“Katakanlah, ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS.
Yunus: 58)
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati Allah.
Bulan Ramadhan beberapa saat lagi akan datang menjumpai kita, bulan yang mulia, yang
diharapkan oleh orang-orang shalih perjumpaan dengannya. Di bulan tersebut, seseorang bisa
mengumpulkan pahala yang banyak dengan waktu yang singkat demi mencapai kedudukan yang
mulia di sisi Allah Ta’la.
Sejenak, marilah kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati Ramadhan. Namun, apakah
kita telah meraih pelajaran-pelajaran berharga dari bulan Ramadhan?! Sudahkah Ramadhan
membuahkan perubahan dalam pribadi kita ataukah hanya sekedar rutinitas belaka yang datang
dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya, perkenankanlah kami pada khotbah kali ini untuk menyampaikan beberapa
pelajaran Ramadhan, semoga dapat kita pahami, menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan
dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Bulan Ramadhan merupakan sekolah keimanan dan bengkel yang sangat manjur bagi orang yang
mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil darinya, di antaranya:
Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam
ibadah puasa secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka
akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. bukhori dan Muslim)
Demikian pula dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah
semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar apa pun ibadah
yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada
berguna.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama
kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid, pemberi shodaqoh, dan pembaca Alquran.
Perhatikanlah, bukankah jihad merupakan amalan yang utama?! Bukankah shodaqoh dan
membaca Alquran merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa mereka malah
dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan dalam beramal.
Mutaba’ah
Mengikuti sunah merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya
kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya, dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti mengakhirkan sahur dan bersegera dalam berbuka.
ط اللَّهُ َعلَْي ُك ْم ذُاًّل اَل َي ْن ِز ُعهُ َحتَّى َت ْر ِج ُعوا إِلَى ِدينِ ُك ْم ِ الزر ِع وَتر ْكتُم الِ ِ ِ ِ
َ َّاد َسل
َ ْج َه َ َإِذَا َتبَ َاي ْعتُ ْم بِالْعينَة َوأَ َخ ْذتُ ْم أَ ْذن
ْ َ َ ْ َّ اب الَْب َق ِر َو َرضيتُ ْم ب
“Jika kalian telah berjual beli dengan sistem al-inah (salah sistem menuju riba), kalian sibuk
dengan ekor sapi, rela dengan tanaman, meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan
kehinaan kepada kalian dan Alah tidak mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama
kalian.” (HR. Abu Dawud no. 3462 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 11)
Demikian pula, bencana demi bencana yang menimpa negeri ini dari tsunami, banjir, tanah
longsor, lumpur panas, dan sebagainya, barangkali semua itu karena perbuatan dosa umat
manusia agar mereka segera menyadari dan kembali kepada ajaran agama yang suci. Allah
berfirman,
ِ السم ٍ
ِ آء َواْأل َْر
ض َ َّ َن أ َْه َل الْ ُق َرى َء َامنُوا َو َّات َق ْوا لََفتَ ْحنَا َعلَْي ِهم َب َر َكات ِّم َن
َّ َول َْو أ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’rof: 96)
Kasih Sayang Terhadap Sesama
Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena bulan itu adalah bulan
yang sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda. Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan,
sehingga digambarkan bahwa beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala semisal oran
gyan gberpuasa, tanpa dikurangi dari pahala yang orang berpuasa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no.
807 dan dishohihkan al-Albani)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang rahmat (kasih sayang) kepada
sesama. Bagaimana tidak, di antara nama Allah adalah Rahman dan Rahim (Maha penyayang),
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang,
lantas bagaimana ajaran Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih sayang kepada
sesama?!
Oleh karenanya, celakalah segelintir orang yang melakukan aksi-aksi terorisme dan pengeboman
yang sangat bertentangan dengan prinsip Islam adalah kasih sayang sehingga menimbulkan
kerusakan yang sangat banyak seperti hilangnya keamanan negara, hilangnya nyawa, rusaknya
bangunan, tercemarnya nama Islam, dan lain sebagainya.
فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم، وأستغفر اهلل لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات،أقول قولي هذا
KHUTBAH KEDUA
،الر ِح ْي ُمَّ ك الَْب ُّرُ ِك لَهُ الْ َـمل َ ْ َوأَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري،ـج ِح ْي ِم ِ َص َح
َ ْاب ال ْ اع ُسبُ ِل أ
ِ صر
ِ َاط ِه الْ ُـم ْستَ ِق ْي ِم َو َن َهانَا َع ِن اتِّب ِ ِ أَمرنَا بِاتِّب،ب الْعالَ ِـم ْين
َ اع َ َ َ َ َ ِّ ْح ْم ُد لله َر
ِِ
َ ال
َُص َحابِ ِه الَّ ِذيْ َن َتلَ َّق ْوا َع ْنهُ الدِّيْ َن َو َبلَّغُ ْوه ِِ ِ ِ ِ َّ َعلَي ُكم بِسنَّتِي وسن َِّة الْ ُخلَ َف ِاء:ال
ْ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َعلَى آله َوأ َ الراشديْ َن ُ َ ُ ْ ْ َ َغ الْ ُـمبِْي َن َوق َ ََن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ َبلَّ َغ اْلبَال
َّ َوأَ ْش َه ُد أ
ِ
أ ََّما َب ْع ُد،ان إِلَى َي ْوم الدِّيْ ِن َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِْي ًرا ٍ لِلْمسلِ ِم ْين ومن تَبِع ُهم بِِإحس:
َ ْ ْ َ ْ ََ َ ْ ُ
Akhlak yang Baik
Puasa tidak hanya menahan makan dan minum semata, tetapi lebih dari itu, yaitu menahan
anggota badan dari bermaksiat kepada Allah. Menahan mata dari melihat yang haram,
menjauhkan telinga dari mendengar yang haram, menahan lisan dari mencaci dan menggibah,
menjaga kaki untuk tidak melangkah ke tempat maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya serta kebodohan, maka Allah
tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang mendalam dari disyariatkannya puasa. Andaikan kita
terlatih dengan pendidikan yang agung ini, niscaya Ramadhan akan berlalu sedang manusia
berada dalam akhlak yang agung.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa wanita para sahabat menyuruh anak-anak
mereka berpuasa, lalu apabila ada seorang anak yang menangis minta makan, maka dibuatkan
mainan sehingga lupa hingga datang waktu berbuka.
Demikianlah hendaknya orang tua, mendidik anak-anak mereka dalam ibadah dan ketaatan
kepada Allah. Ingatlah wahai kaum muslimin wal muslimat, anak merupakan anugerah dan nikmat
dari Allah sekaligus amanat dan titipan Allah pada pundak kita yang dimintai
pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Marilah kita didik anak kita dengan keimanan, ibadah, dan ketaatan serta hindarkan mereka dari
teman-teman jelek yang kerap meracuni anak-anak kita. Hal ini lebih ditekankan lagi pada zaman
ini di mana pergaulan, pengaruh, dan polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari
mangsanya sehingga sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana anak-anak muda
sekarang yang aktif di masjid?! Mana anak-anak muda sekarang yang siap menjadi imam shalat
dan khotib Jumat?!!
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Dalam puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa nafsunya. Dia harus sabar menahan
rasa lapar dan dahaga serta keinginan bersenggama yang sangat disenangi oleh nafsu manusia.
Dia melawan kemauan hawa nafsu tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus lebih mengedepankan cinta Allah
daripada kemauan hawa nafsu yang kerap mengajak kepada kemaksiatan.
ِ الس
وء إِالَّ َم َار ِح َم َربِّي ُّ ِس أل ََّم َارةٌ ب َّ ئ َن ْف ِسي إِ َّن
َ الن ْف ُ َو َمآأ َُب ِّر
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Maka siapa saja di antara kita yang terjerumus dalam dosa maka hendaknya dia berjuang
melawan hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan Allah.
Konsisten/Terus di Atas Ketaatan
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu,
perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan maka beliau bersungguh-sungguh ibadah,
menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik
seperti kebanyakan di antara kita, di awal Ramadhan kita semangat tetapi di akhir-
akhir Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan rumah.
Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang Ramadhan ini. Jangan sampai kita
hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami, orang tua kami, istri dan anak-
anak kami serta saudara-saudara kami semuanya.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati kami, dan perbaikilah keadaan negara kami.
Ya Allah, berilakanlah kekuatan dan hidayah kepada para pemimpin kami dalam menjalankan
amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi, ya Allah luaskanlah rezeki untuk kami
dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa seorang dari kami kecuali Engkau telah
mengampuninya, dan suatu hutang kecauli engkau melunasinya, sakit kecuali engkau
menyembuhkannya, dan kesusahan kecuali Engkau memudahkannya.
َّ الز ِاد
197:الت ْق َوى البقرة َّ ) َوَت َز َّو ُدوا فَِإ َّن َخ ْي َر
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (QS. al-Baqarah:197)
Dan Rasulullah bersabda,
)183 :ين ِم ْن َقْبلِ ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم َتَّت ُقو َن (البقرة ِ َّ الصيام َكما ُكتِب َع
َ لى الذ
َ َ َ ُ َ ِّ ب َعلَْي ُك ُم
ِ
َ ين َء َامنُوا ُكت
ِ َّ
َ يَأ َُّي َها الذ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al-Baqarah:183)
Allah Ta’ala berfirman,
)133 :ين (ال عمران ِ َّت لِل ِ ات واْألَر ُ َو َسا ِرعُوا إِلَى َمغْ ِف َر ٍة ِم ْن َربِّ ُك ْم َو َجن ٍَّة َع ْر
َ ْمتَّق
ُ ْ ض أُعد
ُ ْ َ ُ الس َم َاو
َّ ض َها
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran:133)
Ma’asyirol Muslimin yang dirahmati Allah
Demikianlah, semoga khutbah yang singkat ini bisa menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua untuk
menjadikan ramadhan kali ini menjadi lebih berarti dan penuh berkah ilahi. Amin.
ِ ك س ِم ْي ٌع قَ ِريْب م ِج ْيب ال ّد َعو ِ ِ ِ ات اْأل ِ ِ ِ اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِفر لِلْمسلِ ِم ْين والْمسلِم.
ات َ ُ ُ ٌ ْ ِ َ َوال ُْم ْؤمنِْي َن َوال ُْم ْؤمن،ات
َ َ َّ إِن،َحيَاء م ْن ُه ْم َواْأل َْم َوات َ ُْ ََ ُْ ْ
ت ُ لذيْ َن ِم ْن َق ْبلِنَا َر ّبنَا َوالَ تً َح ّملْنَا َماالَ طَاقَةَ لَنَا بِ ِه َوا ْع
َ ْف َعنّا َوا ْغ ِف ْر لَنَا َو ْار َح ْمنَا أَن َ َ َ ًْ ْ ْ ْ َ َّ ْ ْ
ِ ربنا الَُت َؤ
ِ ّاخ ْذ نَا إِ ْن نَ ِسينَا أَو أَ ْخطَأْنَا ربنَا والَ تَح ِمل َعلَينَا إِصرا َكما حملْتَهُ َعلَى ا َّ َ