulang Si
Alim.
“Tidak”, jawabnya.
“Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki
dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”, lanjut Si Alim.
“Tidak”, jawabnya.
“Apakah engkau senang menjadi orang tidak waras dengan mendapatkan 10 ribu dirham?” Si
Alim terus bertanya.
“Tidak”, jawabnya.
“Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu, sedangkan Dia memiliki harta lebih dari
50 ribu dinar padamu?”, pungkas Si Alim.
Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa nikmat sehat atau kesehatan yang
kita rasakan sekarang, sejatinya jauh lebih berharga dibanding uang yang banyak ataupun
harta yang melimpah.
Dalam agama Islam menjaga kesehatan menjadi bagian penting dari prinsip-prinsip
pemeliharaan pokok syariat (maqâsidusy syarî’ah) yang terdiri dari; hifdzud dîn
(pemeliharaan agama), hifdzun nafs (pemeliharaan diri/raga), hifdzul ‘aqli (pemeliharaan
akal), hifdzun nasab (pemeliharaan keturunan), dan hifdzul mâl (pemeliharaan harta).
Diriwayatkan dari ‘al-Abbas bin Abdul Muthallib ra, ia berkata, “Aku pernah datang
menghadap Rasulullah saw dan bertanya: ‘Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang
akan aku baca dalam doaku.’ Nabi Saw menjawab: ,والْ َعافِيَة َّ ‘ َس ِل اهللMintalah kepada
الصحة
Allah ampunan dan kesehatan.’ Kemudian aku menghadap lagi pada kesempatan lain dan
saya bertanya: ‘Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu doa yang akan aku baca dalam
ِ و
doaku.’ Nabi menjawab: اآلخرة
َ ُّ َس ِل اهلل الصحة والْ َعافِيَة يِف،ول اهلل
َ الد ْنيَا
ِ يا َعم رس،يا َعبَّاس
َُ َ َ
‘Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw, mintalah kesehatan kepada Allah, baik di dunia
maupun di akhirat.” (HR at-Tirmidzi).
Hal paling indah di dunia ini adalah anugerah kesehatan dan keluarga bahagia di saat usia
makin bertambah tua. Untuk itu tentu kita ingat pesan Nabi Muhammad saw:
َ َ َو ِغن،ك
،اك َقْب َل َف ْق ِر َك َ ك َقْب َل َس َق ِم َ ك َقْب َل َهَر ِم
َ َ َو ِص َّحت،ك َ َ َشبَا ب:س ٍ ْاِ ْغتَنِ ْم مَخْ ًسا َقْبل مَخ
َ
ِ
ِ )ك (رواه احلاكم َ ِك َقْب َل َم ْوتَ َ َو َحيَات،كَ ك َقْب َل ُش ْغل
َ َو َفَرا َغ
Artinya, “Jagalah lima hal sebelum datang lima hal lainnya, yaitu (1) masa mudamu sebelum
tuamu, (2) kesehatanmu sebelum sakitmu, (3) kayamu sebelum fakirmu, (4) luang waktumu
sebelum sibukmu, dan (5) hidupmu sebelum matimu. (HR al-Hakim).
Sejak pandemi Covid-19 terjadi, kesehatan semakin terlihat penting bagi masyarakat. Wabah
Covid-19 menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan. Perilaku hidup
sehat seperti mencuci tangan menggunakan sabun, makan makanan bergizi, dan rajin
melakukan aktivitas fisik menjadi kegiatan yang saat ini lazim kita lakukan. Hal ini
disebabkan adanya keyakinan masyarakat bahwa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan langkah yang efektif untuk menghindarkan diri dari penularan virus Covid-19.
Bahkan dengan alasan menjaga kesehatan dan menghindarkan diri dari penyakit, masyarakat
rela untuk mengurung diri di rumah selama berhari-hari. Untuk itu, mari kita ingat dan
syukuri nikmat sehat ini sebaik-baiknya, agar dapat menggunakannya untuk beribadah dan
melakukan berbagai aktifitas yang lebih bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat mengingatkan kita agar selalu menjaga
kesehatan dan mensyukurinya dengan sebaik-baiknya.