Anda di halaman 1dari 15

Hakikat dan Esensi Ilmu

Living Qur’an – Hadist


Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Ubaydi Hasbillah
PENGERTIAN LIVING QUR’AN DAN HADIST ETIMOLOGI

 Secara ETIMOLOGI atau Secara bahasa ada dua


 Living diambil dari bahasa Inggris yang ber arti ganda, hidup dan
menghidupkan atau dalam bahasa Arab Al hay dan ihya
 Dengan demikian arti dari living Qur’an dan Hadist yakni Al Qur’an dan Hadist
yang hidup atau menghidupkan Al Qur’an dan Hadist
 Nominalisasi kata live menjadi living melalui pola Gerund ini sangat penting
dilakukan agar kata tersebut tidak terikat oleh waktu dan kata ganti yang
tersimpan didalam nya
 Karena itulah, agar terbebas dari problem waktu dan kata ganti maka jadilah
Living Qur’an dan Hadist yang ber arti Menghidupkan Al Qur’an dan Hadist
PENGERTIAN LIVING QUR’AN DAN HADIST SECARA
TERMINOLOGI

 Ilmu living Al Qur’an dapat didefinisikan sebagai ilmu yang meng kaji praktek
Qur’an dan Hadist
 Dengan kata lain ilmu ini mengkaji tentang Al Qur’an dari penafsiran teks Al
Qur’an dan Hadist dan bersifat dari praktik ke teks bukan sebaliknya dari
teks ke praktik
 Sebagai cabang ilmu Al Qur’an dan Hadist yang mengkaji gejala – gejala Al
Qur’an dan Hadist bukan teks Qur’an atau Hadist
 Dalam kajian living Qur’an yang bersifat fenomenologis, dianggap tidak
penting, ini karena kajian living Qur’an dan Hadist adalah kajian empiris,
sedangkan kajian empiris selalu bersifat emik
JENIS – JENIS LANDASAN ONTOLOGIS ILMU LIVING QUR’AN DAN HADIST

 Sebagai sebuah disiplin ilmu yang


sendiri, Suatu ilmu itu harus
memiliki prinsip yaitu Ontologis, 1. Definisi
epistimologis, dan yang tidak kalah 2. Objek Kajian
adalah landasan yuridisnya 3. Produk Keilmuan
4. Nisbat terhadap keilmuan lain
5. Keutamaan
6. Pencetusnya
7. Nama Ilmu
8. Sumber Pengetahuan
9. Hukum Mempelajarinya
10.Kasus – Kasus Yang dapat di
 Terkait dengan landasan ontologis kaji
dan epistimologi hal itu dapat
dirangkum dalam beberapa point
penting sebagaimana yang
diungkapkan oleh Muhammad Ali
Sabban dalam bait syairnya :
Definisi

 Ilmu Living Qur’an atau Ilmu Living Hadist adalah ilmu yang menghidupkan Al
Qur’an dan Hadist baik secara material, praktikal – personal, maupun
praktikal – komunal, baik itu secara kognitif mau pun non kognitif
 Ia juga dapat di artikan dengan ilmu yang mengkaji gejala – gejala Al Qur’an
di kehidupan umat manusia
 Mengingat kajian ini tentang fenomena ayat atau hadist yang hidup atau
dihidupkan maka ia tidak berpretensi untu menjastifkasi kebenaran suatu
praktik, artikulasi atau peruwjudan suatu ayat maupun hadist
Objek kajian

 Objek kajian nya adalah artikulasi ayat dan hadist diluar mushaf dan kitab –
kitab hadist atau gejala – gejala Al-Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sosial
budaya
Produk Keilmuan

 Hasil yang dapat diperoleh dari ilmu ini adalah pengetahuan tentang
keragaman pengamalan ayat dan hadits, keragaman pola pikir dalam
memahami dan mengamalkan ayat dan hadits, pengetahuan tentang cara
yang sangat bijak nan arif dalam pengamalan Al-Qur‟an dan Hadits Nabi,
pengetahuan tentang pergeseran dan perubahan dalam perwujudan ayat dan
hadits Nabi di dalam kehidupan umat manusia. Ia juga dapat digunakan untuk
mengetahui popularitas suatu ayat dan hadits di tengah masyarakat.
Nisbat Terhadap Keilmuan Lain

 Terkait nisbat dalam rumpun keilmuan, ia termasuk dalam rumpun ilmu Al-
Qur‟an dan ilmu hadits, yaitu ilmu tentang pengamalan Al-Qur‟an dan Hadits.
Dalam kajian ilmu Al- Qur‟an dan Hadits, ia dikategorikan sebagai ilmu
non naskah Al-Qur‟an dan Hadits, atau ilmu Al-Qur‟an dan ilmu hadits
yang dikaji secara empiris, bukan normatif. Ia juga termasuk bagian dari ilmu
sosiologi-antropologi Qur‟an dan Hadits.
  
Keutamaan

 Salah satu keistimewaan ilmu living Qur‟an-Hadits adalah untuk mengetahui


bahwa suatu tradisi atau perilaku manusia memiliki nalar syariat, nalar
keagamaan.
 Ia sangat berguna untuk para pendakwah atau para sosiolog dan antropolog
Islam, khususnya ketika menghadapi beberapa problematika keutamaan. Ilmu
ini juga mampu mengungkap sejarah praktik Al-Qur‟an dan Hadits atau
sejarah keberagaman. Ia juga mampu merumuskan konsep transformasi ayat
dan hadits ke dalam bentuk yang lebih hidup dan mewujud, sehingga dapat
menjadi juknis ihya‟ al-sunnah.
Pencetusnya

 Secara praktis, ia ditemukan oleh para ulama dakwah, para pendakwah Islam.
Secara akademis, Malik bin Anas adalah orang yang pertama mencetuskan
ilmu ini dengan konsep unggulannya dalam bidang syariah Islam, yaitu amal
ahli madinah. Namun, secara fenomenologis, para sahabat atau bahkan Nabi
sendiri sudah memulainya
Nama Ilmu

 Ilmu ini bernama Living Qur‟an dan Living Hadits. Biasanya, ia dikaji secara
terpisah. Ilmu living Qur‟an dikaji secara tersendiri, dan ilmu living hadits
dikaji secara tersendiri pula. Nama ini ditetapkan sebagai nama disiplin ilmu
oleh para akademisi Al- Qur‟an dan Hadits di UIN Yogyakarta pada tahun
2005.
Sumber Pengetahuan

 Pengetahuan tentang gejala Al-Qur‟an dan Hadits di tengah kehidupan


manusia mula- mula dapat diperoleh melalui kegiatan takhrij lapangan
(maydani). Di sampin melalui ilmu takhrij hadits secara empiris (al-takhrij al-
maydani li al-hadits al-nabawi), ia juga dapat diperoleh melalui pengamatan
serta penelitian Al-Qur‟an dan Hadits di lapangan.
Hukum Mempelajarinya

 Hukum mempelajari ilmu ini adalah fardhu kifayah. Artinya, ketika dalam
suatu negeri Muslim tidak ada yang menguasai keilmuan tentang living
Qur‟an-Hadits (atau entah apapun namanya), maka Al-Qur‟an atau Hadits
itu tidak akan dihidupkan, dipraktikkan di situ. Sementara menghidupkan
Al-Qur‟an dan Hadits adalah suatu keniscayaan dalam beragama Islam.
Oleh karena itu jika sedikitnya ada satu orang saja yang ahli dalam bidang ini,
maka Al-Qur‟an dan sunnah Nabi pasti akan lestari.
Kasus – kasus yang dapat di kaji

 Secara garis besar, kasus-kasus yang paling memungkinkan untuk dikaji dalam
bidang ini adalah di antaranya :
 
 Perwujudan ayat dan hadits dalam bentuk materi atau benda. 
 Perwujudan ayat dan hadits dalam bentuk perilaku atau praktik.
 Perwujudan ayat dan hadits dalam bentuk lembaga dan kemasyarakatan.

 Sebagai bagian hirarkis dari keilmuan Al-Qur‟an dan Hadits, ilmu living
Qur‟an- Hadits juga memiliki landasan yuridis yang kuat dari ayat dan hadits
Nabi. Motivasi awal munculnya kajian ini dapat dinyatakan bersumber dari
pemahaman ayat Al-Qur‟an dan Hadits Nabi.
Penutup
 Kesimpulan
 Ilmu Living Qur‟an dan Living Hadits adalah
ilmu tentang Al-Qur‟an dan hadits- hadits yang  Saran  
hidup atau ilmu tentang menghidupkan Al-  Penulis berpesan jika terdapat beberapa hal yang
Qur‟an dan Hadits, baik secara material- salah dalam penulisan ataupun materi, diharapkan
natural, praktikal-personal, maupun praktikal- untuk memberikan beberapa saran kepada penulis,
komunal. Baik itu secara kognitif, maupun non- agar kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi
kognitif. Ia juga dapat didefinisikan sebagai ilmu dalam menulis, dan juga penulis berpesan kepada
yang mengkaji tentang gejala- gejala Al-Qur‟an mahasiswa Indonesia khususnya mahasiswa Institut
dan Hadits di tengah kehidupan umat manusia. Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, kita
 Mengingat kajian ini adalah kajian tentang tekunkan budaya menulis, membaca, dan
fenomena ayat dan hadits yang hidup atau memahami, supaya kita menjadi orang-orang yang
dihidupkan, maka ia tidak bepretensi untuk berguna bagi bangsa dan agama di masa yang akan
menjastifikasi kebenaran suatu praktik, artikulasi, datang
atau perwujudan suatu ayat maupun hadits. Ia
semata-mata untuk memotret ayat dan hadits
dalam wujudnya yang naskah, dalam wujudnya
yang lain di ruang sosial budaya. Jika ayat Al-
Qur‟an dapat ditemukan dalam bentuk mushaf,
sedangkan hadits dalam bentuk rangkaian sanad
dan matan, maka ilmu living Qur‟an dan Hadits
adalah ilmu yang mempelajari tentang wujud Al-
Qur‟an dan Hadits dalam bentuk yang selain itu. 

Anda mungkin juga menyukai