WUDHU
Disusun oleh :
Naufal Syafiq Ramadhan (2204010012)
KELAS B
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah Nya sehingga memberikan kemampuan
dan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta
wawasan kepada pembaca mengenai perihal Fiqih Ibadah yang mencakup
pembahasan tentang Wudhu
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman
dalam penulisan ini, menjadikan keterbatasan Saya pula untuk memberikan
penyajian yang lebih dalam dan luas tentang materi ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik
oleh pembaca. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
3. Ijma’ ................................................................................................ 3
1. Rukun Wudhu.................................................................................. 3
3. Sunah-sunah Wudhu........................................................................ 5
ii
6. Dua kaki dibasuh ataukah disapu? ................................................ 11
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................. 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan ibadah umat Islam pasti bersuci (thaharah)
terlebih dahulu mulai dari wuhdu. Wudhu adalah sebuah syariat
kesucian yang Alloh Swt. tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai
pendahuluan bagi shalat dan ibadah lainnya. Di dalamnya terkandung
sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya
seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian
lahir batin.
Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah,
bahkan juga disyariatkan pada seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang
muslim dianjurkan agar selalu dalam kondisi bersuci (wudhu)
sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya yang mulia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian wudhu dan dasar hukumnya?
2. Bagaimana tata cara berwudhu?
3. Apa saja perbedaan pendapat dalam berwudhu?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian wudhu dan dasar hukumnya
2. Untuk mengetahui tata cara berwudhu
3. Untuk mengetahui perbedaan pendapat dalam berwudhu
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wudhu
Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu
bentuk peribadatan kepada Alloh Ta’ala dengan mencuci anggota
tubuh tertentu dengan tata cara yang khusus.
2
B. Dasar Hukum Berwudhu
1. Firman Alloh
2. Sabda Rosululloh
3. Ijma’
1. Rukun Wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun
wudhu:
3
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan
rukun wudhu. Ada yang menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang
tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga yang
menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
2. Syarat-syarat Wudhu
4
3. Sunah-sunah Wudhu
5
yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan
membasuh kedua kaki dari ujung jari-jari sampai kedua mata
kaki
k. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah,
tangan, kaki
l. Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah
merata, bila merata pada basuhan kedua, maka basuhan kedua itu
dianggap kali pertama. Bila merata pada basuhan kali ketiga,
maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah
diteruskan dengan basuhan kali kedua dan ketiga.
m. Menghadap kiblat
n. Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak
terdapat jarak yang lama, sehingga anggota yang telah dibasuh
mengering kembali.
o. Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai
wudhu. Ini biasa dilakukan Rosulullah SAW, sunnah ini sangat
sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada tangan itu
ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah harusnya,
kamu dimulai dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa
digunakan untuk mencuci muka dan anggota tubuh lainnya.
p. Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat
bangun dari tidur. Sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Al-Bukhari dan Muslim.
6
t. Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan
pemborosan, namun jangan sampai terlalu kikir1
1
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-tentang-
wudhu.html# Diunduh 25 September 2022
7
D. Perbedaan Pendapat Dalam Berwudhu
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Syafi’I, Malik, Ahmad, Abu Tsaur, Dawud ) : ya
Pendapat II (Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsauri) : tidak
Sebab perbedaan pendapat :
Para fuqaha sepakat bahwa ibadah mahdhah (ibadah yang tidak bisa
dilogika) mempersyaratkan adanya niat, namun tidak untuk ibadah
ghairu mahdhah (ibadah yang bisa dilogika). Dalam hal ini, para
fuqaha berbeda pendapat tentang wudhu itu ibadah mahdhah ataukah
ghairu mahdhah, sebab wudhu itu agak samar sifatnya antara ritual
dan tindakan higienis / sanitatif.
Pendapat Sayyid Sabiq :
Niat adalah wajib dalam wudhu sebagaimana ia wajib dalam setiap
amalan, sesuai dengan hadits Nabi : Innamal a’maalu bin niyyaat …
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Jumhur, Malik, Syafi’I, Abu Hanifah) : ya
Pendapat II ( sebagian zhahiriyah, sebagian pengikut Malik yang
belakangan, Thabari) : tidak
Sebab perbedaan pendapat :
a. Perbedaan pendapat mengenai makna kata “ilaa” (sebagaimana
disebutkan dalam Ayat Wudhu), karena “ilaa” terkadang
bermakna “sampai” (ghaayah) dan terkadang bermakna
“termasuk” (ma’a).
b. Perbedaan pendapat mengenai makna “al-yad” , karena ia
dipakai oleh orang Arab dengan salah satu dari tiga makna :
“hand”, “dari ujung jari sampai siku”, dan “dari ujung jari
sampai bahu”.
8
Pendapat Sayyid Sabiq :
Sikut termasuk yang wajib dibasuh. Tidak ada riwayat dari Nabi
saw yang mengemukakan bahwa beliau meninggalkannya.
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Malik) : seluruh rambut wajib diusap
Pendapat II (Syafi’I, Abu Hanifah, sebagian sahabat Malik) : hanya
wajib mengusap sebagiannya
Yang dimaksud dengan sebagian ialah :
a. Syafi’I : tidak ada batasan tertentu
b. Abu Hanifah : sesuai dengan ukuran telapak tangan
c. Sebagian sahabat Malik : sepertiga atau dua pertiga bagian dari
kepala
Sebab perbedaan pendapat :
Para fuqaha berbeda pendapat mengenai makna kata “bi” (
sebagaimana disebutkan dalam Ayat Wudhu ) :
a. Ada yang mengatakan bahwa “bi” dalam ayat tersebut adalah “bi
zaidah” yang berfungsi untuk men-ta’kid. Implikasi : pendapat I
b. Yang lain mengatakan bahwa “bi” dalam ayat tersebut adalah
untuk “tab’idh” (menyatakan makna “sebagian” ). Implikasi :
pendapat II
Pendapat Sayyid Sabiq :
Mengusap kepala tidaklah harus keseluruhannya. Sesuai dengan
riwayat-riwayat dari Nabi, mengusap kepala bisa dilakukan dengan
tiga cara :
a. Mengusap keseluruhannya
b. Mengusap serbannya saja
c. Mengusap ubun-ubun dan serban
9
4. Masalah jumlah basuhan dan sapuan
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (sebagian sahabat Malik) :
menyapu dua telinga adalah wajib (karena ia termasuk kepala),
dilakukan dengan air baru.
Pendapat II ( Abu Hanifah) :
menyapu dua telinga adalah wajib, tetapi tidak dengan air baru.
Pendapat III (Syafi’I) :
menyapu dua telinga adalah sunnah, dilakukan dengan air baru.
Sebab perbedaan pendapat :
a. Pertentangan antar hadits
b. Pertentangan mengenai apakah dua telinga termasuk kepala
ataukah tidak.
Pendapat Sayyid Sabiq :
Mengusap dua telinga adalah sunnah wudhu.
10
Komentar :
Dalam Silsilatul Ahadits Al-Shahihah karya Syaikh Nashiruddin Al-
Albani Jilid I Bagian I terdapat hadits “Dua telinga termasuk
kedalam kepala”.
7. Masalah tartib
Perbedaan pendapat :
Pendapat I :
tartib adalah sunnah
Pendapat II :
tartib adalah wajib untuk perbuatan-perbuatan yang wajib (rukun
wudhu), sedangkan untuk sunnah-sunnah wudhu maka tartib adalah
mustahab / sunnah.
Pendapat III :
tartib adalah wajib secara mutlaq. Artinya : melakukan perbuatan-
perbuatan sunnah tidak secara urut adalah bid’ah yang tercela.
11
Sebab perbedaan pendapat :
a. Perbedaan pendapat mengenai makna kata “wa” (sebagaimana
tersebut dalam Ayat Wudhu)
Pendapat madzhab nahwu Bashrah : “wa” tidak menunjukkan tartib
Pendapat madzhab nahwu Kufah : “wa” menunjukkan tartib
b. Perbedaan pendapat mengenai perbuatan rasulullah dalam kasus
ini menunjukkan wajib ataukah sunnah.
Pendapat Sayyid Sabiq :
Tartib termasuk wajib wudhu, sesuai dengan keumuman hadits nabi
saw,”Dahulukanlah apa-apa yang didahulukan oleh Allah”.
Demikian pula tidak ada riwayat yang mengemukakan bahwa Nabi
berwudhu dengan tidak tertib. Sementara itu, wudhu adalah ibadah.
Dan dalam urusan ibadah, sikap kita adalah ittiba’.
Perbedaan pendapat :
Pendapat I (Malik) : muwaalaah adalah wajib dalam keadaan ingat
dan mampu.
Pendapat II (Syafi’I, Abu Hanifah) : muwaalaah tidaklah wajib.
Sebab perbedaan pendapat :
a. Perbedaan pendapat mengenai makna “wa”
b. Pertentangan hadits
Pendapat Sayyid Sabiq :
Muwaalaah termasuk sunnah wudhu.2
2
http://menaraislam.com/fiqih-islam/perbedaan-pendapat-seputar-wudhu Diunduh
25 September 2022
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan seorang Muslim
sebelum melaksanakan shalat, karena wudhu sendiri merupakan salah
satu syarat sah shalat. Pengertian wudhu sendiri menurut syara’ adalah
membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil.
B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu,
kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan dalam perbaikan
makalah ini ke depannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-tentang-
wudhu.html#
http://menaraislam.com/fiqih-islam/perbedaan-pendapat-seputar-wudhu
14