Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Idul Fitri 1434 H: MENJADIKAN MASJID

SEPERTI RUMAH SENDIRI


22 Juli 2013 pukul 7:34
Khutbah Idul Fitri 1434 H
Drs. H. Ahmad Yani

‫ اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكبر‬ 
ِ ‫اهلل ِمن ُشرو ِر َأْن ُف ِسنَا وسيَِّئ‬
‫ات َأ ْع َمالِنَا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِّ ‫ْح ْم ُد لِل ِّه َر‬
ََ ْ ُ ْ ِ‫ب ِإل َْيه َو َنعُ ْوذُ ب‬ ُ ‫ب ال َْعالَم ْي َن نَ ْح َم ُدهُ َونَ ْستَع ْينُهُ َونَ ْسَتغْف ُرهُ َو َن ُت ْو‬ َ ‫اَل‬
‫ك لَهُ َواَ ْش َه ُد اَ َّن ُم َح َّم ًدا‬ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ض َّل لَه ومن ي‬ ِ ‫من ي ْه ِد اهلل فَالَ م‬
َ ْ‫ اَ ْش َه ُد اَ ْن الَ الهَ االَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬.ُ‫ي لَه‬َ ‫ضل ْل فَالَ َهاد‬ ُ ْ ََ ُ ُ ُ َ َْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
َ َ‫ َفيَاعب‬:‫ اََّما َب ْع ُد‬.‫ص َحابِه َو َم ْن تَبِ َعهُ الَى َي ْوم الدِّيْ ِن‬
‫اد‬ ْ َ‫السالَ ُم َعلَى نَبِِّينَا ُم َح َّمد َو َعلَى َءاله َوا‬ َّ ‫الصالَةُ َو‬ َّ ‫َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ َو‬
‫ يَااَُّي َها الَّ ِذيْ َن اََمنُوا‬:‫آن الْ َك ِريْ ِم‬
ِ ‫ال اهلل َتعالَى فِى الْ ُقر‬ ِ ِ ِ َ َ‫اهلل وط‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ ُ َ َ‫ ق‬.‫اعته ل ََعلَّ ُك ْم ُت ْفل ُح ْو َن‬ َ ‫ اُ ْوص ْي ُك ْم َو َن ْفسي بَت ْق َو‬: ‫اهلل‬
َ‫سلِ ُم ْون‬ ِ ِِ
ْ ‫َّات ُقوا اهللَ َح َّق ُت َقاته َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن االَّ َواَْنتُ ْم ُم‬
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Kembali puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kenikmatan
beribadah kepada kita, khususnya pada bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui, bahkan
ibadah shalat Id kita pada pagi ini.  Karenanya kita berharap semoga semua itu dapat
mengokohkan ketaqwaan kita kepada Allah swt dalam menjalani sisa kehidupan kita di
dunia. Ketaqwaan yang membuat kita bisa keluar dari berbagai persoalan hidup dan
mengangkat derajat kita menjadi amat mulia dihadapan Allah swt.  

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta
keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Salah satu yang tidak terpisah dari aktivitas Ramadhan yang baru saja kita lalui adalah
memakmurkan masjid. Selama Ramadhan, masjid kita relatif jauh lebih makmur, pengurus
dan jamaah masjid lebih besar perhatiannya dengan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran
hingga dana. Ini merupakan pelajaran bagi kita semua bahwa seharusnya setiap kita
menyadari betapa masjid itu sangat penting bagi kaum muslimin. 

Nilai-nilai yang sudah kita bina selama ibadah Ramadhan harus dapat kita lestarikan, paling
tidak sampai Ramadhan tahun yang akan datang. Dalam konteks inilah menjadi penting
memfungsikan masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam. Bagi kita, seharusnya masjid kita
posisikan seperti rumah kita sendiri atau kalau boleh disebut sebagai rumah kedua umat
Islam. Rasulullah saw bersabda:
‫ان هللاِ اِلَى ْال َجنَّ ِة‬
ِ ‫اط اِلَى ِرضْ َو‬ ِ ‫ح َوالرَّحْ َم ِة َو ْال َج َو‬
ِ ‫از َعلَى الص َِّر‬ ِ ْ‫ْت ُك ِّل تَقِ ٍّي َوتَ َكفَّ َل هللاُ لِ َم ْن َكانَ ْال َمس ِْج ُد بَ ْيتَهُ بِالرُّ و‬
ُ ‫اَ ْل َم ْس ِج ُد بَي‬.

Masjid itu adalah rumah setiap orang yang bertaqwa, Allah memberi jaminan kepada orang
yang menganggap masjid sebagai rumahnya, bahwa ia akan diberi ketenangan dan rahmat
serta kemampuan untuk melintasi shiratal mustaqim menuju keridhaan Allah, yakni syurga
(HR. Thabrani dan Bazzar dari Abud Darda ra).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Dari hadits di atas, bila kita menjadikan masjid seperti rumah kita sendiri, maka kita akan
memperoleh tiga hal. Pertama, ketenangan jiwa. Hal ini karena masjid merupakan rumah
Allah swt dan sumber ketenangan itu adalah Allah swt. Ketika orang berdosa mau kembali ke
masjid sebagai salah satu tanda taubatnya, maka Allah swt menerimanya dengan senang hati,
ini tentu membuat si pendosa menjadi tenang. Ketika orang takut dan cemas mau ke masjid
niscaya ia akan mendapatkan ketenangan karena di masjid hati dan pikirannya dijernihkan,
bahkan ketika orang punya problem dalam hidup, pengurus masjid bersama jamaah yang lain
akan membantu menyelesaikan masalah dan mencari jalan keluar.

Dalam konteks inilah, para khatib dan mubalig melalui khutbah dan ceramahnya harus dapat
memberikan ketenangan, sedangkan pengurus masjid dan jamaah bekerjasama untuk dapat
membangun ketenangan itu melalui program memakmurkan jamaah sehingga problematika
yang dihadapi jamaah dapat dibantu dan dicarikan jalan keluarnya. 

Kedua, bila masjid kita jadikan seperti rumah sendiri, maka kita akan memperoleh rahmat
atau kasih sayang dari Allah swt.  Dalam konteks kehidupan berjamaah atau bermasyarakat,
rahmat Allah swt amat kita butuhkan, karena dengan demikian kita akan berlaku lemah
lembut dalam berinteraksi atau berkomunikasi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun
masyarakat dan bangsa. Sikap dan prilaku seseorang atau sekelompok orang yang kasar
menunjukkan bahwa ia masih jauh dari rahmat Allah swt.  Karena itu, sebesar-besarnya
kekecewaan atau kemarahan Rasulullah saw, beliau tidak dibenarkan berlaku kasar, tetapi
tetap lemah lembut, mudah memberi maaf atas kesalahan orang lain, bahkan harus
mendoakan ampunan baginya serta menjadi soliditas atau kekompakan dalam berjamaah
dengan bermusyawarah, ini semua hanya bisa dilakukan karena rahmat Allah swt,
sebagaimana firman-Nya:

‫اورْ هُ ْم فِي األ ْم ِر فَِإ َذا‬ ِ ‫ك فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َوا ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬ ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِمنَ هَّللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِيظَ ْالقَ ْل‬
َ ِ‫ب ال ْنفَضُّ وا ِم ْن َحوْ ل‬
َ‫َع َز ْمتَ فَتَ َو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِين‬

Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran [3]:159).
 

Keuntungan Ketiga bila kita menjadikan masjid seperti rumah sendiri adalah diberi
kemampuan melintas shirat atau jembatan menuju surga. Ini merupakan dambaan setiap
muslim. Hal ini karena berhasil melewati shirat membuat kita akan masuk ke dalam surga.
Keberhasilan kita melewati shirat sangat tergantung pada bagaimana kita menjalani
kehidupan di dunia ini, salah satunya adalah bila kita komitmen kepada pemakmuran masjid.
Kemudahan melewati shirat karena telah memperoleh cara yang sempurna, Rasulullah saw
bersabda:

‫س ِج ِد بِالنُّ ْو ِر التَّا ِّم يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة‬ ُّ ‫ش ِر ا ْل َمشَّاِئيْنَ فِى ال‬


ْ ‫ظ ْل ِم ِإلَى ا ْل َم‬ ِّ َ‫ب‬

Berbahagialah orang-orang yang banyak berjalan ke masjid dalam kegelapan, mereka


meraih cahaya yang sempurna pada hari kiamat (HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan
Hakim).

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.

Jamaah Shat Id Yang Berbahagia.

Persoalan kita kemudian adalah bagaimana mewujudkan masjid seperti rumah kita sendiri.
Paling tidak, ada empat hal yang harus kita lakukan. Pertama, memiliki komitmen atau
ikatan batin sebagaimana hal itu kita tunjukkan terhadap rumah kita sendiri. Ikatan batin yang
kuat terhadap masjid membuat kita rindu kepada masjid dan selalu ingin mendatanginya.
Karena itu, perbedaan pendapat, ketidakcocokan pengurus dengan pengurus, ketidakcocokan
jamaah dengan pengurus hingga perbedaan pendapat tidak boleh menjadi alasan bagi kita
untuk tidak mau mendatangi masjid. Saling menghormati atas adanya perbedaan,
bermusyawarah dan mencari titik kesamaan merupakan sesuatu yang amat penting untuk
tercapainya masjid yang makmur. Mendatangi masjid adalah komitmen kita kepada Allah swt
dan persoalan kita secara pribadi dengan sesama pengurus dan jamaah adalah persoalan lain.
Bila kita sudah memiliki ikatan batin dengan masjid, kita akan mendapatkan perlindungan
dari Allah swt pada hari kiamat, sesuatu yang amat kita butuhkan, Rasulullah saw bersabda:

‫ق بِ ْال َم ْس ِج ِد ِإ َذاخَ َر َج ِم ْنهُ َحتَّى يَعُوْ َد اِلَ ْي ِه‬


ٌ َّ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل‬..:ُ‫ َس ْب َعةٌ يُ ِظلُّهُ ُم هللاُ فِى ِظلِّ ِه يَوْ َم الَ ِظ َّل اِالَّ ِظلُّه‬.

Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan
kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar
hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain itu, orang yang sudah rajin datang ke masjid dalam rangka memakmurkannya tidak
perlu kita ragukan keimanannya, Rasulullah saw bersabda:

ِ ‫اِ َذا َراَ ْيتُ ُم ال َّرج َُل يَ ْعتَا ُد ْال َم ْس ِج َد فَا ْشهَ ُدوْ ا لَهُ باِِإل ْي َم‬
‫ان‬

Apabila kamu sekalian melihat seseorang biasa ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia
benar-benar beriman (HR. Tirmidzi dari Abu Sa’id Al Khudri).

 
Kedua, betah berada di dalamnya. Karenanya seorang mukmin bila berada di masjid menjadi
seperti ikan di dalam air, sedangkan orang munafik justeru seperti burung dalam sangkar.
Ramadhan adalah bulan dimana kita merasakan lebih banyak waktu untuk berada di Masjid,
apalagi pada 10 hari terakhir Ramadhan. Orang yang betah berada di masjid selama tidak
mengabaikan kewajibannya yang lain mendapatkan penghargaan khusus dari Allah swt. Bila
shalat berjamaah, orang yang betah di masjid menunggu saatnya pelaksaan shalat berjamaah
sehingga menunggunya dihitung seperti shalat, Rasulullah saw bersabda:

َّ ‫سهُ الَ يَ ْمنَ ُعهُ َأنْ يَ ْنقَلِ َب ِإلَى َأ ْهلِ ِه ِإالَّ ال‬
ُ‫صالَة‬ ُ ِ‫صالَةُ ت َْحب‬ َ ‫الَ يَ َزا ُل َأ َح ُد ُك ْم فِى‬
ِ ‫صالَ ٍة َمادَا َم‬
َّ ‫ت ال‬

Selalu seseorang teranggap dalam shalat selama tertahan oleh menantikan shalat, tiada
yang menahannya untuk kembali ke rumahnya hanya semata-mata karena menantikan shalat
(HR. Bukhari dan Muslim).

Begitu pula dengan ibadah Jumat yang berusaha dihadirinya lebih pagi sehingga mendapat
nilai yang luar biasa besar, Rasulullah saw bersabda:

‫ ثُ َّم َكالَّ ِذى‬,ً‫س ِج ِد يَ ْكتُبُ ْونَ ْاَأل َّو َل فَاَْأل َّو َل َو َمثَ ُل ا ْل ُم َه ِّج ِر َك َمثَ ِل الَّ ِذى يُ ْه ِدى بَ َدنَة‬
ْ ‫ب ا ْل َم‬ ِ َ‫ َوقَف‬,‫ِإ َذا َكانَ يَ ْو ُم ا ْل ُج ُم َع ِة‬
ِ ‫ت ا ْل َمالَِئ َكةُ َعلَى بَا‬
ْ ِّ
‫ستَ ِم ُع ْونَ الذك َر‬ َ
ْ َ‫ ي‬,‫ص ُحف ُه ْم‬ َ ْ َ
ُ ‫فاِذا خ َر َج ا ِال َما ُم ط َو ْوا‬  ،‫ضة‬ َ َ ً ُ ً
َ ‫ ث َّم بَ ْي‬,‫اجة‬ ُ َ ُ ً َ
َ ‫ ث َّم د ََج‬,‫ ث َّم ك ْبشًا‬,‫يُ ْه ِدى بَق َرة‬.

Jika tiba hari Jumat, para malaikat berdiri di pintu-pintu masjid menulis yang hadir pertama
dan yang seterusnya. Dan perumpamaan orang yang berangkat pertama adalah seperti
orang yang berkorban seekor unta, kemudian seperti orang yang berkorban sapi, kemudian
seekor domba, kemudian seekor ayam, kemudian sebutir telur. Jika imam telah hadir, maka
mereka menutup buku catatan dan menyimak dzikir (khutbah). (HR. Bukhari, Muslim dan
Ibnu Majah).

Ketiga, mau bertanggungjawab terhadap eksistensi dan pemakmurannya. Kata


“memakmurkan” berasal dari kata dasar "makmur". Kata itu merupakan serapan dari bahasa
Arab ( ً‫ارة‬ ِ ‫ ) َع َم َر – يَ ْع ُم ُر‬yang memiliki banyak arti. Diantaranya adalah: membangun,
َ ‫ع َم‬-
memperbaiki, mendiami, menetapi, mengisi, menghidupkan, mengabdi, menghormati dan
memelihara serta memfungsikan sesuai dengan fungsi yang ditetapkan Allah swt dan Rasul-
Nya. Kata itu dipakai oleh Allah dalam firman-Nya yang juga menunjukkan keutamaan
pemakmur masjid:

َ‫سى ُأولَِئ َك َأنْ َي ُكونُوا ِمن‬


َ ‫ش ِإاَّل هَّللا َ فَ َع‬ َّ ‫سا ِج َد هَّللا ِ َمنْ َآ َمنَ ِباهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اَآْل ِخ ِر َوَأقَا َم ال‬
َ ‫صاَل ةَ َوَآتَى ال َّز َكاةَ َولَ ْم يَ ْخ‬ َ ‫ِإنَّ َما َي ْع ُم ُر َم‬
ْ
َ‫ال ُم ْهتَ ِدين‬

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS At-Taubah [9]:18)

Dengan demikian, memakmurkan masjid berarti membangun, mendirikan dan memelihara


masjid, menghormati dan menjaganya agar bersih dan suci, serta mengisi dan
menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah swt. Salah satu yang
diperingatkan oleh Rasulullah saw adalah bila masjid sudah dibangun, apalagi dengan megah
dan indah, tapi hanya sedikit orang yang memakmurkannya, beliau bersabda:

ً‫اج ِد ثُ َّم الَ يَ ْع ُم ُر ْونَ َها ِإالَّ قَلِ ْيال‬


ِ ‫س‬ ِ ‫يَْأتِى َعلَى النَّا‬
َ ‫س زَ َمانٌ يَتَبَاه َْونَ بِا ْل َم‬

Sungguh akan datang pada umatku suatu masa dimana mereka saling bermegah-megahan
dengan membangun masjid tapi yang memakmurkannya hanya sedikit (HR. Abu Daud).

Keempat, mensejahterakan dan memajukan orang yang berada di dalamnya mulai dari
memecahkan problematika yang dihadapi jamaah, mendamaikan jamaah yang konflik,
mengurangi atau mengatasi beban hidup jamaah masjid, membekali dan meningkatkan
ketrampilan usaha, memberi modal usaha, bantuan musibah dan berbagai usaha sosial
lainnya.

Rasulullah saw telah mencontohkan semua itu ketika membangun shuffah atau semacam
asrama di masjid Nabawi sehingga boleh dibilang pada masa Nabi tidak ada gelangdangan
karena masalah sosial. Karena itu, bila semua kita mau berkontribusi atau memberi
sumbangsih bagi peran masjid dibidang sosial, niscaya tidak ada persoalan jamaah yang tidak
teratasi.   

Dengan demikian, tugas kita bersama adalah bagaimana masjid-masjid kita yang lebih
makmur pada bulan Ramadhan dapat kita tindaklanjuti pemakmurannya sesudah Ramadhan
berakhir. Kondisi masyarakat kita yang sulit, kemerosotan akhlak pada berbagai tingkatan
masyarakat dan berbagai persoalan yang menghadang kehidupan menuntut peran serta masjid
sehingga tidak hanya jamaah harus memakmurkan masjid tapi masjid juga harus
memakmurkan jamaahnya.

Akhirnya marilah kita akhiri khutbah Id kita hari ini dengan sama-sama berdoa:

 ‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع َْوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت ْاَأل ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاَأل ْم َوا‬
َ ‫ت اِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوا ْل ُمْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُمْؤ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬.
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوا ْل ُم‬

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang
masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar,
Dekat dan Mengabulkan do’a.

َ‫اح ِميْن‬ ْ ‫ص ِريْنَ َوا ْفت َْح لَنَا فَاِنَّ َك َخ ْي ُر ا ْلفَاتِ ِحيْنَ َوا ْغفِ ْر لَنَا فَاِنَّ َك َخ ْي ُر ا ْل َغافِ ِريْنَ َو‬
ِ ‫ار َح ْمنَا فَاِنَّكَ َخ ْي ُر ال َّر‬ ِ ‫ص ْرنَا فَاِنَّكَ َخ ْي ُر النَّا‬
ُ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْن‬
َّ َ ْ
َ‫ار ُزقنَا فاِنَّكَ َخ ْي ُر ال َّرا ِزقِيْنَ َوا ْه ِدنَا َونَ ِّجنَا ِمنَ ا ْلقَ ْو ِم الظالِ ِميْنَ َوا ْل َكافِ ِريْن‬ ْ ‫ َو‬.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan.


Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan.
Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun.
Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami
rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan
lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

 
ْ ‫صلِ ْح لَنَا آ ِخ َرتَنَا الَّتِى فِ ْي َها َم َعا ُدنَا َو‬
‫اج َع ِل‬ ْ ‫شنَا َوَأ‬ ْ ‫ص َمةُ َأ ْم ِرنَا َوَأ‬
ُ ‫صلِ ْح لَنَا ُد ْنيَانَ الَّتِى فِ ْي َها َم َعا‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم َأ‬
ْ ‫صلِ ْح لَنَا ِد ْينَنا َ الَّ ِذى ُه َو ِع‬
ٍّ ‫احة لنَا ِمنْ ُك ِّل‬
‫شر‬ َ ً ْ
َ ‫اج َع ِل ال َم ْوتَ َر‬ َ ْ
ْ ‫ال َحيَاةَ ِزيَا َدةً لنَا فِى ُك ِّل َخ ْي ٍر َو‬

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan
kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat
kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi
kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari
segala kejahatan.

‫طا َعتِكَ َما تُبَلِّ ُغنَابِ ِه َجنَّتَكَ َو ِمنَ ا ْليَقِ ْي ِن َماتُ َه ِّونُ ِب ِه َعلَ ْينَا‬ َ ْ‫صيَتِكَ َو ِمن‬ ِ ‫شيَتِ َك َمات َُح ْو ُل بَ ْينَنَا َوبَيْنَ َم ْع‬ ْ ‫س ْم لَنَا ِمنْ َخ‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْق‬
َ‫اج َعلهُ ث َرنَا َعلَى َمنْ عَاداَنَا َوال‬ ‫ْأ‬َ ْ ْ
ْ ‫اج َعلهُ ال َوا ِر َث ِمنَّا َو‬ ْ ‫َأ‬ ُ
ْ ‫صا ِرنَا َوق َّوتِنَا َما ْحيَ ْيتَنَا َو‬ ‫َأ‬
َ ‫س َما ِعنَا َو ْب‬ ‫َأ‬ َّ
ْ ِ‫ اَلل ُه َّم َمتِّ ْعنَا ب‬.‫صاِئ َب ال ُّد ْنيَا‬ َ ‫َم‬
‫سلِّ ْط َعلَ ْينَا َمنْ الَ يَ ْر َح ُمنَا‬ َ ُ ‫ت‬ َ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ا‬َ
َ ِ ِ ‫ن‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ع‬ َ
‫غ‬ َ ‫ل‬‫ب‬ْ ‫م‬ َ ‫ال‬‫و‬ ‫ا‬َ
َ َ ِّ َ َ َ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬
َ ‫ر‬ ‫ب‬ ْ
‫ك‬ ‫َأ‬ ‫ا‬‫ي‬ ْ
‫ن‬ ‫د‬
ُّ ‫ال‬ ‫ل‬‫ع‬
َِ ‫َج‬
ْ ‫ت‬ َ ‫ال‬‫و‬ ‫ا‬َ ‫ن‬ ‫ن‬‫ي‬ْ ‫د‬ ‫ى‬
َ ِ ِ ِ َ ِ ُ َْ‫ف‬ ‫ا‬َ ‫ن‬َ ‫ت‬‫ب‬ ‫ي‬
ْ ‫ص‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫َج‬
ْ ‫ت‬

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami
dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan
kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi
kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui
pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan
bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan
janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan
jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

ْ ُ‫سبَ ُع َو ِمنْ ُدعَا ِء الَي‬


‫س َم ُع‬ ٍ ‫ش ُع َو ِمنْ نَ ْف‬
ْ َ‫س الَ ت‬ ٍ ‫ َو ِمنْ قَ ْل‬ ‫اَللَّ ُه َّم اِنِّى َأع ُْو ُذ ِب َك ِمنْ ِع ْل ِم الَ َي ْنفَ ُع‬
َ ‫ب الَ يَ ْخ‬

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tak
khusyu dan jiwa yang tak pernah merasa puas serta dari do’a yang tak didengar (Ahmad,
Muslim, Nasa’I).

 ‫اب النَّا ِر‬ َ ‫سنَةً َوفِى اَأل ِخ َر ِة َح‬


َ ‫سنَةً َوقِنَا َع َذ‬ َ ‫ربَّنَا اَتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح‬.
َ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik
di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka

Anda mungkin juga menyukai