ﰲ
ﻋﻠﻢ ﻣﺼﻄﻠﺢ اﳊﺪﻳﺚ
Minhatul Mughits Fi ‘Ilmi Musthalahil Hadits
Pengarang:
PENDAHULUAN ......................................................................... 4
BAB I ILMU MUSTHOLAH HADITS ......................................... 7
BAB II KLASIFIKASI HADITS DAN SANAD BERDASARKAN
MAQBUL DAN MARDUDNYA ................................................ 14
BAB III KLASIFIKASI HADITS DARI SEGI BANYAK DAN
SEDIKIT RAWINYA.................................................................. 24
BAB IV KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN ASAL ATAU
SUMBERNYA ............................................................................ 31
BAB V KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN KATA
DALAM MERIWAYATKANNYA ............................................. 36
BAB VI KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN JUMLAH
RAWI DALAM SATU SANAD .................................................. 38
BAB VII KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN SIFAT DAN
KEADAAN RAWI KETIKA MERIWAYATKAN ...................... 42
BAB VIII MACAM-MACAM RIWAYAT .................................. 46
BAB IX KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
KESAMARAN RAWINYA ......................................................... 50
2
BAB X KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN GUGUR
RAWI .......................................................................................... 54
BAB XI KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
KECACATAN RAWINYA (DALAM KEADILAN DAN
KEDHABITAN).......................................................................... 61
BAB XII KESAMAAN ATAU MUSYAROKAH DALAM
PERIWAYATAN ........................................................................ 77
BAB XIII NASIKH DAN MANSUKH ........................................ 82
BAB XIV PENUTUP .................................................................. 84
3
PENDAHULUAN
اﳌﻘﺪﻣﺔ
4
Yang baik harapannya dan baik niat mereka maka mereka tidak
lemah untuk menegakkan panji-panji agama
ﺐ ا َﻟﻌﺎ ِرﻓِﲔ
ِ ُﺼ ٌﺎر ِﻣ ْﻦ ُﻛﺘ ِ أَﱠﻣﺎ ﺑـﻌ ُﺪ ﻓَـﻬ َﺬا
َ اﺧﺘ
ْ َ َْ
Adapun setelah itu, ini adalah ringkasan dari kitab-kitab para
ulama
وﺗﻠﺨﻴﺺ ﻣﻦ ﻛﻼم اﻷﺋﻤﺔ اﳌﺘﻘﺪﻣﲔ
Dan meringkas dari ucapan para imam terdahulu
أوردت ﻓﻴﻪ أحﺴﻦ اﳌﻠﺢ
Aku mengemukakan di situ sebaik ucapan
وأردت ﺑﻪ ﺗﻘﺮﻳﺐ ﻋﻠﻢ اﳌﺼﻄﻠﺢ
Dengan itu saya berharap memudahkan ilmu mustholah
ﻓﻬﻮ ﻣﻦ أﺟﻞ اﳌﺆﻟﻔﺎت
Itu dari karya karya-karya yang agung
وإن ﻛﺎن ﻣﻨﺘﻈﻤﺎ ﰲ ﺳﻠﻚ اﳌﻘﺪﻣﺎت
Walaupun tersusun dalam rantaian permulaan
وﻗﺪ ﲰﻴﺘﻪ ﻣﻨﺤﺔ اﳌﻐﻴﺚ ﰲ ﻋﻠﻢ ﻣﺼﻄﻠﺢ اﳊﺪﻳﺚ
Dan aku beri nama Minhatul Mughits (Anugerah Yang Luas)
tentang Ilmu Musthalah Hadits
راﺟﻴﺎ ﻣﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ اﻟﺘﻮﻓﻴﻖ واﳍﺪاﻳﺔ إﱃ أﻗﻮم ﻃﺮﻳﻖ
Seraya mengharap kepada Allah petunjuk dan hidayah kepada
jalan yang paling lurus
وﻟﻘﺪ أﻗﻮل ﻟﻄﺎﻟﺐ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺬي * ﻳﺒﻘﻰ اﳍﺪى وﻳﺮوم وﺟﻪ ﺻﻮاب
5
Aku katakan kepada pencari ilmu yang mengharapkan petunjuk
dan arah yang benar
ﻗﺎر ﻋﻠﻢ اﳊﺪﻳﺚ دراﻳﺔ * إن رﻣﺖ ﲢﺮﻳﺮا ﻓﻠﺬ ﺑﻜﺘﺎب
Wahai pembaca ilmu hadits secara dirayah jika kamu ingin
penjelasan maka ambillah kitab ku
وﻟﻘﺪ حﻮى ﻣﻊ اﻻﺧﺘﺼﺎر ﻓﻮاﺋﺪا * ﱂ ﳛﻮﻫﺎ ﺳﻔﺮ ﻣﻊ اﻹﻃﻨﺎب
Benar benar mengandung faedah-faedah secara ringkas, tidak
membahas secara panjang lebar.
وأﺗﻰ ﺑﻴﻮت اﻟﻔﻦ ﻣﻦ أﺑﻮا ﺎ * وﺟﲎ ﻣﻦ اﳌﻘﺼﻮد ﺧﲑ ﻟﺒﺎب
Dan mendatangkan tema-tema pembahasan ilmu ini secara bab
per bab, dan memberikan hasil terbaik sesuai dengan yang
diharapkan
وإﱃ اﳌﻊ أﱐ ﻗﺪ أﺷﺎر ﻓﺄﺻﺒﺤﺖ * ﻟﻠﻌﻘﻞ ﺳﺎﻓﺮة ﺑﻐﲑ نﻘﺎب
Dan untuk itu saya telah memberikan petunjuk dengan sejelas-
jelasnya, secara terbuka tanpa ada yang ditutup-tutupi
6
BAB I ILMU MUSTHOLAH HADITS
7
Penyusun pertama ilmu hadits dirayah ialah AL Qadhi Abu
Muhammad Al Hasan bin Abdurrahman Ar Ramahurmuz. Beliau
memberi judul karya tulisnya itu dengan Al Muhaddits Al Fashil.
8
2) Pokok-pokok Ilmu Hadits Riwayah
Batasan ilmu hadits Riwayah adalah suatu disiplin ilmu
pengetahuan untuk mengetahui cara-cara pengutipan segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, ikrar (pengakuan) maupun sifat.
9
Hukum mempelajari ilmu hadits riwayah adalah fardhu ‘ain jika
tidak ada orang lain yang mempelajarinya dan fardhu kifayah jika
jumlah orang yang mempelajarinya banyak.
10
PENJELASAN TENTANG ISTILAH-ISTILAH AHLI
HADITS
13
BAB II KLASIFIKASI HADITS DAN SANAD
BERDASARKAN MAQBUL DAN MARDUDNYA
Hadits dan isnad dari segi maqbul (diterima) dan mardud (ditolak)
sebagai hujjah itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: Sahih, Hasan,
dan Dhaif.
14
langsung dari gurunya. Oleh karena itu, hadits Al- Mu’allaq, Al
Mu’adhdhal, Al Mursal, dan Al Munqati’ tidak termasuk hadits
sahih, sebab sanadnya tidak bersambung.
2) Perawi adil, artinya adil dalam periwayatan. Maksutnya rawi
hadits mesti orang islam, dewasa, berpikiran sehat, selamat dari
perbuatan dosa besar atau dosa-dosa kecil yang terus menerus,
bebas dari hal-hal yang menodai kepribadian, misalnya makan
di pasar, berjalan tanpa alas kaki atau tidak memakai tutup
kepala. Oleh karena itu, riwayat orang yang fasik dan tidak
dikenal kepribadian dan tingkah lakunya tidak dapat
dikategorikan shahih, karena belum jelas keadilannya.
3) Dhabith, artinya kuat ingatan. Dhabith ini ada dua macam,
yakni:
Dhabithush Shadri, artinya ingtan rawi itu benar-benar kuat
menyimpan dalam pikirannya apa yang dia dengar, dan
ingatannya itu sanggup dikeluarkan kapan dan dimana saja
dikehendaki.
Dhabithul Kitab, artinya rawi itu kuat ingatanya berdasarkan
buku catatannya yang dia tulis sejak dia mendengar atau
menerima hadits dan dia mampu menjaga tulisan itu dengan
baik dari kelemahan, apabila dia meriwayatkan dari kitabnya.
Hal ini berlaku pada zaman pertama periwayatan hadits dimasa
lampau. Sedangkan untuk zaman sekarang, cukup berdasarkan
pada naskah-naskah yang telah disepakati kesahihannya.
15
Dhabithul Tam, maksudnya ingatan atau hafalan yang sempurna
dan tidak cacat. Karenannya, orang yang kadang-kadang baik
ingatannya dan kadang-kadang llupa, tidak dapat dianggap sebagai
orang yang sempurna ingatan atau hafalannya. Oleh sebab itu,
Hadits Hasan Lidzati tidak termasuk bagian ini, sebab di dalamnya
tidak dicantumkan syarat Dhabth yang sempurna.
Definisi
Hadits hasan lidzati adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang
yang adil, yang kuat ingatannya, bersambung-sambung sanadnya,
tidak mengandung cacat dan tidak ada kejanggalan.
18
2) Tidak tampak ada kefasikan pada diri perawinya.
3) Hadits yang diriwayatkan benar-benar telah dikenal
luas, karena ada periwayatan yang serupa dengannya atau
semakna, yang diriwayatkan dari satu jalur lain atau lebih.
19
Hadits yang paling tinggi kesahihan matannya adalah :
Hadits sahih yang telah disepakati oleh kedua Imam Hadits,
yakni Bukhari dan Muslim.
Hadits sahih yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari
sendiri.
Hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslin sendiri.
Hadits sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam
Bukhari dan Muslim
Hadits sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam
Bukhari.
Hadits sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam
Muslim
Hadits sahih menurut syarat selain Bukhari dan Muslim
20
yang rendah tingkatannya adalah hadits yang diperselisihkan
tentang sahih dan dhaifnya.
Kesahihan antara sanad dan matan itu tidak harus sama nilai
derajatnya dalam satu hadits shaih. Sebab, satu hadits itu
dinyatakan sahih dari segi sanad, karena sudah memenuhi syarat-
syaratnya, seperti bersambung terus-meneurs dan lainnya, tetapi
dari segi matannya tidak sahih, dikarenakan ada kejanggalan. Bisa
juga terjadi sebailiknya, yakni sanad tidak shahih, karena tidak
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, tetapi matan hadits
sahih berdasarkan jalur lain. Demikian pula halnya hadits hasan,
mungkin satu hadits dinilai hasan dari segi sanad, tetapi dari segi
matan tidak hasan.
21
Penambahan yang dilakukan seorang rawi yang memenuhi syarat
sahih dan hasan itu dapat diterima, selama penambahan itu tidak
berlawanan dengan riwayat orang yang tidak melakukan
penambahan. Apabila ada pertentangan, maka harus di-tarjih
(memperbandingkan kekuatan riwayat masing-masing). Jika satu
dari riwayat ada yang lebih kuat dari yang lain, maka yang kuat
itulah yang diakui, sedangkan satu yang lainnya dianggap syad atau
janggal.
5. Hadits Dhaif
Definisi
Hadits Dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi satu syarat
maqbul (diterima) atau lebih. Hadits dhaif itu banyak cabang dan
bagiannya. Tingkat kedhaifan hadits dhaif itu berbeda-beda,
menurut bobot, ringan, atau berat kedhaifan sanad dan matannya.
Hadits yang dhaif itu masih dibawah satu hadits yang dapat
diamalkan (sahih dan hasan).
22
Dalam mengamalkan hadits dhaif harus dengan itikad untuk
berhati-hati.
23
BAB III KLASIFIKASI HADITS DARI SEGI BANYAK
DAN SEDIKIT RAWINYA
1. Hadits Mutawatir
24
Faedah Hadits Mutawatir
Hadits Mutawatir dengan dua bagian tersebut memberi faedah
ilmu dharury, bukan nazhary, tidak terbatas pada jumlah tertentu,
harus diterima bulat-bulat, karena tidak perlu lagi penelitian
terhadap keadaan para rawinya.
25
Tentang berita mengangkat kedua tangan ketika berdoa ini telah
banyak diriwayatkan, bahkan jumlahnya ratusan dalam berbagai
persoalan yang tiap-tiap hadits tersebut tidak mutawatir.
Kendatipun demikian, tetapi tiap-tiap riwayat tersebut memiliki
kadar musytarak (titik persamaan) yang sama, yakni keadaan
mengangkat kedua tangan di kala berdoa, telah mencapai derajat
mutawatir secara keseluruhan.
2. Hadits Ahad
Hadits Ahad secara bahasa adalah hadits yang diriwayatkan oleh
seorang perawi saja. Adapun secara istilah, ialah mencakup seluruh
hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
Definisi
Hadits Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang
atau lebih, meskipun dalam satu thobaqah (tingkatan) dan belum
mencapai derajat mutawatir.
26
Klasifikasi Hadits Masyhur
Hadits Masyhur itu ada dua bagian, yaitu:
27
“Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Tidak sempurna iman
seseorang di antara kaum, sehingga aku lebih dicintainya daripada
orangtua dan anaknya serta seluruh manusia”.”
Definisi
Hadits Gharib adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang
rawi yang menyendiri.
28
Abu Ya’la Al-Khalily berkata: Abdul Majid melakukan kekeliruan
dan dia yang meriwayatkan dari Zaid bin Aslam itu tidak Mahfuzh
dalam segi sanadnya, sebab sanad Abdul Majid itu seluruhnya
gharib.
Yang populer di kalangan ahli hadits adalah hadits tersebut dari Isa
bin Hisyam, dari saudaranya, Abdullah bin Urwah, dari ayahnya,
dari Aisyah. Dengan demikian berarti Abdul Aziz sendiri yang
menuturkan sanad tersebut.
29
Gharib (penyendirian) pada sebagian matan, seperti hadits tentang
zakat fitrah, yaitu: “Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah
satu sha’ kurma atau gandum kepada hamba sahaya, orang
merdeka, orang laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang-
orang dewasa golongan muslimin.”
30
BAB IV KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN ASAL
ATAU SUMBERNYA
1. Hadits Musnad
Hadits Musnad, adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi saw.
dengan sanad yang bersambung-sambung, dari perawinya hingga
Nabi saw.
31
2. Hadits Marfu’
Definisi
Hadits Marfu’ adalah perkataan, perbuatan atau sifat yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. secara hakiki atau
hukumi, baik sanadnya bersambung atau tidak, dan baik yang
menyandarkan itu seorang sahabat, tabiin atau lainnya.
32
Marfu’ Taqriry Hukmy, adalah sebagaimana hadits riwayat Al-
Mughirah bin Syu’bah: “Sahabat-sahabat Nabi saw. biasa
mengetuk pintu rumah Nabi saw. dengan kuku.”
Perbuatan sahabat tersebut pasti diketahui oleh Rasulullah saw.
dan beliau mengakui atau diam.
3. Hadits Mauquf
Hadits mauquf adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang
disandarkan kepada sahabat, baik sanadnya bersambung atau
terputus, dengan syarat tidak ada tanda-tanda marfu’. Apabila ada
tanda-tanda marfu’, maka dihukumi marfu’. Sebagaimana hadits
riwayat Imam Al-Bukhari:
“Sahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berbuka (tidak puasa) dan
mengqashar salat dalam bepergian yang berjarak 12 mil. “
33
4. Hadits Maqthu’
Hadits maqthu’ adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang
disandarkan kepada orang dari generasi tabiin dan orang generasi
sesudahnya, baik sanadnya bersambung maupun tidak.
5. Hadits Muttashil
Hadits Muttashil adalah hadits yang sanadnya bersambung kepada
Nabi saw. atau sahabat, dengan cara setiap rawi mendengar dari
atas (guru) nya. Gambaran contoh hadits muttashil adalah ucapan
34
Imam Malik: “saya mendengar dari Nafi’, dia berkata: saya
mendengar Nabi saw. bersabda:…. “
35
BAB V KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN KATA
DALAM MERIWAYATKANNYA
1. Hadits Mu’an’an
Hadits mu’an’an adalah hadits yang diriwayatkan dengan
menggunakan lafal ‘an. Seperti perkataan ahli hadits: “dari Malik,
dari Nafi’, dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw., beliau
bersabda:…… “
2. Hadits Muannan
Hadits Muannan adalah hadits yang diriwayatkan dengan
menggunakan lafal anna, sebagaimana ucapan rawi hadits: “Fulan
menceritakan kepada kami, sesungguhnya Fulan berkata:
‘sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:…. “
36
Hadits muannan itu seperti halnya hadits mu’an’an. Bisa
dihukumi muttashil dengan syarat-syarat sebagaimana yang telah
disebutkan diatas.
37
BAB VI KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
JUMLAH RAWI DALAM SATU SANAD
1. Hadits ‘Aly
Definisi
Hadits ‘aly adalah hadits yang jumlah rawinya dalam sanad itu
sedikit, dibandingkan jumlah rawi yang ada pada sanad lain yang
menyebut hadits yang sama.
38
Aly Tanzil, yaitu bila kedekatan (rawi yang sedikit jumlahnya) itu
pada kitab Bukhari-Muslim, salah satunya atau kitab-kitab lain
yang muktamad.
Aly Bisagdimil Wafat, yaitu unggul karena lebih dulu wafat rawi
yang meriwayatkan dari seorang guru, daripada wafat rawi lain
yang juga meriwayatkan hadits dari guru tersebut, meskipun
jumlah rawi dalam masing-masing sanad sama.
Aly Bitagaddumis Sama, yaitu unggul karena lebih dahulu
mendengar dari seorang guru, dibandingkan mendengarnya rawi
lain dari guru tersebut.
2. Hadits Nazil
40
Sedangkan riwayat Bukhari bersanad Qutaibah bin Sa’ad, Abul
Akhwash, Abu Hashin, Abu Shalih dan Abu Hurairah (5 orang)
adalah hadits ‘aly, karena sanadnya lebih sedikit.
41
BAB VII KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
SIFAT DAN KEADAAN RAWI KETIKA
MERIWAYATKAN
1. Hadits Musalsal
Hadits Musalsal, adalah hadits yang rawi-rawi dalam sanad atau
periwayatannya saling mengikuti seorang demi seorang pada satu
sifat.
42
Misal kedua, yakni Musalsal Fi’ly, adalah hadits Abu Hurairah
r.a.: ”Abu Al-Qasim saw. menjalinkan tangannya dengan
tanganku dan bersabda: ‘Allah telah menciptakan bumi pada hari
sabtu, gunung pada hari ahad, pohon pada hari senin, perkara
yang tidak disukai pada hari selasa, cahaya pada hari rabu, binatang
pada hari kamis dan Adam pada hari jum’at. “
44
Misal keempat, yakni musalsal yang berkaitan dengan tarikh
(tanggal) adalah musalsal dengan kalimat akhir, sebagai mana
keberadaan rawi selaku perawi paling akhir yang meriwayatkan
dari gurunnya, dan ketika meriwayatkan rawi selalu mengucapkan
kata ( Fulan memberi tahu aku, dan aku orang yang paling
terakhir meriwayatkan hadits darinya).
45
BAB VIII MACAM-MACAM RIWAYAT
1. Al-Mudabbaj
Al-Mudabbaj adalah macam riwayat yang dilakukan oleh masing-
masing dua kawan yang saling meriwayatkan dari satu dengan
lainnya.
46
2. Ghairu Mudabbaj
Riwayat Ghairu Mudabbaj adalah macam riwayat yang dilakukan
oleh salah satu dari dua orang yang berkawan, dari lainnya, tetapi
teman yang lain ini tidak meriwayatkan dari temannya tersebut.
Sebagaimana riwayat Al-A’masy dan At-Taimi.
1) Riwayatul Aqran
Riwayatul Aqran ialah perawi yang memiliki kesamaan dengan
orang yang memberi riwayat kepadanya dalam usia atau guru-
guru hadits, sebagaimana riwayat Al-A’masy dari At-Taimi.
Riwayatul
47
2) Riwayatul Akabir ‘Anil Ashaghir
Riwayatul Akabir ‘Anil Ashaghir adalah periwayatan hadits
seorang rawi yang lebih tua usianya dari rawi yang lebih muda
usianya, yang diperoleh dari seorang guru, seperti riwayat Az –
Zuhri dan Malik. Az – Zuhri lebih tua usianya dan lebih dulu
generasinya daripada Malik.
48
3) Riwayatul Ashaghir ‘Anil Akabir
49
BAB IX KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
KESAMARAN RAWINYA
50
salam, sebuah nama sebagian perawi. Ada lagi seperti itu, yaitu ﻋﺜﺎم
dan ﻏﻨﺎم
3. Al-Mutasyabih
Hadits Mutasyabih adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat
nama-nama yang sama, tetapi berbeda-beda nama ayahnya, atau
sebaliknya, misalnya Muhammad bin ‘Aqil dan Muhammad bin
Uqail
51
Adapun tentang orang yang berbeda nama, tetapi nama ayahnya
sama, misalnya Syuraih bin An-Nu’man dan Suraij bin An-
Nu’man. Yang pertama adalah berkebangsaan Naisabur,
sedangkan yang kedua adalah berkebangsaan Firyab, Turki.
4. Hadits Al – Mubham
Hadits Al – Mubham adalah hadits yang didalam matan atau
sanadnya terdapat seorang rawi ( laki-laki atau perempuan) yang
tidak disebutkan namanya dengan jelas.
Nama orang yang tidak disebutkan dengan jelas dalam matan atau
sanad itu dapat diketahui, melalui sebagian riwayat – riwayat lain
yang menyebutkan orang yang punya nama.
53
BAB X KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
GUGURNYA RAWI
1. Al – Mu’allaq
Hadits Mu’allaq adalah hadits hadits yang gugur rawinya, seorang
atau lebih, dari permulaan sanad, baik perawi perawi lainnya
gugur atau tidak.
54
Nyatalah sekarang, apabila kita diperbandingkan sanad sanad dari
3 Iman pentakhrij hadits tersebut, bahwa Imam Bukhari
menggugurkan sanad, sekurang kurangnya seorang, sebelum Bahz
bin Hakim.
2. Al – Mursal
Hadits mursal adalah hadits yang diangkat langsung oleh tabiin
kepada Nabi saw. walaupun hanya secara hukum.
55
Berhujah dengan Hadits Mursal
Adapun mengenai berhujah dengan hadits Mursal, terdapat
beberapa pendapat yang berbeda, antara lain:
56
padahal generasi ketiga itu sama sekali tidak dapat dituduh
melakukan tindakan pengelabuan.
Menurut Imam Asy Syafi’i, bahwa hadits mursal itu bisa diterima
sebagai hujah, jika memenuhi salah satu dari lima perkara, yaitu :
1. Ada rawi lain yang meriwayatkan secara bersambung
(dikuatkan hadits musnad)
2. Ada rawi lain yang meriwayatkan hadits mursal juga, guru
mereka berbeda (hadits mursal dikuatkan hadits mursal yang
lain).
3. Dikuatkan oleh ucapan seorang sahabat.
4. Dikuatkan oleh pendapat mayoritas ulama
5. Ada pengakuan, bahwa rawi yang meriwayatkan hadits mursal
itu pada umumnya tidak meriwayatkan, selain dari orang yang
adil.
3. Al Mudallas
Hadits mudallas itu ada dua macam, yaitu Mudallas Isnad dan
Mudallas Syuyukh.
4. Al Munqathi’
Hadits Munqathi’ adalah hadus yang sanadnya terdapat seorang
rawi sebelum sahabat gugur disatu tempat manapun. Sekalipun
dibeberapa tempat, dengan syarat yang gugur itu tudak lebih dari
satu rawi secara berturut turut.
5. Al Mu’dhal
Hadits Mu’dhal adalah hadits yang di dalam sanadnya terdapat dua
rawi atau lebih, yang gugur secara berturut turut, baik gugurnya
itu dipermulaan, tengah atau akhir sanad.
Lebih jelasnya lihat pada skema berikut ini : Imam Malik di dalam
kitab tersebut meriwayatkannya langsung dari Abu Hurairah r.a.
padahal dia seorang tabiit-tabiin, sudah barang tentu tidak
mungkin dapat bertemu dan mendengar sendiri hadits tersebut
dari Abu Hurairah r.a. Dengan demikian, pasti ada seorang atau
dua orang rawi yang digugurkan. Rawi rawi yang digugurkan itu
dapat kita ketahui, setelah kita mengadakan penelitian dalam kitab
lain. Dari hasil penyelidikan menunjukkan, bahwa Imam Muslim
meriwayatkan hadits tersebut melalui sanad sanad : Ibnu Wahbin,
Amru bin Al Harits, Bukair bin Asyja, Muhammad bin Ajlan,
59
ayah Ajlan dan Abu Hurairah r.a. Dengan demikian, rawi rawi
yang digugurkan oleh Imam Malik ialah Muhammad bin Ajlan
dan ayahnya (dua orang).
60
BAB XI KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN
KECACATAN RAWINYA (DALAM KEADILAN DAN
KEDHABITAN)
1. Al – Mudhtharib
61
bertahan, yakni tidak dapat ditarjihkan maupun dikompromikan.
Antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasai dan
Ibnu Huzaimah, yang juga bersumber kepada Anas r.a., dengan
rangkaian kalimat: “Mereka tidak mengeraskan bacaan Basmillahir
rahmaanir rahiim.”
62
diriwayatkan secara mursal, sementara ada yang meriwayatkannya
dengan muttasil.
2. Al – Mu’allal
Hadits Mua’allal adalah hadits yang secara lahiriah selamat (dari
cacat), tetapi setelah diadakan penelitian pada sanad-sanadnya,
ternyata mengandung cacat berat dalam sanad atau matannya,
seperti menyambung (memuttasilkan) hadits mursal, Munqathi’,
atau memasukkan satu hadits ke hadits lain lainnya.
Cacat yang terdapat pada matan itu bisa menodai sanad. Berbeda
dengan cacat pada sanad, yang hanya menodai sanad itu sendiri.
63
3. Asy – Syadz dan Al – Munkar
Hadits Syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang
tsiqah (terpercaya), yang berlawanan dengan rawi yang lebih
(terpercaya), disebabkan kelebihan hafalan atau banyaknya jumlah
sanad atau lainnya, berupa segi – segi pentarjihan.
Hadits Abu Dawud yang bersanad Abul Wahib bin Ziyad, Al-
A’masy, Abu Shalih, dan Abu Hurairah r.a., yang diriwayatkan
secara marfu’ itu adalah hadits syadz pada matan. Hal itu dapat kita
ketahui setelah meninjau hadits Bukhari yang bersanad Abdullah
bin Yazid, Sa’id bin Abi Ayyub, Abul Aswad, Urwah bin Zubair
r.a., dan riwayat dari rawi-rawi lain yang lebih tsiqah, yang
meriwayatkan atas dasar fiil (perbuatan Nabi). Sedangkan hadits
Abu Dawud, diriwayatkan atas dasar qaul (perkataan) Nabi.
65
Menurut Abu Hatim, hadits tersebut diriwayatkan Ibnu Abi
Hatim yang bersanad Hubayyib bin Habib, Abu Ishaq, Al-Izar
bin Harits, Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Muhammad saw., adalah
mungkar. Sebab, Hubayyib bin Habib, salah seorang sanadnya
adalah rawi yang waham dan matruk, disamping itu ia
meriwayatkan hadits tersebut secara marfu’. Padahal menurut
rawi-rawi yang tsiqah meriwayatkannya dari Abu Ishaq, dari Ibnu
Abbas secara mauquf. Inilah yang ma’ruf.
4. Al – Maqlub
Hadits Maqlub adalah hadits yang dikenal dari seorang rawi
tertentu, lalu diganti dengan rawi lain yang segenerasi dengan
rawi tersebut, atau sanadsuatu matan hadits tertentu ditukar
dengan sanad matan hadits laindan sebaliknya.
5. Al – Mudraj
Hadits Mudraj itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Mudrajul
Matni dan Mudrajus Sanad.
Kata ﺿ َﺆ
ُ اﻟﻮ
ُ اَ ْﺳﺒِﻐُ ْﺆاadalah tambahan Abu Hurairah.
67
Idraj ditengah hadits.
ﱠﺚ ِﰲ َﻏﺎ ِر َؤُﻫ َﺆ
ُ ﻳـَﺘَ َﺤﻨ: ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻛﺎن اﻟﻨﱠﱯ ﺻﻠّﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ؤﺳﻠّﻢ
.اﻟﻌ َﺪ ِد
َ
ِ ﻴﺎﱄ َذ َؤ
ات ِ
َ ّﱠﻌﺒﱡ ُﺪ اﻟﻠ
َ اﻟﺘـ
68
rawi yang meriwayatkan hadits tersebut secara lengkap
dengan sanad yang pertama.
Ada dua matan hadits yang berbeda diriwayatkan oleh rawi
dengan sanad yang berlainan juga. Lalu ada rawi
meriwayatkan dua hadits tersebut dengan menggunakan
salah satu sanad, dari dua sanad tersebut. Atau meriwayatkan
salah satu hadits dengan sanadnya yang asli dan
menambahkan matan yang lain ke dalamnya, yang tidak
menggunakan sanad itu.
Perawi tengah menggunakan sanad, lalu datang seseorang
kepadannya, dan rawi itu mengucapkan perkataan dari
dirinya sendiri, kemudian orang tersebut meriwayatkan
hadits daripadanya.
70
7. Maudhu’
Definisi:
Hadits Maudhu’ adalah perkataan, perbuatan, penetapan, ata
lainnya, yang secara bohong disandrkan kepada Nabi saw. dengan
sengaja.
Dapat juga hadits Maudhu’ itu diketahui dari keadaan hadits yang
dipalsukan, seperti kekakuan kalimat dan maknannya,
bertentangan dengan sebagian ayat Al-Qur’an atau hadits
mutawattir berlawanan dengan ijmak Qat’iy atau bahkan
bertentangan dengan akal sehat.
71
kedudukan. Fanatisme mazhab atau mencari muka di hadapan
para penguasa dan mengikuti kemauan mereka, misalnya Khalifah
atau Gubernur.
72
Hadits tersebut adalah bertentangan dengan sunah-sunah
Rasulullah saw. yang menerangkan, bahwa nerka itu tidak dapat
ditebus dengan nama-nama tersebut, akan tetapi keselamatan dari
mereka itu karena keimanan dan amal saleh.
8. Al – Muhmal
Hadits Muhmal adalah hadits yang diriwayatkan salah satu dari
dua orang yang sama dalam nama, laqab dn kunyahnya, atau
nama-namanya dan nama ayahnya sama, atau juga salah satu dari
yang tersebut(nama, laqab, dan kunyah) dengan nama datuknya
sama, atau semua ang tersebut ditambah nisbatnya juga sama
dengan pernytaaan rawi itu sendiri dan tidak ada hal yang
membedakan.
Misalnya : ﺴ ُﻌ ْﺆٍد
ْ اﺑﻦ َﻣ
ُ َح ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺷ ِﻘْﻴ ٌﻖ ﻗَ َﺎل َح ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋ ْﻤٌﺮؤ ﻗَ َﺎل َح ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ
74
10. Al-Mushohhaf
Hadits mushohhaf adalah hadits yang didalam matan atau
sanadnya terdapat perubahan titik-titik hurufnya.
Kata “” ِﺳﺘﺎ dalam hadits diatas oleh Abu Bakar Ash-Shuly
diriwayatkan dengan kata “”ﺷْﻴـﺌًﺎ.
َ
ِ ﻣﺮmenjadi “”احﻢ
Yahya bin Ma’in mem-tashhif-kan “”اﺟ ْﻢ ِ
ََ ْ َﻣَﺰ.
11. Al-Muharraf
Hadits Al-Muharraf adalah hadits yang mengalami perubahan
dalam syakkal hurufnya. Yang dimaksud dengan syakal adalah
harokat (tanda hidup) dan sakanat (tanda mati), seperti hadits Jabir
r.a :
75
“Ubaiyi telah dihujani panah pada perang ahzab mengenai
lengannya, lalu Rasulullah mengobatinya dengan besi panas.”
76
BAB XII KESAMAAN ATAU MUSYAROKAH DALAM
PERIWAYATAN
1. Al – Mutabi’
Hadits Al – Mutabi’ adalah hadits yang rawinya mengikuti rawi
lain dalam periwayatan hadits, sejak dari gurunya atau dari
gurunya guru dan menyamai pula dalam susunan redaksi.
2. Asy – Syahid
Hadits Syahid adalah hadits yang (diriwayatkan rawi dari sahabat
lain) menyamai hadits (yang diriwayatkan seorang rawi dari
77
sahabat) yang lain dalam maknanya, bukan dalam redaksi
kalimatnya.
80
4. Al – I’tibar
Al – I’tibar adalah penyelidikan beberapa jalur atau sanad hadits
yang diduga sebagai hadits fard (diriwayatkan sendirian), untuk
mengetahui apakah ia mempunyai mutabi’ (hadits yang sama,
yang diriwayatkan melalui jalur lain), syahid (hadits semakna, yang
diriwayatkan melalui jalur lain) atau tidak memiliki mutabi’ dan
tidak memiliki syahid.
81
BAB XIII NASIKH DAN MANSUKH
82
“ Orang yang membekam dan orang yang dibekam itu, puasa
keduanya batal.”
83
BAB XIV PENUTUP
Penerimaan Riwayat
Cara-cara penerimaan (tahammul) hadits itu ada delapan. Berikut
ini penjelasannya beserta shighat (bentuk kata) penyampainnya :
ُ ْﻗَـَﺮأ
guru itu, kalau meriwayatkan menggunakan bentuk kata: ت
( َﻋﻠَْﻴ ِﻪaku telah membacakan dihadapannya).
ﱐ ﻗَِﺮأًَة َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ِ ْ ( أtelah menceritakan kepadaku, secara
ْ َﺧ ََﱪ
pembacaan dihadapannya)
84
ﱐ ﻗَِﺮأًَة َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ِ
ْ َ( أَنْـﺒَﺎtelah memberitakan kepadaku, secara
pembacaan dihadapannya)
85
saya,dari Fulan, maka riwayatkanlah dari saya”. Murid (rawi) ini
ketika meriwayatkan hadits itu menggunakan bentuk kata: َ َوﻟَِ ْﲏ
(seseorang telah memberikan kepadaku)
86
7. Al –Washiyyah bil Kitab adalah pesan seseorang dikala akan
mati atau bepergian, dengan sebuah kitab asli supaya
diriwayatkan. Rawi yang meriwayatkan hadits yang dia peroleh
berdasarkan wasiat ini:
….ﺎل ﻓِْﻴ ِﻪ َح ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ٍ َﱄ ﻓُﻼَ ٌن ﺑِ ِﻜﺘ
َ َﺎب ﻗ ِ
ﺻﻰ ا َ ﱠ
َ اَْو
“Seseorang telah berwasiat kepadaku dengan sebuah kitab yang
dia berkarya dalam kitab itu: ‘Telah bercerita kepadaku
Fulan….’.”
Catatan:
ﱐ ِ
Periwayatan dengan kata ْ َ اَنْـﺒَﺎatau َﻋ ْﻦitu pada dasarnya termasuk
kalimat yang mengandung pengertian mendengar dan tidak,
87
melalui ijazah dan mungkin tidak, seperti kata ﺎل
َ َﻗ. Kata ذَ َﻛَﺮdan
َرَوىitu semisal َﺷﺎﻓَـ َﻬ ِ ْﲏdan ﱄ ِ َﻛﺘmenurut ulama mutaakhirin.
ﺐ ا َﱠ
ََ
Adapun generasi pertengahan antara generasi dahulu dan
muta’akhirin itu menggunakan bentuk kata penyampaian “ ﱐ ِ
ْ َ”اَنْـﺒَﺎ
hanya untuk yang berijazah.
88
2. Hendaknya tidak meriwayatkan hadits disuatu negeri (kota)
yang disitu terdapat orang yang lebih berhak meriwayatkan
daripadanya, bahkan dia harus menyarankan orang lain agar
pergi kepada orang tersebut.
3. Tidak boleh meninggalkan tugas menyampaikan kepada
seseorang, karena niat yang keliru.
4. Hendaknya selalu suci (mempunya widhu)
5. Hendaknya tidak menyampaikan hadits dengan berdiri dan
tergesa-gesa.
6. Tidak menyampaikan hadits ditengah jalan, kecuali terpaksa.
7. Hendaknya berhenti (tidak melanjutkan) dari menyampaikan
hadits, jika merasa khawatir berubah hafalannya, lupa akibat
sakit atau tua.
8. Hendaknya mempunyai seorang penulis yang cermat, apabila
dia membuka suatu majelis untuk mendiktekan hadits.
Sumber Terjemah:
https://terjemahkitab.com/terjemah-minhatul-mughits/
90