Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Ijaz, Ithnab, dan Musawwah


Mata Kuliah ILMU BALAGHAH
Dosen Pengampu : Ustd. Mastur, M.pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 5

Ahmad Rizal Muhaini


Fatihu Yusri
Abdullah Amin Sholeh
Muhammad Fadhilah

ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR II


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) JEMBER
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kami haturkan kehadiran ilahirobbi yang mana dengan rahmat, serta
pertolonganya, kami selaku pemakalah dapat menyelasaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam senatiasa semoga terlimpah-curahkan kepada nabi Muhammad S.A.W.,
yang mana syafaatnya beliaulah yang kita nantikan di hari pembalasan.
Selanjutnya kami dari pemakalah menyadari dengan sangat bahwa makalah ini sangatlah
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari
pembaca maupun pengampu mata kuliah ilmu balaghah.
Harapan yang sangat kami ingin adalah kemanfaatan makalah ini, bagi kami, bagi
pembaca, dan juga segala materi yang tertuang dalam makalah ini tidak akan tersaji sedemikian
rupa tanpa adanya pihak-pihak yang membantu, oleh karena itu, terimakasih sedalam-dalamnya
kami sampaikan dari lubuk hati yang terdalam. Sekian sepucuk pengantar dari kami, semoga
bermanfaat.

Jember, 12 oktober 2018


Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul.............................................................................
Kata pengantar.............................................................................
Daftar isi......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang.............................................................................
b. Rumusan masalah........................................................................
c. Tujuan..........................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................
Daftar pustaka.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang balaghah berarti mebahas segala sesuatu yang berhubungan dengan
kebahasaan. Untuk memahami berbagai rumitnya kebahasaan , lebih lebih dalam memahami al
qran dibuthkan suatu pemahaman yang dalam mengenai studi-studi yang membahasa disiplin
ilmu tersebut. Salah satu ilmu yang urgent dalm memahami al quran adalah ilmu tentang
ijaz,ithnab,dan musawwah , yakni ilmu yang membahas tentang pengungkapan pengungkapan
kalimat yang akan dikupas pada makalah ini.
Salah satu tujuan atau manfaat yang didapat dari pembahasan sub bab ini adalah diperolehnya
pemahaman yang mendalam tentang suatu maksud yang terkandung dalam ungkapan kebahasan
lebih lebih dalam memahami suatu ayat al quran. Tentu hal ini sangatlah urgent agar tidak terjadi
suatu kesalahan dalam mentafsiri atau menjelaskan ayat al quran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian ijaz, ithnab, dan musawwah ?
2. Bagaimana pembagian ijaz, ithnab, dan musawwah ?
3. Bagaimana contoh ijaz, ithnab, dan musawwah ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian ijaz, ithnab, dan musawwah.
2. Mengetahui pembagian ijaz, ithnab, dan musawwah.
3. Mengetahui contoh dari ijaz, ithnab, dan musawwah .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ijaz, ithnab, musaawah
Adapun susunan kalam jika dilihat dari sisi penggunaan lafal dan tujuan yang
hendak dicapai darinya, kalam tersebut dibagi menjadi tiga macam:
1. Kalam musaawah, orang yang balig jika hendak mengutarakan isi hatinya akan
memilih salah satu dari ketiga cara pengungkapan berikut ini : menggunakan kalimat
seringkas-ringkasnya, dengan panjang lebar, dan sedang sedang saja, sesuai dengan
keadaa mukhotob dan situasi pembicaraannya
Jadi dapat disimpilkanyaitu rangkaian perkataan yang ukurannya, yakni penggunaan
lafalnya setara dengan tujuannya, setara: ‫المكرالسي االبأهله‬
ْ ‫( وال يحيق‬tipu daya yang jelek
itu tidak akan berakibat jelek kecuali pada ahli pelakunya).

Dalam pengertian lain musawwah bisa dikatakan sebagai pengungkapan kalimat yang
maknanya sesuai dengan banyaknya kata-kata, dan kata-katanya sesuai dengan luasnya
makna yang dikehendaki , tidak ada penambahan ataupun pengurangan1.

Penggunaan musawwah sejatinya sudah lumrah dikalangan masyarakat, yakni


mendatangkan makna dengan ungkapan yang sama , yang sudah berlaku ditengah-tengah
orang, yang mana orang orang ini tidak termasuk atau tidak naik dalam tingkatan orang
orang ahli balaghah.2 Misal

         


         

110. dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Pada ayat tersebut terungkap makna musawwah yakni pada penggalan “dan kebaikan
apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada

1
Ali al jarim dan musthofa amin, al balghatul wadhiyah, terj. Mujiyo nurkholis (Bandung : sinar baru algensindo,
2017), hlm. 339
2
Musthofa thomum, Mahmud afandi, qawaidul lughotul arabiyah, hlm 116
sisi Allah” jadi pada ungkapan ini seseorang akan mendapatkan pahala sesuai dengan
kebaikan atau usaha yang mereka usahakan sendiri.

     

43 rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri.

2. Kalam Ijaz, ialah rangkaian perkataan yang kandungan lafalnya lebih sedikit dari
makna yang dikehendaki yakni; singkat padat tanpa mengurangi maksudnya.
Contoh ijaz
    
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.

Bila kita perhatikan contoh ini, kita mendapati bahwa jumlah pada setiap kata-kata sedikit
jumlahnya, namun kata tersebut mencangkup banyak makna. Pada contoh ini terdapat dua kata
yang mencakup segala sesuatu dan segala urusan dengan sehabis-habisnya. Karena sejatinya
menciptakan dan memerintahkan hanyalah mutlak milik kekuasaan allah yang mana kita tahu
allah memiliki sifat qudrah dan iradahnya, sehingga dalam pengungkapan ayat ini mengandung
balaghah yakni ijaz.

Dalam pembagiannya ijaz dibagi menjadi dua :

1. Ijaz qishar, , yakni ungkapan yang menggnakan dengan ungkapan yang pendek
namn mengandng banyak makna tanpa disertai pembuangan kalimat atau
beberapa kata3. seperti: ‫اب‬R‫= ولكم فى القصاص حياة يا اولى االلب‬bagi kamu sekalian
dalam qisas itu jadi kehidupan, wahai orang-orang yang berakal. Maksudnya
adalah bahwa jika manusia mengetahui , bahwa barangsiapa yang membunuh
adalah harus dibunuh, yang demikian itu mengundang manusia kepada upaya
peniadaan pembunuhan sebagian mereka pada sebagian yang lain, sehingga yang
demikian itu menjadi bagian dari kehidupan mereka, yakni: menciptakan
keamanan, ketentraman dan kenyamanan dalam hidup.

3
: Ali al jarim dan musthofa amin, al balghatul wadhiyah, terj. Mujiyo nurkholis (Bandung : sinar baru algensindo,
2017), hlm. 342
Contoh lain ‫” الئك لهم االمن‬mereka itulah orang yang mendapat
keamanan” pada penggalan ayat ini mengandung ijaz qishar dikarenakan kata “
al amnu” mencakup selurh hal yang menyenangkan , termasuk bebas dari
ketakutan fakir, mati, penganiayaan, dan hal menakutkan lain.4

2. Ijaz hadzaf, yaitu ijaz dengan cara membuang sebagian kata atau kalimat dengan
syarat ada qarinah yang menunjukan adanya lafaz yang dibuang tersebut. 5 ,
seperti: ‫( واسأل القرية‬tanyakan kepada suatu desa) di dalam rangkaian kalimat itu
ada yang dibuang, yakni: ‫( اهل القرية‬penduduk suatu desa). Jadi lengkapnya ialah
‫( واسأل اهل القرية‬tanyakan kepada penduduk suatu desa).
3. Kalam ithnab, kalam ithnab yaitu kebalikan dari atau yang menyalahi selain
musaawat:
‫تأدية المعنى بلفظ ازيد منه لفائدة‬
“mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih banyak dari maknanya, karena
ada faedah yang hendak dicapai nya (namun tetap tidak bertele-tele atau
melantur).”
Seperti contoh ‫اب‬RR‫( الزم رعاك هللا قرع الب‬tetaplah kamu, semoga alloh memeliharamu,
akan mengetuk pintu kehadirat alloh).
Maka dalam contoh diatas dapat diambil faedah bahwa tetapnya dalam ketukan pintu
ke hadirat alloh merupakan bentuk pemeliharaan alloh kepada tuan. 6

Pembagian ithnab :

a) Dzikrul khass ba’da al amm ( mnyebutkan lafaz yang khusus setelah lafaz yang umum)
yakni maksud lafal umum dulu disebutkan kemudian diiringi dengan lafaz yang khusus,
hal ini mengingatkan kelebihan sesuatu yang khas itu. Contoh “bersemangatlah dalam
pelajaran kalian semua dan bahasa arab” pada penggalan kalimat ini awalnya
menyebtkan perkataan yang umum yakni pelajaran kalian semua, namun pada akhirnay
dikhususkan pada perkataan bahasa arab.7

4
Ali al jarim dan musthofa amin, al balghatul wadhiyah, terj. Mujiyo nurkholis hlm342
5
Ali al jarim dan musthofa amin, al balghatul wadhiyah, terj. Mujiyo nurkholis hlm342
6
Abdul qodir hamid. Terjemah jauharul maknun. Hlm. 139-142
7
Musthofa thomum, Mahmud afandi, qawaidul lughotul arabiyah, hlm 118
b) Dzikrul ‘amm ba’da khass (menyebutkan lafaz yang umum setelah lafaz yang khusus)
yakni lafaz khusu terlebih dahulu disebutkan kemudian diiringi dengan pernyataan yang
umum. Hal ini bertujuan untuk menunjukan keumman hukum kalimat yang
bersangkutan dengan memmberi perhatian tersendiri terhadap sesuatu yang khas itu.
Contoh “ya tuhankuampunilah dosaku dan dosa kedua orang tua ku dan bagi orang
yang memasuki rumahku dalam keadaan iman dari orng mukmin laki laki dan
perempuan “
c) Menjelaskan yang tampak samar-samar, seperti:
‫ وجوه يومئذ خاشعة‬, ‫ هل اتاك حديث الغاشية‬.
‫االية‬...... ‫الذين اذااكتالوا على الناس‬, ‫ويل للمطففين‬
d) Ighol, yaitu akhir suatu pembicaraan dengan ucapan yang berfaedah, sekalipun tanpa
ucapan tersebut, kalam itu sudah cukup memadai. “ ikutilah oleh kamu semua para
utusan (rasul) ikutilah kepada orang orang yang tidak meminta upah kepada kamu
sekalian, mereka itulah yang mendapat petunjuk.8
e) Tadzyiil, yaitu mengikutkan kalimat jumlah pada kalimat jumlah lainm padahal kalimat
jumlah lainnya yang mengikutinya itu mencakup makna yang terkandung dalam kalimat
yang diikutinya itu, seperti:
‫ ان الباطل كان زهوقا‬, ‫ قل جاء الحق وزهق الباطل‬.
Lafal ‫ ان الباطل كان زهوقا‬adalah kalimat jumlah yang mengikuti kalimat jumlah
yang lain, yang maksudnya adalah untuk menguatkan, yakni: andaikan
kalimat jumlah ini tidak diikutkan, itupun sudah memadai maknanya, karena
sudah tercakup didalamnya itu.
Perbedaan antara ighol dan tadzyiil ialah:
Ighol, tidak bermakna taukid dan harus diakhir kalam. Sedangkan tadzyiil
bermakna taukid dan tidak harus berada diakhir kalimat.
f) Takrir, pengulangan kalimat. Maksudnya untuk menguatkan sebagai bentuk
mempertakuti atau pencegahan.
Contoh :

           
             
     

8
Abdul qodir hamid. Terjemah jauharul maknun. Hlm. 143
97. Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami
kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?

98. atau Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada
mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?

99. Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang
merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi

g) I’tirodh, yaitu berpaling dari suatu kalimat jumlah ke kalimat jumlah yang lainnya, yang
masih berhubungan dengannya atau memasukkan anak kalimat ke tengah tengah suatu
kalimat atau antara dua kata yang berkaitan , dan anak kalimat tersebut tidak emiliki
I’rab.
h) Takmiil, yaitu penyempurnaan pengertian dan disebut juga ihtiros (menjaga dari
kemungkinan terjadi salah paham).
i) Tatmiim, yaitu menyempurnakan kalam agar tidak menimbulkan kesalahsasaran.
Contoh : meereka memberi makan kepada oran orang miskin, padahal mereka masih
menyenanginya atau membutuhkan.
j) Pengathofan yang khusus kepada yang umum. 9I

BAB III
1. KESIMPULAN
Dari pembahasan isi makalah diatas dapat disimpulkan secara ringkas secara
teratur dan rapi munurut susunan pengertiannya. Bahwa yang dinamakan dengan
Kalam musaawat yaitu rangkaian perkataan yang ukurannya, yakni penggunaan
lafalnya setara dengan tujuannya. Adapun Kalam Ijaz ialah rangkaian perkataan yang
kandungan lafalnya lebih sedikit dari makna yang dikehendaki. Dan yang terakhir

9
Abdul qodir hamid. Terjemah jauharul maknun. Hlm. 146
adalah Kalam Ithnab, yaitu mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih banyak
dari maknanya, karena ada faedah yang hendak dicapai nya (namun tetap tidak
bertele-tele atau melantur).

DAFTAR PUSTAKA
Al jarim, ali dan amin musthofa.2017. al balaghatul waadhiyah. Bandung. Sinar baru algensindo.
Akhdori, imam. T.T. jauharul maknun.surabaya. al hidayah
Thomum, musthofa dan afandi , mahmd. T.T.qawaid lghotul arabiyah.

Anda mungkin juga menyukai