Anda di halaman 1dari 4

Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa

Dalam Perspektif Islam


Monday, May 1st, 2017 - Ceramah Ramadhan
Advertisement

Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa Dalam Perspektif Islam – Dalam menyambut Bulan Suci
Ramadhan 1438 H atau tahun 2017, CeramahPidato.Com akan update contoh ceramah-ceramah
Islami seputar bulan puasa, yang bisa dibawakan pada ceramah sebelum shalat Tarwih. Pada
kesempatan pertama ini, Judul ceramah puasa pada hari ke-1 ramadhan yang akan saya bagikan
adalah Puasa dalam Persfektif islam.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan
lagi dengan bulan ramadhan 1438 H, marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan
“Marhaban ya Ramadhan 1438 H”. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan
lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa
saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya “mengganggu
ketenangan” atau suasana nyaman kita.

Jamaah Tarwih yang berbahagia …


Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan,
memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus,
serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT.
Al-qur’an menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata
shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak
bergerak”. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun aktifitas itu – dinamai
shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga
puasa (shiyam) hanya digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan
sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari”.
Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT…

Namun Al-Qur’an menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan
makan, minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs.
Maryam 19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa
kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota
tubuh, hati, dan pikiran dari melakukan segala macam dosa. Hakikat shiyam atau shaum bagi
manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena itupula puasa disamakan dengan sikap
sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya
Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama
dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10

‫ب‬ َ ‫ابرُونَ أَ ْج َرهُم ِب َغ ْي ِر ح‬


ٍ ‫ِسا‬ َّ ‫ض هَّللا ِ َواسِ َع ٌة ۗ إِ َّن َما ُي َو َّفى‬
ِ ‫الص‬ َ ‫س ُنوا فِي ٰ َه ِذ ِه ال ُّد ْن َيا َح‬
ُ ‫س َن ٌة ۗ َوأَ ْر‬ َ ‫قُلْ َيا عِ َبا ِد الَّذِينَ آ َم ُنوا ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم ۚ لِلَّذِينَ أَ ْح‬

Yang artinya:

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang


yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”

Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam
pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

 Puasa wajib sebulan ramadhan.


 Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
 Puasa Sunnat.
Jamaah tarwih yang berbahagia …

Uraian Al-Qur’an tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini
berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10
Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:

ِّ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكت َِب َعلَ ْي ُك ُم‬


َ‫الص َيا ُم َك َما ُكت َِب َعلَى الَّذِينَ مِن َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتقُون‬

ۚ ‫ِين ۖ َف َمن َت َط َّو َع َخ ْي ًرا َف ُه َو َخ ْي ٌر لَّ ُه‬ ْ ‫س َف ٍر َفعِدَّ ةٌ مِّنْ أَ َّي ٍام أ ُ َخ َر ۚ َو َعلَى الَّذِينَ ُيطِ يقُو َن ُه فِدْ َي ٌة َط َعا ُم م‬
ٍ ‫ِسك‬ َ ‫يضا أَ ْو َعلَ ٰى‬
ً ‫ت ۚ َف َمن َكانَ مِن ُكم َّم ِر‬ ٍ ‫أَ َّيا ًما َّم ْعدُودَ ا‬
َ‫صو ُموا َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۖ إِن ُكن ُت ْم َت ْعلَمُون‬ ُ ‫َوأَن َت‬

َ ‫يضا أَ ْو َعلَ ٰى‬


‫س َف ٍر‬ ً ‫ص ْم ُه ۖ َو َمن َكانَ َم ِر‬ ُ ‫ش ْه َر َف ْل َي‬ َ ‫ان ۚ َف َمن‬
َّ ‫ش ِهدَ مِن ُك ُم ال‬ ِ ‫دَى َوا ْلفُ ْر َق‬ٰ ‫ت مِّنَ ا ْل ُه‬ ٍ ‫اس َو َب ِّي َنا‬ِ ‫نزلَ فِي ِه ا ْل ُق ْرآنُ هُدًى ِّلل َّن‬ ِ ُ ‫ش ْه ُر َرمَضَانَ الَّذِي أ‬ َ
‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬ ُ َ
ْ ‫َفعِدَّ ةٌ مِّنْ أ َّي ٍام أ َخ َر ۗ ُي ِري ُد ُ ِب ُك ُم ا ْل ُي ْس َر َواَل ُي ِري ُد ِب ُك ُم ا ْل ُع ْس َر َولِ ُت ْك ِملُوا ا ْلعِدَّ َة َولِ ُت َك ِّب ُروا َ َعلَ ٰى َما هَدَ ا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم َت‬
َ‫ش ُكرُون‬

َ‫اب َعلَ ْي ُك ْم َو َع َفا َعن ُك ْم ۖ َفاآْل ن‬


َ ‫س ُك ْم َف َت‬َ ُ‫ون أَنف‬ iَ ‫اس لَّهُنَّ ۗ َعلِ َم هَّللا ُ أَ َّن ُك ْم ُكن ُت ْم َت ْخ َتا ُن‬ٌ ‫اس لَّ ُك ْم َوأَن ُت ْم لِ َب‬ َ ‫ث إِلَ ٰى ن‬
ٌ ‫ِسائِ ُك ْم ۚ هُنَّ لِ َب‬ ُ ‫الر َف‬ ِّ ‫أُ ِحل َّ لَ ُك ْم لَ ْيلَ َة‬
َّ ‫الص َي ِام‬
ِّ ‫ض مِنَ ا ْل َخ ْيطِ اأْل َ ْس َو ِد مِنَ ا ْل َف ْج ِر ۖ ُث َّم أَتِ ُّموا‬
‫الص َيا َم إِلَى اللَّ ْي ِل ۚ َواَل‬ ْ ‫َباشِ ُروهُنَّ َوا ْب َت ُغوا َما َك َت َب هَّللا ُ لَ ُك ْم ۚ َو ُكلُوا َوا‬
ُ ‫ش َر ُبوا َح َّت ٰى َي َت َبيَّنَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي ُط اأْل َ ْب َي‬
ٰ
ِ ‫ ۗ َك َذلِ َك ُي َبيِّنُ هَّللا ُ آ َياتِ ِه لِل َّن‬i‫سا ِج ِد ۗ تِ ْل َك ُحدُو ُد هَّللا ِ فَاَل َت ْق َر ُبو َها‬
َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم َي َّتقُون‬ َ ‫ُت َباشِ ُروهُنَّ َوأَن ُت ْم َعا ِكفُونَ فِي ا ْل َم‬

Yang Artinya:

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan
puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah
Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu
Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah
larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT…

Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di
bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra “wahai orang-orang yang beriman,….”
dimaksudkan agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa
kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni
“agar kamu bertaqwa atau terhindar dari siksa api neraka”;

Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada
dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga “barangsiapa
yang sakit atau dalam perjalanan” maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang
lain. “sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar fidyah, yaitu memberi
makan seorang miskin”. Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi “Allah
menghendaki kemudahan untuk kamu bukan kesulitan”.

Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri
dapat dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan
jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, “sempurnakanlah puasa itu sampai
malam”.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan,
la’allakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di
dalam hadis Nabi, yang artinya “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari
puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.

Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara
harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan
oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah
bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk
meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah
bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.

Jamaah tarwih yang berbahagia …

Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun
bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan
bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat
Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai
kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa’ali, yaiut makan, minum, dan
hububgab suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan oleh Allah SWT.
Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa
mengasah dan mengasuh manusia agar memiliki sifat sabar dan jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan
nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah A’lam bi al-Shawab.
[cp]

Anda mungkin juga menyukai