Anda di halaman 1dari 4

MUHASABAH PERGANTIAN TAHUN HIJRIAH

‫ َم ْن‬. ‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
ِ ‫ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬
ِ ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِعينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُو ُذ بِاهَّلل ِ ِم ْن ُشر‬
َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬. ُ‫ى لَه‬
ُ‫ك لَه‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ِ ‫يَ ْه ِد ِه هَّللا ُ فَالَ ُم‬
‫ار ْك َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه‬ ِ َ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوب‬َ ‫ اَللَّهُ َّم‬. ُ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‬
ٍ ‫َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬
َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬
‫ون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬ 
َّ ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
َّ َ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬
‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬ 
َ ‫ون بِ ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ُ‫َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءل‬
‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬ 
‫از فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬ َ َ‫هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد ف‬
 
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita berada di Jumat ketiga tahun 1442 Hijriyah. Demikian cepat waktu berlalu. Hari berganti hari,
bulan berganti bulan dan kini tahun pun telah berganti.
Setiap pergantian satuan waktu adalah momentum bagi kita untuk bermuhasabah. Mengevaluasi diri.
Meskipun muhasabah sebenarnya tak harus menunggu. Namun momentum seperti pergantian tahun ini
menjadi sarana yang memudahkan kita untuk mengevaluasi dengan membandingkan periode waktu
tertentu dengan periode sebelumnya.
Muhasabah adalah keniscayaan bagi orang-orang beriman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 
ْ ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
َ ُ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (QS. Al Hasyr: 18)
 
Jamaah Sholat Jumat rahimakumullah,
Suatu hari datang serombongan laki-laki menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah.
Mereka tidak memakai alas kaki. Sebagian di antara mereka tidak memakai baju, sebagian lagi bajunya
compang-camping. Mereka berasal dari Bani Mudhar.
 
Melihat mereka, Rasulullah terenyuh. Maka beliau membacakan Surat Al Hasyr ayat 18 ini lalu
memerintahkan para sahabat untuk bersedekah. Saat itu, ada seorang sahabat yang bergegas bersedekah.
Padahal dia bukan orang kaya. Ia datang dengan membawa kurma dalam genggaman tangannya, sampai
tidak muat.
 
Melihat sahabat ini, sahabat-sahabat lain kemudian bergerak, pulang ke rumah dan kembali menghadap
Rasulullah dengan membawa sedekah. Rasulullah senang melihat Bani Mudhar terbantu. Lantas beliau
bersabda:
 
َ ُ‫َم ْن َس َّن فِى اِإل ْسالَ ِم ُسنَّةً َح َسنَةً فَلَهُ َأجْ ُرهَا َوَأجْ ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا بَ ْع َدهُ ِم ْن َغي ِْر َأ ْن يَ ْنق‬
‫ص ِم ْن‬
‫ُور ِه ْم َش ْى ٌء‬ ‫ُأ‬
ِ ‫ج‬
 
Barangsiapa mempelopori kebiasaan yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.  (HR. Muslim)
 
Surat Al Hasyr ayat 18 ini adalah ayat yang memerintahkan kita untuk melakukan muhasabah. Namun
Allah mengawalinya dengan perintah taqwa. Karena taqwa inilah janji kita. Taqwa inilah manifestasi dari
muahadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 Sebelum lahir ke dunia, kita telah diambil janji setia kepada Allah. Kita semua lupa perjanjian di alam ruh
itu, tapi Al Quran mengingatkan kita.
 
ُ ‫ُور ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َوَأ ْشهَ َدهُ ْم َعلَى َأ ْنفُ ِس ِه ْم َألَس‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى‬ َ ُّ‫َوِإ ْذ َأ َخ َذ َرب‬
ِ ‫ك ِم ْن بَنِي َآ َد َم ِم ْن ظُه‬
َ ِ‫َش ِه ْدنَا َأ ْن تَقُولُوا يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة ِإنَّا ُكنَّا َع ْن هَ َذا َغافِل‬
‫ين‬
 
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (QS. Al A’raf: 172)
 
Jamaah Jumat hafidhakumullah,
Kita telah berjanji setia kepada Allah untuk beribadah dan bertaqwa kepada-Nya. Kita kemudian
diingatkan untuk mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dalam rangka memenuhi muahadah itu,
sebagai bekal untuk masa depan.
 
ْ ‫َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
‫ت لِ َغ ٍد‬
 
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); (QS. Al
Hasyr: 18)
 
Ghadd (‫ )غد‬yang dimaksud dalam ayat ini menurut para mufassir artinya adalah akhirat. Hari esok kita di
akhirat kelak. Masa depan kita di akhirat nanti.
 Maka hendaklah kita melakukan muhasabah, mengevaluasi, apa yang telah kita lakukan untuk akhirat
kita. Jika perusahaan membuat laporan tahunan untuk mengevaluasi perkembangan dan laba rugi, kita
yang mengejar akhirat lebih berhak untuk melakukan muhasabah. Agar tahun ini lebih baik dari tahun
sebelumnya, dan agar tahun depan lebih baik dari tahun ini. Untuk masa depan kita di akhirat nanti.
 
Cobalah kita luangkan waktu untuk bermuhasabah. Jika tahun ini sholat kita ada yang bolong, kita perlu
membuat target, berjanji kepada Allah, muahadah, agar tahun depan sholat lima waktu kita lengkap. Jika
tahun ini sholat lima waktu kita telah lengkap tapi belum berjamaah, kita perlu membuat target, berjanji
kepada Allah, muahadah, agar tahun depan sholat lima waktu kita berjamaah. Jika tahun ini kita sudah
sholat berjamaah tapi sering jadi makmum masbuk, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah,
muahadah, agar tahun depan kita tidak sering lagi menjadi makmum masbuk.
 
Demikian pula puasa kita. Jika tahun ini puasa Ramadhan kita ada yang bolong, kita perlu membuat target,
berjanji kepada Allah, muahadah, agar tahun depan puasa Ramadhan kita lengkap.
 Demikian pula tilawah kita. Jika tahun ini kita belum bisa tilawah setiap hari, kita perlu membuat target,
berjanji kepada Allah, muahadah, agar tahun depan kita lebih dekat dengan Al Quran dan bisa
membacanya setiap hari.
 Demikian pula sedekah kita. Jika tahun ini kita jarang sedekah, kita perlu membuat target, berjanji kepada
Allah, muahadah, agar tahun depan kita lebih banyak bersedekah dan lebih banyak membantu sesama.
 Sebab muhasabah itu harus berujung pada perbaikan diri. Peningkatan amal shalih. Semakin dekat dengan
dengan realisasi muahadah kita: balaa syahidnaa.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,


Setelah menyerukan muhasabah, Allah mengikutinya dengan kembali menyerukan taqwa. Wattaqullah.
Dan inilah satu-satunya ayat dalam Al Quran yang di dalamnya ada dua perintah taqwa. Ini
mengisyaratkan bahwa muhasabah itu sangat penting. Dan muhasabah itu harus membuat kita semakin
dekat dengan Allah, muqarabatullah. Wattaqullah.
 
 
Karenanya sering kali muhasabah melahirkan target-target baru. Dalam rangka apa? Agar lebih dekat
kepada muahadah terbesar kita, perlu dibuat muahadah turunannya. Sehingga kita semakin dekat kepada
Allah dan semakin bertaqwa. Wattaqullah.
 
Ayat ini kemudian ditutup dengan firman-Nya:
 
َ ُ‫ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬
 
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (QS. Al Hasyr: 18)
 
Khabir (‫ )خبير‬biasa diterjemahkan menjadi Maha Mengetahui. Namun kekhususan sifat Khabir ini, Allah
Maha Mengetahui sekaligus akan mengabarkan di akhirat nanti. Allah Maha Mengetahui segala yang
dikerjakan oleh hamba-Nya dan Allah akan mengabarkan itu di yaumi hisab, yaumil mizan. Apa pun yang
kita lakukan. Apakah dalam kesendirian atau di tengah keramaian. Apakah tersembunyi atau terang-
terangan. Allah mengetahui semuanya dan kelak di akhirat akan ditampilkan-Nya kepada seluruh manusia.
Bahkan amalan hati pun Allah mengetahuinya.
 
Firman Allah ini mengingatkan kita agar memiliki sikap merasa diawasi oleh Allah. Muraqabah.
Muraqabatullah.
 Muraqabah inilah yang akan menjadi kontrol kita. Ketika kita akan melakukan kemaksiatan atau dosa,
melanggar muahadah, menyia-nyiakan muhasabah, menjauh dari muqarabah, maka muraqabah –merasa
diawasi Allah- akan menghentikannya. Bukankah Allah melihat jika hambaNya bermaksiat? Akhirnya
tidak jadi bermaksiat.
Semoga momentum pergantian tahun hijriyah ini kembali menumbuhkan semangat muhasabah kita.
Muhasabah dalam rangka memenuhi muahadah, membuat kita memiliki muqarabah dan menguatkan
muraqabah.
 
‫َأقُ ْو ُل قَ ْو ِل هَ َذا َوا ْستَ ْغفِر ُْوهَّللا َ ْال َع ِظي ِْم ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai