Anda di halaman 1dari 25

TOKOH-TOKOH/ULAMA HADIST KONTEMPORER

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kuliah Ulumul Hadis


Prodi Pascasarjana Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Nur Wahyu Ningsih (80200221061)

Dosen Pemandu:
Dr. H. M. Yahya, M. Ag.
Dr. M. Rusdi T., M.Ag.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah Swt. yang telah

memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tokoh-tokoh/Ulama Hadist

Kontemporer” yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Ulumul Hadis

Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah

membimbing serta memberi arahan kepada kami dalam menyusun dan

menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menambah pemahaman, wawasan, serta keimanan kita kepada Allah Swt.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh

karena itu, kepada semua pembaca mohon saran kritik yang bersifat membangun

demi kesempurnaan makalah ini. Kepada semua pihak yang telah memberikan
saran dan kritik demi sempurnanya makalah ini, kami ucapkan terima kasih.

Gowa, 26 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Biografi dan Pemikiran Ulama Hadis di Dunia pada Masa

Kontemporer ............................................................................................ 3

1. Nasiruddin al-Albani .............................................................................3

2. Yusuf al-Qardhawi ................................................................................ 7

B. Biografi dan Pemikiran Ulama Hadis di Indonesia pada Masa

Kontemporer .......................................................................................... 12

1. Ali Mustafa Yaqub .............................................................................. 12

2. Tuan Guru H.M. Said Amin ............................................................... 16


BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20

A. Kesimpulan ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis memiliki kedudukan yang istimewa dalam hukum islam karena

kekuatan otoritatif yang dimilikinya. Posisi yang demikian penting meletakka

hadis sebagai salah satu sumber yang harus dijadikan referensi dalam

pengambilan dan penetapan hampir setiap keputusan hukum.

Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah saw.,

baik berupa perkataan (qaul), perbuatan (fi’l) ataupun ketetapan (taqrir). Nabi

saw. sebagai sumber informasi, dalam berbagai sabdanya menunjukkan bahwa

hadis Nabi saw. berusaha menyesuaikan bahasa atau dialek, kemapuan

intelektual, dan latar belakang budanya.1

Hadis sebagai gambaran hidup Rasulullah saw. dalam perjalanannya telah

mengalami banyak cobaan dan rintangan. Diantaranya adalah hadis

terlambat dibukukan selama satu abad lebih bila dibandingkan al-Quran.

Dan mulai terkodifikasi secara baik pada masa pemerintahan Umar

bin Abdul Azis, pengkodifikasian ini disebabkan karena Umar menganggap

bahwa pelarangan pengumpulan dan penulisan hadis telah hilang (mansuhk)

disebabkan karena telah terkodifikasinya al-Qur'an dalam satu mushaf sehingga

kekhawatiran tercampurnya al-Qur'an dengan hadis hilang (mansukh) dengan


sendirinya, kemudian kekhawatiran beliau akan hilangnya hadis-hadis Nabi saw.

yang pernah terjaga di dalam dada-dada para sahabat Nabi saw. selain itu

mengkodifikasian ini desebabkan karena menjamurnya para pembuat hadis-hadis

palsu yang merupakan akibat dari perpecahan politis maupun mazhab.2

1
Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi, (Cet. I; Jakarta: Renaisan, 2005) h. 1.
2
Manna' al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadis (Cet. IV; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, tahun
2009), h. 51.

1
2

Ketika hadis telah terkodifikasi, kemudian permunculanlah para pakar dan

ulama yang berusaha untuk melakukan penyeleksian hadis baik dari segi

riwayatnya maupun dirayahnya, dari segi periwayatan Imam Malik bin Anas

dianggap sebagai orang pertama yang melakukan penyeleksian hadis sehingga

tidaklah mengherankan jika Imam as-Syafi'y sebagai seorang ulama mengatakan

bahwa jika terdapat sebuah hadis, maka Malik-lah bintangnya (ahlinya), adapun

dari segi dirayahnya, maka Imam al-Bukhari dianggap sebagai pelopor dalam ilmu

dirayah hal tersebut tampak pada karya monumental beliau yaitu al-Jami' al-

Shahih, kemudian Imam Muslim dalam muqaddimah shahihnya, kemudian at-

Turmuzi dengan kitab illatnya.

Di Indonesia juga, perhatian ulama-ulama banyak terfokus ulum al-Hadis.

Seperti, karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie dalam bidang

Hadis dan Ilmunya yang sangat banyak salah satunya Pokok-pokok Ilmu Dirayah

Hadis. Selian beliau terdapat pula ulama indonesia lainnya yang memiliki karya-

karya dalam hadis dan ilmunya seperti Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail

dengan karya beliau dalam ilmu hadis seperti Pengantar Ilmu Hadis dan lain-lain

sebagainya.

Dalam kancah pemikiran hadis kontemporer, terdapat banyak tokoh hadis

dengan pemikirannya, namun pada makalah ini penulis akan menguraikan empat

diantaranya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana biografi dan pemikiran ulama hadis di dunia pada masa
kontemporer?
2. Bagaimana biografi dan pemikiran ulama hadis di Indonesia pada masa
kontemporer?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Pemikiran Ulama Hadis di Dunia pada Masa Kontemporer

1. Nasiruddin al-Albani

a. Biografi Nasiruddin al-Albani

Nama lengkap al-Albani adalah Muhammad Nashiruddin bin Nuh bin

Adam al-Najati, lebih dikenal dengan nama Albani, disandarkan pada negeri

kelahirannya, sering dipanggil dengan sebutan Abdurrahman. Ia dilahirkan pada

tahun 1914 M di kota Askodera, ibu kota Albania masa lampau.

Albani lahir dari keluarga yang agamis dan cukup sederhana. Ayahnya

adalah haji Nuh termasuk salah seorang ulama besar di Albania yang bekerja

sebagai reparasi jam untuk menghidupi keluarganya. Ia mengajarkan ilmu agama

pada masyarakat setempat, dan dikenal sebagai ahli fikih madzab Hanafi. Ketika

raja Ahmad Zagho naik tahta, Haji Nuh memutuskan untuk hijrah ke Syam,

tepatnya di kota Damaskus. Saat itu, Albani masih berumur sembilan tahun, baru

lulus sekolah tingkat dasar dan belum mengetahui membaca dan menulis bahasa

Arab.

Ketika menetap di Damaskus, Albani mulai aktif mempelajari bahasa Arab

di Madrasah yang dikelola Jamiyyah al-Is`af al-Khairiyyah hingga kelas terakhir,

tingkat Ibtidaiyyah. Sampai di sini Albani mengenyam pendidikan formal, karena

selanjutnya ia menempuh pendidikan non formal. Selanjutnya, Albani belajar dari

ayahnya dan Said al-Burhani, dari keduanya ia belajar dan mengetahui kitab-kitab

fikih madzab Hanafi dan juga qira’ah imam Hafs.5 Albani meninggal pada 2

Oktober 1999 M dalam usia 88 tahun di Yordania.

3
4

b. Pendidikan dan Perjalanan Ilmiah

Di kota Damaskus, Albani dan saudara saudaranya menuntut ilmu

bahasa Arab. Ia menimba ilmu hanya sampai pendidikan Ibtidaiyyah, karena

untuk pendidikan selanjutnya, ia banyak melakukan studi intensif pada para

masyayyikh.

Ketertarikan Albani pada kajian hadis saat ia berumur 20 tahun,

berawal dari dijumpainya beberapa edisi majalah al-Manar, Albani mendapati

tulisan Rasyid Ridha dalam mengkritisi kitab Ihya’ Ulum ad-Din karya al

Ghazali dari beberapa segi seperti masalah tasawuf dan hadis-hadis daif. Tulisan

al-Iraqi mengenai kitab Ihya’ Ulum ad-Din yang meneliti hadis-hadisnya serta

memisahkan antara yang sahih dan yang daif dengan menulis kitab al-Mugni an

Hamli Asfar fi Takhrij ma fi Ihya’ min al-Akhbar. Dalam bidang hadis, Albani

tidak pernah mendapatkan pendidikan formal, ia belajar hadis secara otodidak

dengan mengunjungi perpustakaan-perpustakaan di Damaskus, khususnya

perpustakan al-Zahiriyyah. Pada tahun 1961, Albani mendapatkan gelar Profesor

hadis dari Islamic University of Madinah. Albani adalah orang pertama yang

memasukkan mata kuliah Ilmu Isnad dalam kurikulum hadis yang diajarkan pada

Universitas Islam Madinah, dan juga seluruh universitas di negeri Arab. Hal ini

terbukti dari kitab-kitab berupa manuskrip yang telah di-tahqiq kembali secara

ilmiah baik yang sudah dicetak maupun yang belum dicetak.

Persentuhan pertama Albani dengan hadis dimulai dengan menyalin dan

mengomentari kitab al Iraqi dengan melakukan takhrij dan kajian ulang hadis-

hadis yang terdapat dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din. Pada tahap berikutnya,

Albani mulai mengkritisi karya-karya ulama hadis terkemuka seperti imam al-

Bukhari, Imam Muslim, dan imam kitab empat sunan lainnya.


5

Albani pernah mengajar hadis dan kajiannya di Jamiah Islamiyah

(Universitas Islam Madinah) selama tiga tahun, sejak tahun 1381-1383 H. Setelah

itu, ia pindah ke Yordania. Pada tahun 1388 H, Departemen Pendidikan meminta

Albani menjadi ketua jurusan Dirasah Islamiyah pada Fakultas Pasca Sarjana di

sebuah perguruan tinggi di kerajaan Yordania. Tetapi, situasi dan kondisi saat itu

tidak memungkinkannya memenuhi permintaan tersebut. Pada tahun 1395 H

hingga 1398 H, ia kembali ke Madinah untuk bertugas sebagai anggota Majelis

Tinggi Jamiyah Islamiyah. Ia mendapat penghargaan tertinggi dari kerajaan Arab

Saudi berupa King Faisal Foundation.

Sebelum meninggal, Albani berwasiat agar perpustakaan pribadinya; baik

berupa buku-buku yang sudah dicetak, manuskrip-manuskrip (yang ditulis

olehnya sendiri ataupun orang lain) semuanya diserahkan ke perpustakaan Jamiah

di Madinah.

c. Karya Albani

Semasa hidupnya, Albani banyak menghabiskan waktu luangnya di

perpustakaan, bukanlah hal yang mustahil jika akhirnya ia menghasilkan

banyak tulisan baik berupa tahqiq, takhrij, ta’liq, ikhtisar, i’dad dan fatwa

baik yang sudah dicetak maupun belum diterbitkan. Jumlah karya tulis Albani

sekitar 218 kitab. 121 di antaranya sudah dicetak dan sisanya masih belum

dicetak.

d. Pemikiran Albani

Melalui karya Albani, akan diketahui pemikiran pemikirannya,

baik dalam bidang akidah, akhlak, tarbiyyah, dakwah, ekonomi dan juga lainnya.

Berikut pemikiran Albani yang cukup populer di kalangan umat Islam.


6

1) At-Tasiyyah wa at-Tarbiyyah

Kulturasi Barat atas negara-negara muslim banyak mempengaruhi

sisi kehidupan umat Islam, tumbuhnya mentalitas taqlid dan jumud harus

disingkarkan. Umat Islam seharusnya kembali kepada Islam murni dan

sederhana yang berdasarkan al-Quran dan sunnah. Berkenaan dengan pemurnian

akidah Islam, Albani menfokuskan pada topik at- Tasfiyyah wa at-Tarbiyyah. At-

Tasfiyyah (pemurnian) meliputi tiga kajian yang harus ditindak lanjuti: Pertama,

pemurnian akidah Islamiyyah, dalam hal ini berkenaan dengan kemusyrikan,

pengotoran terhadap sifat sifat uluhiyyah, termasuk dalam hal penakwilan. Kedua,

pemurnian dalam dunia fikih Islam dari adanya ijtihad ijtihad yang bertentangan

dengan al-Quran dan hadis sahih. Ketiga, pemurnian kitab-kitab tafsir dan fikih

dengan menghilangkan hadis hadis palsu dan daif yang ada di dalamnya, juga

membersihkan kisah-kisah israiliyat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Realisasi dari tiga kajian di atas, Albani mengutarakan beberapa hadis sahih yang

berkenaan dengan akidah, dan juga melakukan penyeleksian atas hadis yang

dianggap sebagai bentuk pelegalan atas pencemaran akidah Islam.

Sedangkan konsep at-Tarbiyyah adalah pendidikan yang mempersiapkan

generasi yang tumbuh dari ajaran Islam yang telah dimurnikan kembali,

generasi yang terbebas dari segala bentuk polusi dan kekeruhan dari kotoran

ideologi atau pemikiran yang menyesatkan yakni generasi yang jernih, bersih, dan

murni sesuai dengan ajaran Islam.

2) Tawassul

Secara bahasa wasilah bermakna mendekat kepada yang dituju dan

mencapainya dengan keras, al-wasil artinya orang yang berkeinginan mencapai

sesuatu. Sedangkan al- wasilah artinya pendekatan, perantara, dan sesuatu yang

dijadikan sarana untuk mendekatkan pada sesuatu. Al- wasilah bermakna


7

keinginan, sedangkan al-wasil bermakna orang yang ingin sampai kepada Allah

Swt.. Di antara sebab melencengnya umat Islam dari akidah murni di abad

modern ini adalah kesalahpahaman dan kerancuan mengenai masalah tawassul.

Tawassul merupakan sesuatu (ibadah) yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

Swt.. berupa amal saleh. Tawassul terbagi menjadi dua macam, pertama:

tawassul kauniyah yaitu sebab-sebab alami yang mengantarkan pada tujuan

dengan sifat kemakhlukan dan fitrahnya. Wasilah model ini, berlaku bagi orang

mukmin maupun kafir. Contoh; air adalah wasilah (sarana) untuk menghilangkan

dahaga. Kedua, wasilah syar’iyyah yaitu sebab yang menghantarkan pada tujuan

melalui cara yang disyariatkan Allah Swt.. dan dijelaskan dalam kitab-Nya.

Namun, sebagian orang sering melakukan kesalahan besar dalam memahami dua

macam wasilah tersebut. Di antara contoh wasilah yang batil secara syar‟i dan

kauni adalah percaya dengan ramalan yang menggunakan kartu tarot untuk

melihat nasib. Hal ini merupakan penipuan dan kesesatan yang nyata.3

2. Yusuf al-Qardhawi

a. Biografi Yusuf al-Qardhawi

Desa Shafat at-Turab, Mahallah al-Kubra, Gharbiah, Mesir, 7 September

1926, adalah tempat tanggal lahirnya seorang ulama kontemporer yang dipandang

arif dalam bidang keilmuannya. Nama lengkapnya adalah Yusuf bin Abdullah bin

Ali bin Yusuf, sedangkan Qardhawi merupakan nama keluarga yang diambil dari

tempat beliau berasal. Beliau lebih sering dikenal dengan nama Yusuf al-

Qardhawi ulama kontemporer yang berasal dari Mesir.

Dari daerah asalnya beliau merantau ke Kairo. Di Kairo beliau kuliah di

Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dengan masa lima tahun beliau

3
Umaiyatus Syarifah, Peran dan Kontribusi Nashiruddin Al-albani dalam Perkembangan
Ilmu Hadis, Jurnal, Vol. 1, No. 1, Maret 2015.
8

menyelesaikan pendidikan S1 dan mendapatkan ijazah sarjana pada 1953.

Kemudian beliau melanjutkan pendidikan S2 dengan mengambil spesialis

pengajaran bahasa Arab di Fakultas Bahasa Arab. Beliau menyelesaikan

pendidikan S2 selama dua tahun dan lulus dengan mendapatkan gelar M.A, ijazah

internasional, dan sertifikat pengajaran. Tak berhenti di jenjang S2, pada tahun

1973, beliau berhasil menyelesaikan pendidikan S3 dan mendapat gelar Phd

(Doctor of Philosophy) dari Fakultas Ushuluddin. Beliau lulus dengan peringkat

summa cum laude dengan disertasi yang berjudul az-Zakat wa Atsaruha fi Hill al-

Masyakil al-Ijtimaiyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam Memecahkan Masalah-

masalah Sosial Kemasyarakatan).

Sebagai seorang ulama rakyat, Yusuf al-Qardhawi menghabiskan banyak

waktunya bersama dengan masyarakat. Memberikan kuliah dan khotbah di

masjid, menjadi Imam, ketua pendidikan dan pengajian Islam di universitas.

Beliau juga terlibat di berbagai macam aktifitas kemasyarakatan. Kesibukan dan

pengorbanan beliau menjadikan beliau senantiasa dihormati dan dihargai oleh

sebagian besar umat Islam di seluruh dunia.

Sebagai seorang ulama yang menempuh jenjang pendidikan sampai pada

gelar doktor, Yusuf al-Qardhawi merupakan ilmuwan yang menguasai pelbagai

macam cabang ilmu pengetahuan. Karya-karya beliau mencapai 120 buku dalam

berbagai bidang ilmu keagamaan. Beliau selalu menghabiskan waktunya hingga

14 jam sehari di perpustakaan rumahnya untuk menulis. Beliau bukan hanya

menghasilkan tulisan akademik, tetapi beliau juga menyumbangkan pelbagai

makalah di dalam majalah dan surat kabar harian di berbagai negara. Di Indonesia

sendiri buku terjemahan hasil karya Yusuf al-Qardhawi sudah diterjemahkan

kurang lebih sekitar 50 judul buku di antaranya:


9

1) Fiqih prioritas

2) Madrasah Tarbiyyah Hassan al-Banna

3) Sistem Masyarakat Islam dalam al-Qur‟an dan Sunnah

4) Bagaimana Cara Memahami Hadis Nabi Muhammad saw.

5) Konsepsi Ilmu dalam Persepsi Rasulullah saw. (Kedudukan Ilmu dan

Ulama

b. Pemikiran Yusuf al-Qardhawi Secara Umum

Fazlur Rahman adalah seseorang yang mempelopori pemikiran neo-

modernisme Islam, berpandangan bahwa seorang pemikir hebat ialah mereka

yang mempunyai kriteria tertentu. Kriteria tersebut ialah:

1) Menemukan suatu gagasan utama atau prinsip dasar utama yang

mengandung segala realitas, lalu ia menafsirkannya dengan jelas dan

menjadikannya sesuatu yang baru dan penting.

2) Gagasan pokok itu seterusnya mampu merubah pandangan kita dalam

berinteraksi dengan realitas tersebut.

3) Mampu mengemukakan suatu penyelesaian yang baru dan jitu terhadap

segala permasalahan yang setelah lama mengganggu pikiran manusia.

Berdasarkan kriteria tersebut Yusuf al-Qardhawi pastinya sudah

memenuhinya.Beliau di dalam bukunya berpendapat mengenai Islam dan

Demokrasi adalah subtansi (hakikat) demokrasi yang sejalan dengan prinsip-

prinsip dan nilai-nilai Islam. Hakikat demokrasi yang dimaksud adalah yang

sesuai dengan Islam, seperti yang beliau jelaskan: “Bahwa rakyat memilih orang

yang akan memerintah dan menata persoalan mereka, tidak boleh dipaksakan

kepada mereka (penguasa) yang tidak disukainya. Mereka diberi hak untuk

mengoreksi penguasa bila ia keliru, diberi hak untuk mencabut dan menggantinya

bila ia menyimpang, mereka tidak boleh digiring dengan paksa untuk mengikuti
10

berbagai system ekonomi, sosial, dan politik yang tidak mere kenal dan tidak

mereka sukai. Bila sebagian dari mereka menolak, maka mereka tidak boleh

disiksa, dianiaya, dan dibunuh.

Di lain corak pemikiran Yusuf al-Qardhawi, beliau juga menuangkan

pemikirannya terhadap sekularisme, yang mana sekularisme ini beliau anggap

tidak bersinergi dengan ajaran Agama Islam. Sekularisme adalah suatu tindakan

di bidang sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang tidak mau mensintesiskan

dengan bidang agama. Karena menurut mereka setiap bidang, mempunyai ruang

lingkupnya masing-masing, tidak bisa asal disintesiskan beitu saja.

c. Pemikiran Yusuf al-Qardhawi Secara Khusus (Hadis)

Ada beberapa cara dan petunjuk yang digunakan dalam memahami as-

Sunnah an-Nabawiyyah dengan baik. Yusuf al-Qardhawi menyebutkan metode

tersebut di dalam bukunya yang berjudul kayfa nata’amal ma’a al-Sunah al-

Nabawiyah di antaranya:

1) Memahami as-Sunnah sesuai dengan petunjuk al-Qur‟an

2) Memahami hadis dengan mempertimbangkan latar belakang, situasi dan

kondisi, serta tujuannya ketika diucapkan

3) Membedakan sarana yang berubah-ubah dan yang tetap

4) Memahami antara ungkapan yang bermakan sebenarnya dan yang bersifat

majazdalam memahami hadis

5) Membedakan antara alam ghaib dan alam kasatmata

6) Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis.

Sebagaimana contoh hadis yang terdapat di dalam buku karangan Yusuf

al-Qardhawi, kayfa nata’amal ma’a al-Sunah al-Nabawiyah, di sana beliau

mengambil contoh hadis mengenai tashwir (lukisan atau gambaran). Setelah


11

dilacak ternyata hadis tersebut terdapat di dalam kitab al-Bukhari. Sebagaimana

bunyi hadisnya:

،‫س ِار ب ِْي ًُ َوَ ٍْز‬ ٍ ‫ ُك ٌَّا َه َع َهس ُْز‬:َ‫ قَال‬،‫س ِل ٍن‬
َ ٍَ ‫ فٌِ د َِار‬،‫وق‬ ُ ‫ َحدَّثٌََا األ َ ْع َو‬،‫اى‬
ْ ‫ ع َْي ُه‬،‫ش‬ ُ ََ‫س ْف‬
ُ ‫ َحدَّثٌََا‬،ًِ
ُّ ‫َحدَّثٌََا ال ُح َو َْد‬
َ َ ‫ إِ َّى أ‬:ُ‫سلَّ َن ٍَقُول‬
َّ‫َد‬ َ ُ‫صلَّي هللا‬
َ ‫علَ َْ ِه َو‬ َ ٌَّ ِ‫ْت الٌَّب‬ َ :َ‫ قَال‬،ِ‫اَّلل‬
ُ ‫س ِوع‬ َّ َ‫ع ْبد‬ ُ ‫س ِوع‬
َ ‫ْت‬ ُ ٌِ‫فَ َزأَى ف‬
َ :َ‫ َفقَال‬،َ‫صفَّتِ ِه ت َ َواثَِل‬
َّ َ‫عذَابًا ِع ٌْد‬
‫اَّللِ ٍَوْ َم ال ِقََا َه ِة ال ُوص ّ َِو ُروى‬ ِ ٌَّ‫ال‬
َ ‫اس‬
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Humaidi, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, telah menceritakan kepada kami al-A‟mash, dari Muslim, berkata:
kami bersama Masruq di kediaman Yasar bin Numair, melihat barisan
patung-patung, maka berkata: aku mendengar dari „Abdullah, berkata: aku
mendengar dari Nabi saw. beliau bersabda: „Sesungguhnya manusia yang
paling keras siksaanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah tukang gambar
(patung).‟”

Berdasarkan asbabul wurud dari hadis-hadis gambar, diketahui patung

atau gambar yang disebut yaitu gambar atau patung tiga dimensi atau gambar

mahluk bernyawa yang ketika ditiupkan ruh kepadanya maka akan hidup.

Sedangkan secara antropologis, keadaan masyarakat ketika hadis itu disabdakan

berada dalam situasi masyarakat trasnsisi dari kepercayaan animisme dan

politeisme ke kepercayaan monoteisme, oleh karena itu pelarangan itu sangat

relevan. Hadis itu sangat terkait dengan kebiasaan masyarakat dulu yang masih

rentan terhadap kemusrikan, yaitu kebiasaan menyembah patung-patung berhala

yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.

Dengan demikian, gambar atau patung yang dimaksud di dalam hadis

tersebut yaitu gmbar makhluk yang bernyawa atau tiga dimensi, yang mana

adanya gambar atau patung tersebut dapat dikhawatirkan menyebabkan

masyarakat terjerumus pada praktik penyembahan berhala. Sehingga munculah

hukum yang mengharamkan perbuatan, pemasangan, maupun memiliki gambar

maupun gambar tersebut dengan ancaman yang sangat berat di hari kiamat, serta
12

malaikat pembawa rahmat dan berkah tidak akan masuk kerumah yang

ditinggali.4

B. Biografi dan Pemikiran Ulama Hadis di Indonesia pada Masa


Kontemporer

1. Ali Mustafa Yaqub

a. Biografi Ali Mustafa Yaqub

Ali Mustafa Yaqub lahir di desa Kemiri, kecamatan Subah, Kabupaten

Batang, Jawa Tengah, tanggal 2 Maret tahun 1952. Sejak kecil hingga dewasa Ali

Mustafa tumbuh dalam lingkungan yang religius. Lingkungan yang penuh dengan

nuansa keagamaan ini menginspirasi Ali Mustafa untukmenjadi seorang yang ahli

agama di kemudian hari. Ayahnya bernama H. Yaqub merupakan seorang

muballig dan imam masjid di daerah Batang Jawa Tengah, serta mengajar di

lembaga pendidikan yang dirikan bersama kakeknya Joyo Truno yang santrinya

adalah masyarakat di sekitar rumahnya dengan kata lain sebagai kiayi kampung.

Ibunya bernama Siti Chabibah, merupakan seorang guru agama yang turut

membantu mengajar ayahnya. Ali Mustafa Yaqub adalah anak keempat dari tujuh
bersaudara yang dua saudara beliau sudah meninggal. Salah satu saudaranya ialah

Dahlan Nuri Yaqub yang merupakan salah satu pengasuh di Pondok Pesantren

Darussalam Batang Jawa Tengah yang didirikan bersama Ali Mustafa Yaqub

tahun 1989.

Beliau meninggal dunia pada hari Kamis 28 April 2016, Pukul 06.30 WIB

dalam umur 64 tahun di Rumah sakit Hermina Ciputat Tanggerang akibat

penyakit Gula atau Diabetes. Sebelum meninggal, tepatnya hari Rabu tanggal 27

April 2016, beliau sempat mengeluh masuk angin. Jenazah di semayamkan di

4
Sandi Yulian Prastyo, Pemikiran Yusuf Al-qardawi dalam Perspektif Islam dan Hadis,
UIN Sunan Ampel Surabaya, tahun 2019. h. 3.
13

Komplek Pesantren Darussunnah dan dikuburkan di belakang masjid Muniroh

Salamah dalam lokasi Pondok Pesantren juga.

Ali Mustafa Yaqub menempuh pendidikan Sekolah Dasar (Sekolah

Rakyat) tahun 1961-1966 di kampung halamannya.Tiap hari sehabis belajar di

sekolah, beliau habiskan untuk menemani kawan yang menggembala kerbau di

lereng-lereng bukit pesisir Utara Jawa Tengah. Kebiasaan ini kelak membentuk

karakter (character building) dan sisi kepribadian Ali Mustafa Yaqub yang tegas,

disiplin,kritis dan peduli antar sesama. Sejak kecil, Ali Mustafa Yaqub dan

kakaknya dididik agama oleh kedua orangtuanya dan kakeknya serta diajarkan

untuk belajar hidup sederhana dan tidak berfoya-foya serta hidup mandiri.

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Ayahnya lebih memilih

mondokkanAli Mustafa Yaqub ke pesantren di Pesantren Seblak, Jombang,

sampai tingkat Tsanawiyah tahun 1966-1969. Ali Mustafa Yaqub melanjutkan

sekolah Aliyah (SMA) di Tebuireng Jombang yang tidak jauh dari Seblak tahun

1969-1972. Ali Mustafa Yaqub melanjutkan kuliah Jenjang S-1 pada Program

Studi Syariah Universitas Hasyim Asy„ari Jombang tahun 1972-1975, seta

menekuni kitab-kitab kuning dibawah asuhan para guru-guru senior, sambil

mengabdi selama 5 tahun sebagai guru di pesantrenTebuireng tahun 1972-1976.

Setelah menyelesaikan kuliah di Uneversitas Wahid Hasyim, ia

mengambil kembali jenjang S-1program beasiswa di Universitas King Saud,

Riyad, Saudi Arabia dengan ijazah Licance (Lc) 1976-1980. Setelah lulus dari

Universitas King Saud, Ali Mustafa Yaqub melanjutkan pendidikan ke jenjang

Pasca Sarjana (S2) dengan spesialisasi tafsir dan hadis, di kampus yang sama

dengan gelar Master of Art (MA) pada 1980-1985.

Gelar S3 ia peroleh dari Universitas Nizamia, Hyderabad India dengan

spesialisasi Hukum Islamtahun 2005-2008, dengan mempertahankan disertasi


14

ujian promosi yang berjudul:“Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat

Kosmetik dalam Pespektif al-Qur‟an dan Hadis,”diketuai tim penguji

internasional dipimpin oleh Prof. Dr. M. Hasan Hitou, Guru Besar Fiqh Islam dan

Usul Fiqh Universitas Kuwait yang juga Direktur Ilmu-Ilmu Islam Frankfurt

Jerman, yang dilaksanakan hari Senin Malam, 30 Juni 2008 di Aula Masjid

Istiqlal Jakarta.

b. Pemikiran Ali Mustafa Yaqub

Menurut Ali Mustafa Yaqub, studi hadis kontemporer harus

komperehensif terdiri atas empat komponen. Pertama, Mustalah al- Hadis; Kedua,

Takhrij al-Hadis pada studi Sanad; Ketiga, Fiqh al-Hadis yang merupakan

metode untuk memahami hadis; dan keempat, Difaan al-Hadis yang beguna

untuk mempertahankan eksistensi hadis dari pihak orientalis dan pengingkar.

Masing-masing dari empat komponen ini memiliki wilayah penelitian sendiri,

kendati saling berkaitan.

Menurut Ali Mustafa Yaqub, apabila metode pengajaran ilmu hadis

tersebut dapat diterapkan, maka pada masa mendatang ia mengharapkan akan

lahir para ahli hadis yang tidak hanya mampu menyeleksi otentisitas dan

kredibilitas sebuah hadis, tetapi juga mampu mempertahankan eksistensi hadis

dan memahami hadis dengan pemahaman yang benar. Pemikiran Ali Mustafa

Yaqub tersebut tidak hanya sekadar wacana, tapi telah ia terapkan di dalam

kurikulum pesantren Darussunnah yang didirikannya. Dengan harapan para

alumni Darussunnah menjadi aset berharga ulama hadis di Indonesia yang dapat

ikut andil dalam mengajarkan hadis dengan pemahaman yang benar.

Melihat berdirinya Pesantren Darussunah yang oleh Ali Mustafa Yaqub,

menciptakan kurikulum pembelajaran hadis berkaitan denganTakhrij al-Hadis

dan Naqd al-Hadis meliputi:


15

1) Aspek kajian hadis yang langsung dari kitab induknya al-Kutub as-Sittah

sampai selesai selama empat tahun dengan metode muzakarah dan

muhadarah

2) Aspek kajian ulum al-Hadis yang ilmu musthalah al-Hadis dijadikan

sebagai landasan teori bagi pelajar hadis dalam menentukan kualitas hadis,

dan mengamalkannya

3) Aspek kajian berbasis takhrij al-Hadis, analisis implementatif dalam

melacak dan menelusuri hadis, membahas rawi- rawi dalam sanad,

kemudian menyeleksi dan menghukumi kualitas hadisnya

4) Aspek kajian berbasis naqd al-Hadis (kritik hadis) yang diajarkan metode

kritik hadis para sarjana muslim sebagai counter terhadap metode kritik

hadis orientalis dari kajian Timur dan Barat

5) pembekalan ilmu yang berbasis pemahaman hadis (Turuq fahm al-Hadis)

dengan buku panduan at-Turuq al-Sahihah fi Fahm as- Sunnah an-

Nabawiyyah karya Ali Mustafa Yaqub, sebagai upaya membedung

pemahaman hadis yang sempit, kaku dan radikal, dengan tambahan belajar

fiqih, ushul fiqh, bahasa Arab-Inggris dan materi-materi penunjang

lainnya.

Adapun jasa besar Ali Mustafa Yaqub dalam pemikiran hadis di Indonesia

berupa: pertama, kritikan tajamnya terhadap orientalis Barat Ignaz Goldziher dan

Joseph Schacht tentang studi hadis lewat pemikiran gurunya Mustafa Azami di

Indonesia. Kedua, menghilangkan dikotomisasi ahli hadis dan ahli fiqh, sebab

tiga imam madzhab lainnya adalah pakar hadis dan fikih sekaligus. Ketiga,

mengenalkan metode Fiqh al-Hadis (pemahaman hadis)yang dituangkan dalam

kitab yang berjudul at-Turuq as-Sahihah fi Fahm as-Sunnah an- Nabawiyah

‟yang diterjemahkan dengan judul Cara Benar Memahami Hadis‟ sebagai teknik
16

untuk mengetahui hadis secara utuh agar tidak salah kaprah dalam memaknai

hadis. keempat, mengkritisi tradisi-tradis masyarakat Indonesia yang tidak sesuai

dengan Alqur„an dan hadis Nabi. Kelima, menggambarkan bahwa Islam rahmat

sekalian alam yang bisa hidup berdampingan satu dan lainnya.5

2. Tuan Guru H.M. Said Amin

a. Biografi Tuan Guru H.M. Said Amin

Tanggal 1 Januari 1936, merupakan tanggal kelahiran Muhammad Said,

di salah satu desa di bagian timur pulau Sumbawayang dikenal dengan nama desa

Tawali di Bima. Ayahnya bernama H.M. Amin Hasan dan ibunya bernama Hj.

Thaifah Sanghaji. Beliau wafat pada tanggal 30 April 2015 di kota Bima pada

umurnya yang ke-79 tahun. Sejak kecil sudah menunjukkan ketertarikannya pada

pendidikan agama dan terlihat kelebihannya dibandingkan dengan teman

sebayanya di kampung. Selain menuntut ilmu di sekolah, beliau mendapatkan

bimbingan dan pengajaran dari ayahnya dalam bidang pendidikan agama,

terutama dalam keahlian membaca al-Qur`an.

Pada tahun 1947, Tuan Guru mencoba mengajukan diri untuk menuntut

ilmu di Mekah, akan tetapi nasib berkata lain, beliau tidak mendapatkan izin

dikarenakan belum memenuhi persyaratan umur, pada waktu itu umurnya baru 11

tahun, dan akhirnya melanjutkan studi di Kota Bima. Pada tahun 1948, setelah

menyelesaikan studi pada tingkat pendidikan dasar, mendapatkan izin ke Mekah

untuk memenuhi cita-cita ibunya untuk belajar agama di pusat peradaban Islam

tersebut. Tuan Guru H.M. Said Amin tercatat sebagai murid di Madrasah Darul

Ulum dan Madrasah Al-Falah di Mekah, juga mendapatkan kesempatan sebagai

tenaga pengajar di Madrasah Al-Falah selama 1 tahun. Pada tahun 1957, kembali

pulang ke Bima untuk berdakwah dan mengabdikan diridi kampung halamannya.

5
Muhammad Qomarullah, Pemahaman Hadis Ali Muhammad Yaqub dan Kontribusinya
terhadap Pemikiran Hadis di Indonesia, Jurnal, Vol. 4, No. 2, 2020.
17

Berdasarkan fakta, pada tahun 1957, Tuan Guru H.M Said Amin diangkat

menjadi guru hadis pada Madrasah Al-Falah di Mekah. Penghormatan dan

kesempatan untuk menjadi pengajar, diwajibkan mempunyai

ijazah/kredensial/sertifikat pendidik yang menjelaskan kompetensinya.

Kredensial yang terpenting itu adalah isnad, yakni mata rantai otoritas yang

menunjukkan hubungan yang tidak terputus antara guru dan murid dalam

transmisi kitab-kitab atau ajaran tertentu. Ijazah biasanya dikeluarkan oleh guru

kepada muridnya setelah dia belajar dengannya.

Berkaitan dengan urgensi sanad hadis, J.O.Voll berpendapat, sebagaimana

yang dikutip oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama, bahwa sarana

terpenting yang membuat hubungan sesama jaringan ulama relatif solid, salah

satunya adalah Isnad hadis, karena memainkan peranan yang krusial dalam

menghubungkan ulama yangterlibat dalam jaringan, yang berpusat di Haramayn.

Hal ini dapat dilihat sebagaimana yang dilakukan oleh Syekh Yasin Al-

Fadaniy, yang mempunyai sejumlah murid yang sekarang menjadi kiai-kiai di

pesantren (Jawa dan di luar Jawa). Murid-muridnya akan sangat bangga mencatat

dan memelihara mata rantai otoritas (isnad) dari Syekh Yasin, yang dianggap

sebagai salah satu otoritas hadis yang paling penting pada masa-masa

kontemporer. Syekh Yasin sendiri menulis naskah yang berjudul Tarajim Ulama

Al-Jawi (Biografi Ulama Nusantara), yang di dalamnya beliau memberikan

riwayat tentangisnad yang dimilikinya dan dimiliki pula olehmurid-murdnya.

b. Karya hasil pemikirannya

Salah satu metode yang digunakan Tuan Guru H.M. Said Amin dalam

berdakwah adalah dengan metode da`wah bil qalam. Selama hidupnya beliau

telah banyak menulis buku-buku keislaman sebagai media pencerahan bagi umat

Islam di Bima. Dengan banyaknya karya tulis yang dihasilkannya, maka beliau
18

dijadikan sebagai salah seorang ulama di Bima yang produktif. Menulis baginya

merupakan salah satu cara untuk melanjutkan khazanah keislaman dan tradisi

yang telah diwariskan oleh para ulama sebelumnya, yang telah banyak menulis

kitabdalam berbagai macam disiplin keilmuan.

Selama hidupnya Tuan Guru H.M. Said Amin telah menghasilkan

puluhan karya tulis dalam bentuk buku dan telah diterbitkan yang merupakan

manifestasi dari pemikiran keislamannya. Selain buku yang telah diterbitkan,

masih banyak karya tulis beliau yang masih berbentuk naskah dan manuskrip

yang belum sempat diterbitkan. Karya tulisnya, dari berbagai disiplin keilmuan

Islam, telah dijadikan sumber rujukan bagi kalangan mahasiswa dan akademisi.

Selain berdakwah melalui tulisan, beliau juga berdakwah bi lisan hingga

menjangkau seluruh pelosok desa di Kota dan Kabupaten Bima sebagai bentuk

tanggung jawabnya sebagai seorang ulama. Di bidang pendidikan, beliau telah

banyak mendirikan lembaga pendidikan Islam, seperti pondok pesantren,

madrasah hingga perguruan tinggi Islam.

Berikut beberapa buku karya tulisnya:

1) Kitab Wird al-Ittihad.

2) Peristiwa Ghadir khum melahirkankebohongan Syi`ah ahlul bait.

3) Menuju Pelaksanaan Syari`at Islam.


4) Sejarah Timbulnya Perpecahan diKalangan umat Islam

5) Konspirasi Internasional dan Masa DepanAgama-Agama

6) Mewaspadai Pemurtadan Umat Islam.

7) Adam Abul Basyar (koreksi terhadapbuku Ternyata Adam dilahirkan).

8) Manusia dan Ibadah Haji

9) Sifat Shalat Rasulullah.

10) Ajaran Agama Masehi setelah Kenaikan Isa Al-masih.


19

11) Siksa dan Nikmat Kubur.

12) Menggugat Aliran-Aliran Teologi dalamIslam.

13) Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam bersama TGH. M. Said Amin,

(PengantarIlmu Hadis dan Ilmu Fiqh).

14) Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah,

seri Aliran-aliran ilmu kalam dan pemimpin yang menyesatkan umat.

15) Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah,

seri Manusia dan Ibadah Haji.

16) Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah,

seri Siksa dan Nikmat Kubur.

17) Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah,

seri Perjalanan Hidup Manusia dari alam arwah sampai alam Baqa`.

Buku-buku tersebut diharapkan sebagai warisan intelektual yang sangat

berharga bagi generasi Islam di Bima dalam pengembangan intelektual dan kajian

keislaman, dan diharapkan juga menjadi amal jariyah intelektual yang tak putus-

putusnya, serta merupakan bagian dari ikhtiar serta ijtihad intelektualnya sebagai

ulama untuk menjadi suluh api kebenaran di tengah merebaknya paham-paham

yang menggerogoti akidah umat.6

6
Muhammad Mutawali, Tuan Guru H.M. Said Amin Bima: Ulama Lokal dalam Jaringan
Sanad Hadis, Jurnal, Vol. 4, No. 1, 2019.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kesimpulan dari makalah ini

adalah:

1. Muhammad Nashiruddin bin Nuh bin Adam an-Najati merupakan ulama

hadis kontemporer kelahiran Albani yaitu salah satu negara bagian Barat

semenanjung Balkan di Eropa. Albani melahirkan banyak karya, baik

berupa takhrij, tahqiq, ta‟liq maupun fatwa sedangkan. pemikiran Yusuf

al-Qard{awi terhadap Islam dan hadis bersifat moderat. Sebagai tokoh

ulama kontemporer, beliau biasa mengisi waktunya dengan berbagai

kegiatan perpustakaan hingga 14 jam dalam sehari. Pemikiran beliau

terhadap hadis bisa dilihat pada pembahasan mengenai hadis Nabi

Muhammad saw. tentang taswir. Beliau melihat dalam sudut apa hadis itu

muncul dan mengapa umat Islam dilarang untuk membuat gambar atau

lukisan. Dalam memahami hadis di atas beliau memperhatikan makna

konotasi dan denotasinya, kemudian melihat dari sisi keilmuan

antropologis sehingga tidak menimbulkan kebingungan dalam memahami

hadis.

2. keaslian hadits dapat diketahui dengan membandingkan dengan hadits

lain, baik dari teman, dari segi waktu maupun waktu, dari berbagai

perawi, maupun guru atau karya dalam sebuah kitab hadits, sehingga

kredibilitas hadits tersebut dikenal. Adapun kontribusinya terhadap

pemikiran hadits yaitu mengenalkan pemikiran orientalis dan membela

ulama, kemudian mengembangkan metode pemahaman hadits dengan

mendirikan Pondok Pesantren Darussunnah, menulis berbagai pemikiran

20
21

hadis yang mengandung rekonstruksi ulang pemahaman terhadap hadits

baik dalam bentuk kritik, atau pemikiran baru tentang hadits seperti makna

bid'ah atau hadits dalam perdebatan masyarakat terkait hukum. sedangkan

Tuan Guru H.M. Said Amin adalah salah satu figur ulama lokal yang

memiliki otoritas keilmuan yang mumpuni. Beliau memainkan perannya

sebagai ulama hadis yang bersentuhan langsung dengan umat dan para

muridnya dengan memberikan pencerahan sesuai dengan keilmuan yang

diperolehnya selama menuntut ilmu di Mekah. Dengan penguasaan ilmu

hadis dan ijazah hadis yang diperolehnya dari ulama- ulama otoritatif

seperti Syekh Yasin Padang, membawanya kepada legitimasi dan

pengakuan umat dengan mendapat gelar dan panggilan Tuan Guru. Gelar

Tuan Guru bagi masyarakat Bima merupakan gelar tertinggi bagi seorang

ulama, karena gelar tersebut bukan diraih tapi disematkan oleh umat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru Memahami Hadis Nabi. Jakarta:
Renaisan. 2005.
al-Qaththan, Manna'. Pengantar Studi Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
2009.
Mutawali, Muhammad. Tuan Guru H.M. Said Amin Bima: Ulama Lokal dalam
Jaringan Sanad Hadis, Jurnal, Vol. 4, No. 1, 2019.
Prastyo, Sandi Yulian . Pemikiran Yusuf Al-qardawi dalam Perspektif Islam dan
Hadis, UIN Sunan Ampel Surabaya. 2019.
Qomarullah, Muhammad. Pemahaman Hadis Ali Muhammad Yaqub dan
Kontribusinya terhadap Pemikiran Hadis di Indonesia, Jurnal, Vol. 4,
No. 2, 2020.
Syarifah, Umaiyatus. Peran dan Kontribusi Nashiruddin Al-albani dalam
Perkembangan Ilmu Hadis, Jurnal, Vol. 1, No. 1, Maret 2015.

22

Anda mungkin juga menyukai