Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kenikmatan kepada
nikamt sehat, iman dan islam sehingga pada kesempatakan kali ini kita bisa
melaksanakan shalat jumat secara berjamaah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini sering sekali kita dengar. olehnya itu marilah
kita mencoba merenungkan nikmat-nikmat Allah yang telah kita rasakan, udara yang
kita hisap tanpa dipungut biaya, lihatlah mereka yang terbaring di rumah sakit
bernafas dengan selang dari tabung oksigen, rumah sakit tidak memberikan itu
cuma-cuma kepada mereka. Lihatlah organ tubuh kita, bekerja dengan baik dan
saling bekerja sama, tidak lain semua itu adalah nikmat Allah yang Dia anugerahkan
1
kepada hamba-hamba-Nya. Maka dari itu segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan sedemikian banyak kenikmatan kepada kita dan kita bertaubat
atas kemaksiatan yang kita lakukan kepada-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir
zaman.
Khatib mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena
ketakwaanlah menjadi ukuran kebaikan seorang hamba di sisi Allah. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Dalam rangkaian kisah Qarun tersebut di dalam surat Al-Qashash, Allah hendak
mengajarkan kepada kita bagaimana semestinya seseorang menyeimbangkan
kehidupan dunia dan akhiratnya. Allah berfirman,
2
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt
Wasiat yang pertama ini yang disampaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
bagaimana hendaknya seseorang menjalani kehidupannya di dunia ini tidak hanya
mengejar dunia saja akan tetapi juga dengan mengejar kehidupan akhirat.
Mengapa? Karena akhirat adalah negeri yang abadi, tempat manusia kembali.
Seseorang akan merasakan kenikmatan yang abadi apabila dalam kehidupan dunia
ini, mereka mempersiapkan amalan shalih untuk menjemput akhirat. Dan
sebaliknya, kesengsaraan yang tiada ujungnya, apabila manusia habiskan dunia
mereka hanya dengan berfoya-foya dan berhura-hura yang hanya sebentar saja dan
hanya kenikmatan sesaat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan perbandingan masa waktu antara dunia dan
akhirat, Dia berfirman,
ْف َسنَ ٍة ِم َّما َتعُ ُّدو َن َ َِّوِإ َّن َي ْو ًما ِع ْن َد َرب
ِ ك َكَأل
“Sesungguhnya satu hari di sisi Rabb kalian adalah seperti seribu tahun dalam
perhitungan kalian.” (QS. Al-Hajj: 47)
bisa kita bayangkan jamaah sekalian, betapa sedikitnya, betapa pendeknya usia kita
di dunia ini! Lalu apakah kita akan korbankan kesenangan yang fana di dunia ini
dengan penderitaan yang tidak ada habisnya di akhirat kelak. Atau relakah kita
berletih dan berpeluh, bersusah payah di kehidupan dunia ini, untuk menahan
syahwat kita, menahan hawa nafsu kita, untuk menyongsong kebahagian yang kekal
abadi di akhirat nanti.
Orang yang berakal, dan orang yang memiliki fitrah yang lurus tentu saja ia akan
memilih berjuang di kehidupan dunianya untuk menjemput kebahagiannya di
akhirat. Ia tidak akan membiarkan setan leluasa, membuatnya lalai terus-menerus.
3
Tidak hanya dalam perbandingan waktu, dalam perbandingan kenikmatan pun
kehidupan dunia ini tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan di akhirat. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
olehnya itu marilah kita bayangkan kenikmatan yang paling nikmat, kita bayangkan
istana yang paling megah berdindingkan emas dan dihiasi butiran berlian dan
permata, kita bayangkan kebun-kebun yang hijau dengan buah-buahan yang lebat,
kita bayangkan kendaraan termewah; mobil, pesawat, atau helicopter pribadi, maka
semua itu tidak ada bandingannya, tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan
dengan kenikmatan surga.
Olehnya itu alangkah ruginya kita, menghabiskan semua hidup kita untuk
menjemput dan mengejar dunia tanpa peduli dengan akhirat kita. Demi dunia yang
sedikit saja, orang-orang rela menghabiskan waktu mereka dan mereka pun hanya
mendapatkan sebagian kecil dari harta dunia ini..
Setelah Allah jelaskan bahwa kita harus mengutamakan kehidupan akhirat, namun
Allah Swt juga yang Maha Bijaksana pun tidak mengajarkan kita untuk meninggalkan
kehidupan dunia ini secara total.
4
Tentu saja tidak, Allah tidaklah memfirmankan sesuatu yang sia-sia tidak memiliki
faidah dan manfaat. Seseorang yang mendengar tentang keutamaan akhirat,
terkadang kita salah memahami, kita menyangka bahwa dunia ini harus ditinggalkan
sama sekali. Yang kita tahu, dunia hanya mencelakakan dan membahayakan
kehidupan akhirat kita.
Seperti dalam riwayat ada tiga atau empat orang yang bertanya kepada istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal kehidupan mereka. Mereka
mengatakan kami tidak akan berbuka dan kami akan berpuasa terus-menerus, kami
tidak akan tidur dan kami shalat sepanjang malam, dan kami tidak akan menikahi
wanita.
َ س َن اللَّهُ ِإلَْي
ك ِ “ وberbuat baiklah (kepada
Kemudian yang ketiga,
َ َأح
ْ َأحسن َك َما
ْ َ
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu”
Apabila kita mendapatkan kebaikan dari seseorang, maka orang tersebut sangat
layak mendapatkan kebaikan dari kita. Bagaimana pula dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang telah menganugerahkan kenikmatan yang tidak terhitung kepada kita?
Walaupun anugerah Allah tersebut jumlahnya sedikit menurut kaca mata materi
kebutuhan kita, maka tetaplah kita syukuri karena seseorang tidak akan bersyukur
terhadap sesuatu yang banyak apabila ia tidak belajar menysukuri sesuatu yang
sedikit.
5
Jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah Swt
Demikianlah khutbah jum'at kali ini, mengenai pelajaran yang bisa kita petik dalam
QS Al-Qasas ayat 77 bahwa disamping kita mencari kebahagian di dunia ini maka
jangan pula kita lupa mencari kebahagiaan di negeri akhirat, begitu pula sebaliknya
kita tidak diperintahkan hanya mencari kehidupan akhirat sedangkan kita
meninggalkan kehidupan dunia. olehnya itu dalam agama kita diajarkan
menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
kurang dan lebihnya mohon dimaafkan jika ada salah kata mohon dimaafkan dan jika
ada benarnya semata-mata dari Allah Swt.
Khutbah 2