Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN MATERI ASWAJA

Oleh : Muh. Nur Al Badar

Pengertian Aswaja (Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah), secara bahasa merupakan


istilah yang terbentuk dari tiga kata: ‫ الس نة‬, ‫ اه ل‬dan ‫ الجماعة‬. Kata ‫ اهل‬artinya
keluarga; golongan atau pengikut . Kata ‫ السنة‬di dalam Kitab Risalah Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah karya Hadrotus Syaikh KH. Hasyim Asy ‘ariy halaman 5 di sebutkan
bahwa:
‫لَ َك َها‬0 ‫دِّيْ ِن َس‬00‫لُ ْو َك ِة يِف ال‬0 ‫يَّ ِة الْ َم ْس‬0 ‫ة الْ َم ْر ِض‬0ِ 0‫ ٌم لِلطَِّر ْي َق‬0 ‫ ْر ًعا اِ ْس‬0 ‫ َو َش‬،‫يَّ ٍة‬0 ‫ر َم ْر ِض‬0َ 0‫و َغْي‬0ْ 0َ‫ ةُ َول‬0‫ةً اَلطَِّر ْي َق‬0 َ‫نَةُ لُغ‬0 ‫اَل ُّس‬
‫ه‬0ِ 0ِ‫ لَِق ْول‬،‫ َي اهللُ َعْن ُه ْم‬0‫ َحابَِة َر ِض‬0‫ص‬ َّ ‫دِّيْ ِن َكال‬00‫و َعلِ َم يِف ال‬0َ ‫ه‬0ُ ‫رهُ مِم َ ْن‬0ُ ‫ي‬0ْ‫لَّ َم أ َْو َغ‬0‫ه َو َس‬0ِ 0‫لَّى اهللُ َعلَْي‬0‫ص‬ ِ
َ ‫ ْو ُل اهلل‬0‫َر ُس‬
‫ه‬0ِ 0 ‫ب َعلَْي‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫اء‬0 ِ 0‫ن َِّة اخْل لَ َف‬0 0‫نَّيِت وس‬0 0‫ علَي ُكم بِس‬:‫لَّم‬0 0‫ه وس‬0ِ 0 ‫لَّى اهلل علَي‬0 0‫ص‬
َ َ‫ا َواظ‬00‫ا َم‬00 ً‫ َوعُْرف‬،‫د ْي‬00 ‫ديْ َن م ْن َب ْع‬0 0‫الراش‬ ُ ُ َ ْ ُ ْ َْ َ َ َ َْ ُ َ
ِ ُّ ‫ب إِىَل‬ ِ ِ
‫الة‬00‫ رس‬0،‫السنَة اهـ (حضرة الشيخ حممد هاشم أشعري‬ ٌ ‫السيِن ْ َمْن ُس ْو‬
ُّ ‫ َو‬،‫ُم ْقتَدى َنِّبيًا َكا َن أ َْو َوليًّا‬
.(5/‫أهل السنة واجلماعة ص‬
Secara Kebahasaan: Jejak dan Langkah walaupun tidak di ridhoi. Secara Syar’i:
Sebuah nama jejak yang diridhai yang menjadi pijakan dalam Agama, yang pernah
ditempuh oleh Rasulullah SAW atau selain beliau dari orang yang mengetahui dalam
urusan Agama seperti Sahabat. Berdasarkan Hadist Nabi SAW.: Wajib atas kamu
sekalian mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin dari setelahku . Secara
‘Urfi (tradisi): Ajaran yang dilalui oleh seorang panutan dalam Agama, Nabi atau
Wali. Dan adapun As-Sunni adalah yang di nisbatkan kepada Sunnah. Sedangkan
makna ‫اجلماعة‬: Menjaga kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas, kebalikandari kata
al-furqah (golongan yang berpecah belah). Dikatakan al-jama’ah, karena golongan ini
selalu memelihara kekompakan, kebersamaan dan kolektifitas terhadap
sesama.Meskipun terjadi perbedaan pandangan di kalangan sesama mereka, perbedaan
tersebut tidak sampai mengkafirkan, membid’ahkan dan memfasikkan orang yang
berbeda.

1
Jadi kesimpulan arti dari AhlussunnahwalJama‟ah adalah Para Pengikut yang
mengikuti jejak Rasulullah SAW. (baik dari segi perkataan, perbuatan atau
ketetapannya yang diridhai Allah SWT) dan jejak Orang-orang yang
menjadi panutan dalam urusan Agama seperti para Sahabat Rasulullah
SAW., Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in serta para Ulama yang paham betul tentang
agama serta meraka selalu Menjaga Kekompakan, Kebersamaan dan
Kolektifitas meskipun terjadi perbedaan pandangan di kalangan sesama
mereka/diluar mereka, perbedaan tersebut tidak sampai mengkafirkan,
membid’ahkan dan memfasikkan orang yang berbeda.

Lahirnya ASWAJA itu tidak terlepas dari perkembangan masalah Teologi (Kalam),
dan munculnya persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut
peristiwapembunuhan Utsman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah
dan Ali bin Abi Thalib kemudian mengkristal menjadi Perang Siffin yang berakhir
dengan keputusan tahkim (arbitrase/perundingan), peristiwa ini disebut dengan
Fitnatul Kubro.Secara sederhana persoalan tersebut telah menimbulkan tiga aliran
teologi dalam Islam, yaitu:
1. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti telah keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar masih tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah
kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
3. Aliran Mu’tazilah,yang tidak menerima kedua pendapat diatas, bagi mereka
orang yang berdosa besar bukan kafir, tetapi bukan pula mukmin. Mereka
mengambil posisi antara mukmin dan kafir, yang dalam bahasa Arab-nya terkenal
dengan istilah al-manzilah manzilatain (posisi diantara dua posisi).
Kemudian setelah itu berkembanglah aliran-aliran sampai pada Aliran Asy’ariyahyang
dipelopori oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (935 M). disamping aliran Asy’ariyah
timbul pula aliran didaerah Samarkand yang juga bermaksud menentang aliran

2
Mu’tazilah. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi (w. 944
M). Aliran ini kemudian terkenal dengan nama teologi Al-Maturidiyah.Berikut
secara singkat aliran-aliran (firqoh-firqoh) yang berkembang setelah peristiwa
Tahkim:
1. Khawarij
Kata khawarij secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti
keluar, muncul, timbul atau memberontak. Khawarij merupakan kelompok pertama
yang tidak mengakui bahkan memberontak terhadap Ali Bin Abi Thalib setelah
terjadinya Arbitrase antara Ali dan Muawiyah.
2. Syi’ah
Syiah secara bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan
secara terminology adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad Saw, atau orang
yang disebut sebagai ahl-bait.Kelompok ini lebih dikenal dengan pengikut setia
Sayidina Ali dan Keturunannya.
3. Murji’ah
Nama Murjiah berasal dari kata irja atau arja’a yang bermakna penundaan,
penangguhan, dan pengharapan. Aliran ini muncul sebagai reaksi dari fatwa khawarij,
yang dipelopori oleh Ghailan Ad-Dimasqy, Beliau tidak menerima akan fatwa
tersebut. Mereka ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi mazhab Murji’ah.
4. Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa dan
mengharuskan melakukan sesuatu. Paham Jabariyah pertama kali diperkenalkan oleh
Ja’ad bin Dirham kemudian disebarluaskan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan
(127H/745M). Doktrin-doktrin Jabariyah secara umum dapat dipaparkan sebagai
berikut, yaitu: Fatalisme, yakni kepasrahan total yang menganggap manusia tidak
dapat melakukan apa-apa, tidak memiliki daya, dan dipaksa berbuat oleh Allah SWT.
5. Qodariyah

3
Qodariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu Qadara, yang artinya kemampuan dan
kekuatan. Menurut terminology, Qodariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa
segala perbuatan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.Mazhab Qadariyah didirikan
oleh Ma’bad ibn Khalid al-Juhani (79H/699 M). Secara garis besar, doktrin-doktrin
Qodariah pada dasarnya berkisar tentang takdir Tuhan, yaitu: Manusia berkuasa atas
segala perbuatannya; Takdir adalah ketentuan Allah Swt yang diciptakan-Nya bagi
seluruh alam semesta beserta seluruh isinya, sejak zaman azali, yaitu hukum dalam
istilah al-Quran disebut Sunatullah.
6. Mu’tazilah
Secara harfiyah kata Mu’tazilah berasal dari kata i’tazala yang berarti berpisah atau
memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Mu’tazilah yang
dipelopori oleh Wasil ibn Atho’. Beberapa versi tentang pemberian nama Mu’tazilah
(golongan kedua) ini, merujuk pada peristiwa yang terjadi antara Washil bin A’tha,
Amr bin Ubaid dan Hasan Al-Basri di Basrah. Ketika Washil mengikut pengajaran
yang diberikan oleh Hasan al-Basri tentang dosa besar. Ketika Hasan Basri masih
berpikir. Washil mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan, “Penulis
berpendapat bahwa orang yang berdosa besar, bukan mukmin dan bukan pula kafir,
tetapi berada dalam posisi diantara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir.”
Kemudian Washilmenjauhkan diri dari Hasan Basri dan pergi di tempat lain di
lingkungan masjid. Disana Washil mengulangi pendapatnya di depan para
pengikutnya. Dengan peristiwa ini, Hasan Basri berkata,”Wazhil menjauhkan diri
dari kita (I’tazaala anna). Menurut Asy-Syahrastani, kelompok yangmenjauhkan diri
inilah yang kemudian disebut sebagai Mu’tazilah.
7. Asy’ariyah dan Al Mathuridiyah (Ahlus Sunnah wal Jama’ah)
Dalam perkembangan selanjutnya, Ilmu Kalam tidak lagi menjadi monopoli kaum
Mu’tazilah. Adalah seorang sarjana dari kota Basrah di Irak, bernama Abu al-Hasan
al-Asy’ari (260-324 H/873-935 M) yang terdidik dalam alam pikiran Mu’tazilah (dan
kota Basrah memang pusat pemikiran Mu’tazili). Tetapi kemudian pada usia 40 tahun
ia meninggalkan paham Mu’tazilinya, dan justru mempelopori suatu jenis Ilmu

4
Kalam yang anti Mu’tazilah. Ilmu Kalam al-Asy’ar’i itu, yang juga sering disebut
sebagai paham Asy’ariyyah, kemudian tumbuh dan berkembang untuk menjadi Ilmu
Kalam yang paling berpengaruh dalam Islam sampai sekarang, karena dianggap paling
sah menurut pandangan sebagian besar kaum Sunni.
Aliran ini yang kemudian hasil ijtihadnya dijadikan sandaran oleh warga Nahdliyin
dalam urusan Teologi (Keimanan)

Metodologi Pemikiran (Manhajul fikr) Aswaja


Prinsip metodologi ini yang akan membangun keimanan, pemikiran, sikap, perilaku
dan gerakan kader-kader NU:
1. Tawasuth (Moderat)
Tawassuth ialah sebuah sikap tengah atau moderat yang tidak cenderung ke kanan
atau ke kiri.Dalam konteks berbangsa dan bernegara, pemikiran moderat ini sangat
urgen menjadi semangat dalam mengakomodir beragam kepentingan dan
perselisihan, lalu berikhtiar mencari solusi yang paling ashlah (terbaik). Sikap ini
didasarkan pada firman Allah: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu
(umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS.
Albaqarah: 143).
2. Tawâzun (Berimbang)
Tawâzun ialah sikap berimbang dan harmonis dalam mengintegrasikan dan
mensinergikan dalil-dalil (pijakan hukum) atau pertimbangan-pertimbangan untuk
mencetuskan sebuah keputusan dan kebijakan.Dalam konteks pemikiran dan amaliah
keagamaan, prinsip tawâzun menghindari sikap ekstrim (tatharruf) yang serba kanan
sehingga melahirkan fundamentalisme, dan menghindari sikap ekstrim yang serba kiri
yang melahirkan liberalisme dalam pengamalan ajaran agama. Sikap tawâzun ini
didasarkan pada firman Allah: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami
dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka
Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS.
Alhadid: 25).
5
3. Ta'âdul (Netral dan Adil)
Ta'âdul ialah sikap adil dan netral dalam melihat, menimbang, menyikapi dan
menyelesaikan segala permasalahan. Adil tidak selamanya berarti sama atau setara
(tamâtsul). Adil adalah sikap proporsional berdasarkan hak dan kewajiban masing-
masing. Kalaupun keadilan menuntut adanya kesamaan atau kesetaraan, hal itu hanya
berlaku ketika realitas individu benar-benar sama dan setara secara persis dalam segala
sifat-sifatnya. Apabila dalam realitasnya terjadi tafâdlul (keunggulan), maka keadilan
menuntut perbedaan dan pengutamaan (tafdlîl). Penyetaraan antara dua hal yang jelas
tafâdlul, adalah tindakan aniaya yangbertentangan dengan asas keadilan itu sendiri.
Sikap ta'âdul ini berdasarkan firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. (QS. Alma'idah: 8).
4. Tasâmuh (toleran)
Tasâmuh ialah sikap toleran yang bersedia menghargai terhadap segala kenyataan
perbedaan dan keanekaragaman, baik dalam pemikiran, keyakinan, sosial
kemasyarakatan, suku, bangsa, agama, tradisi-budaya dan lain sebagainya.Toleransi
dalam konteks agama dan keyakinan bukan berarti kompromi akidah. Bukan berarti
mengakui kebenaran keyakinan dan kepercayaan orang lain. Toleransi agama juga
bukan berarti mengakui kesesatan dan kebatilan sebagai sesuatu yang haq dan
benar.Yang salah dan sesat tetap harus diyakini sebagai kesalahan dan kesesatan. Dan
yang haq dan benar harus tetap diyakini sebagai kebenaran yang haq. Dalam
kaitannya dengan toleransi agama, Allah SWT berfirman: Untukmulah agamamu,
dan untukkulah, agamaku. (QS. Alkafirun: 6). Barangsiapa mencari agama selain
agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia
di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran: 85)

Garis-Garis Besar Doktrin Aswaja An Nahdliyah


1. Doktrin Keimanan
6
Iman adalah pembenaran (tashdîq) terhadap Allah, Rasul dan segala risalah yang
dibawanya dari Allah. Dalam doktrin keimanan, yang selanjutnya termanifestasi ke
dalam bidang tauhid (teologi/kalam) ini, ASWAJA berpedoman pada akidah
islamiyah (ushûluddîn) yang dirumuskan oleh Abu Alhasan Al'asy'ari (260 H./874 M.
– 324 H./936 M.) dan Abu Manshur Almaturidi (w. 333 H.).
2. Doktrin Keislaman
Doktrin keislaman, yang selanjutnya termanifestasi ke dalam bidang fiqh yang
meliputi hukum-hukum legal-formal (ubudiyah, mu'amalah, munakahah, jinayah,
siyasah dan lain-lain), Aswaja An Nahdliyah berpedoman pada salah satu dari empat
madzhab fiqh: Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah.
3. Doktrin Keihsanan
Tasawuf adalah sebuah manhaj spiritual yang bisa dilewati bukan melalui teori-teori
ilmiah semata melainkan dengan mengintegrasikan antara ilmu dan amal, dengan
jalan melepaskan (takhallî) baju kenistaan (akhlaq madzmûmah) dan mengenakan
(tahallî) jubah keagungan (akhlaq mahmûdah), sehingga Allah hadir (tajallî) dalam
setiap gerak-gerik dan perilakunya, dan inilah manifestasi konkret dari ihsan dalam
sabda Rasulullah SAW: Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah engkau
melihatNya, dan jika engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.

AJARAN TENTANG KEIMANAN

A. RUKUN IMAN ADA 5 (LIMA)


1. Iman Kepada Allah SWT.
2. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT.
4. Iman Kepada Rosul-Rosul Allah SWT.
5. Iman Kepada Hari Akhir (Hari Qiyamat)
6. Iman Kepada Qodho dan Qodar Allah SWT.
1. IMAN KEPADA ALLAH SWT
a. Mengenal Aqoidul Iman
7
Aqoid 50 adalah aqidah 50 yang tiap-tiap umat Islam wajib mengetahui dan
lebih bagus bisa mneghafalnya, lengkap dengan arti dan penjelasan dalil aqli
(rasio) maupun dalil naqli (qur'an hadist) nya. Jumlah aqoid ada 50 yang terdiri
atas:
 Sifat wajib bagi Allah Swt. (20)
 Sifat mustahil bagi Allah Swt. (20)
 Sifat jaiz bagi Allah Swt. (1)
 Sifat wajib bagi Rasul Allah Swt. (4)
 Sifat mustahil bagi Rasul Allah Swt. (4)
 Sifat jaiz bagi Rasul Allah Swt. (1)
50 aqidah (aqo'id) itulah yang kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian
besar dalam Ilmu Tauhid, yakni:
 Aqidah Ilahiyyah (‫)عقيدة اهلية‬
 Aqidah Nubuwwiyah (‫)عقيدة نبوية‬.
Berikut ini adalah rincian aqoid 50 (seket) beserta arti dan dalilnya secara
lengkap, disajikan untuk mengenal Allah dan utusan-Nya lebih dekat.
A. Sifat Wajib bagi Allah (20 sifat)
1. Wujud (Ada) - ‫ﻭﺟﻮﺩ‬
Adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan-Nya, tetapi Allah
itu ada dengan zat-Nya sendiri. Justru Allah SWT. Lah yang menciptakan
alam semesta. Dalilnya ada dalam Surat As-Sajdah: 4, berikut ini:
‫ا‬00‫ر ِش ۖ َم‬0ْ 0 ‫َت َو ٰى َعلَى الْ َع‬0 0‫ت َِّة أَيَّ ٍام مُثَّ ا ْس‬0 0‫ا يِف ِس‬00‫ا َبْيَن ُه َم‬00‫ض َو َم‬ ِ ِ
َ ‫ َم َاوات َواأْل َْر‬0 0‫ق ال َّس‬0َ 0 َ‫اللَّهُ الَّذي َخل‬
‫لَ ُك ْم ِم ْن ُدونِِه ِم ْن َويِل ٍّ َواَل َش ِفي ٍع ۚ أَفَاَل َتتَ َذ َّكُرو َن‬
Artinya:"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak
(pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
(QS. As-Sajdah: 4)

8
2. Qidam (Dahulu/Awal) - ‫ﻗﺪﻡ‬
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah sebagai Pencipta yang lebih dulu
Ada daripada semesta alam (yang Dia ciptakan). Dalilnya ada dalam Al-Qur'an
Surat Al-Hadid ayat 3 yang berbunyi,
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫ُه َو اأْل ََّو ُل َواآْل خُر َوالظَّاهُر َوالْبَاط ُن ۖ َو ُه َو ب ُك ِّل َش ْيء َعل‬
‫يم‬
Artinya:"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin;
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. Al-Hadid: 3).
3. Baqa’(Kekal) - ‫ﺑﻘﺎﺀ‬
Allah merupakan suatu zat yang Abadi dan Kekal Selamanya karena Allah
Swt. bersifat Baqa' (Kekal). Dalilnya bisa Anda baca dalam Al-Qur'an surat
Qashas ayat 88, yang berbunyi :
‫ه‬0ِ 0 ‫ْم َوإِلَْي‬ ‫ ٌ ِاَّل‬0 ِ‫ي ٍء َهال‬0 ‫ل َش‬0 ‫ِٰ ِاَّل‬ ‫ِ هَٰل‬
َ ‫ا‬00 ً ِ‫ع اللَّه إ‬0َ 0‫ ْدعُ َم‬0 َ‫َواَل ت‬
ُ ‫هُ احْلُك‬00 َ‫هُ ۚ ل‬00‫ك إ َو ْج َه‬0 ْ ُّ 0‫و ۚ ُك‬0َ 0‫هَ إ ُه‬00َ‫ر ۘ اَل إل‬0َ 0‫آخ‬
‫ُت ْر َجعُو َن‬
Artinya: "Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan
apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" (QS. Qashas: 88).
4. Mukhalafatuhu Lilhawadits (berbeda dengan ciptaan-Nya) - ‫ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ‬
‫ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ‬
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah Swt. berbeda dengan yang Dia
ciptakan, tidak ada hal di dunia ini yang menyerupainya. Dalilnya, bisa Anda
baca dalam ayat di bawah ini:
0ً ‫ام أ َْز َو‬0ِ 0‫ا َو ِم َن اأْل َْن َع‬0‫اج‬
‫ ْذ َر ُؤ ُك ْم‬0َ‫ا ۖ ي‬0‫اج‬ 0ً ‫ ُك ْم أ َْز َو‬0‫ل لَ ُك ْم ِم ْن أَْن ُف ِس‬0َ 0‫ض ۚ َج َع‬ ِ ‫ماو‬0‫اطر ال َّس‬0
ِ ‫ات َواأْل َْر‬ ِ
َ َ ُ 0َ‫ف‬
ِ ِ َّ ‫فِ ِيه ۚ لَيس َك ِمثْلِ ِه َشيء ۖ وهو‬
ُ‫يع الْبَصري‬ُ ‫السم‬ َُ َ ٌ ْ َ ْ
Artinya:"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari
jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak
pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan
9
jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang
Maha Mendengar dan Melihat". (QS. Asy-Syuro: 11)
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri) - ‫ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ‬
Artinya, bahwa Allah Swt. berdiri dengan zat sendiri tanpa
membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah Swt. itu ada
dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya,
Allah Swt. menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa
pertolongan siapapun. Dalil sifat Allah qiyamuhu binafsihi, bacalah arti Surat
Al-Ankabut ini:
ِ ِِ ِ ِ
َ ‫اه َد فَِإمَّنَا جُيَاه ُد لَن ْفسه ۚ إِ َّن اللَّهَ لَغَيِن ٌّ َع ِن الْ َعالَم‬
‫ني‬ َ ‫و ََم ْن َج‬
Artinya:"Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam". (QS. Al-Ankabut:6)
6. Wahdaniyyah (Tunggal/Esa) – ‫وحدانية‬
Artinya bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa
zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah
bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur
dengan unsur yang lain. Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan
bagi Allah Swt. tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk yang diciptakan
Nya. Esa perbuatan-Nya berarti Allah Swt. berbuat sesuatu tidak dicampuri
oleh perbuatan mahluk lain dan tanpa membutuhkan proses atau waktu. Allah
Swt. berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang bisa
mencampurinya. Dalil sifat wahdaniyah Allah Swt. ada dalam Surat Al-
Anbiya' ayat 22 di bawah ini:
ِ ‫ب الْعر ِش ع َّما ي‬ ِ ِ ‫هِل‬ ِ
‫ص ُفو َن‬ َ َ ْ َ ِّ ‫لَ ْو َكا َن في ِه َما آ َةٌ إاَّل اللَّهُ لََف َس َدتَا ۚ فَ ُسْب َحا َن اللَّه َر‬
Artinya:"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,
tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan". (QS. Al Anbiya: 22).

10
7. Qudrat (Berkuasa) - ‫ﻗﺪﺭﺓ‬
Kekuasaan Allah Swt., atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya
dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun
terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan
ada yang membatasi. Dalil, silakan buka Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 20
di bawah ini,
ِ ِ ِِ َ َ‫ا أ‬0‫م‬0َ َّ‫ َار ُه ْم ۖ ُكل‬0‫ص‬
َ‫اء‬0‫و َش‬0ْ 0َ‫اموا ۚ َول‬0ُ َ‫ه َوإ َذا أَظْلَ َم َعلَْيه ْم ق‬0‫ ْوا في‬0‫اءَ هَلُ ْم َم َش‬0‫ض‬ َ ْ‫ف أَب‬0
ُ 0َ‫ر ُق خَيْط‬0ْ ‫اد الَْب‬0
ُ ‫يَ َك‬
‫صا ِر ِه ْم ۚ إِ َّن اللَّهَ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬ ِ
َ ْ‫ب بِ َس ْمع ِه ْم َوأَب‬
َ ‫اللَّهُ لَ َذ َه‬
Artinya: "Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila
gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya
Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu". (QS. Al-Baqarah: 20)
8. Iradah (berkehendak) - ‫ﺇﺭﺍﺩﺓ‬
Artinya, Allah Swt. telah menciptakan alam semesta beserta isinya atas
kehendak-Nya sendiri, tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Apapun yang
Allah Swt. kehendakin pasti akan terjadi. Dalil sifat iradah Allah Swt. ada
dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 107:

ُ ‫ال لِ َما يُِر‬


‫يد‬ َ َّ‫ك ۚ إِ َّن َرب‬
ٌ ‫ك َف َّع‬ َ ُّ‫ض إِاَّل َما َشاءَ َرب‬
ُ ‫ات َواأْل َْر‬
ُ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫ت‬ِ ‫خالِ ِدين فِيها ما دام‬
ََ َ َ َ َ
Artinya: "...mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki". (QS. Hud: 107)
9. Ilmu (Mengetahui) - ‫ﻋﻠﻢ‬
Allah Swt. memiliki pengetahuan dan kepandaian akan segala hal, artinya
ilmu Allah tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui
segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.
Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Simak dalil
sifat Ilmu-Nya Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 29,
11
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫ُه َو اأْل ََّو ُل َواآْل خُر َوالظَّاهُر َوالْبَاط ُن ۖ َو ُه َو ب ُك ِّل َش ْيء َعل‬
‫يم‬
Artinya: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin;
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ". (QS. Al-Baqarah: 29). dan surat
Al-Hadid ayat 3, di bawah ini,
ٍ ‫بع مَس او‬0‫ َّواه َّن س‬0‫السم ِاء فَس‬
‫و‬0َ 0‫ات ۚ َو ُه‬ ِ ‫ُه َو الَّ ِذي َخلَ َق لَ ُك ْم َما يِف اأْل َْر‬
ِ ْ َّ‫ض مَجِ ًيعا مُث‬
َ َ َ ْ َ ُ َ َ َّ ‫اسَت َو ٰى إىَل‬
‫يم‬ ِ ٍ ِ
ٌ ‫ب ُك ِّل َش ْيء َعل‬
Artinya: "Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid: 3)
10. Hayat (Hidup) - ‫ﺣﻴﺎﺓ‬
Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan
hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan
makhluk yang diciptakan-Nya. Dalilnya bisa Anda simak dalam Al-Qur'an
surat Al-Furqan ayat 58,
ِ ُ‫وت وسبِّح حِب َم ِد ِه ۚ و َك َف ٰى بِِه بِ ُذن‬
‫وب ِعبَ ِاد ِه َخبِ ًريا‬ ِ َّ
َ ْ ْ َ َ ُ ُ‫َوَت َو َّك ْل َعلَى احْلَ ِّي الذي اَل مَي‬
Artinya: "Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak
mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha
Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya". (QS. Al-Furqon: 58)
11. Sama’ (Mendengar) - ‫ﺳﻤﻊ‬
Artinya, Allah Swt. dapat mendengar semua suara yang ada di alam
semesta. Tidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah Swt. walaupun
suara itu sangat pelan. Pendengaran Allah Swt. berbeda dengan pendengaran
ciptaan-Nya karena Dia tidak terhalang oleh suatu apapun. Sedangkan
pendengaran ciptaan-Nya dibatasi oleh ruang dan waktu. Dalil naqli sifat
sama' Allah Swt. tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'idah ayat 76,
ِ ‫الس ِم‬ ِ
‫يم‬ ُ َّ ‫ضًّرا َواَل َن ْف ًعا ۚ َواللَّهُ ُه َو‬
ُ ‫يع الْ َعل‬ ُ ‫ون اللَّ ِه َما اَل مَيْل‬
َ ‫ك لَ ُك ْم‬ ِ ‫قُل أََتعب ُدو َن ِمن د‬
ُ ْ ُْ ْ

12
Artinya: "Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah,
sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula)
memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui." (QS. Al Maidah: 76)
12. Bashar ( Melihat ) - ‫ﺑﺼﺮ‬
Allah Swt. itu Maha Melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Penglihatan Allah Swt. bersifat mutlak. Artinya tidak dibatasi oleh jarak dan
tidak dapat dihalangi oleh penghalang (misalnya dinding dan tabir, dll). Dalil
sifat Allah Bashar terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 265,
ِ 0 0 ‫اء مرض‬00 0َ‫واهَل م ابتِغ‬00 ‫َم‬0 ‫و َن أ‬00 0‫ل الَّ ِذين يْن ِف ُق‬00 0َ‫ومث‬
‫و ٍة‬0َ 0 ‫ل َجن ٍَّة بَِر ْب‬0ِ 0 0َ‫ ِه ْم َك َمث‬0 0 ‫ا ِم ْن أَْن ُف ِس‬00 0ً‫ات اللَّ ِه َو َتثْبِيت‬ َ ْ َ َ ْ ُُ َ ْ ُ َ ُ ََ
ِ ‫مِب‬ ِ ِ ِ
ِ
ٌ‫ فَإ ْن مَلْ يُصْب َها َواب ٌل فَطَلٌّ ۗ َواللَّهُ َا َت ْع َملُو َن بَصري‬0ِ ‫ت أُ ُكلَ َها ض ْع َفنْي‬ ْ َ‫َص َاب َها َوابِ ٌل فَآت‬ َ‫أ‬
Artinya: "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat,
maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat". (QS. Al-Baqarah: 265)
13. Kalam (Berbicara/Berfirman) - ‫ﻛﻼ ﻡ‬
Artinya, Allah Swt itu Maha Kalam, artinya Allah berfirman dalam kitab-
Nya yang diturunkan kepada para Nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah
Swt. tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah Swt. tidak
berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.
Allah Swt. berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun
sebab sifat kalam Allah sangat sempurna. Dalil sifat Kalam Allah Swt, terdapat
dalam Al-Qur'an surat An-Nisa' ayat 164:
ِ ِ َ ‫ورساًل قَ ْد قَصصنَاهم علَي‬
‫يما‬ َ ‫ك ۚ َو َكلَّ َم اللَّهُ ُم‬
ً ‫وس ٰى تَكْل‬ َ ‫ص ُه ْم َعلَْي‬
ْ‫ص‬ُ ‫ك م ْن َقْب ُل َو ُر ُساًل مَلْ َن ْق‬ َْ ُْ ْ َ ُ َُ
Artinya: "Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami
13
kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung". (QS. AnNisa’: 164)
14. Kaunuhu Qadiran - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan dan Meniadakan
suatu apapun. Dalil sifat Allah kaunuhu qadiran terdapat dalam Al-Qur'an
surat Al-Baqarah ayat 20:
ِ ِ ِِ َ َ‫ا أ‬0‫م‬0َ َّ‫ َار ُه ْم ۖ ُكل‬0‫ص‬
َ‫اء‬0‫و َش‬0ْ 0َ‫اموا ۚ َول‬0ُ 0َ‫ه َوإ َذا أَظْلَ َم َعلَْيه ْم ق‬00‫ ْوا في‬0‫اءَ هَلُ ْم َم َش‬0‫ض‬ َ ْ‫ف أَب‬0
ُ 0َ‫ر ُق خَي ْط‬0ْ 0‫اد الَْب‬0
ُ ‫ك‬0َ َ‫ي‬
‫صا ِر ِه ْم ۚ إِ َّن اللَّهَ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬ ِ
َ ْ‫ب بِ َس ْمع ِه ْم َوأَب‬
َ ‫اللَّهُ لَ َذ َه‬
Artinya: "Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila
gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya
Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu". (QS. Al Baqarah: 20).
15. Kaunuhu Muridan - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ‬
Yakni Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-
tiap sesuatu. Dia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. Dalilnya ada
dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 107,

ُ ‫ال لِ َما يُِر‬


‫يد‬ َ َّ‫ك ۚ إِ َّن َرب‬
ٌ ‫ك َف َّع‬ َ ُّ‫ض إِاَّل َما َشاءَ َرب‬
ُ ‫ات َواأْل َْر‬
ُ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫ت‬ِ ‫خالِ ِدين فِيها ما دام‬
ََ َ َ َ َ
Artinya: ".....mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali
jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki". (QS. Hud: 107)
16. Kaunuhu ‘Aliman - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui tiap-tiap sesuatu.
Mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah
Swt. pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. Simak dalil sifat Allah
Swt. yang kaunuhu aliman dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 176:

14
‫ف َما‬ ِ َ َ‫ك قُ ِل اللَّهُ يُ ْفتِي ُك ْم يِف الْكَاَل لَِة ۚ إِ ِن ْامُر ٌؤ َهل‬
ُ ‫ص‬
ْ ‫ت َفلَ َها ن‬ ٌ ‫ُخ‬ ْ ‫س لَهُ َولَ ٌد َولَهُ أ‬ َ ‫ك لَْي‬ َ َ‫يَ ْسَت ْفتُون‬
‫انُوا‬0‫ك‬0َ ‫ر َك ۚ َوإِ ْن‬0َ 0‫ان مِم َّا َت‬0
ِ 0َ‫الثلُث‬
ُّ ‫ا‬0‫م‬0َ ‫ا ا ْثنََتنْي ِ َفلَ ُه‬00َ‫ِإ ْن َكا َنت‬0َ‫ ٌد ۚ ف‬0َ‫ا َول‬0َ‫ا إِ ْن مَلْ يَ ُك ْن هَل‬0‫ه‬0َ ُ‫و يَِرث‬0َ 0‫ر َك ۚ َو ُه‬0َ 0‫َت‬
‫ ْي ٍء‬0‫ل َش‬0
ِّ ‫لُّوا ۗ َواللَّهُ بِ ُك‬0‫ض‬ ِ َ‫ظ اأْل ُْنَثي ِ ۗ يبنِّي اللَّه لَ ُكم أَ ْن ت‬0 ِ َّ ِ
ْ ُ ُ َُ ‫ح ِّ َ نْي‬0َ ‫ل‬0ُ ْ‫ذ َك ِر مث‬00‫اءً فَلل‬0‫ج ااًل َون َس‬0َ ‫و ًة ِر‬0َ ‫إ ْخ‬
ِ ِ
‫يم‬ ِ
ٌ ‫َعل‬
Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah:
"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang
meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara
perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta
yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh
harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari)
saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki
sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan
(hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu". (QS. An Nisa’: 176)
17. Kaunuhu Hayyan - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ‬
Yakni Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup. Allah adalah Dzat Yang
Hidup. Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.
Dalil sifat Allah kaunuhu hayyan terdapat dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan
ayat 58, 
ِ ُ‫وت وسبِّح حِب َم ِد ِه ۚ و َك َف ٰى بِِه بِ ُذن‬
‫وب ِعبَ ِاد ِه َخبِ ًريا‬ ِ َّ
َ ْ ْ َ َ ُ ُ‫َو َت َو َّك ْل َعلَى احْلَ ِّي الذي اَل مَي‬
Artinya: "Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak
mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha
Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya". (QS. Al Furqon: 58)
18. Kaunuhu Sami’an - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ‬

15
Artinya, Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar. Allah Swt. selalu
mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hamba-Nya. Dalil
sifat Allah kaunuhu sami'an ada dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 265
juga, berikut ini:
ِ 0 0 ‫اء مرض‬00 0َ‫واهَل م ابتِغ‬00 ‫َم‬0 ‫و َن أ‬00 0‫ل الَّ ِذين يْن ِف ُق‬00 0َ‫ومث‬
‫و ٍة‬0َ 0 ‫ل َجن ٍَّة بَِر ْب‬0ِ 0 0َ‫ ِه ْم َك َمث‬0 0 ‫ا ِم ْن أَْن ُف ِس‬00 0ً‫ات اللَّ ِه َو َتثْبِيت‬ َ ْ َ َ ْ ُُ َ ْ ُ َ ُ ََ
ِ ‫مِب‬ ِ ِ ِ
ِ
ٌ‫ فَإ ْن مَلْ يُصْب َها َواب ٌل فَطَلٌّ ۗ َواللَّهُ َا َت ْع َملُو َن بَصري‬0ِ ‫ت أُ ُكلَ َها ض ْع َفنْي‬ ْ َ‫َص َاب َها َوابِ ٌل فَآت‬ َ‫أ‬
Artinya: "Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya
karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti
sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat,
maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat". (QS. Al-Baqarah: 265).
19. Kaunuhu Basirun - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang maujudat
(benda yang ada). Allah Swt. selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu berbuat baik. Dalinya,
‫صريٌ مِب َا َت ْع َملُو َن‬
ِ ‫ض ۚ واللَّه ب‬ ِ َّ ‫إِ َّن اللَّه يعلَم َغيب‬
َ ُ َ ِ ‫الس َم َاوات َواأْل َْر‬ َ ْ ُ َْ َ
Artinya: "Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan
bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan ". (QS. Al Hujurat:
18)
20. Kaunuhu Mutakallimun - ‫ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ‬
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu. Dia
berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al-Quran. Bila Al-Quran telah
kita jaikan pedoman hidup, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah
Swt.
B. Sifat-sifat Mustahil bagi Allah Swt
Sifat mustahil bagi Allah Swt adalah kebalikan dari 20 sifat wajib bagi Allah Swt.
yang arti dan dalilnya sudah diterangkan di atas. Berikut ini adalah sifat mustahil,
16
yakni sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki Allah Swt karena Allah Swt. sudah
memiliki sifat wajib 20 seperti tertuang di atas.
1. ‘Adam - ‫ ﻋﺪﻡ‬artinya tiada (bisa mati)
2. Huduts - ‫ ﺣﺪﻭﺙ‬artinya baharu (bisa di perbaharui)
3. Fana’ - ‫ ﻓﻨﺎﺀ‬artinya binasa (tidak kekal / bisa mati)
4. Mumatsalatuhu Lilhawadits - ‫ ﻣﻤﺎﺛﻠﺘﻪ ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ‬artinya menyerupai akan
makhlukNya.
5. Qiyamuhu Bighairih - ‫ ﻗﻴﺎﻣﻪ ﺑﻐﻴﺮﻩ‬artinya berdiri dengan yang lain (ada
kerjasama)
6. Ta’addud - ‫ ﺗﻌﺪﺩ‬artinya berbilang – bilang / banyak (lebih dari satu).
7. ‘Ajz - ‫ ﻋﺟﺰ‬artinya lemah (tidak kuat).
8. Karahah - ‫ ﻛﺮﺍﻫﻪ‬artinya terpaksa (bisa di paksa) / Tertegah (tidak bisa
menentukan).
9. Jahlun - ‫ ﺟﻬﻞ‬artinya jahil (bodoh).
10. Maut - ‫ ﺍﻟﻤﻮﺕ‬artinya mati (bisa mati).
11. Shamam - ‫ ﺍﻟﺻمم‬artinya tuli.
12. ‘Umyun - ‫ ﺍﻟﻌﻤﻲ‬artinya buta.
13. Bukmu - ‫ ﺍﻟﺑﻜﻢ‬artinya bisu.
14. Kaunuhu ‘Ajizan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﺟﺰﺍ‬artinya Keadaannya yang Lemah.
15. Kaunuhu Karihan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ مكرها‬artinya Keadaannya yang Terpaksa.
16. Kaunuhu Jahilan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺟﺎﻫﻼ‬artinya Keadaannya yang Bodoh.
17. Kaunuhu Mayyitan - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻴﺘﺎ‬artinya Keadaannya yang Mati.
18. Kaunuhu Asham - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺻﻢ‬artinya Keadaanya yang Tuli.
19. Kaunuhu A’ma - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﻋﻤﻰ‬artinya Keadaannya yang Buta.
20. Kaunuhu Abkama - ‫ ﻛﻮﻧﻪ ﺃﺑﻜﻢ‬artinya Keadaannya yang Bisu.

17
Dua puluh sifat yang wajib bagi Allah tersebut di atas dibagi kepada empat
bagian, yakni:
1. Sifat Nafsiyyah. Artinya: Sifat yang tidak bisa difahami Dzat Allah tanpa adanya
sifat. Sifat Nafsiyyah ini hanya satu sifat, yaitu: sifat Wujud.
2. Sifat Salbiyyah. Artinya: Sifat yang tidak pantas adanya di Dzat Allah Swt. Sifat
Salbiyyah ini jumlahnya ada lima sifat, yaitu: Qidam, Baqa, Mukhalafah lil
Hawaditsi, Qiyamuhu bin Nafsi, dan Wahdaniyyah.
3. Sifat Ma'ani. Artinya: Sifat yang tetap dan pantas di Dzat Allah dengan
kesempurnaan-Nya. Sifat Ma'ani ini jumlahnya ada tujuh sifat, yaitu: Qudrat,
Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, dan Kalam.
4. Sifat Ma'nawiyah. Artinya: Sifat yang merupakan cabang dari sifat Ma'ani. Sifat
Ma'nawiyah ini jumlahnya ada tujuh sifat, yaitu: Kaunuhu Qadiran, Kaunuhu
Muridan, Kaunuhu 'Aliman, Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu Sami'an, Kaunuhu
Bashiran, dan Kaunuhu Mutakalliman.
C. Sifat Jaiz bagi Allah Swt.
Artinya ialah sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah Swt. Sifat Jaiz
Allah itu hanya satu, yaitu bahwa Allah boleh melakukan segala sesuatu yang
mungkin dn tidak mungkin melakukannya. Adapun dalilnya adalah:
‫ذ ُّل َم ْن‬0ِ 0ُ‫اءُ َوت‬0 ‫ز َم ْن تَ َش‬0ُّ 0ِ‫اءُ َوتُع‬0 ‫ك مِم َّْن تَ َش‬0
َ 0‫زِعُ الْ ُم ْل‬0 ‫اءُ َو َتْن‬0 ‫ك َم ْن تَ َش‬0 ِ 0‫ك الْم ْل‬0
َ 0‫ؤيِت الْ ُم ْل‬0ْ 0‫ك ُت‬0
ِ
ُ َ 0 ‫ل اللَّ ُه َّم َمال‬0ِ 0ُ‫ق‬
‫َّك َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬ ِ
َ ‫تَ َشاءُ ۖ بِيَد َك اخْلَْيُر ۖ إِن‬
Artinya: "Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu ". (QS. Ali Imran:
26).
‫ك خَي ْلُ ُق َما يَ َشاءُ َوخَي ْتَ ُار ۗ َما َكا َن هَلُ ُم اخْلَِيَرةُ ۚ ُسْب َحا َن اللَّ ِه َوَت َعاىَل ٰ َع َّما يُ ْش ِر ُكو َن‬
َ ُّ‫َو َرب‬

18
Artinya: "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa
yang mereka persekutukan (dengan Dia)" (QS. Al-Qhashash: 68).
‫ر‬0ُ 0‫ه اللَّهُ ۖ َفَي ْغ ِف‬0ِ 0ِ‫ْب ُك ْم ب‬0 ‫وهُ حُيَا ِس‬00‫ ُك ْم أ َْو خُتْ ُف‬0 ‫ا يِف أَْن ُف ِس‬00‫دوا َم‬0ُ 0‫ض ۗ َوإِ ْن ُتْب‬
ِ ‫ا يِف اأْل َْر‬00‫ات َو َم‬ ِ ‫ماو‬0 ‫ا يِف ال َّس‬00‫لِلَّ ِه م‬
ََ َ
‫ب َم ْن يَ َشاءُ ۗ َواللَّهُ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير‬ ِ
ُ ‫ل َم ْن يَ َشاءُ َويُ َع ِّذ‬
Artinya: "Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu ".
(QS. Al-Baqarah: 284)
D. Sifat Wajib bagi Rasul Allah
1. Shidiq (Jujur)

ْ‫انت ُهوا‬
َ َ‫ول فَ ُخ ُذوهُ َو َما َن َها ُك ْم َعْنهُ ف‬
ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫َو َمآ آتَا ُك ُم‬
Artinya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah". (QS. Al-Hasyr: 7)
2. Amanah (Dipercaya)
‫ني‬ ِ ٌ ‫إِيِّن لَ ُكم رس‬
ٌ ‫ول أَم‬ َُْ
Artinya: “Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu”. (QS. Asy-Syuara’: 143)
3. Tabligh (Menyampaikan)

ً‫َحداً إِالَّ اللَّهَ َو َك َفى بِاللَّ ِه َح ِسيبا‬ ِ ِ ِ َّ


َ ‫ين يَُبلِّغُو َن ِر َساالَت اللَّه َوخَي ْ َش ْونَهُ َوالَ خَي ْ َش ْو َن أ‬
َ ‫الذ‬
Artinya: "Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-
risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada
seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
Perhitungan.” (QS. Al-Ahzab: 39)
4. Fathanah (Cerdas)

19
‫يم َعلَى َق ْو ِم ِه‬ ِ ِ ‫وتِْلك ح َّجتنآ آَتين‬
َ ‫اهآ إ ْبَراه‬
َ َ ْ َُ ُ َ َ
Artinya: "Allah berfirman: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada
Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (QS. Al-An’am: 83)
E. Sifat Mustahil bagi Rasul Allah
1. Kidzib (Bohong)
2. Khianah (Berkhianat atau tidak dipercaya)
3. Kitman (Menyembunyikan)
4. Baladah (Bodoh).
F. Sifat Jaiz bagi Rasul Allah Swt.
Sifat jaiz Rasul Allah Swt. adalah semua sifat kemanusiaan yang ada pada diri
Rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi kedudukannya sebagai utusan
Allah Swt. Sifat jaiz tersebut ada pada diri rasul dan juga ada pada diri manusia biasa.
Sifat tersebut antara lain adalah seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang,
berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang Rasul tetap meninggal dunia karena
mereka adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. Dalilnya sebagai
berikut:
‫ٌر‬0‫َه َذا إِاَّل بَ َش‬0ٰ ‫ا‬0‫د ْنيَا َم‬0ُّ ‫اة ال‬0ِ َ‫اه ْم يِف احْلَي‬0 ِ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ
ُ َ‫خ َر ِة َوأَْتَر ْفن‬0 ‫اء اآْل‬0‫ذبُوا بِل َق‬0َّ ‫روا َو َك‬0ُ ‫ين َك َف‬
َ ‫ه الذ‬0‫ال الْ َمأَل ُ م ْن َق ْوم‬0 َ َ‫َوق‬
‫ب مِم َّا تَ ْشَربُو َن‬ ِ ‫مِم‬ ِ
ُ ‫م ْثلُ ُك ْم يَأْ ُك ُل َّا تَأْ ُكلُو َن مْنهُ َويَ ْشَر‬
Artinya: "Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang
mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan
mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti
kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu
minum". (QS. Al-Mu’minun: 33).

20

Anda mungkin juga menyukai