Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH USHUL FIQH

“FIQH IBADAH 1”
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pembimbing :
Imam Yazid, Dr,. MA

Kelompok 8 :
Annisa Febrianti Aryet (0204202037)

Desi Safitri (0204202058)

Nurhayati Daulay (0204202013)

PRODI HUKUM EKONOMI SYA’RIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS SYA’RIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah Swt. Yang telah
memberikan kepada kami kesempatan yang luar biasa sehingga kami dapat
menyusun makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke ruh dan
junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad Saw.
Kemudian rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada Imam Yazid, Dr,. MA sebagai Dosen mata kuliah Ushul Fiqh, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul: “FIQH IBADAH I”.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk
menambah ilmu pengetahuan kita tentang Thaharah, Shalat, dan Puasa.

Medan, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3


A. Thaharah .................................................................................... 3
1. Pengertian Thaharah ...................................................... 3
2. Macam-macam air dan pembagiannya .......................... 5
3. Macam-macam najis dan cara mensucikannya .............. 7
4. Pembagiaan hadas dan cara bersuci ............................... 8

B. Shalat ........................................................................................ 9
1. Pengertian shalat ............................................................ 9
2. Waktu shalat fardhu ....................................................... 10
3. Syarat wajib shalat ......................................................... 12
4. Syarat sah ....................................................................... 13
5. Rukun shalat ................................................................... 14
6. Hal yang membatalkan shalat ........................................ 16

C. Puasa ......................................................................................... 18
1. Pengertian puasa ............................................................ 18
2. Macam-macam puasa ..................................................... 19
3. Syarat wajib puasa ......................................................... 23
4. Hal yang membatalkan puasa ........................................ 24

ii
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 27
A. Kesimpulan ............................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm,
artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum
syar‟i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan
dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak dibebani
dengan kewajiban. Seorang dianggap mukalaf setidaknya ada dua
ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya adalah seseorang sudah dapat
membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan salah. Kedua, baligh,
maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki sudah
pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan perempuan sudah haid.
Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta‟at (2( ;)‫)انطاعت‬
tunduk (3( ;)‫ )انخضىع‬hina (‫ ;)انذ ّل‬dan (‫ )انتىسّك‬pengabdian. Jadi ibadah itu
merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:

‫ هللا تاٍرثاه أٗاٍشٓ ٗاجرْا ب ّ٘إئ ٗاىؼَو تَا أرُ تٔ اىشا سع ٕٗي ػاٍح ٗخاصح‬ٚ‫اىرقشب أى‬

“Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-


perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah
adalah beramal dengan yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah
itu mengandung arti umum dan arti khusus”.
Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal
yang dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus
adalah perbuatan ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah Saw. Ibadah dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah,
Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah Nadzar dan Kifarat.

1
Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu
yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar‟i khususnya dalam
ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah
dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan
dan harapan untuk mecapai ridla Allah.

B. Rumusan Masalah
a. Mengetahui Tentang Thaharah.
1. Apa Pengertian Thaharah?
2. Apa saja Macam-macam air dan pembagiannya?
3. Apa saja Macam-macam najis dan cara mensucikannya?
4. Apa saja Pembagiaan hadas dan cara bersuci?

b. Shalat
1. Apa Pengertian shalat?
2. Apa saja Waktu shalat fardhu?
3. Apa Syarat wajib shalat?
4. Apa Syarat sah?
5. Apa saja Rukun shalat?
6. Apa Hal yang membatalkan shalat?

c. Puasa
1. Apa Pengertian puasa?
2. Apa saja Macam-macam puasa?
3. Apa saja Syarat wajib puasa?
4. Apa saja Hal yang membatalkan puasa?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Thaharah
1. Pengertian Tahahar
Taharah menurut bahasa berasal dari kata ‫( طٖ٘س‬Thohur), artinya
bersuci atau bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun
hadas kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat,
dan benda-benda yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam
kesempatan lain Nabi SAW juga bersabda:
ْ َّ‫ َٗذ َْحيِ ْييُ َٖا اىر‬،‫ َٗذ َْح ِش ْي َُ َٖا اىرَّ ْنثِ ْي ُش‬،ُ‫ص َال ِج أَىطَََّ َٕا َسج‬
ٌُ ‫سيِ ْي‬ ُ ‫ ٍِ ْفر‬:ً‫قاه ػيئ اىصالج ٗاىسال‬
َّ ‫َاح اى‬

“Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah


takbir dan perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan


perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al-qur`an dan hadist Nabi
Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan
lahir dan batin.
Firman Allah Swt :
‫ط ُٖ ْشَُ فَإِ َرا‬
ْ َ‫ ي‬َّٚ‫ض َٗال ذَ ْق َشتَُُِّٕ٘ َحر‬
ِ ‫سا َء فِي ا ْى ََ ِحي‬ َ ِّْ‫ فَا ْػرَ ِزىُ٘ا اى‬ٙ‫ض قُ ْو ُٕ َ٘ أَ ًر‬ ِ ‫سأَىَُّ٘ َل َػ ِِ ا ْى ََ ِحي‬
ْ َ‫َٗي‬
)٢٢٢( َِ‫هللاَ يُ ِح ُّة اىرَّ َّ٘اتِيَِ َٗيُ ِح ُّة ا ْى َُرَطَ ِّٖ ِشي‬
َّ َُِّ‫هللاُ إ‬ ُ ‫ذَطَ َّٖ ْشَُ فَأْذَُُِّٕ٘ ٍِِْ َح ْي‬
َّ ٌُ ‫س أَ ٍَ َش ُم‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan
mencintai orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.


)ٌ‫اىْظافح ٍِ االيَاُ (سٗآ ٍسي‬
Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)

3
 Syarat wajib Thaharah
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah
sebelum melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
e. Tidak lupa
f. Tidak dipaksa
g. Berhenti darah haid dan nifas
h. Ada air atau debu tanah yang suci.
i. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

 Sarana Melakukan Thaharah


Firman Allah:

‫يَا أَيُّهَا انَّ ِذيهَ آ َمىُىا ال تَ ْق َزبُىا انصَّالةَ َوأَ ْوتُ ْم ُس َكا َري َحتًَّ تَ ْعهَ ُمىا َما تَقُىنُىنَ َوال ُجىُبًا إِال‬
َ‫ضً أَوْ َعهًَ َسفَ ٍز أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْى ُك ْم ِمه‬
َ ْ‫يم َحتًَّ تَ ْغت َِسهُىا َوإِ ْن ُك ْىتُ ْم َمز‬
ٍ ِ‫عَابِ ِزٌ َسب‬
َ ‫ْانغَائِ ِظ أَوْ ال َم ْستُ ُم انىِّ َسا َء فَهَ ْم ت َِج ُدوا َما ًء فَتَيَ َّم ُمىا‬
‫ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُىا بِ ُىجُى ِه ُك ْم‬
‫َّللاَ َكانَ َعفُ ًّىا َغفُىرًا‬ َّ ‫َوأَ ْي ِدي ُك ْم إِ َّن‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu


dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula menghampiri masjid) sedang kamu dalam
keadaan berjunub), terkecuali sekadar berlalu sahaja, hingga kamu
mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam bermusafir atau kembali dari
tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah

4
yang baik (suci);sapula muka mu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf lagi Maha Penganpun,” (Surah Al-Nisa,’ 4:43)

2. Macam-Macam Air Dan Pembagiannya


Air yang merupakan alat untuk bersuci. Namun air yang bisa di pakai
untuk bersuci adalah air yang suci dan mensucikan, diantaranya :
a. Air hujan
b. Air sumur
c. Air laut
d. Air sungai
e. Air salju
f. Air telaga
g. Air embun

Berdasarkan firman Allah diatas dapat disimpulkan bahwa sarana yang


dapat digunakan untuk bersuci adalah sebagai berikut :
1) Air dapat digunakan untuk mandi, wudu, dan membersihkan benda-
benda yang terkena najis. Sedangkan air untuk bersuci sendiri di bagi
menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Pembagian air di tinjau
dari segi hukumnya, air dibagi menjadi lima yaitu :

a) Air suci dan mensucikan


Adalah air yang dapat digunakan untuk bersuci, air mutlak (air
sewajarnya), air yang masih murni, baik menghilangkan hadas maupun
najis, dan airnya tidak berubah warna maupun zatnya dan tidak
makruh. Misal air hujan, air sungai, air sumur, air laut, air salju, air
embun dan air sumber lain yang keluar dari mata air.

5
b) Air suci tetapi tidak mensucikan
Air ini halal diminum, tetapi tidak dapat mensucikan hadas dan
najis. Yang termasuk air suci tetapi tidak mensucikan adalah:
 Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi,
air susu, dsb
 Air buah-buahan, seperti: air kelapa, perasan anggur dsb

c) Air suci tetapi makhruh hukumnya


Yaitu air Musyammas (air yang dijemur di tempat logam yang
bukan emas)

d) Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah,
terkena najis, maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya
lebih dari 2 kollah, maka hukumnya tidak najis dan bisa digunakan
untuk bersuci selama tidak berubah warna, bau, maupun rasanya.
 Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu
fardhu dan tidak bercampur dengan sesuatu.
 Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu
atau mandi.
 Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap
bisa digunakan untuk istinjak.

e) Air suci dan mensucikan


Tetapi haram memakainya, yaitu air yang diperoleh dari ghasab
(mencuri/mengmabil tanpa ijin)
Keterangan :
Dua kullah = 216 Liter. Jika berbentuk bak, maka besarnya =
60cm x 60cm x 60cm.

6
3. Macam-Macam Najis Dan Cara Mensucikannya
 Pengertian Najis
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan
menurut istilah adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan
yang harus disucikan, karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan
suatu ibadah tertentu.

Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam.


Najis tersebut adalah Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis
Muqalazah.

a. Najis Mukhaffafah (ringan)


Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis
mukhafafah yaitu air kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih dua
tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya.
Cara mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mengusapkan/
memercikkan air pada benda yang terkena najis.

b. Najis Muthawassithah (sedang)


Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis
mutawasitah antara lain air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran hewan.
Najis mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
 Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau,
warna dan rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah
mengering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air
pada benda yang terkena najis tersebut.
 Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya.
Cara mensucikannya dengan menyirkan air hingga hilang zat,
warna, rasa dan baunya.

7
c. Najis Mughallazah (berat)
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi.
Adapun cara mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang
mensucikan air suci yang mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda
atau tempat yang terkena najis sampai tujuh kali.

4. Pembagian Hadas Dan Cara Bersuci


 Pengertian Hadas
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut
istilah, hadas adalah sesuatu yang terjadi atau berlaku yang
mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk
melaksanakan ibadah. Berkaitan dengan hal ini Nabi Muhammad saw,
bersabda :
ّٚ‫ هللا ػيئ ٗ سيٌّ ال يقثو هللا صالج احذمٌ ارا حذز حر‬ّٚ‫قاه سس٘ه هللا صي‬
)ٔ‫ير٘ضاء (ٍرفق ػيي‬
ّ
Artinya : “Rasulullah saw, telah bersabda : Allah tidak akan menerima
salat seseorang dari kamu jika berhadas sehingga lebih dahulu
berwudu.” (HR Mutafaq Alaih)

)٦( ‫َٗإُِْ ُم ْْرُ ٌْ ُجُْثًا فَاطَّ َّٖ ُشٗا‬

Artinya : “Dan jika kamu junub, maka mandilah kamu.” (QS Al


Maidah :6)
Ayat dan hadist diatas menjelaskan bahwa bersuci untuk
menghilangkan hadas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berwudu
dan mandi.

 Bermacam hadas dan cara mensucikannya


Menurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu :

a. Hadas kecil
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan
seseorang berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh
hadas kecil adalah sebagai berikut :

8
o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.
o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa
pembatas.
o Hilang akal karena sakit atau mabuk.
o Hadas besar

b. Hadas besar
adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi
besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai
berikut :
o Bersetubuh (hubungan suami istri)
o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o Keluar darah haid
o Nifas
o Meninggal dunia

B. Shalat
1. Pengertian Shalat
Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut bahasa
(etimologi) berarti do'a, dan secara terminologi / istilah, para ahli fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan yang telah ditentukan. (Sidi Gazalba,88).
Adapun scara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan
didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya
”atau”mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita

9
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-
duanya. (Hasbi AsySyidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi
antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di
dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentuk
an syara‟.1
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat
adalah ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan
rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan
diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan
memohon rido-Nya. Sholat dalam agama islam menempati kedudukan
yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah manapun juga, ia merupakan
tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.

2. Waktu shalat
a. Waktu sholat Fardhu
 Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu
tengah hari. Ada yang mengatakan dinamakan Dhuhur karena
sholat Dhuhur adalah sholat yang pertama kali muncul dalam
islam.
 Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah
menyamai panjangnya selain bayangan istiwa' dan lebih
sedikit. Dan waktunya keluar ketika matahari terbenam.

1
Ali Imran, Fiqih, ( Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011), hal 39

10
 Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan
keluar dengan terbenamnya / hilangnya mega merah di ufuk.
 Sholat I‟sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang
berwarna merah. Dan waktunya keluar dengan terbitnya fajar
shodiq.
 Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan
keluar dengan terbitnya sebagian dari sinar matahari2.

b. Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;


 Waktu Fadlilah
Ketika seseorang sholat pada waktu ini maka dia mendapatkan
fadlilahnya awal waktu. Mendapatkannya fadlilah awal waktu
ini dengan sebab menyibukkan diri dengan sebab-sebab sholat,
mulai dari masuknya waktu sholat, kemudian segera
mengerjakan sholat. Sebab-sebab sholat seperti menjawab
adzan, bersuci, menutup aurat, menunggu jama'ah dan
sebagainya.
 Waktu ikhtiyar
Syari' memilih sholat dikerjakan pada waktu ini jika sholat
tidak dikerjakan pada waktu fadlilah.
 Waktu jawaz
Sholat boleh diakhirkan sampai pada waktu ini, dan terkadang
dengan kemakruhan dan terkadang tidak makruh.
 Waktu hurmah
Sholat haram diakhirkan sampai pada waktu ini, karena akan
menjatuhkan sebagian dari sholat diluar waktu.

2
S.A. Zainal Abidin, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001), hlm.47-
48.

11
 Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur,
seperti saat bepergian atau sakit.
 Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti
haidl dan lainnya- dan waktu hanya tersisa sekadar takbiratul
ihram saja atau lebih.

3. Syarat wajib Shalat


a. Beragama Islam.
Syarat wajib shalat yang pertama yaitu beragama Islam
(muslim). Maka orang kafir tidak punya kewajiban untuk
melaksanakan shalat dan mengqadhainya ketika masuk islam. Nah
jika orang tersebut murtad (keluar dari islam) maka wajib
melaksanakan shalat dan mengqadha‟ shalatnya jika tidak shalat di
waktu murtad, Hal ini di wajibkan apabila orang yang murtad
tersebut kembali masuk islam.

b. Sudah Baligh.
Syarat wajib shalat yang kedua, yaitu sudah baligh atau
dewasa, Ada sedikit perbedaan antara balighnya perempuan dan
laki-Laki. Perempuan baligh, yaitu perempuan yang sudah keluar
darah haid atau jika belum haid, batas balighnya sampai berumur
15 tahun. Laki-Laki baligh, yaitu laki-laki yang sudah pernah
ihtilam atau jika belum ihtilam, batas balighnya sampai berumur
15 tahun.
Oleh karena itu, seorang bayi atau anak anak tidak diwajibkan
shalat, akan tetapi kedua orang tuanya wajib memerintah anaknya
untuk melaksanakan shalat jika sudah berumur tujuh tahun, hal ini
apabila anak tersebut sudah tamyiz. Dan anak tersebut harus di

12
pukul jika tidak melakukan shalat, apabila sudah berumur sepuluh
tahun.

c. Berakal Sehat
Syarat wajib Shalat yang ke tiga, yaitu berakal sehat, Maka
orang gila atau orang yang tidak berakal sehat, tidak diwajibkan
untuk melaksanakan shalat.

4. Syarat Sah Shalat


a. Suci dari Hadats dan Najis.
Syarat Sah Shalat, yang Pertama, yaitu anggota badan harus
suci dari hadats, baik itu hadats kecil maupun hadats besar, jika
mampu. Jika tidak mampu, Artinya tidak ada air atau debu untuk
bersuci, maka shalatnya sah akan tetapi wajib i‟adah (mengulangi
shalatnya) apabila sudah ada air atau debu untuk bersuci. dan harus
suci najis yang tidak di-makfu baik itu pakaian, anggota badan dan
tempatnya.

b. Menutupi Aurat.
Syarat Sah Shalat yang ke dua, yaitu menutupi aurat sekalipun
sendirian di tempat yang gelap. Apabila tidak mampu untuk
menutupi Aurat “tidak punya pakaian sama sekali atau sesuatu
yang bisa menutupi auratnya” Maka shalat dalam keadaan
telanjang. Dan harus menyempurnakan rukuk dan sujud tanpa
harus i‟adah.

c. Suci badan, tempat dan pakaian


Syarat Sah Shalat yang ke tiga, yaitu tempat shalatnya harus
suci.Maka tidak sah shalatnya seseorang yang sebagian dari

13
pakaian atau anggota badannya ada najisnya, baik itu pas waktu
berdiri, rukuk, duduk atau sujud.

d. Masuk Waktu Shalat.


Syarat Sah Shalat yang ke empat, yaitu tahu masuknya waktu
shalat atau punya keyakinan sudah masuk waktu shalat dengan
cara ijtihad, apabila shalat sebelum masuknya waktu shalat, maka
Shalatnya tidak sah.

e. Menghadap Kiblat.
Syarat sah Shalat yang terakhir, yaitu menghadap ke arah kiblat.

5. Rukun Shalat
Ada 13 Rukun shalat yang wajib dipenuhi shalat yaitu :
a. Berdiri bagi yang mampu
Rukun pertama adalah salat dengan berdiri bagi yang mampu.
Islam memberikan keringanan untuk salat dengan duduk atau tidur
jika tidak mampu berdiri.

b. Niat
Niatkan melakukan salat hanya karena Allah SWT. Niat juga
bisa dibaca secara lisan berdasarkan bacaan niat yang ada. Bacaan
niat umumnya mencakup nama salat yang dikerjakan, jumlah
rakaat, dan melakukannya karena Allah SWT.

c. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram adalah bacaan takbir Allahu Akbar saat salat.

14
d. Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat
Pada setiap rakaat salat, surat Al-Fatihah wajib dibaca pada
setiap rakaatnya. Surat atau ayat pendek sunah dibaca setelah
membaca Al-Fatihah.

e. Rukuk dan tuma'ninah


Setelah itu, rukuk wajib dilakukan dengan tuma'ninah atau
tidak tergesa-gesa. Rukuk adalah gerakan membungkukkan badan
dengan kedua tangan berada di lutut.

f. Iktidal dan tuma'ninah


Setelah rukuk, tegakkan badan untuk beriktidal dengan
tuma'ninah, sebelum melakukan sujud.

g. Sujud dengan tuma'ninah


Setelah iktidal, lakukan sujud dengan tuma'ninah. Terdapat dua
kali sujud yang dihubungkan dengan duduk di antara dua sujud.

h. Duduk di antara dua sujud


Pada setiap rakaat setelah sujud pertama, harus melakukan
duduk di antara dua sujud sebelum sujud yang kedua. Duduk di
antara dua sujud juga dilakukan dengan tuma'ninah.

i. Duduk tasyahud akhir


Di rakaat terakhir salat, setiap orang harus melakukan duduk
tasyahud akhir sebelum salam.

j. Membaca tasyahud akhir


Saat gerakan duduk tasyahud akhir, maka wajib membaca
bacaan tasyahud akhir.

15
k. Membaca salawat nabi
Saat tasyahud akhir wajib membaca salawat yang dikirimkan
kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim serta keluarganya.

l. Salam
Setelah itu, baca salam dengan menggerakkan kepala ke kanan
dan ke kiri.

m. Tertib
Tertib adalah rukun ke-13 atau yang terakhir. Tertib berarti
berarti melakukan salat atau semua rukun salat dengan beraturan.

6. Hal yang Membatalkan Shalat


a. Bercakap-cakap, sekurang-kurangnya terdiri dari dari dua huruf,
walaupun tidak mempunyai arti. Madzhab Hanafi dan Hambali
tidak membedakan menganai batalnya shalat karena berbicara ini
baik disengaja maupun tidak disengaja keduanya tetap
membatalkan shalat. Sedangkan Madzhab Imamiyah, Syafi'I dan
Maliki mengatakan : Shala ttidak batal dikarenakan lupa, kalau
hanya sedikit. Dan shalat seseorang tetap terpelihara ketika
seseorang berdehem didalam shalat, menurut Madzhab
Iamamiyah dan Maliki hal tersebut tidak membatalkan shalat
meskipun tanpa makksud. Tetapi ualama mazhab yang lainya
menyatakan batal kalau tidak ada maksud, kalau ada maksud
seperti membaguskan makhrajul huruf maka di perbolehkan.

b. Setiap perbuatan yang menghapuskan bentuk shalat, maka hal ini


hukumnya membatalkan shalat, sekiranya bila di lihat oleh orang
lain seperti orang yang tidak shalat. Para ulama mazhab
menyepakatinya.

16
c. Makan dan Minum. Ini telah disepakati para ulama, akan tetapi
ulama madzhab berbeda pendapat mengenai kadarnya. Mazhab
Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa membatalakan
shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau
menghilankan syarat atau rukun dalam shalat seperti
berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtaka : makan dan
minum didalam shalat membatalkan shalat walaupun makanan
tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk
air. Menurut Mazhab syafi'I mengatakan: semua makanan dan
minuman yang masuk kedalam rongga perut itu membatalkan
shalat jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan
tau keharamanya akan tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal
tersebut tidak membatalkan shalat. Sedangkan menurut Mazhab
Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya banyak
maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak akan
tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.

d. Sesuatu yang membatalkan wudhu dan menyebabkan mandi


Seluruh ulama mazhab sepakat bahwa hal tersebut membatalakan
shalat, kecuali Mazhab Hanafi mereka mengatakan: shalat batal
jika jika perkara tersebut datang sebelum selesai membaca tasahud
akhir tetapi kalau perkara tersebut datang sebelum salam (selesai
membaca tasahud akhir) maka hal tersebut tidak membatalkan
shalat.

e. Tertawa terbahak-bahak seluruh ulama mazhab kecuali Mazhab


Hanafi menyatakan batal. Masing-masing ulama memilki
pandangannya masing-masing menganai batalnya shalat salah satu
contoh yakni pendapat Mazhab Mazhab Syafi'i dan Mazhab
Maliki adalah sebagai berikut.

17
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
 karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
 sengaja berbicara
 menangis
 merintih
 banyak bergerak
 ragu-ragu dalam niat
 bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
 menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang
lainnya
 terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
 telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk
menutupinya.
 terkena najis
 mengulang-ulang takbiratul ihram
 meninggalkan rukun dengan di sengaja
 mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena
kekufurannya atau sebab yang lainnya.
 menambah rukun dengan di sengaja
 masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga
mulut
 berpaling dari kiblat dengan dadanya
 mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.

C. Puasa
1. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa
berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:

18
َ ِِ َ‫إِِّّي َّ َز ْسخُ ىِي َّش ْح‬.
‫ص ْ٘ ًٍا‬
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan
berbiacara ).”3
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”4
Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani
Israil. Menurut Syara‟ (istilah agama Islam) arti puasa adalah
sebagaimana tersebut dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :
ِٔ ‫في اىَّْ َٖا ِس َػيَي ا ْى َ٘ ْج‬ ِ ،ِٔ ِ‫اع َٗ َغ ْي ِشَٕا ٍِ ََّا َٗ َس َد ت‬ ِ ََ ‫ب َٗا ْى ِج‬ِ ‫سا ُك َػ ِِ ْاألَ ْم ِو َٗاىش ُّْش‬ َ ٍْ ‫اَ ْ ِْل‬
‫س َٗ َغ ْي ِشَٕا ٍَِِ ا ْى َن َال ًِ ا ْى َُ َح َّش ًِ َٗا ْى ََ ْن ُش ْٗ ِٓ فِي‬ِ َ‫َِ اىَّي ْغ ِ٘ َٗاى َّشف‬
ِ ‫سا ُك ػ‬ ِ ْ ‫ َٗيَ ْرثَ ُغ رىِ َل‬،‫ع‬
َ ٍْ ‫اْل‬ ِ ْٗ ‫ش ُش‬ْ ََ ‫ا ْى‬
ٓ‫صح‬ َ ْ٘ ‫ص‬ُ ‫ط ٍَ ْخ‬ َ ِ‫ش َشا ئ‬
َ ِ‫ ت‬،‫ص ْ٘ص‬ ُ ‫َٗ ْقد ٍَ ْخ‬
“Menahan diri dari makan, minum, jima‟ (hubungan seksual) dan lain-
lain yang diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang
disyariatkan, dan disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia,
perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu tertentu dan menurut
syarat-syarat yang ditetapkan.5

2. Macam-macam Puasa
Puasa terdiri dari dari dua macam, sebagai berikut :
a. Puasa Wajib
Seperti dengan namanya, puasa wajib merupakan puasa yang
harus dijalankan oleh semua umat Islam. Jika umat Islam
melakukannya maka mereka akan mendapatkan pahala, sedangkan
jika tidak melakukannya maka akan mendapat dosa. Puasa

3
H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, ( Cet. IV/4; Jl. Pramuka Raya 4 Jakarta
13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.
4
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 220.
5
H.M. Djamil Latif, S.H, op. cit., h. 22

19
berhukumnya wajib terbagi menjadi tiga jenis, simak
penjelasannya berikut ini :

1) Puasa Ramadan
Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum
karena merupakan puasa wajib selama sebulan penuh pada bulan
Ramadhan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban
melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan terdapat dalam
Al-Qur‟an surat Al-baqarah ayat 183.

2) Puasa nazar
Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa
karena sebuah janji. Nazar sendiri secara bahasa berarti janji,
sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.

3) Puasa Denda atau Kifarat


Jenis terakhir dari puasa wajib adalah puasa denda, yakni
puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam atau denda atas
pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak melaksanakan
puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah
dilakukan.

b. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh
umat Islam. Jika orang Islam melakukannya, maka dia akan
mendapatkan pahala sedangkan jika dia tidak melakukannya maka
dia tidak mendapatkan dosa. Puasa sunnah memiliki beberapa
jenis diantaranya sebagai berikut :

20
1) Puasa Syawal
Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa
Syawal. Syawal sendiri adalah nama bulan setelah bulan
Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di
bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan
dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara
tidak berurutan.

2) Puasa Arafah
Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat
dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji.
Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada
keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal 9
Dzulhijjah.
Puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi
pelaksananya yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu
serta dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim).

3) Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari
tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri
berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal
tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa
banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju
Mina.

4) Puasa Senin dan Kamis


Jenis puasa satu ini juga merupakan puasa sunnah
terpopuler. Puasa senin kamis berawal ketika Nabi Muhammad

21
SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari
senin dan kamis.
Karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau
sedangkan hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur‟an
diturunkan.

5) Puasa Daud
Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya
puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling
(sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk
meneladani puasanya Nabi Daud As. Puasa jenis ini juga
ternyata sangat disukai Allah SWT.

6) Puasa „Asyura
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk
memperbanyak puasa, boleh di awal bulan, pertengahan,
ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari
Asyura yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram.
Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya
hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.

7) Puasa Ayyamul Bidh


Umat Islam disunnahkan berpuasa minimal tiga kali dalam
sebulan. Namun puasa lebih utama dilakukan pada ayyamul
bidh, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 dalam bulan Hijriyah
atau bulan pada kalender Islam.
Ayyamul bidh sendiri mempunyai arti hari putih karena
pada malam-malam tersebut bulan purnama bersinar dengan
sinar rembulannya yang putih.

22
8) Puasa Sya‟ban (Nisfu Sya‟ban)
Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai
keistimewaan, bulan Sya‟ban juga memiliki keistimewaan
tersendiri. Pada bulan Sya‟ban dianjurkan agar umat Islam
mencari pahala sebanyak-banyaknya.
Salah satunya adalah dengan melakukan puasa pada awal
pertengahan bulan Sya‟ban sebanyak-banyaknya.

3. Syarat Wajib Puasa


a. Islam
Syarat wajib puasa yang pertama dan paling utama adalah
beragama Islam. Orang yang menjalankan ibadah puasa dalam
Islam harus beragama Islam atau seorang muslim dan muslimah.
Selain itu, puasa juga masuk dalam rukun Islam yang ke empat.

b. Baligh
Baligh adalah suatu tanda atau batasan seorang muslim dan
muslimah yang sudah dewasa dan mampu membedakan yang
benar dan yang salah. Tanda baligh untuk laki-laki dan perempuan
berbeda. Untuk laki-laki, baligh ditandai dengan keluarnya air
mani dari kemaluan baik dalam keadaan tidur atau saat terjaga.
Kamudian untuk perempuan adalah ketika ia sudah haid atau
menstruasi. Jika kedua tanda di atas tidak muncul, maka batas
umur seseorang dinyatakan baligh dalam Islam adalah ketika
umurnya sudah 15 tahun.

c. Berakal Sehat
Syarat wajib puasa berikutnya adalah berakal sehat, atau tidak
mengalami gangguan jiwa. Orang yang tidak berakal sehat atau
mengalami gangguan jiwa, tidak diwajibkan menjalankan ibadah

23
puasa. Hal ini disebabkan karena orang dengan gangguan jiwa atau
tidak berakal sehat tidak bisa membedakan yang benar atau yang
salah. Selain itu, tidak berakal sehat karena mabuk juga tidak
diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Namun ia harus
menjalankan ibadah puasa setelah ia sembuh atau tidak mabuk lagi
di hari berikutnya.

4. Hal Yang Membatalkan Puasa


Berikut 9 hal yang dapat membatalkan puasa, dikutip dari at-
Tadzhib fi Adillati Matan al-Ghayati wa at-Taqrib karya Dr
Mushatafa Dib al-Baga :
a. Masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh secara sengaja Tak
hanya mulut, memasukkan benda-benda tertentu ke dalam lubang
tubuh yang berpangkal pada organ bagian dalam (jauf) secara
sengaja juga dapat membatalkan puasa. Yang dimaksud lubang
yang berpangkal pada organ dalam adalah mulut, telinga, dan
hidung dengan batas awal masing-masing. Dalam mulut batas
awalnya adalah tenggorokan, hidung batas awalnya adalah
pangkal insang, dan telinga batasannya adalah bagian yang
terlihat oleh mata. Artinya, jika benda yang masuk ke dalam
lubang tersebut belum melewati batas awalnya, maka puasa masih
tetap sah.

b. Memasukkan benda ke dalam salah satu jalan Yang dimaksud


"jalan" pada konteks ini adalah kemaluan dan dubur. Jika benda
yang masuk ke dalam salah satu lubang itu maka akan
membatalkan puasa, seperti memasukkan obat ambeien ke dalam
dubur. Oleh karena itu, sebaiknya melakukan hal itu setelah
berbuka puasa atau saat sahur.

24
c. Muntah secara disengaja Dalam hal ini, muntah secara disengaja
bisa dimaknai seperti memasukkan sesuatu ke dalam tenggorokan
hingga muntah. Jika tidak disengaja, maka puasa tetap sah, seperti
dalam hadis berikut: Rasulullah bersabda: "Barangsiapa
dikalahkan oleh muntah maka tidak ada qadha' baginya.
Barangsiapa muntah dengan sengaja, maka hendaknya ia meng-
qadha'nya," (HR Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah, Baihaqi
dan al-Hakim dari Abu Hurairah).

d. Berhubungan seks secara sengaja Berhubungan badan pada siang


hari bulan Ramadhan akan membatalkan puasa. Selain
berkewajiban mengganti puasa, ada juga denda atau kafarat yang
harus dibayarkarkan. Denda tersebut berupa memerdekakan
hamba sahaya perempuan yang beriman. Jika tak mampu, maka
diperbolehkan mengganti dengan puasa selama dua bulan secara
berturut-turut. Jika masih tak mampu, maka harus memberi
makan kepada 60 orang miskin, masing-masing sebanyak satu
mud atau sekitar sepertiga liter. Baca juga: Hikmah Ramadhan:
Korupsi dan Ketiadaan Ruh dalam Puasa

e. Keluar mani Dalam konteks ini, keluar mani yang dimaksud


adalah akibat dari persentuhan kulit, misal bersentuhan dengan
lawan jenis dan onani. Namun, apabila keluar mani karena ihtilam
atau mimpi basah, maka status puasanya tetap sah.

f. Haid atau menstruasi Haid atau menstruasi merupakan darah yang


keluar akibat kerja hormonal dalam tubuh wanita. Jika seorang
telah menjalani puasa selama dan keluar darah haid, maka
puasanya tidak sah.

25
g. Nifas Nifas adalah darah yang keluar setelah proses melahirkan.
Umumnya, darah nifas keluar selama 40 hari setelah melahirkan.

h. Gila (junun) Jika kondisi itu terjadi ketika sedang menjalani


puasa, maka puasa dinyatakan tidak sah atau batal.

i. Murtad Murtad adalah keluar dari Islam. Apabila seseorang


murtad ketika menjalani puasa, maka puasanya secara otomatis
batal.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fiqih Ibadah adalah ilmu yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-

hukum syar‟i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat,

zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan

sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah.

 Thaharah, Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar

maupun hadas kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian,

tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan.

 Macam-Macam Air Dan Pembagiannya

Air yang merupakan alat untuk bersuci. Namun air yang bisa di pakai untuk

bersuci adalah air yang suci dan mensucikan, diantaranya :

1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air salju
6. Air telaga
7. Air embun
 Macam-Macam Najis

 Najis Mukhaffafah (ringan)


 Najis Muthawassithah (sedang)
 Najis Mughallazah (berat)
 Macam-macam Hadas
 Hadas kecil

27
Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :
o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
 Hadas besar
Contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
o Bersetubuh (hubungan suami istri)
o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o Keluar darah haid
o Nifas
o Meninggal dunia

 Shalat adalah ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara
 Waktu shalat
1. Waktu sholat Fardhu
o Sholat Dzuhur
o Sholat Asar
o Sholat Maghrib
o Sholat I‟sya
o Sholat Shubuh
2. Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;
o Waktu Fadlilah
o Waktu ikhtiyar
o Waktu jawaz
o Waktu hurmah
o Waktu udzur
o Waktu dloruroh
 Syarat wajib Shalat
o Beragama Islam.

28
o Sudah Baligh.
o Berakal Sehat
 Syarat Sah Shalat
o Suci dari Hadats dan Najis.
o Menutupi Aurat.
o Suci badan, tempat dan pakaian
o Masuk Waktu Shalat.
o Menghadap Kiblat.
 Rukun Shalat
o Berdiri bagi yang mampu
o Niat
o Takbiratul ihram
o Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat
o Rukuk dan tuma'ninah
o Iktidal dan tuma'ninah
o Sujud dengan tuma'ninah
o Duduk di antara dua sujud
o Duduk tasyahud akhir
o Membaca tasyahud akhir
o Membaca salawat nabi
o Salam
o Tertib
 hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
o karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
o sengaja berbicara
o menangis
o merintih
o banyak bergerak
o ragu-ragu dalam niat
o bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
o menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya

29
o terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
o telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya.
o terkena najis
o mengulang-ulang takbiratul ihram
o meninggalkan rukun dengan di sengaja
o mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau
sebab yang lainnya.
o menambah rukun dengan di sengaja
o masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
o berpaling dari kiblat dengan dadanya
o mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.

Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti


menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas
Macam-macam Puasa
 Puasa Wajib
 Puasa Ramadan
 Puasa nazar
 Puasa Denda atau Kifarat
 Puasa Sunnah
 Puasa Syawal
 Puasa Arafah
 Puasa Tarwiyah
 Puasa Senin dan Kamis
 Puasa Daud
 Puasa „Asyura
 Puasa Ayyamul Bidh.
 Puasa Sya‟ban (Nisfu Sya‟ban)
Syarat Wajib Puasa
 Islam
 Baligh

30
 Berakal Sehat
Hal Yang Membatalkan Puasa
 Masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh secara sengaja
 Memasukkan benda ke dalam salah satu jalan Yang dimaksud "jalan"
pada konteks ini adalah kemaluan dan dubur.
 Muntah secara disengaja
 Berhubungan seks secara sengaja
 Keluar mani
 Haid atau menstruasi
 Nifas
 Gila (junun)
 Murtad

31
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imran, Fiqih, ( Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011), hal 39
S.A. Zainal Abidin, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang,
2001), hlm.47-48
H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, (Cet. IV/4; Jl. Pramuka
Raya 4 Jakarta 13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.

H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2012), h. 220.

32

Anda mungkin juga menyukai