“FIQH IBADAH 1”
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh
Dosen Pembimbing :
Imam Yazid, Dr,. MA
Kelompok 8 :
Annisa Febrianti Aryet (0204202037)
Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah Swt. Yang telah
memberikan kepada kami kesempatan yang luar biasa sehingga kami dapat
menyusun makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke ruh dan
junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad Saw.
Kemudian rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada Imam Yazid, Dr,. MA sebagai Dosen mata kuliah Ushul Fiqh, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul: “FIQH IBADAH I”.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk
menambah ilmu pengetahuan kita tentang Thaharah, Shalat, dan Puasa.
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. Shalat ........................................................................................ 9
1. Pengertian shalat ............................................................ 9
2. Waktu shalat fardhu ....................................................... 10
3. Syarat wajib shalat ......................................................... 12
4. Syarat sah ....................................................................... 13
5. Rukun shalat ................................................................... 14
6. Hal yang membatalkan shalat ........................................ 16
C. Puasa ......................................................................................... 18
1. Pengertian puasa ............................................................ 18
2. Macam-macam puasa ..................................................... 19
3. Syarat wajib puasa ......................................................... 23
4. Hal yang membatalkan puasa ........................................ 24
ii
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 27
A. Kesimpulan ............................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm,
artinya pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum
syar‟i yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan
dari dalil-dalilnya yang terperinci. Mukalaf adalah orang yang layak dibebani
dengan kewajiban. Seorang dianggap mukalaf setidaknya ada dua
ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya adalah seseorang sudah dapat
membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan salah. Kedua, baligh,
maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki sudah
pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan perempuan sudah haid.
Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta‟at (2( ;))انطاعت
tunduk (3( ;) )انخضىعhina ( ;)انذ ّلdan ( )انتىسّكpengabdian. Jadi ibadah itu
merupakan bentuk ketaatan, ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.
هللا تاٍرثاه أٗاٍشٓ ٗاجرْا ب ّ٘إئ ٗاىؼَو تَا أرُ تٔ اىشا سع ٕٗي ػاٍح ٗخاصحٚاىرقشب أى
1
Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu
yang menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar‟i khususnya dalam
ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah
dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan
dan harapan untuk mecapai ridla Allah.
B. Rumusan Masalah
a. Mengetahui Tentang Thaharah.
1. Apa Pengertian Thaharah?
2. Apa saja Macam-macam air dan pembagiannya?
3. Apa saja Macam-macam najis dan cara mensucikannya?
4. Apa saja Pembagiaan hadas dan cara bersuci?
b. Shalat
1. Apa Pengertian shalat?
2. Apa saja Waktu shalat fardhu?
3. Apa Syarat wajib shalat?
4. Apa Syarat sah?
5. Apa saja Rukun shalat?
6. Apa Hal yang membatalkan shalat?
c. Puasa
1. Apa Pengertian puasa?
2. Apa saja Macam-macam puasa?
3. Apa saja Syarat wajib puasa?
4. Apa saja Hal yang membatalkan puasa?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Thaharah
1. Pengertian Tahahar
Taharah menurut bahasa berasal dari kata ( طٖ٘سThohur), artinya
bersuci atau bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun
hadas kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian, tempat,
dan benda-benda yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam
kesempatan lain Nabi SAW juga bersabda:
ْ َّ َٗذ َْحيِ ْييُ َٖا اىر، َٗذ َْح ِش ْي َُ َٖا اىرَّ ْنثِ ْي ُش،ُص َال ِج أَىطَََّ َٕا َسج
ٌُ سيِ ْي ُ ٍِ ْفر:ًقاه ػيئ اىصالج ٗاىسال
َّ َاح اى
3
Syarat wajib Thaharah
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah.
Ada hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah
sebelum melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
e. Tidak lupa
f. Tidak dipaksa
g. Berhenti darah haid dan nifas
h. Ada air atau debu tanah yang suci.
i. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.
يَا أَيُّهَا انَّ ِذيهَ آ َمىُىا ال تَ ْق َزبُىا انصَّالةَ َوأَ ْوتُ ْم ُس َكا َري َحتًَّ تَ ْعهَ ُمىا َما تَقُىنُىنَ َوال ُجىُبًا إِال
َضً أَوْ َعهًَ َسفَ ٍز أَوْ َجا َء أَ َح ٌد ِم ْى ُك ْم ِمه
َ ْيم َحتًَّ تَ ْغت َِسهُىا َوإِ ْن ُك ْىتُ ْم َمز
ٍ ِعَابِ ِزٌ َسب
َ ْانغَائِ ِظ أَوْ ال َم ْستُ ُم انىِّ َسا َء فَهَ ْم ت َِج ُدوا َما ًء فَتَيَ َّم ُمىا
ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُىا بِ ُىجُى ِه ُك ْم
َّللاَ َكانَ َعفُ ًّىا َغفُىرًا َّ َوأَ ْي ِدي ُك ْم إِ َّن
4
yang baik (suci);sapula muka mu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf lagi Maha Penganpun,” (Surah Al-Nisa,’ 4:43)
5
b) Air suci tetapi tidak mensucikan
Air ini halal diminum, tetapi tidak dapat mensucikan hadas dan
najis. Yang termasuk air suci tetapi tidak mensucikan adalah:
Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi,
air susu, dsb
Air buah-buahan, seperti: air kelapa, perasan anggur dsb
d) Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah,
terkena najis, maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya
lebih dari 2 kollah, maka hukumnya tidak najis dan bisa digunakan
untuk bersuci selama tidak berubah warna, bau, maupun rasanya.
Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu
fardhu dan tidak bercampur dengan sesuatu.
Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu
atau mandi.
Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap
bisa digunakan untuk istinjak.
6
3. Macam-Macam Najis Dan Cara Mensucikannya
Pengertian Najis
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan
menurut istilah adalah sesuatu yang dipandang kotor atau menjijikkan
yang harus disucikan, karena menjadikan tidak sahnya melaksanakan
suatu ibadah tertentu.
7
c. Najis Mughallazah (berat)
Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi.
Adapun cara mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang
mensucikan air suci yang mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda
atau tempat yang terkena najis sampai tujuh kali.
a. Hadas kecil
Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan
seseorang berwudu apabila hendak melaksanakan salat. Contoh
hadas kecil adalah sebagai berikut :
8
o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.
o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa
pembatas.
o Hilang akal karena sakit atau mabuk.
o Hadas besar
b. Hadas besar
adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi
besar atau junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai
berikut :
o Bersetubuh (hubungan suami istri)
o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o Keluar darah haid
o Nifas
o Meninggal dunia
B. Shalat
1. Pengertian Shalat
Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut bahasa
(etimologi) berarti do'a, dan secara terminologi / istilah, para ahli fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan yang telah ditentukan. (Sidi Gazalba,88).
Adapun scara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan
didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya
”atau”mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
9
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-
duanya. (Hasbi AsySyidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi
antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di
dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentuk
an syara‟.1
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat
adalah ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan
rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan
diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan
memohon rido-Nya. Sholat dalam agama islam menempati kedudukan
yang tidak dapat ditandingi oleh ibadah manapun juga, ia merupakan
tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.
2. Waktu shalat
a. Waktu sholat Fardhu
Sholat Dzuhur
Dinamakan Dhuhur karena sholat ini dikerjakan pada waktu
tengah hari. Ada yang mengatakan dinamakan Dhuhur karena
sholat Dhuhur adalah sholat yang pertama kali muncul dalam
islam.
Sholat Asar
Waktu sholat 'Ashr masuk ketika bayangan sesuatu sudah
menyamai panjangnya selain bayangan istiwa' dan lebih
sedikit. Dan waktunya keluar ketika matahari terbenam.
1
Ali Imran, Fiqih, ( Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011), hal 39
10
Sholat Maghrib
Waktu sholat Maghrib masuk dari terbenamnya matahari, dan
keluar dengan terbenamnya / hilangnya mega merah di ufuk.
Sholat I‟sya
Waktu sholat 'isya masuk dengan hilangnya mega yang
berwarna merah. Dan waktunya keluar dengan terbitnya fajar
shodiq.
Sholat Shubuh
Waktu sholat shubuh masuk dengan terbitnya fajar shodiq, dan
keluar dengan terbitnya sebagian dari sinar matahari2.
2
S.A. Zainal Abidin, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang, 2001), hlm.47-
48.
11
Waktu udzur
Sholat boleh dikerjakan pada waktu ini karena ada udzur,
seperti saat bepergian atau sakit.
Waktu dloruroh
Yaitu akhir waktu ketika hilangnya penghalang sholat -seperti
haidl dan lainnya- dan waktu hanya tersisa sekadar takbiratul
ihram saja atau lebih.
b. Sudah Baligh.
Syarat wajib shalat yang kedua, yaitu sudah baligh atau
dewasa, Ada sedikit perbedaan antara balighnya perempuan dan
laki-Laki. Perempuan baligh, yaitu perempuan yang sudah keluar
darah haid atau jika belum haid, batas balighnya sampai berumur
15 tahun. Laki-Laki baligh, yaitu laki-laki yang sudah pernah
ihtilam atau jika belum ihtilam, batas balighnya sampai berumur
15 tahun.
Oleh karena itu, seorang bayi atau anak anak tidak diwajibkan
shalat, akan tetapi kedua orang tuanya wajib memerintah anaknya
untuk melaksanakan shalat jika sudah berumur tujuh tahun, hal ini
apabila anak tersebut sudah tamyiz. Dan anak tersebut harus di
12
pukul jika tidak melakukan shalat, apabila sudah berumur sepuluh
tahun.
c. Berakal Sehat
Syarat wajib Shalat yang ke tiga, yaitu berakal sehat, Maka
orang gila atau orang yang tidak berakal sehat, tidak diwajibkan
untuk melaksanakan shalat.
b. Menutupi Aurat.
Syarat Sah Shalat yang ke dua, yaitu menutupi aurat sekalipun
sendirian di tempat yang gelap. Apabila tidak mampu untuk
menutupi Aurat “tidak punya pakaian sama sekali atau sesuatu
yang bisa menutupi auratnya” Maka shalat dalam keadaan
telanjang. Dan harus menyempurnakan rukuk dan sujud tanpa
harus i‟adah.
13
pakaian atau anggota badannya ada najisnya, baik itu pas waktu
berdiri, rukuk, duduk atau sujud.
e. Menghadap Kiblat.
Syarat sah Shalat yang terakhir, yaitu menghadap ke arah kiblat.
5. Rukun Shalat
Ada 13 Rukun shalat yang wajib dipenuhi shalat yaitu :
a. Berdiri bagi yang mampu
Rukun pertama adalah salat dengan berdiri bagi yang mampu.
Islam memberikan keringanan untuk salat dengan duduk atau tidur
jika tidak mampu berdiri.
b. Niat
Niatkan melakukan salat hanya karena Allah SWT. Niat juga
bisa dibaca secara lisan berdasarkan bacaan niat yang ada. Bacaan
niat umumnya mencakup nama salat yang dikerjakan, jumlah
rakaat, dan melakukannya karena Allah SWT.
c. Takbiratul ihram
Takbiratul ihram adalah bacaan takbir Allahu Akbar saat salat.
14
d. Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat
Pada setiap rakaat salat, surat Al-Fatihah wajib dibaca pada
setiap rakaatnya. Surat atau ayat pendek sunah dibaca setelah
membaca Al-Fatihah.
15
k. Membaca salawat nabi
Saat tasyahud akhir wajib membaca salawat yang dikirimkan
kepada Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim serta keluarganya.
l. Salam
Setelah itu, baca salam dengan menggerakkan kepala ke kanan
dan ke kiri.
m. Tertib
Tertib adalah rukun ke-13 atau yang terakhir. Tertib berarti
berarti melakukan salat atau semua rukun salat dengan beraturan.
16
c. Makan dan Minum. Ini telah disepakati para ulama, akan tetapi
ulama madzhab berbeda pendapat mengenai kadarnya. Mazhab
Imamiyah mengatakan : makan dan minum bisa membatalakan
shalat apabila hal tersebut menghilangkan bentuk shalat itu atau
menghilankan syarat atau rukun dalam shalat seperti
berkesinambungan. Mazhab Hanafi mengtaka : makan dan
minum didalam shalat membatalkan shalat walaupun makanan
tersebut hanya sebiji kismis dan yang diminum tersebut seteguk
air. Menurut Mazhab syafi'I mengatakan: semua makanan dan
minuman yang masuk kedalam rongga perut itu membatalkan
shalat jiaka seseoarng tersebut melakukanya dengan sengaja dan
tau keharamanya akan tetapi kalau tidak tahu atau lupa maka hal
tersebut tidak membatalkan shalat. Sedangkan menurut Mazhab
Hambali mengatakan : kalau makanan dan minumannya banyak
maka membatalkan shalat baik di sengaja maupun tidak akan
tetapi kalau sedikit dan tidak di sengaja tidak membatalkan shalat.
17
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
sengaja berbicara
menangis
merintih
banyak bergerak
ragu-ragu dalam niat
bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang
lainnya
terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk
menutupinya.
terkena najis
mengulang-ulang takbiratul ihram
meninggalkan rukun dengan di sengaja
mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena
kekufurannya atau sebab yang lainnya.
menambah rukun dengan di sengaja
masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga
mulut
berpaling dari kiblat dengan dadanya
mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.
C. Puasa
1. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa
berarti menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:
18
َ ِِ َإِِّّي َّ َز ْسخُ ىِي َّش ْح.
ص ْ٘ ًٍا
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan
berbiacara ).”3
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara
yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”4
Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani
Israil. Menurut Syara‟ (istilah agama Islam) arti puasa adalah
sebagaimana tersebut dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :
ِٔ في اىَّْ َٖا ِس َػيَي ا ْى َ٘ ْج ِ ،ِٔ ِاع َٗ َغ ْي ِشَٕا ٍِ ََّا َٗ َس َد ت ِ ََ ب َٗا ْى ِجِ سا ُك َػ ِِ ْاألَ ْم ِو َٗاىش ُّْش َ ٍْ اَ ْ ِْل
س َٗ َغ ْي ِشَٕا ٍَِِ ا ْى َن َال ًِ ا ْى َُ َح َّش ًِ َٗا ْى ََ ْن ُش ْٗ ِٓ فِيِ ََِ اىَّي ْغ ِ٘ َٗاى َّشف
ِ سا ُك ػ ِ ْ َٗيَ ْرثَ ُغ رىِ َل،ع
َ ٍْ اْل ِ ْٗ ش ُشْ ََ ا ْى
ٓصح َ ْ٘ صُ ط ٍَ ْخ َ ِش َشا ئ
َ ِ ت،ص ْ٘ص ُ َٗ ْقد ٍَ ْخ
“Menahan diri dari makan, minum, jima‟ (hubungan seksual) dan lain-
lain yang diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang
disyariatkan, dan disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia,
perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu tertentu dan menurut
syarat-syarat yang ditetapkan.5
2. Macam-macam Puasa
Puasa terdiri dari dari dua macam, sebagai berikut :
a. Puasa Wajib
Seperti dengan namanya, puasa wajib merupakan puasa yang
harus dijalankan oleh semua umat Islam. Jika umat Islam
melakukannya maka mereka akan mendapatkan pahala, sedangkan
jika tidak melakukannya maka akan mendapat dosa. Puasa
3
H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, ( Cet. IV/4; Jl. Pramuka Raya 4 Jakarta
13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.
4
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 220.
5
H.M. Djamil Latif, S.H, op. cit., h. 22
19
berhukumnya wajib terbagi menjadi tiga jenis, simak
penjelasannya berikut ini :
1) Puasa Ramadan
Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum
karena merupakan puasa wajib selama sebulan penuh pada bulan
Ramadhan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban
melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan terdapat dalam
Al-Qur‟an surat Al-baqarah ayat 183.
2) Puasa nazar
Jenis kedua dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa
karena sebuah janji. Nazar sendiri secara bahasa berarti janji,
sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.
b. Puasa Sunnah
Puasa sunnah adalah puasa yang tidak wajib dilakukan oleh
umat Islam. Jika orang Islam melakukannya, maka dia akan
mendapatkan pahala sedangkan jika dia tidak melakukannya maka
dia tidak mendapatkan dosa. Puasa sunnah memiliki beberapa
jenis diantaranya sebagai berikut :
20
1) Puasa Syawal
Jenis puasa pertama dari puasa sunnah adalah puasa
Syawal. Syawal sendiri adalah nama bulan setelah bulan
Ramadhan. Puasa Syawal adalah berpuasa selama enam hari di
bulan Syawal. Puasa ini bisa dilakukan secara berurutan
dimulai dari hari kedua syawal ataupun bisa dilakukan secara
tidak berurutan.
2) Puasa Arafah
Puasa arafah adalah jenis puasa sunnah yang sangat
dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang berhaji.
Sedangkan bagi umat Islam yang sedang berhaji, tidak ada
keutamaan untuk puasa pada hari arafah atau tanggal 9
Dzulhijjah.
Puasa arafah sendiri mempunyai keistimewaan bagi
pelaksananya yaitu akan dihapuskan dosa-dosa pada tahun lalu
serta dosa-dosa di tahun yang akan datang (HR. Muslim).
3) Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari
tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah. Istilah tarwiyah sendiri
berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal
tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa
banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju
Mina.
21
SAW memerintah umatnya untuk senantiasa berpuasa di hari
senin dan kamis.
Karena hari senin merupakan hari kelahiran beliau
sedangkan hari kamis adalah hari pertama kali Al-Qur‟an
diturunkan.
5) Puasa Daud
Jenis puasa ini merupakan puasa unik karena pasalnya
puasa Daud adalah puasa yang dilakukan secara selang-seling
(sehari puasa, sehari tidak). Puasa Daud bertujuan untuk
meneladani puasanya Nabi Daud As. Puasa jenis ini juga
ternyata sangat disukai Allah SWT.
6) Puasa „Asyura
Bulan Muharram adalah bulan yang disunnahkan untuk
memperbanyak puasa, boleh di awal bulan, pertengahan,
ataupun di akhir. Namun, puasa paling utama adalah pada hari
Asyura yakni tanggal sepuluh pada bulan Muharram.
Puasa ini dikenal dengan istilah Yaumu Asyura yang artinya
hari pada tanggal kesepuluh bulan Muharram.
22
8) Puasa Sya‟ban (Nisfu Sya‟ban)
Tidak hanya bulan Ramadhan yang mempunyai
keistimewaan, bulan Sya‟ban juga memiliki keistimewaan
tersendiri. Pada bulan Sya‟ban dianjurkan agar umat Islam
mencari pahala sebanyak-banyaknya.
Salah satunya adalah dengan melakukan puasa pada awal
pertengahan bulan Sya‟ban sebanyak-banyaknya.
b. Baligh
Baligh adalah suatu tanda atau batasan seorang muslim dan
muslimah yang sudah dewasa dan mampu membedakan yang
benar dan yang salah. Tanda baligh untuk laki-laki dan perempuan
berbeda. Untuk laki-laki, baligh ditandai dengan keluarnya air
mani dari kemaluan baik dalam keadaan tidur atau saat terjaga.
Kamudian untuk perempuan adalah ketika ia sudah haid atau
menstruasi. Jika kedua tanda di atas tidak muncul, maka batas
umur seseorang dinyatakan baligh dalam Islam adalah ketika
umurnya sudah 15 tahun.
c. Berakal Sehat
Syarat wajib puasa berikutnya adalah berakal sehat, atau tidak
mengalami gangguan jiwa. Orang yang tidak berakal sehat atau
mengalami gangguan jiwa, tidak diwajibkan menjalankan ibadah
23
puasa. Hal ini disebabkan karena orang dengan gangguan jiwa atau
tidak berakal sehat tidak bisa membedakan yang benar atau yang
salah. Selain itu, tidak berakal sehat karena mabuk juga tidak
diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Namun ia harus
menjalankan ibadah puasa setelah ia sembuh atau tidak mabuk lagi
di hari berikutnya.
24
c. Muntah secara disengaja Dalam hal ini, muntah secara disengaja
bisa dimaknai seperti memasukkan sesuatu ke dalam tenggorokan
hingga muntah. Jika tidak disengaja, maka puasa tetap sah, seperti
dalam hadis berikut: Rasulullah bersabda: "Barangsiapa
dikalahkan oleh muntah maka tidak ada qadha' baginya.
Barangsiapa muntah dengan sengaja, maka hendaknya ia meng-
qadha'nya," (HR Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah, Baihaqi
dan al-Hakim dari Abu Hurairah).
25
g. Nifas Nifas adalah darah yang keluar setelah proses melahirkan.
Umumnya, darah nifas keluar selama 40 hari setelah melahirkan.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
hukum syar‟i khususnya dalam ibadah khas seperti meliputi thaharah, shalat,
zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang kesemuanya itu ditujukan
sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla Allah.
Thaharah, Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar
maupun hadas kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian,
Air yang merupakan alat untuk bersuci. Namun air yang bisa di pakai untuk
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air salju
6. Air telaga
7. Air embun
Macam-Macam Najis
27
Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :
o Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.
o Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
Hadas besar
Contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :
o Bersetubuh (hubungan suami istri)
o Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
o Keluar darah haid
o Nifas
o Meninggal dunia
Shalat adalah ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan syara
Waktu shalat
1. Waktu sholat Fardhu
o Sholat Dzuhur
o Sholat Asar
o Sholat Maghrib
o Sholat I‟sya
o Sholat Shubuh
2. Waktu setiap sholat terbagi menjadi enam bagian, yaitu ;
o Waktu Fadlilah
o Waktu ikhtiyar
o Waktu jawaz
o Waktu hurmah
o Waktu udzur
o Waktu dloruroh
Syarat wajib Shalat
o Beragama Islam.
28
o Sudah Baligh.
o Berakal Sehat
Syarat Sah Shalat
o Suci dari Hadats dan Najis.
o Menutupi Aurat.
o Suci badan, tempat dan pakaian
o Masuk Waktu Shalat.
o Menghadap Kiblat.
Rukun Shalat
o Berdiri bagi yang mampu
o Niat
o Takbiratul ihram
o Membaca surat Al-Fatihah pada setiap rakaat
o Rukuk dan tuma'ninah
o Iktidal dan tuma'ninah
o Sujud dengan tuma'ninah
o Duduk di antara dua sujud
o Duduk tasyahud akhir
o Membaca tasyahud akhir
o Membaca salawat nabi
o Salam
o Tertib
hal-hal yang membatalkan shalat adalah sbb:
o karena hadas yang mewajibkan wudhu atau mandi
o sengaja berbicara
o menangis
o merintih
o banyak bergerak
o ragu-ragu dalam niat
o bimbang dalam memutuskan shalat tapi terus melakukanya
o menukar niat dalam shalat fardhu dengan fardhu yang lainnya
29
o terbuak auratnya, sedangkan ia mampu menutupinya
o telanjang, sedangkan ia memiliki pakaian untuk menutupinya.
o terkena najis
o mengulang-ulang takbiratul ihram
o meninggalkan rukun dengan di sengaja
o mengikuti imam yang tidak patut diikuti karena kekufurannya atau
sebab yang lainnya.
o menambah rukun dengan di sengaja
o masuknya makanan ataupun minuman kedalam rongga mulut
o berpaling dari kiblat dengan dadanya
o mendahulukan rukun fili dari yang lainnya.
30
Berakal Sehat
Hal Yang Membatalkan Puasa
Masuknya sesuatu ke dalam lubang tubuh secara sengaja
Memasukkan benda ke dalam salah satu jalan Yang dimaksud "jalan"
pada konteks ini adalah kemaluan dan dubur.
Muntah secara disengaja
Berhubungan seks secara sengaja
Keluar mani
Haid atau menstruasi
Nifas
Gila (junun)
Murtad
31
DAFTAR PUSTAKA
Ali Imran, Fiqih, ( Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011), hal 39
S.A. Zainal Abidin, Kunci Ibadah, (Semarang: PT.Karya Toha Putra Semarang,
2001), hlm.47-48
H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, (Cet. IV/4; Jl. Pramuka
Raya 4 Jakarta 13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2012), h. 220.
32