Anda di halaman 1dari 15

AL-WUJUH dengan MUYTARAK dan MUTARADIF dengan AL-NAZHA’IR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qawait Tafsir

Dosen Pengampu: M. Gufron, DR.M.Ag.

Disusun Oleh:

Abdul Rhohim (53020170016)

Muhamad Ali Kaerudin (53020170057)

Muhammad Munawar (53020170049)

PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

i
BAB 1

PEMBUKAAN

KATA PENGANTAR
Segala rasa sukur sentiasa tercurah pada kehadirat Allah SWT yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini, talupa shalawat serta
salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Mhammad SAW yang kita nanti-
nantikan safa’atnya di akhirat “amain”, pada kesempatn kali ini perkenan kami
menyampaikan makah yang bertemakan Qwait Tafris, dalam ranaka pemenuhan
tugas di sementr 4 .

Dalam tema ini kami membahas apa yang dimaksut al-Wujuh dengan Musytarak
dan Mutaradif dengan al-Nazha’ir, pada pembahasan ini sangat berkaitan dengan
kebahasan dalam mempelajari al-Qur’an yang menggunakan bahasa arab. Maka
di perlukan pendalam bahasa yang sudah kita ketahui bahwa, di tiap kata dalam
bahasa arab itu memiliki makna yang sangat mendalam dan umum ketika di
artiak dalam bahasa indomesia, dengan demikian makalah ini membahas pada
penertian bahasa yang memiliki sinonom atau pun hononim.

Demikian dari makalah kami, masih bannya koreksi dan perbaikan lainnya uantuk
sempurnanya malah ini, dan kami mohon maaf dalam penyampaian makalah ini
kurang berkenan dan kurang dalam informasinya, sekian terimakasih.

RUMUSAN MASALAH

Pengertian Mutaradif dan conoh

Pengertian Musytarak dan contoh

Pengertian al-Wujuh wa al-Nazha`ir

Perbedaan al-Wujuh dengan Musytarak dan Mutaradif dengan al-Nazha’ir

ii
TUJUAN
Dalam rangka pembelajaran dalam perkuliya, kami mencoba untuk mepelajari
ilmu dalam qawait tafsir ini kemudian mencoba untuk menyampaikan hasil
pembelajaran kami agar orang lain mengerti apa yang akami ketahui, dan
bermaksut agar orang lain menyebar luaskan ilmu penertahuan pada orang lain.

iii
Daftar isi

Table of Contents
JUDUL....................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 1 PEMBUKAAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
RUMUSAN MASALAH....................................................................................... ii
TUJUAN .......................................................................................................... iii
Daftar isi ........................................................................................................... iv
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................... 1
Pendahuluan.................................................................................................... 1
Pengertian al-Mutaradif................................................................................... 1
Pengertian al-Musytarak.................................................................................. 4
Pengertian al-Wujuh wa al-Nazha`ir................................................................. 7
Perbedaan al-Wujuh dengan Musytarak dan Mutaradif dengan al-Nazha’ir .... 8
BAB 3 PENUTUB ................................................................................................ 10
KESIMPULAN ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11

iv
BAB 2

PEMBAHASAN

Pendahuluan
Dalam memahami dan mempelajari al-Qur’an, maka tidak terlepas dari
bahasa arab dan dalam menurunkannya pun berupa al-qur’an dengan berbahasa
Arab, seperti yang disampaikan.(QS. Yusuf[12]: 2)

  


   

2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab,


agar kamu memahaminya.

Dari itu untuk mempelajari qowait tafsir ini perlu pempendalan terlebih
dulu pada bab bahasa yang telah terangkum dalam beberapa kaidah, maka pada
kesempatan ini kami akan mengulas beberapa kaidah-kaidah tersebut, adapun
kaidah ini yaitu kaidah al-Mutaradif (sinonim), al-Musytarak (Homonim), dan
Wujuh yang dapat diartikan dengan kata yang memiliki kesamaan lafaz namun
berbeda makna, sedangkan Nazha’ir adalah kata yang lafaz-lafaznya berbeda,
namun sama maknanya, walaupun mengandung kesan yang berbeda. Dari
pengrtian itu ada yang berpendapat bahwa al-Wujuh itu sama dengan Musytarak
dan al-Nazha’ir itu sama dengan Mutaradif.1

Pengertian al-Mutaradif

1
Syukraini Ahmad, URGENSI AL-WUJÛH WAAL-NAZHÂ’IR DALAM ALQURAN, Vol. XVIII, No. 1, (Fakultas
Ushuluddin,Adab, Dakwah IAIN Bengkulu : Bengkuli, 2014), hal. 110

1
Al-Mutaradif adalah “dua kata atau lebih, dalam satu arti”, atau lafal yang
hanya mempunyai satu makna.2 Menurut Ahmad Irfan Fauji dalam makalah
Mutaradif mengatakan, muradif atau mutaradif al-Qur’an ini berkaitan dengan
sinonim atau kata-kata yang searti, namun dalam pembahasan ini apa yang
dimaksud sebagai mutaradif al-Qur’an sebenarnya adalah merupakan kata-kata
yang seakan-akan bersinonim namun sebenaranya tidak.3

Ahmad Fawaid mengatakan dalam artikelnya, Taraduf merupakan bentuk


masdar dari kata taradafa-yataradafutaradufan, yang memiliki arti al-tatabu‘
(saling mengikuti). Pengertian ini tidak jauh berbeda dengan yang terdapat dalam
kamus Lisan al-‘Arab, di mana kata taraduf diartikan dengan “setiap sesuatu yang
mengikuti sesuatu yang lain”dan ada yang berpendapat bahwa taraduf antonim
dari mushtarak.4

. Contoh-contoh Mutarodif dalam Al-Qur’an

Dalam al-qur’an banyak ditemukan lafal-lafal mutaradif, seperti halnya dua


kata berbeda yang biasanya digunakan orang Arab untuk menyebutkan satu nama
seperti Kata a-hulm dan ra’a fi al-manâm artinya mimpi ,Kata halafa dan aqsama
artinya sumpah yang dilanggar, kata al-Bashar dan al-insan artinya manusia.5 dan
kata Al-Khauf dan Khasyyah artinya Takut, Diantaranya:

1. Al-Khauf (‫ )الخوف‬dan Khasyyah (‫ )الخشية‬adalah (Takut).

Kedua kata ini memiliki arti yang sama kata al-khasyyah adalah lebih tinggi
atau lebih kuat makna ketakutannya dari pada kata Al-khauf. Makna al khasyyah
lebih tinggi dari pada al khauf karena al khasyyah terambil dari kata syajarah
khasyyah artinya pohon yang kering, sedangkan al khauf terambil dari kata
naaqah khaufaa artinya unta betina yang berpenyakit yakni mengandung

2
Marhamah Saleh, Muradif, Musytarak, Mantuq, Mafhum, Dhahir, Muawwal, diambil dari
file:///D:/Ilmu%20Quwait/5-muradifmusytarakmantuqmafhumzahirmuawwal-111228232443-phpapp01.pdf, pada
taggal 22/3/2019.
3
Ahmad Irfan Fauji, Makalah Mutaradif,diambil dari http://al-bhatawys.blogspot.com/2016/11/makalah-
mutaradif.html?m=1, pada tamggal 23/2/2019.
4
Ahmad Fawaid, KAIDAH MUTARADIF AL-ALFAZ DALAM AL-QUR’AN, Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis Volume 5,
Nomor 1, (Institut Agama Islam Nurul Jadid Probolinggo: Porbolinggo, 2015)hal. 145.
5
Ahmad Fawaid, KAIDAH MUTARADIF… hal, 153.

2
kekurangan bukan berarti sirna sama sekali.6 Dan disampikan juga Syukraini
Ahmad oleh Hasbi ash-Shiddieqy bahwa kata khasyyah lebih tinggi rasa takutnya
dibandingkan dengan kata khauf. Karena takut pada kata khasyyah adalah takut
yang menyeluruh. Sedangkan takut pada kata khauf adalah takut yang tidak
menyeluruh. Ini karena khasyyah timbul karena besarnya yang ditakuti walaupun
yang mengalami khasyyah itu seorang yang kuat. khasyyah adalah takut yang
disertai rasa kebesaran terhadap yang ditakuti, sedangkan khauf muncul karena
kelemahan diri, walaupun yang ditakuti itu hal yang kecil.7

kata al khasyyah sering dipergunakan berkenaan dengan hak Allah, seperti


dalam ayat:

(QS Fatir:28)

     


    
 

28. ….Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,


hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

(QS al-Ahzab:39)

  


   
     
 

39. (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut


kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada
Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.

6
Ahmad Irfan Fauji, Makalah Mutaradif,… pada tamggal 23/2/2019
7
Syukraini Ahmad, URGENSI AL-WUJÛH …, hal. 111.

3
Adapun al-khauf dalam ayat berikut:

(QS an-Nahl:50)

   


    

50. mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan
apa yang diperintahkan (kepada mereka).

Pemakaian kata al khauf disini untuk menjelaskan bahwa sekalipun para


malaikat itu besar besar dan kuat tetapi di hadapan Allah mereka lemah.
Ungkapan itu kemudian disambung dengan “fauqahum” yang berarti Allah itu di
atas mereka, hal ini menunjukkan akan kebesaran-Nya. dengan demikian
terkumpullah dua unsur makna yang terkandung oleh al khasyyah tanpa merusak
arti kehebatan para malaikat, yaitu khauf dan penghormatan mereka kepada
Tuhan.8

Dalam pendeskripsiyan diatas penggunaan kata yang oleh sebagian orang


dianggap sinonim, tetapi sesungguhnya bukan sinonim ini, dalam sudut pandang
masing-masing ulama ada yang menyatakan tidak sependapat akan adanya
taraduf dalam al-Qur’an.9 Namun pendat mereka ini ditolak oleh mayoritas
ulama10

Pengertian al-Musytarak

Yaitu” satu kata mempunyai dua arti atau lebih”, al-Musytarak merupakan
metode yang menjelaskan arti setiap kata dalam al-Qur’an dari sisi bahasa,

8
Ahmad Irfan Fauji, Makalah Mutaradif,
9
Ahmad Fawaid, KAIDAH MUTARADIF …hal. 148.
10
Syukraini Ahmad, URGENSI AL-WUJÛH WAAL-NAZHÂ’IR DALAM ALQURAN, Vol. XVIII, No. 1, (Fakultas
Ushuluddin,Adab, Dakwah IAIN Bengkulu : Bengkuli, 2014), hal. 112.

4
mendeskripsikan makna satu kata dengan makna yang luas dan komprehensif,11
atau satu kata mempunyai dua arti atau lebih dan selalu terulang dalam al-Qur’an
dengan berbagai derifatnya, memiliki arti dan maksud yang berbeda-beda sesuai
konteks tersebut.

Dalam ilmu al-Qur’an, al-Musytarak al-lafdzi merupakan hal yang penting


dalam ilmu tafsir, kedudukannya laksana teropong bagi muffassir agar lebih jeli
dalam memahami sebuah teks, tidak terjebak pada makna sempit tekstual.
Membantu dalam memahami sebuah ayat, menganalisa berbagai makna yang
terkandung, menguasai satu kata dalam al-Qur’an memiliki fariasi kata yang luas
terhadap banyak masalah dalam al-Qur’an. Adapun mampu menjelaskan dengan
komprehensif makna yang terkandung sebauh teks, menggambarkan makna yang
benar dan jelas sesuai yang diinginkan oleh sebuah teks.12

Contoh-contoh Mustarak dalam Al-Qur’an

Ayat-ayat harus difahami dengan pendekatan lahiriyah, teksutal, harfiyah,


menurut makna aslinya berbahasa Arab untuk menghindari distorsi makna.13
Seperti memahami lafadz sayyi’ah secara tekstual dalam QS.Al-Baqarah[2]:81,
sayyi’ah yaitu keburukan dosa.

QS.Al-Baqarah[2]:81

   


  
    
  

81. (Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi
oleh dosanya, mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

11
Luqman, AL - MUSYTARAK AL - LAFDZY MENDEKONSTRUKSI ARGUMEN TAFSIR TEKSTUAL ,Jurnal Ilmu Alquran
dan Tafsir Vol. 1 No. 2 ,( STID Al-Hikmah Jakarta : Jakarta ), hal, 130.
12
Luqman, AL - MUSYTARAK AL - LAFDZY ..hal, 131.
13
Ibid,hal, 132

5
lafadz sayyi’ah dalam ayat ini yang dimaksud adalah dosa syirik, dan di ayat
lain yang mengarah pada penjelasan dosa syirik, dimana Allah menjelaskan dalam
QS.Nuh [71]:25

  


   
     

25. disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu


dimasukkan ke neraka, Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi
mereka selain dari Allah.

Dosa syirik pada makna ayat ini yang dimaksud adalah kata “kesalahan”.
Dan dikuatkan dalam banyak ayat lain Allah mengampuni segala dosa hamba
selain dosa menyekutukan-Nya; QS. Al-Nisa’ [4]:31

   


   
  
 

31. jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang
kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).

Dalam ayat lain Allah menyatakan secara tegas bahwa dosa syirik tidak
diampuni sementara Allah Maha Pengampun pada hambanya yang melakukan
dosa-dosa selainnya.14 QS.al-Nisa’:[4]:48

     


    
     
    
14
Ibid, hal 135

6
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.

Pengertian al-Wujuh wa al-Nazha`ir

Al-Wujuh adalah kata yang memilliki kesamaan pada huruf dan bentuknya
dalam berbagai redaksi ayatnya, namun mengandung makna yang berbeda.
Contoh dalam jurnal karya Syukraini Ahmad mengatakan, kata ummat yang
terdapat dalam Alquran sebanyak 52 kali. Al-Husain bin Muhammad ad-
Dhamighany, yang hidup pada abad ke-11 H, menyebutkan bahwa kata itu
mengandung 9 arti, yaitu kelompok, agama (tauhid), waktu yang panjang, kaum,
pemimpin, generasi lalu, umat Islam, orang-orang kafir, dan manusia seluruhnya.
M. Quraish Shihab melanjutkan bahwa titik temu yang menjadi benang merah
yang dapat menggabungkan berbagai makna tersebut adalah “himpunan”.15

Pendapat lain yang dikemukakan oleh al-Nazha’ir adalah makna bagi satu
kata dalam satu ayat yang sama maknanya dengan makna itu pada ayat yang lain,
walaupun dengan menggunakan kata yang berbeda. Seperti kata insan dan kata
basyar yang diartikan dengan manusia. Demikian pula kata qalb dan fuâd yang
berarti hati, kata nur dan dhiya` yang berarti sinar dan cahaya, kata qara` dan talâ
yang diartikan membaca, al-Bukhl dan al-Syuh yang bermakna kikir, namun kata
al-Syuh memiliki makna yang lebih yaitu di samping kikir juga bersifat tamak.Dari
uraian di atas, maka al-Wujûh dapat diartikan dengan kata yang memiliki
kesamaan lafaz namun berbeda makna. Sedangkan al-Nazha’ir adalah kata yang
lafaz-lafaznya berbeda, namun sama maknanya, walaupun mengandung kesan
yang berbeda. Jadi, pembahasan al-Wujûh itu tentang perbedaan makna, dan al-
Nazha ’ir tentang perbedaan lafaz.16

15
Syukraini Ahmad, URGENSI AL-WUJÛH WAAL-NAZHÂ’IR DALAM ALQURAN, Vol. XVIII, No. 1, (Fakultas
Ushuluddin,Adab, Dakwah IAIN Bengkulu : Bengkuli, 2014), hal .110.
16
Syukraini Ahmad, URGENSI AL-…hal, 110.

7
Seperti yang disampaikan dalam makalahnya Luqman yang mengatakan, al-wujuh
wa al-nadzair , termasuk salah satu cabang ilmu tafsir, artinya satu kata dalam al-
Qur’an diulang dalam banyak tempat, memiliki satu akar dan harakat yang sama,
tetapi setiap ayat berbeda maksud dan maknanya, berbeda arti dan isi
kandungannya, lafadznya dari satu akar tetapi makna dan tafsirannya berbeda
beda.

Perbedaan al-Wujuh dengan Musytarak dan Mutaradif dengan al-


Nazha’ir

Al-Wujuh itu sama dengan Musytarak dan yang membedakan lafazhnya,


yaitu, al wujuh dapat terjadi pada lafaz tunggal dan juga dapat terjadi akibat
rangkaian kata-kata, sedangkan musytarak hanya tertuju pada satu lafaz saja.17

Berikut ini contoh dari kata al-huda dengan berbagai perbedaan maknanya.

1. al-Tsabat (tetap, teguh) pada QS. Al-Fatihah: 6,

2. al-Bayan (penerangan) pada QS. Al-Baqarah: 5,

3. Al-Din (agama) pada QS. Ali Imran: 73,

4. al-Iman (keimanan) pada QS. Maryam: 76,

5. Al-Du’a’ (Penyeru) pada QS. Al-Ra’d: 7, dan QS. Al-Anbiya’: 73.

Dalam menyikapi banyaknya makna dalam satu kata, seperti kata al-huda
ini dalam memahami makna yang banyak dan berbeda-beda, perlu di sesuai
dengan konteks ayat dan penggunaannya dalam al-Qur’an, walaupun makna-
makna tersebut memiliki hubungan. Pada dasarnya, kata al-huda berarti petunjuk
Allah, petunjuk baik itu Taurat yang diberikan kepada Nabi Musa as, Injil kepada
Nabi Isa As, Zabur kepada nabi Daud As, dan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
SAW.

Demikian juga kata al-Shalah memiliki beberapa makna seperti:

17
Izzati Nurkhasanah, KAIDAH AL WUJUH AL NAZHA’AR, almat wab http://www.academia.edu/36703055/KAIDAH
AL WUJUH WA AL NAZHARI?auto=download, hal, 2. Diunduh pada 30-3-2019.

8
1.salat fardhu lima waktu (QS. Al-Baqarah); 3,

2.salat Asar (QS. Al-Ma’idah: 106),

3.salat Jumat QS. (Al-Jumu’ah: 9),

4.salat jenazah (QS. At-Taubah: 84),


5.doa (QS. Al-Taubah:103).

Maka kesimpulanya al-Musytarak itu satu kata mempunyai dua arti atau
lebih yang hanya tertuju pada satu lafaz saja dan sama halnya dengan al-Wujuh
bias pada lafaz tunggal dan juga dapat terjadi akibat rangkaian kata-kata. Dari
contoh, nampak bahwa istilah al-Wujuh itu berbeda dengan al-Musytarak, yang
hanya kata al-Shalah,sedang al-Wujûh dalam makna salat fardhu lima waktu.

Demikian pula istilah Mutaradif (sinonim) dan al-Nazha’ir. Walaupun


serupa, tetapi memiliki perbedaan pada kedalaman analisis .Seperti kata khauf
dan khasyyah, walaupun bermakna takut, namun memiliki perbedaan
sebagaimana yang dikemukakan dalam contoh Mutarodif dalam Al-Qur’an
diatas.18 Yaitu kata khisyah lebih tinggi rasa takutnya dibandingkan dengan kata
khauf.

18
Syukraini Ahmad, URGENSI AL-WUJÛH …, hal. 114.

9
BAB 3
PENUTUB

KESIMPULAN

Menafsirkan itu perlu mengunakan metode seperti menggunakan al-Wujuh


dengan Musytarak dan Mutaradif dengan al-Nazha’ir, sehingga mufasir dapat
menafsirkan secara luas dan lebih jeli dalam memahami sebuah teks, sedikit
dari kata atau banyak kata dalam al-Qur’an itu mengandung arti yang umum,
sehingga menafsirkan itu perlu pemahaman teks, sehingga teks itu perlu di
kembangkan atau sebaliknya ditekankan/persempitkan, namun tidak
menjadikan makna dasarnya jauh berbeda.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syukraini, 2014, URGENSI AL-WUJÛH WAAL-NAZHÂ’IR DALAM ALQURAN,


Vol. XVIII, No. 1, Fakultas Ushuluddin,Adab, Dakwah IAIN Bengkulu : Bengkuli

Fauji Ahmad Irfan, 2019., Makalah Mutaradif,diambil dari “ http://al-


bhatawys.blogspot.com/2016/11/makalah-mutaradif.html?m=1”

Fawaid Ahmad, 2015, KAIDAH MUTARADIF AL-ALFAZ DALAM AL-QUR’AN, Jurnal


Keilmuan Tafsir Hadis Volume 5, Nomor 1, Institut Agama Islam Nurul Jadid
Probolinggo: Porbolinggo.

Nurkhasanah Izzati, 2019, KAIDAH AL WUJUH AL NAZHA’AR, almat wab


“http://www.academia.edu/36703055/KAIDAH AL WUJUH WA AL
NAZHARI?auto=download, hal, 2.”

Saleh Marhamah, 2019, Muradif, Musytarak, Mantuq, Mafhum, Dhahir, Muawwal,


“file:///D:/Ilmu%20Quwait/5-muradifmusytarakmantuqmafhumzahirmuawwal-
111228232443-phpapp01.pdf, “

11

Anda mungkin juga menyukai