Anda di halaman 1dari 12

Materi Khutbah Jumat Kiat Manggapai Kesuksesan Ala

Nabi Ibrahim

ْ ُ َ َ َ ُ‫ه‬ َ ُ ْ َ ُ ُُ ْ ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ُ ُ َ ْ َ ‫َّ ْ َ ْ َ ه‬
‫ َو َم ْن ُيض ِل ْل‬، ‫اّلِل فال ُم ِض َّل له‬ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه‬، ‫ور أنف ِسنا‬ ِ ‫ ونعوذ ِب ِه ِمن ش‬، ‫ّلِل نحمده ونست ِعينه ونستغ ِفره‬ ِ ِ ‫ِإن الحمد‬
‫ َم ْن‬، ‫اع ِة‬ َّ ‫ي َي َدى‬
َ ‫الس‬ َ‫ول ُه َأ ْر َس َل ُه ب ْال َح ِّق َبش ًيا َو َنذ ًيرا َب ْ ن‬ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ َ َ ُ ‫َ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ ه‬
‫ وأشهد أن ال ِإله ِإال اّلِل وأن محمدا عبده ورس‬، ‫فال ه ِادى له‬
ِ ‫ر‬ ِ ‫ِ ر‬ ِ
َّ ُ َ
‫يع َر ُسوله َو َيت ِب ُع‬ ُ ‫يع ُه َو ُيط‬ َ ‫ َن ْس َأ ُل ه‬.‫ َو َم ْن َي ْعصه َما َف َق ْد َغ َوى‬، ‫ول ُه َف َق ْد َر َش َد‬
ُ ‫اّلِل َرَّب َنا َأ ْن َي ْج َع َل َنا م َّم ْن ُيط‬ َ ُ ََ َ‫ه‬
‫ُي ِط ِع اّلِل ورس‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َ ْ ً ً َ ُ ُ َ‫ه‬ ُ َّ ُ َ َ ‫َ َ ُ َ َ ُّ َ ه‬ َ َّ َ ُ َ َ ُ ‫ر ْض َو َان ُه َو َي ْج َتن‬
‫) ُي ْص ِلح لك ْم‬۷٠( ‫اّلِل َوقولوا ق ْوال َس ِديدا‬ ‫آمنوا اتقوا‬ ‫ }يا أيها ال ِذين‬,‫ب َسخطه ف ِإن َما ن ْح ُن ِب ِه وله‬ ِ ِ
ُ َّ
َ ‫آم ُنوا ات ُقوا ه‬ ‫ه‬ َ
َ ‫يما } { َيا أ ُّي َها الذ‬ َ َ َ َ
ً ‫اّلِل َو َر ُسول ُه ف َق ْد ف َاز ف ْو ًزا َعظ‬ ُ
َ ‫وبك ْم َو َمن ُيط ْع ه‬ ُ ُ ُ َ
َ ‫أ ْع َمالك ْم َو َي ْغف ْر لك ْم ذن‬ُ َ َ
‫اّلِل َو ِآمنوا‬ َ ‫ين‬
ِ ِ ِ ِ
ُ َّ ُ َ َ ‫َ َ ْ ْ َ ُ ْ َ ه ُ َ ُ ٌ َّ ٌ َ َ ُّ َ ه‬ َ ُ َ ً ُ ْ ُ ‫َّ ْ َ َ َ ْ َ ه‬ ‫ب َر ُسول ِه ُي ْؤت ُك ْم ِك ْف َل ْر ن‬
‫آمنوا اتقوا‬ ‫ورا ت ْمشون ِب ِه ويغ ِفر لكم واّلِل غفور ر ِحيم }{ يا أيها ال ِذين‬ ‫ي ِمن رحم ِت ِه ويجعل لكم ن‬ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َ َ ‫ه َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ ٌ َّ َ َّ َ ْ َ َ َّ ُ ه َ َّ ه‬
‫اّلِل خ ِب ر ٌي ِب َما ت ْع َملون‬ ‫اّلِل ولتنظر نفس ما قدمت ِلغ ٍد واتقوااّلِل ِإن‬

Kaum muslimin, sidang jama’ah jum’at yang dimuliakan Allah swt

Merupakan suatu keharusan bagi kita manusia yang sadar akan kelemahan-kelemahan yang
kita miliki, untuk selalu dan senantiasa menjadikan diri kita sebagai hamba yang senantiasa
menyandarkan rasa kesyukuran kita, puncak rasa terima kasih kita kepada Allah swt, Zat
yang hingga detik ini telah membuktikan dengan segala kelebihan.

Karunia yang dia curahkan kepada kita, bahwa dialah Zat yang paling penyayang, paling
pengasih, tidak ada yang menandingi rasa kasih sayang dan kasihnya.. tidak ada yang
menyamai bentuk anugerah yang di berikannya kepada kita yang hadir disini, dimana Allah
masih menanamkan keimanan, ke islaman dan ketaqwaan dalam sanubari kita.. juga Allah
masih menyandingkan raga kita dengan kesehatan dan kemampuan, yang itu semua
merupakan jalan lebar bagi kita menjadi orang-orang sukses sesuai dengan tolak ukur Allah
swt.
Kaum muslimin rahimakumullah..

Keniscayaan rasa syukur, tak pelak lagi menjadi sebuah keharusan, maka juga, penting bagi
kita untuk mencari cara mengungkapkan rasa syukur kita terhadap nikmat-nikmat yang Allah
beri tersebut.. ungkapan rasa syukur yang memang dikehendaki Allah atas semua hambanya
yang mencicipi setetes rahmatnya di dunia ini.

Jika seorang anak, yang di biayai oleh orang tuanya untuk belajar, maka ungkapan rasa
terima kasih yang paling bijak adalah belajar dengan sebaik-baiknya dan menunjukkan
keberhasilan dalam belajar, jika seorang atlit, di biayai untuk berlatih, maka ungkapan rasa
terima kasih yang paling baik adalah menunjukkan prestasi gemilang pada cabang atlit yang
digeluti, maka jika Allah memberikan kenikmatan kepada kita, ungkapan rasa syukur yang
paling puncak adalah menjadi hamba yang berhasil di mata Allah swt.. lalu bagaimana tolak
ukur keberhasilan Allah atas hambanya..??Kaum muslimin rahimakumullah

Kesuksesan dan keberhasilan, selain menjadi ungkapan rasa syukur yang paling baik, juga
menjadi dambaan tiap manusia dipersada bumi ini, terkhusus bagi kita orang-orang beriman,
bahkan untuk itu, kita tak bosan-bosannya memanjatkan do’a kepada Allah:

َّ َ َ َ َ َ ً َ َ َ َ ْ ‫َ َّ َ َ ن ُّ ْ َ َ َ َ ً َ ن‬
‫اب الن ِار‬‫ربنا ِآتنا ِ يف الدنيا حسنة و ِ يف اْل ِخر ِة حسنة و ِقنا عذ‬
Tinggal sekarang, kita menemukan alur keberhasilan yang ditetapkan oleh Allah swt, alur
keberhasilan tersebut, tentunya dapat kita temukan dan simpulkan pada pola hidup dan
tingkah laku manusia yang dimata Allah sudah bisa mencapai derajat sukses..

siapakah dia?

Dialah nabi Ibrahim Alaihi as-Salam, manusia yang dalam hidupnya telah melewati berbagai
ujian yang Allah berikan dengan nilai sempurna, hal itu jelas terpampang dengan berbagai
derajat dan titel emas yang disandangnya antara lain:

Pertama, Allah menjadikannya kekasih:

ً َ َ َ ْ ُ ‫َ َّ َ َ ه‬
‫يم خ ِليال‬ ‫واتخذ اّلِل ِإبر ِاه‬

“Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih”Jika kita bandingkan, seorang lelaki yang
memiliki kekasih, maka dia tidak akan segan-segan untuk memberikan segala yang
kekasihnya inginkan, jika dia tidak punya maka dia akan mati-matian berusaha untuk
memenuhi apa yang kekasihnya minta.. maka, jika seseorang telah menjadi kekasih Allah,
tidak ada lagi permintaan yang tidak bisa kita dapatkan.. karena tentunya kekasih kita adalah
Dzat yang bisa memenuhi segalanya, dan itu telah di raih oleh nabi Ibrahim AS.

Kedua, Allah menjadikannya pemimpin bagi seluruh manusia


َّ َ ُ َ ِّ‫َ َ ن‬
‫اس ِإ َم ًاما‬
ِ ‫قال ِإ ين ج ِاعلك ِل‬
‫لن‬

“Berkata (Allah): sungguh aku menjadikan mu pemimpin bagi manusia”

Seorang yang bisa memimpin tentunya memiliki kelebihan-kelebihan dibanding manusia


lainnya, apalagi ukuran kelebihan itu langsung di ukur oleh Allah swt, maka bisa kita yakini
bahwa Ibrahim juga telah mencapai tingkat kematangan sifat dan sikap,
kesabaran,kebijaksanaan, pengorbanan dan berbagai sifat baik lainnya yang bisa
memantaskan dirinya sebagai pemimpin untuk seluruh manusia.

Ketiga, Allah menyatakan langsung bahwa Ibrahim sukses di dunia,


dan di akhirat Ibrahim termasuk orang yang shaleh
َ‫الصالح ن‬
‫ي‬ َّ ‫َو َآت ْي َن ُاه نف ْال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوإ َّن ُه نف اْلخ َرة َلم َن‬
‫ِ ِ ر‬ ِ ِ ِ ‫ِ ِي‬ ‫ِي‬
“Dan telah kami berikan padanya (Ibrahim) kebaikan (kesuksesan/keberhasilan) di dunia,
dan di akhirat dia sungguh termasuk orang saleh”

Dari ayat diatas ini, dapat di tentukan, tingkat kesuksesan yang telah Ibrahim dapatkan, yaitu
kesuksesan yang berjenjang dan sempurna, dimana sukses dunia ia raih dan juga sukses
akhirat yang di tandai dengan derajat kesalehan, bahkan dalam sebuah hadits qudsi
dinyatakan:

“Aku persiapkan untuk hambaku yang saleh, karunia yang tidak pernah di lihat oleh mata,
tidak pernah di dengar oleh telinga dan tidak pernah terhayalkan oleh manusia”

Salah satu bukti yang juga menguatkan bahwa Ibrahim adalah sosok manusia yang sukses
adalah perintah Allah kepada nabi Muhammad untuk mengikuti millah Ibrahim:

َ‫ان م َن ْال ُم ُْشك ن‬


َ َ َ َ ً َ َ ْ َ ‫ُ َّ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َّ ْ ه‬
‫ي‬ ‫ِِ ر‬ ِ ‫ثم أوحينا ِإليك أ ِن ات ِبع ِملة ِإب َر ِاهيم ح ِنيفا وما ك‬
“Kemudian kami wahyukan padamu (Muhammad) hendaklah engkau mengikuti millah
Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik”

Begitu pula dengan kita umat nabi muhammad, diperintahkan bagi kita, untuk mengikuti
millah Ibrahim:

ً َ ‫وا م هل َة إ ْب َراه‬
‫يم َح ِنيفا‬
ْ ُ َّ َ ُ ‫ُ ْ َ َ َ ه‬
ِ ِ ِ ‫قل صدق اّلِل فات ِبع‬

“Katakanlah.. maha benar Allah, dan hendaklah kalian mengikuti millah Ibrahim yang
lurus”Dan tentunya dengan kesuksesan yang di dapatkan Ibrahim, kita akan selalu
menjadikannya tolak ukur jika hendak bershalawat kepada nabi Muhammad dan keluarganya.

Dan masih banyak lagi tentunya bukti-bukti kesuksesan nabi Ibrahim.. dengan begitu maka
kita tidak perlu lagi berpikir ulang untuk senantiasa mengikuti pola hidup nabi Ibrahim agar
bisa menjadi hamba sukses selanjutnya.

Dengan menganalisis pola hidup nabi Ibrahim, maka kita dengan sendirinya bisa merumuskan
kiat-kiat sukses yang wajib kita jalani dan perjuangkan, diantaranya:

Pertama, Lulus ujian dengan baik..

Hal ini merupakan sebuah keniscayaan bagi orang yang ingin maju, begitu pula dengan
kehidupan nabi Ibrahim yang mulai di isi dengan berbagai ujian semenjak ia di asingkan dari
raja namrud di dalam gua, kemudian pencariannya terhadap tuhan yang hakiki,
penentangannya terhadap kaumnya yang menyembah berhala, di masukkannya nabi Ibrahim
kedalam api, diperintahnya untuk membangun ka’bah, hingga ujian dimana dia harus
menyembelih ismail, anaknya yang begitu ia cintai dan ia harapkan akan meneruskan
dakwahnya..

Seluruh rangkaian ujian itu Ibrahim jalani dengan sabar dan penuh perjuangan.. maka begitu
pula tiap manusia dengan segala ujian yang berbeda di hidup mereka yang juga berbeda-
beda.. maka jika kita ingin sukses, nilai kesabaran dan pengorbanan harus kita tanam dalam
diri kita sedari dini.

Kedua, Memiliki iman dan aqidah yang murni

Ini bisa di lihat dari penolakan nabi Ibrahim atas tawaran malaikat untuk menolong Ibrahim
ketika hendak di bakar, dengan menyatakan bahwa dirinya hanya menggantungkan hidup dan
matinya pada Allah swt, dengan begitu Allah sendiri yang berfirman, menyuruh agar api yang
panas berubah menjadi dingin dan menyelamatkan Ibrahim:

َ ‫الما َع ََل إ ْب َراه‬


‫يم‬ ‫َيا َن ُار ُك ن‬
ً ‫ون َب ْر ًدا َو َس‬
ِ ِ ‫ِي‬
“Wahai api, jadilah dingin dan menyelamatkan Ibrahim”

Karena hanya dengan iman dan aqidah yang murni, bisa menjadikan tiap amal kita bernilai
ibadah di mata Allah swt, dan dengan dasar keimanan, maka orientasi seseorang untuk selalu
berbuat baik akan terus ada hingga dirinya kembali kedalam tanah, sebab tujuannya semata-
mata karena ridho Allah dan Ridho Allah tidak akan pernah nyata kita dapatkan hingga kita
kembali ke hariba’anNya.

Dan juga hanya dengan iman dan aqidah yang murnilah yang bisa memadamkan api-api
namrud, api-api yang di era sekarang telah memiliki berbagai macam bentuk godaan dan
kemaksiatan yang kapan saja bisa membakar diri kita, sebagaimana yang dinyatakan iqbal
dalam sya’irnya:

Di tengah-tengah api namrud


Milikilah iman Ibrahim
Niscaya akan engkau dapatkan
Taman-taman jannatun na’im

Ketiga, Memiliki ketaatan yang spontan dan keberislaman yang menyeluruh

Hal ini bisa kita lihat sebagaimana firman Allah swt:

َ‫ت ل َر ِّب ْال َع َالم ن‬ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ُ ُّ َ ُ َ َ َ ْ


‫ي‬ ‫ِر‬ ِ ‫ِإذ قال له ربه أس ِلم قال أسلم‬
“Dan tatkala tuhannya berkata islamlah engkau! Dia (Ibrahim) menjawab, aku berislam
kepada tuhan seluruh alam”

Kepatuhan dan keberislaman yang taat menjadi tanda bahwa keyakinan kita akan keadilan
Allah atas kebaikan diri kita tidak perlu di ragukan lagi, dan itu tentunya menajdi modal besar
kita untuk meraih kesuksesan yang Allah ujikan dalam tiap perintahnya kepada semua
hambanya.

Keempat, kesiapan pengorabanan

Hal ini pun telah di contohkan oleh nabi Ibrahim dengan pasrahnya ia untuk mengorbankan
ismail yang begitu ia cintai.. dan ia yakin bahwa Allah adalah zat yang mengharamkan
kezhaliman atas dirinya dan juga atas hambanya,, maka begitu pula dengan kita..

Jika kita hendak menajdikan diri kita hamba yang sukses maka kita harus rela mengorbankan
ismail-ismail kita yang bisa dengan berbagai macam tafsiran, mulai dari hal-hal yang besar
seperti kecintaan kita yang terlalu buat istri dan anak kita. Pekerjaan kita, teman-teman kita
dan segala hal yang bisa menomor dua kan Allah di hati kita…Kaum muslimin rahimakumullah

Maka di hari jum’at ini, mari kita tekadkan dalam hati kita, rasa sadar berislam dan jiwa yang
siap berkorban untuk masuk dalam ranah perjuangan menjadi hamba yang berhasil dengan
mengikuti pola hidup dan kiat sukses ala nabi Ibrahim, sebagai bentuk syukur dan perwujudan
kita menjadi ahsanu taqwim.

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/khutbah-jumat-kiat-menggapai-kesuksesan-ala-
nabi-ibrahim/
Pintu-Pintu Rezeki
َ َ َ ِّ َ َ َ ُ ْ َ ْ ُُ ْ ُ ْ ََ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ ‫َّ َ ْ َ ه‬
‫ َم ْن َي ْه ِد ِه‬، ‫ات أ ْع َم ِالنا‬ ِ ‫شو ِر أنف ِسنا وسيئ‬ ُ ‫اهلل ِمن‬ ِ ‫ ون ُعوذ ِب‬، ‫ّلِل نح َمده ون ْست ِع ْينه ون ْستغ ِف ُره ونتوب ِإل ْي ِه‬ ِ ِ ‫إن الحمد‬
ً َّ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َُ َ ُ َ ْ َ ُ
ُ‫دا َع ْب ُده‬ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ُ َ َّ ُ َ َ ُ ِ
‫ وأشهد أن محم‬، ‫شيك له‬ ِ ‫ وأشه َد أن ال ِإله ِإال هللا وحده ال‬، ‫هللا ف ُال م ِض هل له ومن ي هض ِللَ فال ه َ ِادي له‬
‫ي‬ ُ ‫َو َر ُس ْول ُه ؛ َصَل‬
َ‫هللا َو َسل َم َعل ْيه َو َعَل آله َو َص ْحبه أ ْج َمع ْ ن‬
‫ِر‬ ِِ ِِ ِ
ُْ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ْ ُ َّ : َ َ‫الم ْؤمن ْ ن‬ َ ‫َأ َّما َب ْع ُد َم‬
‫هللا َوق ُاه َوأ ْرشد ُه ِإل خ رْ ِي ِد ْي ِن ِه َودن َي ُاه‬ ‫هللا ؛ ف ِإن َم ِن اتق‬ ِ ‫ي ِع َباد‬
‫هللا ِاتقوا‬ ‫ِ ِر‬ ُ َ
‫اش‬ ِ ُ ‫ع‬
Kaum muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar senantiasa bertakwa
kepada Allah. Sungguh beruntung dan sukseslah orang-orang yang bertakwa.

Ibadalllah,

Sesungguhnya di antara nama-nama Allah yang indah adalah Ar-Razzaq, Yang Maha

Memberi Rezeki. Dialah yang menanggung semua rezeki makhluk yang ada di semesta alam
ini.

ُ ‫يع ْال َعل‬


‫يم‬ ُ ‫َو َك َأ ِّين ِّمن َد َّابة َّال َت ْحم ُل ر ْز َق َها ه‬
َّ ‫اّلِل َي ْر ُز ُق َها َوإ َّي ُاك ْم ۚ َو ُه َو‬
ُ ‫السم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri.

Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” [Quran Al-Ankabut: 60].

Jika binatang melata saja Allah yang menanggung rezekinya, apalagi manusia. Karena

manusia adalah makhluk yang Allah muliakan. Allah dudukkan lebih mulia dari semua makhluk

ciptaan-Nya. Tentu manusia lebih-lebih lagi Allah jamin rezeki untuk mereka. Namun demikian,

bukan berarti rezeki datang begitu saja tanpa usaha. Harus ada usaha nyata yang dilakukan
untuk menjemput rezeki tersebut. Allah Ta’ala memerintahkan manusia untuk mencari rezeki.

ُ ُّ َ َ ْ ُُ َ َ َ ‫َ َ َ َ ُ ُ ْ َْ َ َُ ً َ ْ ُ ن‬ ‫ُ ه‬
ُ‫امشوا ِ يف َمن ِاك ِبها وكلوا ِمن ِّرز ِق ِه ۖ وإل ْي ِه النشور‬‫ه َو ال ِذي جعل لكم اْلرض ذلوال ف‬
ُ
ِ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya

dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali
setelah) dibangkitkan.” [Quran Al-Mulk: 15].

Karena itulah, kita manusia bertebaran di muka bumi dalam rangka membuka pintu-pintu
rezeki. Ada dua cara yang dituntunkan oleh Allah Ta’ala untuk membuka pintu-pintu rezeki
tersbut. Ada cara yang sifatnya qadari atau duniawi. Ada juga cara syar’i atau cara mencari
karena faktor relijius.

Sebab duniawi, hal ini sudah kita ketahui. Seseorang berprofesi sebagai dokter, pedagang,

pegawai, petani, nelayan, dll. Ini adalah sebab-sebab duniawi. Seseorang mencari rezeki

dengan usaha mereka. Dengan kemampuan fisik yang telah Allah anugerahkan keapda
mereka.

Sebab yang kedua adalah sebab yang sifatnya relijius atau ukhrawi. Yang pertama dari sebab

ini adalah doa. Dan doa adalah usaha. Sebagian orang terkadang menyepelekan doa,

padahal doa bisa jadi lebih ampuh dari usaha fisik yang dilakukan seseorang. Allah Ta’ala
berfirman,

ُ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ ْ ِّ ‫َ ه‬ َُْ َ
‫الرزق َواع ُبدوه َواشك ُروا له‬ ‫فابتغوا عند اَّلل‬

“Mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.” [Quran
Al-Ankabut: 17].

Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatkan,

ُّ َ َ َ َ ُ َُ َ َ
‫أتهزأ بالدعاء َوتزدريه َوما تدري بما َصن َع الدعاء‬

Apakah kau meremehkan dan menganggap enteng doa.


Kau tak tahu apa yang bisa dilakukan doa.

Banyak kaum muslimin berdoa, tapi mereka menjadikan doa adalah usaha terakhir. Bukan

usaha pertama. Semestinya yang dilakukan oleh seorang muslim adalah berdoa terlebih
dahulu. Kemudian ikuti doanya dengan melakukan usahanya nyata.

Ibadallah,

Sebab yang kedua adalah bertakwa kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

ُ ْ َ ْ ُ ُْ ََْ
ُ ‫ث ََل َي ْح َتس‬ ً ْ ُ ‫ه‬ ْ َ َ‫ه‬ َّ َ
‫ب‬ ‫) ويرزقه من حي‬2( ‫اَّلل يج َعل له َمخ َرجا‬ ‫َو َمن يتق‬
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” [Quran Ath-Thalaq: 2-3].

Mungkin rezeki mendatangi seseorang tanpa ia pikirkan dan rencanakan sebelumnya. Karena

apa? Karena dia bertakwa kepada Allah. Karena Dia menaati perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya. Jika seseorang mendapatkan rezeki dari jalan yang tak dia sangka-sangka,
mudah-mudahan itu sebagai tanda takwanya kepada Allah.

Sebab ketiga adalah menyambung silaturahmi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

َْ ََ ْ ُ َ َ َ ُْ َ ْ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ ْ َ
‫ف أث ِر ِه فل َي ِص ْل‬‫ِي‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫س‬‫ن‬ ‫ي‬‫و‬ ، ‫ه‬
ِ ‫ق‬ِ ‫من أحب أن يبسط له ِ يف ِر‬
‫ز‬

“Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan usianya (dipanjangkan
umurnya), hendaklah ia menyambung silaturrahim.” (HR. al-Bukhari).

Ini adalah sebab yang sangat utama dalam membuka pintu-pintu rezeki. Karena kita

korbankan waktu dan harta kita untuk menyambung silaturahmi. Kita berikan hadiah kepada

kedua orang tua kita. Kepada karib kerabat. Kepada kakak, adik, paman, bibi, dan kerabat

dekat lainnya. Kita hubungi dan telepon mereka. Ini semua adalah sebab-sebab yang dapat
membuka pintu rezeki.

Betapa banyak orang yang sukses di dunia. Siapapun dia; seorang da’ikah, seorang dokter,
wirasuahawan, dll. Dia sukses. Ternyata rahasianya adalah dia menyambung silaturahmi.

Sebab lainnya adalah memerintahkan anak dan istri untuk mengerjakan shalat. Allah ta’ala
berfirman,

ْ َّ ُ ْ َ ُ ُ َ ُ ْ َّ ً ْ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َْ َ ْ
‫اصط ِ ْب عل ْيها ۖ َل ن ْسألك ِرزقا ۖ نحن ن ْرزقك ۗ َوال َعاق َبة للتق َوى‬ ‫َوأ ُم ْر أهلك بالصَلة و‬

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam

mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” [Quran Thaha: 132].

Perintahkan istri dan anak-anak kita untuk mengerjakan shalat. Perhatikan shalat mereka.
Tatkala kita sedang bekerja, atau sedang bersafar, kita telepon istri kita, kita telepon anak kita,
kita cek apakah mereka sudah mengerjakan shalat atau belum. Kita ingatkan mereka akan

pentingnya shalat di awal waktu. Sungguh ini adalah pintu-pintu rezeki. Allah katakan Dia tidak
meminta rezeki kepada kita, bahkan kitalah yang butuh rezeki dari Allah.

Sungguh termasuk kelalaian dan bentuk ketidak-perhatian seorang kepala keluarga adalah dia

tidak mengingatkan atau memperhatikan apakah keluarganya sudah shalat atau belum. Dan
ini adalah pintu rezeki.

Ibadallah,

Pintu rezeki yang lainnya adalah sedekah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ٌَ َ ْ ََ
‫َما نق َصت َصدقة ِمن َمال‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2588).

Memang, secara kasat mata seseorang yang menyedekahkan uangnya, uangnya akan

berkurang. Tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa sedekah tidak

mengurangi harta. Kita imani sabda nabi ini. Kita benarkan beliau. Lalu, bagaimana cara uang

dan harta itu bertambah? Semuanya kita serahkan kepada Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala

sendiri yang menyebut sedekah itu dengan sebutan meminjami Allah. Artinya Allah pasti
membayar pinjaman-Nya.

َ َ ُ َ ُ َْ ُ َْ ُ‫ُْ ُ هَ َْ ً َ َ ً َُ َ َ ُ َ ُ َ ْ َ ً َ َ ً َ ه‬ ‫َ ه‬
‫ض َويب ُسط َوإل ْيه ت ْرج ُعون‬ ‫َّمن ذا الذي يق ِرض اَّلل قرضا حسنا فيضاعفه له أضعافا كث ربة ۚ واَّلل يقب‬

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan

hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya

dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan
kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” [Quran Al-Baqarah: 245].

Allah namakan sedekah dengan pinjaman, supaya hamba-hamba-Nya tahu bahwa Dia pasti

akan mengembalikan uangnya. Allah akan memberi ganti kepada-Nya. Bahkan melipat-

gandakannya. Sebagaimana ketika ada seorang yang kaya raya, mungkin suatu waktu

dompetnya tertinggal. Di sana ada kartu-kartu yang ia gunakan untuk melakukan transaksi.

Karena tertinggal ia meminjam uang dengan kita. Kita tahu ia seorang yang kaya raya, yang
tidak mungkin tidak membayar pinjamannya. Kemudian dengan yakin kita meminjami. Saat
membayar, orang tersebut akan berterima kasih, dan melebihkan uang hutangnya.

Karena itu, seorang hamba janganlah ragu. Allah itu al-Ghani Maha Kaya, asy-Syakur Maha

Bersyukur, dan Dia al-Jawwad Maha Dermawan. Dia akan memberikan balasan yang berlipat
bagi orang yang melakukan kebaikan.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

َ ََ ْ ُْ ْ َْ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ‫َ َ ه‬
‫اَّلل ت َب َارك َوت َعاَل يا ابن آد َم أنفق أنفق عل ْيك‬ ‫قال‬

“Allah Tabaraka wa Ta’ala: Wahai anak Adam, berinfaklah, Allah akan mengganti infakmu.”
(HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993).

Karena itu, hendaknya seseorang berusaha menempuh cara-cara menjemput rezeki yang

sifatnya syar’i ini. Karena bisa jadi cara-cara seperti ini jauh lebih ampuh dalam menjemput
rezeki dibanding cara-cara duniawi.

َ َ ُ ُ َّ ْ ُ َ ْ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ِّ ُ ْ َ‫ُ ْ ْ ن‬
َ ‫الغ ُف ْو ُر‬
‫الر ِح ْي ُم‬
ُ َ َ ‫الق ْول َو َأ ْس َت ْغف ُر‬
‫هللا ِ يل َولك ْم َو ِل َس ِائ ِر المس ِل ِم ري ِمن كل ذن ٍب فاستغ ِفروه يغ ِفر لكم ِإنه هو‬
َ َ َ ُ َُْ
‫أقول هذا‬.
ِ ِ

Khutbah Kedua:

َّ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َُ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ‫الف ْضل َو‬ َ ‫َْ َ ُ ه‬


‫ َوأش َهد أن‬, ‫شيك له‬
ِ ‫هللا وح ًده َ ال‬ ‫ َوأش َهد أن ال ِإله ِإال‬, ‫الج ْو ِد َو ِاال ْم ِتن ِان‬ ِ ‫ّلِل َع ِظ ْي ِم ِاإل ْح َس ِان َو ِاس ِع‬
ِ ِ ‫الح ْمد‬
َ ‫ه‬
‫ي َو َسل َم ت ْس ِل ْيما ك ِث رْ ًيا‬َ‫هللا َو َس هل َم َع َل ْيه َو َع ََل آله َو َأ ْص َحابه َأ ْج َمع ْ ن‬
ُ ‫محمدا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه ؛ َص هَل‬
ً
.
‫ِر‬ ِِ ِِ ِ

َ ْ َ ُ ِّ ُ َ ْ َ َ ‫هللا َج َّل َو َع َال‬ َ ‫اع َل ُم ْوا َأ َّن َت ْق َوى‬ْ ‫هللا َت َع َال َو‬ ُ ‫َأ َّما َب ْع ُد َأ ُّي َها‬
َ ‫ ا َّت ُق ْوا‬: ‫الم ْؤم ُن ْو َن ع َب َاد هللا‬
ِ ‫ه خ ر ُي ز ِاد ي َبلغ ِإل ِرضو ِان‬
، ‫هللا‬ ِ‫ي‬ ِ ِ ِ ِ
َ‫ َو َأ ْن َت َْ َي َك َم ْعص َي َة هللا َع ََل ُن ْور من‬، ‫اب هللا‬
َ ‫اعة هللا َع ََل ُن ْور م َن هللا َت ْر ُج ْو َث َو‬ َ ‫ َأ ْن َت ْع َم َل ب َط‬: ‫هللا َج َّل َو َع َال‬
َ ‫َو َت ْق َوى‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
‫هللا‬ َ َ ُ َ َ
ِ ‫هللا تخاف ِعقاب‬ ِ

Ibadallah,

Cara lainnya agar pintu rezeki kita terbuka adalah tawakal kepada Allah. Janganlah seseorang

bertawakal kepada gaji dan penghasilannya, kepada pekerjaan dan usahanya, kepada atasan

dan pelanggannya, atau kepada perusahaan tempat dia bekerja. Tapi berserah diri dan

bertawakallah kepada Allah. Seandainya pekerjaannya hilang, seandainya usahanya ia


tinggalkan untuk menaati Allah, ia tetap yakin bahwa rezeki datangnya dari Allah. Usaha dan
pekerjaan yang dilakukan adalah sebab saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

َ ُ ََ ً ُ ْ َ ْ َّ ُ ُ َ َ ُ َ َ َ ُّ َ َّ َ ‫َ ْ َ َّ ُ ْ َ َ َ ه ُ َ َ َ ه‬
ُ‫اّلِل حق ت َوك ِل ِه ل َرزقك ْم ك َما ي ْرزق الط ر َي تغدو ِخ َماصا وت ُروح ِبطانا‬
ً
ِ ‫لو أنكم تتوكلون عَل‬

”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan

kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari

dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad dan
selainnya).

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Siapa yang mencari rezeki dengan tawakal

yang benar, dia menempuh sedikit sebab saja, maka Allah akan berikan rezeki yang banyak
kepadanya.”

Dengan demikian, yang utama untuk kita perbaiki adalah tawakal kita kepada Allah. Harus dia

yakini bahwa pemberi rezeki adalah Allah bukan manusia. Bukan makhluk. Mereka hanyalah
sebab saja.

Kemudian kiat terakhir untuk membuka pintu rezeki adalah berhusnuzhan kepada Allah.
Bersangka baik kepada-Nya.

Terlebih lagi, Allah Ta’ala sangat sayang kepada kita. Lebih sayang dari seorang ibu kepada

anaknya. Artinya hubungan cinta kasih terbesar adalah hubungan cinta kasih antara Allah
dengan hamba-hamba-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َ َ ْ َ َ ُ ‫َه‬
‫َلَل أ ْرح ُم ِب ِع َب ِاد ِه ِمن ه ِذ ِه ِب َول ِدها‬.

“Allah lebih rahim kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.” (HR.
Muslim).

Allah Ta’ala berfirman dalam hadits qudis

ُ َ َ ًّ ََ َّ َ ْ َ ُ َ َ ً ْ َ َّ َ ْ َ ِّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ‫َ َ ه‬
‫شا فله‬ ‫ و ِإن ظن‬، ‫ أنا ِعند ظن ع ْب ِدي ِ يب ؛ ِإن ظن ِ يب خ ْيا فله‬: ‫اَلَل عز َوج َّل‬ ‫قال‬
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Kalau ia

bersangka baik kepadaku, untuknya kebaikan. Kalau ia bersangka buruk, untuknya


keburukan’.”

Betapa banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada kita tanpa kita minta. Tanpa kita
sangka dan pikirkan. Lihatlah bagaimana kisah Nabi Musa tatkala meminta kepada Allah:

َ َ ْ
28( ‫) َيفق ُهوا ق ْو ِ يل‬27( ‫ان‬ ْ ‫) َو‬26( ‫ش ل َأ ْمري‬
‫اح ُل ْل ُع ْق َد ًة ِّمن ِّل َس ن‬ َ ‫َق‬
َ ُْ ‫ال َر ِّب‬
ْ ِّ ‫) َو َي‬25( ‫اش ْح ل َص ْدري‬
‫ِي‬ ِ ‫ِي‬ ِ ‫ِي‬

Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku

urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”
[Quran Thaha: 25-28].

Kemudian Allah kabulkan permintaannya. Dan Allah sebutkan bahwa dulu sebelum beliau
meminta keselamatan, Allah telah memberikan keselamatan kepadanya.

ْ َ ُ َ َ ُ َ
ٰ َ ‫) ِإ ْذ أ ْو َح ْي َنا ِإ ٰل أ ِّم َك َما ُي‬37( ‫) َول َق ْد َم َن َّنا َع َل ْي َك َم َّر ًة أ ْخ َر ٰى‬36( ‫وَس‬
َ ُ َْ َ َ
‫يه‬
ِ ‫) أ ِن اق ِذ ِف‬38( ‫وَح‬ ٰ َ ‫يت ُس ْؤل َك َيا ُم‬ َ
‫وت‬
ِ ‫قال قد‬
‫أ‬
َٰ َ َ َ ْ ُ َ ِّ‫َ ْ ُ ْ ُ َ ُ ٌّ ِّ َ َ ُ ٌّ ه ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َّ ً ِّ ن‬ َّ ُّ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ
ُ ِّ َ ‫الت ُابوت فاق ِذف ن‬ َ َّ
‫اح ِل يأخذه عدو يل وعدو له ۚ وألقيت عليك محبة م ين و ِلتصنع عَل‬ ِ ‫يه ِ يف اليم فليل ِق ِه اليم ِبالس‬ ِ ِ ِ ‫في‬ ِ
َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ُ َ َ ُ ْ
َ َ ْ َ ِّ ٰ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ ٰ َ ْ ُ ْ َ ُ ُ َ َ ُ ْ َ ُ ُّ َ َ ُ ُ َْ ْ
‫ك تق َّر َع ْين َها َوال ت ْح َزن ۚ َوقتلت‬ ‫ش أختك فتقول هل أدلكم عَل من يكفله ۖ فرجعناك ِإل أمك ي‬ ‫) ِإذ تم ِ ي‬39( ‫عي ِ ين‬
‫َْن‬
َ َ َ ْ َّ ُ َ َ ْ َ ْ َ ‫نَ ن‬ َ ْ َ َ ً ُ ُ َ َّ َ َ َْ َ َ ََ َْ
َ ُ َ َ ْ َ
‫اصطن ْعتك‬ ٰ َ ‫ت َع َٰل ق َد ٍر َيا ُم‬
‫) و‬40( ‫وَس‬ ‫نف ًسا فن َّج ْيناك ِم َن الغ ِّم َوفتناك فتونا ۚ فل ِبثت ِس ِن ري ِ يف أه ِل مدين ثم ِجئ‬
َْ
41( ‫ش‬ ‫ِلنف ِ ي‬

Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa”. Dan

sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika Kami

mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, Yaitu: “Letakkanlah ia (Musa) didalam

peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi,

supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan

kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah

pengawasan-Ku, (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada

(keluarga Fir’aun): “Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan

memeliharanya?” Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan

tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan

kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu

tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu
yang ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.” [Quran Thaha: 36-41].
‫‪Ibadallah,‬‬

‫‪Allah telah memberikan kita kenikmatan tanpa kita minta. Saat kita dalam perut ibu kita, Allah‬‬

‫‪berikan kita rezeki di dalamnya tanpa kita pinta. Kemudian kita bayi, kita diberi rezeki tanpa‬‬

‫‪kita pinta. Kemudian kita mulai tumbuh besar. Allah bekali kita dengan berbagai kemampuan.‬‬

‫‪Apakah setelah keadaan ini kita malah bersangka buruk dengan Allah? Apakah kita mengira‬‬

‫?‪Dia tidak akan mencukupi kita sehingga perlu kita menempuh cara-cara yang haram‬‬

‫‪Sungguh buruk keadaan kita apabila semakin diberikan kemampuan, semakin kita malah‬‬
‫‪bersangka buruk kepada-Nya.‬‬

‫‪Mudah-mudahan Allah Ta’ala membukakan pintu rezeki kepada kita. Dan mejadikan kita‬‬
‫‪hamba-hamba yang pandai bersyukur kepada-Nya.‬‬

‫ُ‬ ‫ََ ُ‬
‫ش اْل ُم ْو ِر ُم ْحدثات َها‪َ ،‬وك َّل‬
‫ُ َ َ ْ َ َ ه َ َ َُ ُ‬
‫اله َدى ُه َدى ُم َح َّم ٍد َص هَل هللا علي ِه وسلم‪ ،‬و َّ‬ ‫الحد ْيث َك َال ُم هللا‪َ ،‬و َخ ْ َي ُ‬ ‫اع َل ُم ْوا َأ َّن َأ ْص َد َق َ‬ ‫َو ْ‬
‫ر‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اع ِة‬ ‫الج َم َ‬ ‫اعة َفإ َّن َي َد هللا َع ََل َ‬ ‫‪ُ .‬م ْح َد َثة ب ْد ُع ٌة‪َ ،‬و ُك َّل ب ْد َعة َض َال َل ٌة‪َ ،‬و َع َل ْي ُك ْم ب ْال َج َم َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ ِ‬
‫ُّ َ‬ ‫َّ ه َ َ َ َ ُ‬ ‫َ َ َََُُ ُ َ َ ن َ ََ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُ ََ ُ َ‬ ‫َ َ ُّ ْ َ َ ِّ ْ َ َ ُ‬
‫اّلِل َو َمال ِئكته ُي َصلون‬ ‫هللا ِبذ ِلك ِ يف ِكت ِاب ِه فقا َل‪ِ ﴿ :‬إن‬ ‫هللا كما أمركم‬ ‫وصلوا وسل ُموا رعاك ُم هللا عَل مح َّم ِد ب ِن ع ْب ِد ِ‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ُ َ‬ ‫َ َ َ ه‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ َ َّ ِّ َ َ ُّ َ ه َ َ ُ‬
‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‪َ (( :‬م ْن َصَل‬ ‫ال َصَل‬ ‫آمنوا َصلوا َعل ْي ِه َو َسل ُموا ت ْس ِليما ﴾ [اْلحزاب‪ ، ]٥٦:‬وق‬ ‫عَل الن ِ ين يا أيها ال ِذين‬
‫َ َ َّ َ ً َ ه ه ُ َ َ ْ َ َ ُ ًْ‬
‫‪ .‬ع يَل صالة صَل اّلِل علي ِه ِبها عشا))‬
‫ْ َ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫َّ َ‬ ‫ُ َ َّ َ َ َ ه ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ‬ ‫َ ه ُ َّ َ ِّ َ َ ُ َ َّ َ َ َ‬
‫آل ِإ ْب َر ِاه ْي َم ِإنك َح ِم ْيد َم ِج ْيد‪َ ،‬و َب ِارك َعَل‬ ‫آل محم ٍد كما صليت عَل ِإبر ِاهيم وعَل ِ‬ ‫اللهم صل عَل محم ٍد وعَل ِ‬
‫ُ ََ‬ ‫ْ َ ْ َ َّ َ َ ْ ٌ َ ْ ٌ َ ْ َ ه‬ ‫َ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ض الل ُه َّم َع ِن الخلف ِاء‬ ‫آل ِإبر ِاهيم ِإنك ح ِميد م ِجيد‪ .‬وار‬ ‫ِ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد ك َما َب َاركت َعَل ِإ ْب َر ِاه ْي َم َو َعَل‬ ‫ِ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َو َعَل‬
‫َ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ ن َ ٍّ َ ْ َ ه‬ ‫ِّ ِّ ْ َ ُ َ َ َ‬ ‫ْ َ َ ْ َ َّ َ َ ْ ْ نَ َ ْ َ ْ‬
‫ض الل ُه َّم‬ ‫ي ع ِ يَل‪ ,‬وار‬ ‫ِ‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫الح‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ِ‬ ‫أ‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ي‬‫ر‬ ‫و‬ ‫الن‬ ‫ي‬ ‫ذ‬‫ِ‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬‫ق‬ ‫ِ‬ ‫و‬‫الف ُار ْ‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫ق‬
‫ِ‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫الص‬ ‫ر‬ ‫ِ‬ ‫ك‬ ‫الر ِاش ِدين اْل ِئمة المه ِد ِي ري؛ أ ِ ين ب‬ ‫َّ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ َ َ َ‬ ‫َّ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ي َو َم ْن ت ِب َع ُه ْم ِب ِإ ْح َس ٍان ِإل َي ْو ِم الد ْي َن‪َ ،‬و َعنا َم َع ُه ْم ِب َمنك َوك َر ِمك َوِإ ْح َس ِانك َيا أ ك َر َم‬ ‫التابع ْ نَ‬
‫ي وع ِن ِ ِ ر‬
‫الص َح َابة أ ْج َمع ْ نَ َ َ‬
‫ِر‬ ‫ِ‬
‫َعن َّ‬
‫َِ‬
‫‪.‬اْل ْك َرم ْر ن‬
‫يَ‬
‫ِ‬
‫ُص َم ْن َن َ َ‬ ‫ي‪َ ،‬ا هلل ُه َّم ْان ُ ْ‬ ‫الم ْسلم ْ نَ‬ ‫الم ْسلم ْ نَ َ ه ُ َّ َ َّ ْ َ َ َ‬ ‫الم ْسلم ْ نَ َ ه ُ َّ َ َّ ْ َ َ َ‬ ‫َ ه ُ َّ َ َّ ْ َ َ َ‬
‫ُص‬ ‫ي‪ ،‬اللهم أ ِعز ِاإلسالم و ُ ِ ِ ر‬ ‫ي‪ ،‬اللهم أ ِعز ِاإلسالم و ُ ِ ِ ر‬ ‫اللهم أ ِعز ِاإلسالم و ُ ِ ِ ر‬
‫َ‬
‫ي ِ يف ك ِّل َمك ٍان‪،‬‬
‫ُ َ َ ْ َ َ ه َ َ ه ُ َّ ْ ُ ْ ْ َ َ َ ُ ْ ْ نَ ُ ْ َ ْ َ ْ نَ ن ُ‬ ‫َ ه‬ ‫ْ َ َ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ُ َ‬
‫ِدينك و ِكتابك وسنة ن ِب ِّيك مح َّم ٍد صَل هللا علي ِه وسلم‪ ،‬اللهم انُص ِإخواننا المس ِل ِم ري المستضع ِف ر‬
‫ِّ ً َ ً‬ ‫ً‬ ‫ً‬ ‫َ َ ه ُ ََ َ‬
‫ض الش ِام َو ِ يف ك ِّل َمك ٍان‪ ،‬الل ُه َّم ك ْن لنا َول ُه ْم َح ِافظا َو ُم ِع ْينا َو ُم َسددا َو ُمؤ ِّيدا‪،‬‬
‫ن ُ‬ ‫َ‬
‫ر‬ ‫ُص ُه ْم نف َأ ْ‬ ‫َا هلل ُه َّم ْان ُ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِي‬
‫اغف ْر َل َنا َول َوال َد ْي َنا َول ْل ُم ْسلم ْر نَ َ ُ ْ َ‬ ‫َ ه ُ َّ َ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ ُ ه ُ َّ ُ َ ه ُ َ َّ َ ُ َ َ ُ َّ ُ َ َ ه َ ُ َ ه ُ َّ ْ‬
‫ات‬ ‫ي والمس ِلم ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫آخره‪ِ ،‬شه وعلنه‪ ،‬اللهم‬ ‫اللهم واغ ِفر لنا ذنبنا كله؛ ِدقه و ِجله‪ ،‬أوله و ِ‬
‫َ ُ ْ ْ نَ َ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ‪ َ .‬ه ُ َّ َّ َ ْ َ ُ َ ُ َّ َ َ ُ َّ َ ْ ُ ُّ َ َ ُ َّ َ َ َ ه ْ ُ َ ِّ ُ َ‬
‫ات اللهم ِإنا نسألك حبك‪ ،‬وحب من ي ِحبك‪ ،‬وحب العمل ال ِذي يقربنا‬ ‫ات اْلحي ِاء ِمنهم واْلمو ِ‬ ‫والمؤ ِم ِن ري والمؤ ِمن ِ‬
‫اهد َنا ُس ُبلَ‬ ‫ْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ ‪ َ .‬ه ُ َّ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ِّ ْ َ ْ نَ ُ ُ ْ َ َ ْ‬ ‫َ ُ ِّ َ ‪ َ .‬ه ُ َّ َ ِّ َّ ْ َ‬
‫ِإل حبك َ اللهم زينا ِب ِزين ِة ِاإليم ِان واجعلنا هداة مهت ِدين اللهم أص ِلح ذات بي ِننا وألف ب ري قلو ِبنا‪ ،‬و ِ‬
‫ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ِّ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ه َ َ ْ َ َ ُّ َ َ َ ْ َ َ ‪َ َّ َ .‬‬ ‫َ ُّ ْ َ ه ُ َّ‬ ‫َ ْ ْ َ َ ُ َُ‬ ‫َّ َ‬
‫آت نفوسنا تقواها‪ ،‬وزكها أنت خ ري من زكاها‪ ،‬أنت و ِليها وموالها ربنا‬ ‫ات ِإل النو ِر‪ .‬اللهم ِ‬ ‫السال ِم‪ ،‬وأخ ِرجنا ِمن الظلم ِ‬
‫َ َ َ َ ً َ َ َ َ َ َّ‬ ‫َ ن ُّ ْ َ َ َ َ ً َ ن‬
‫اب الن ِار‬ ‫اْلخر ِة حسنة و ِقنا عذ‬ ‫‪.‬آتنا ِ يف الدنيا حسنة و ِ يف ِ‬ ‫ِ‬
‫ُ ُ َ ه ُ‬ ‫ْ َ ْ ْ‬ ‫َْ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ُْ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ‬ ‫َّ ه َ ْ‬
‫اّلِل َيأ ُم ُر ِبال َعد ِل َو ِاإل ْح َس ِان َوِإيت ِاء ِذي الق ْر َن َو َينَه َع ْن الف ْحش ِاء َوال ُمنك ِر َوال َب ن ِيغ َي ِعظك ْم ل َعلك ْم‬ ‫عباد هللا‪(ِ ،‬إن‬
‫اّلِل َي ْع َل ُم ماَ‬ ‫يال إ َّن ه َ‬ ‫َ َ َْ َ َُْْ هَ ََْ ُْ َ ً‬ ‫ْ‬ ‫َْ َ َ َ ْ َ َ‬ ‫ََ ه ُ َ ََْ ُ َْ ه َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ُ‬
‫يدها وقد َجعلْتم اّلِل عليكم ك ِف ِ‬ ‫اّلِل ِإذا عاهدتم وال تنقضوا اْليمان بعد تو ِك ِ‬ ‫تذكرون* وأوفوا ِبعه ِد ِ‬
‫َ َُْ َ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُُْْ َ َْ ُُْْ َ ْ ُُْ ُ ََ َ َ ُْ‬ ‫َْ ُ َ‬
‫هللا أ كي‪ ،‬وهللا يعلم ما تصنعون‬ ‫تف َعلون) [النحل‪ ،]91-90:‬فاذكروا هللا يذكركم‪ ،‬واشكروه عَل ِنع ِم ِه ي ِزدكم‪ ،‬ول ِذكر ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬

Anda mungkin juga menyukai