Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Jum’at

Muahanah, Muhasabah, Muqarabah dan muraqabah


Oleh : Nurhadi, S.Sos.I., M.H.

ِ ‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْس تَ ِعينُهُ َونَ ْس تَ ْغفِ ُرهُ َونَ ُع و ُذ بِاهَّلل ِ ِم ْن ُش ر‬
‫ُور‬
ْ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِل‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هَّللا ُ فَالَ ُم‬. ‫ت أَ ْع َمالِنَا‬ ِ ‫أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيِّئَا‬
‫ك لَ هُ َوأَ ْش هَ ُد‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري‬. ُ‫ى لَه‬ َ ‫فَالَ هَا ِد‬
‫ار ْك َعلَى نَبِيِّنَ ا‬ ِ َ‫ص ِّل َو َس لِّ ْم َوب‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬. ُ‫أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ولُه‬
‫ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم ِبإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‬
‫ون‬ َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
 
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita berada di Jumat terahir di bulan Muhrram tahun 1442
Hijriyah. Dan jumat depan telah masuk bulan Shafar. Demikian
cepat waktu berlalu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan
kini tahun pun telah berganti.

Mengigtakan kembali bahwa Bulan Muharram yang merupakan


awal tahun hijriah ini merupakan salah satu waktu yang dapat kita
jadikan momentum untuk memperbaiki diri dan berusaha menjadi
orang yang lebih dekat dengan Allah swt. Dengan ketaqwaan
yang seantiasa kita pupuk dan kita tumbuh suburkan dalam jiwa
kita.
 
Jamah jumat rohimakumulloh...
Maka Bulan Muharam yang metupakan pergantian tahun in
adalah momentum bagi kita untuk bermuhasabah. Mengevaluasi
diri. Meskipun muhasabah sebenarnya tak harus menunggu awal
ataupun akhir tahun. Namun momentum seperti pergantian tahun
ini menjadi sarana yang memudahkan kita untuk mengevaluasi
dengan membandingkan periode waktu tertentu dengan periode
sebelumnya.
2

 
Maka dalam khutbah ini khatib akan mengambil Judul:
Mu’ahadah, Muhasabah, Muqarabah dan Muraqabah di bulam
Muharram

Jamaah jumat yang dirahmati Allah


Mengawali khutbah ini khotib akan bacakan satu ayat dari al-
Qur’an surah al Hasyr ayat ke18. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
 
ْ ‫ين آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
‫ت لِ َغ ٍد‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ُ‫َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬
 
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 
(QS. Al Hasyr: 18)

Hadirin.. apa korelasi ayat ini dengan tema khutbah hari ini? Akan
kita bahas satu persatu
 
Pertama: Muahadah (memenuhi janji)
Jamaah Sholat Jumat rahimakumullah,
Suatu hari datang serombongan laki-laki menghadap Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah. Mereka tidak memakai
alas kaki. Sebagian di antara mereka tidak memakai baju,
sebagian lagi bajunya compang-camping. Mereka berasal dari
Bani Mudhar.
 
Melihat mereka, Rasulullah terenyuh. Maka beliau membacakan
Surat Al Hasyr ayat 18 ini lalu memerintahkan para sahabat untuk
bersedekah. Saat itu, ada seorang sahabat yang bergegas
bersedekah. Padahal dia bukan orang kaya. Ia datang dengan
membawa kurma dalam genggaman tangannya, sampai tidak
muat.
 
Melihat sahabat ini, sahabat-sahabat lain kemudian bergerak,
pulang ke rumah dan kembali menghadap Rasulullah dengan
membawa sedekah. Rasulullah senang melihat Bani Mudhar
terbantu. Lantas beliau bersabda:
 
‫اإل ْسالَ ِم ُسنَّةً َح َسنَةً فَلَهُ أَجْ ُرهَا َوأَجْ ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا‬
ِ ‫َم ْن َس َّن فِى‬
ُ َ ُ‫بَ ْع َدهُ ِم ْن َغي ِْر أَ ْن يَ ْنق‬
ِ ‫ص ِم ْن أج‬
‫ُور ِه ْم َش ْى ٌء‬
 
Barangsiapa mempelopori kebiasaan yang baik dalam Islam,
maka baginya pahala dan pahala orang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun.  (HR. Muslim)
  
Surat Al Hasyr ayat 18 ini adalah ayat yang memerintahkan kita
untuk melakukan muhasabah. Namun Allah mengawalinya
dengan perintah taqwa. Karena taqwa inilah janji kita. Taqwa
inilah manifestasi dari muahadah (janji) kita kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
 
Sebelum lahir ke dunia, kita telah diambil janji setia kepada Allah.
Kita semua lupa perjanjian di alam ruh itu, tapi Al Quran
mengingatkan kita.
 
‫ُور ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َوأَ ْشهَ َدهُ ْم‬
ِ ‫َوإِ ْذ أَ َخ َذ َرب َُّك ِم ْن بَنِي آَ َد َم ِم ْن ظُه‬
‫ْت بِ َربِّ ُك ْم قَالُوا بَلَى َش ِه ْدنَا أَ ْن تَقُولُوا يَ ْو َم‬
ُ ‫َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم أَلَس‬
َ ِ‫ْالقِيَا َم ِة إِنَّا ُكنَّا َع ْن هَ َذا َغافِل‬
‫ين‬
 
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami
4

menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari


kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
(QS. Al A’raf: 172)
  
Yang kedua: Muhasabah (Evaliuasi)
Jamaah Jumat Rohimakumulloh,
Kita telah berjanji setia kepada Allah untuk beribadah dan
bertaqwa kepada-Nya. Kita kemudian diingatkan untuk
mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dalam rangka
memenuhi muahadah itu, sebagai bekal untuk masa depan.
 
ْ ‫َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
‫ت لِ َغ ٍد‬
 
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); (QS. Al Hasyr: 18)
 
Ghadd (‫ )غد‬yang dimaksud dalam ayat ini menurut para mufassir
artinya adalah akhirat. Hari esok kita di akhirat kelak. Masa depan
kita di akhirat nanti.
  
Maka hendaklah kita melakukan muhasabah, mengevaluasi, apa
yang telah kita lakukan untuk akhirat kita. Jika perusahaan
membuat laporan tahunan untuk mengevaluasi perkembangan
dan laba rugi, kita yang mengejar akhirat lebih berhak untuk
melakukan muhasabah. Agar tahun ini lebih baik dari tahun
sebelumnya, dan agar tahun depan lebih baik dari tahun ini. Untuk
masa depan kita di akhirat nanti.
 
Cobalah kita luangkan waktu untuk bermuhasabah. Jika tahun ini
sholat kita ada yang bolong, kita perlu membuat target, berjanji
kepada Allah, muahadah, agar tahun depan sholat lima waktu kita
lengkap. Jika tahun ini sholat lima waktu kita telah lengkap tapi
belum berjamaah, kita perlu membuat target, berjanji kepada
Allah, muahadah, agar tahun depan sholat lima waktu kita
berjamaah. Jika tahun ini kita sudah sholat berjamaah tapi sering
jadi makmum masbuk, kita perlu membuat target, berjanji kepada
Allah, muahadah, agar tahun depan kita tidak sering lagi menjadi
makmum masbuk.
 
Demikian pula puasa kita. Jika tahun ini puasa Ramadhan kita ada
yang bolong, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah,
muahadah, agar tahun depan puasa Ramadhan kita lengkap.
  
Demikian pula tilawah kita. Jika tahun ini kita belum bisa tilawah
setiap hari, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah,
muahadah, agar tahun depan kita lebih dekat dengan Al Quran
dan bisa membacanya setiap hari.
 
Demikian pula sedekah kita. Jika tahun ini kita jarang sedekah,
kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, muahadah, agar
tahun depan kita lebih banyak bersedekah dan lebih banyak
membantu sesama.
 
Sebab muhasabah itu harus berujung pada perbaikan diri.
Peningkatan amal shalih. Semakin dekat dengan dengan realisasi
muahadah kita: balaa syahidnaa.
 
Yang ketiga: Muqarabah (Dekat)
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Setelah menyerukan muhasabah, Allah mengikutinya dengan
kembali menyerukan taqwa. Wattaqullah. Dan inilah satu-satunya
ayat dalam Al Quran yang di dalamnya ada dua perintah taqwa.
 
Ini mengisyaratkan bahwa muhasabah itu sangat penting. Dan
muhasabah itu harus membuat kita semakin dekat dengan Allah,
muqarabatullah dengan kalimat Wattaqullah.
  
Karenanya sering kali muhasabah melahirkan target-target baru.
Dalam rangka apa? Agar lebih dekat kepada muahadah (kepada
janji) terbesar kita, perlu dibuat muahadah turunannya. Sehingga
6

kita semakin dekat kepada Allah dan semakin bertaqwa kepada


Allah swt.
 
Kemudian yang ke empat atau yang terakhir adalah Muraqabah.
Ayat ini kemudian ditutup dengan firman-Nya:
 
َ ُ‫إِ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬
 
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 
(QS. Al Hasyr: 18)
 
Khabir (‫ير‬EE‫ )خب‬biasa diterjemahkan menjadi Maha Mengetahui.
Namun kekhususan sifat Khabir ini, Allah Maha Mengetahui
sekaligus akan mengabarkan di akhirat nanti. Allah Maha
Mengetahui segala yang dikerjakan oleh hamba-Nya dan Allah
akan mengabarkan itu di yaumil hisab.
 
Apa pun yang kita lakukan. Apakah dalam kesendirian atau di
tengah keramaian. Apakah tersembunyi atau terang-terangan.
Allah mengetahui semuanya dan kelak di akhirat akan
ditampilkan-Nya kepada seluruh manusia. Bahkan amalan hati
pun Allah mengetahuinya.
  
Firman Allah ini mengingatkan kita agar memiliki sikap merasa
diawasi oleh Allah atau Muraqabatullah.
 
Dan sifat Muraqabah inilah yang akan menjadi kontrol kita.
Ketika kita akan melakukan kemaksiatan atau dosa, melanggar
muahadah (lamggar janji), menyia-nyiakan muhasabah (evalusi
diri) , menjauh dari muqarabah (menjauhi dari ketqwaan kepada
Allah, maka muraqabah –merasa diawasi Allah- akan
menghentikannya. Bukankah Allah melihat jika hambaNya
bermaksiat? Akhirnya tidak jadi bermaksiat.
 
Semoga momentum pergantian tahun hijriyah ini kembali
menumbuhkan semangat muhasabah kita. Muhasabah dalam
rangka memenuhi muahadah, membuat kita memiliki muqarabah
dan menguatkan muraqabah.
 
ِ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل هَ َذا َوا ْستَ ْغفِر ُْوهَّللا َ ْال َع ِظي ِْم إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر الر‬
‫َّحي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai