Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

“SHALAT”

Dosen Pembimbing : Adelina Sari Pohan, M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok III

IRWANSYAH PUTRA (2238120092)


LISA FADLI (2238120094)
RISKA AYU ANDINI (2238120114)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH LABUHANBATU
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulisan makalah yang berjudul “ SHOLAT ” ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini

baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas kuliah dan diharapkan

dengan adanya makalah ini pembaca dapat menambah wawasan.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu,

segala kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Rantauprapat, Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

A. Pengertian Shalat..................................................................................................... 2
B. Ketentuan Shalat Wajib........................................................................................... 2
C. Syarat, Rukun, Sunnah dan Yang Membatalkan Shalat.......................................... 3
D. Ketentuan Shalat Sunnah......................................................................................... 5
E. Dalil Tentang Shalat................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 11

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12

ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Sholat secara Bahasa (Etimologi) berarti Do', Sedangkan secara Istilah/Syari'ah


(Terminologi), sholat adalah perkataan dan perbuatan tertentu/khusus yang dibuka/dimulai
dengan takbir (takbiratul ihram) diakhiri/ditutup dengan salam.

Sholat merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun Islam yang
lain sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq manusia. Sholat didirikan
sebanyak lima kali setiap hari, dengannya akan didapatkan bekas/pengaruh yang baik bagi
manusia dalam suatu masyarakatnya yang merupakan sebab tumbuhnya rasa persaudaraan
dan kecintaan diantara kaum muslimin ketika berkumpul untuk menunaikan ibadah yang
satu di salah satu dari sekian rumah milik Allah subhanahu wa ta'ala (SWT).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :

o Apa pengertian sholat?


o Apa ketentuan sholat wajib?
o Apa ketentuan sholat sunnah?
o Bagaimana dalil tentang shalat wajib dan sunnah?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah,
juga agar para pembaca mengetahui dan memahami pengertian sholat secara lebih luas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat

Secara bahasa, shalat itu bermakna doa. Sholat dengan makna doa dicontohkan di dalam
Al-Quran Al-Kariem yang mempunyai arti :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan shalatlah (mendo'alah) untuk mereka. Sesungguhnya shalat (do'a) kamu
itu merupakan ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui” (QS. At-Taubah : 103)

Ayatnya yang berbunyi :

َ ‫ا َو‬NNَ‫ َز ِّكي ِه ْم ِبه‬Nُ‫ َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوت‬N‫ص‬


‫ ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬N‫ص‬ َ ‫ َوالِ ِه ْم‬N‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم‬
‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬َ َ‫صاَل ت‬َ
Dalam ayat ini, shalat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna syariat, melainkan dalam
makna bahasanya secara asli yaitu berdoa. Adapun makna menurut syariah, shalat didefinisikan
sebagai : “serangkaian ucapan dan gerakan yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam sebagai sebuah ibadah ritual “

B. Ketentuan Sholat Wajib

Salat fardu merupakan rukun Islam ke-2 setelah mengucapkan kalimat syahadat. Dalam
sehari, umat Islam mendirikan ibadah tersebut sebanyak 5 kali: salat Subuh, salat Zuhur, salat
Asar, salat Magrib, dan salat Isya. Hukum pelaksanaan salat fardu adalah fardu ain, wajib, dan
harus ditunaikan umat Islam yang telah mukalaf serta tidak beruzur syar’i. Kewajiban salat fardu
ini termuat dalam surah Al-Baqarah ayat 43 sebagai berikut: “Dan laksanakanlah salat,
tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk,” (QS. Al-Baqarah [2]: 43).

2
Mukalaf adalah orang dewasa yang wajib menjalankan hukum Islam. Sementara itu, uzur
syar’i ialah sebuah halangan yang menyebabkan seorang muslim diperbolehkan untuk tidak
mendirikan rukun Islam layaknya salat. Beberapa contoh uzur syar’i yang diperkenankan bagi
muslim sehingga mendapatkan keringanan meninggalkan salat fardu, seperti sedang haid hingga
sakit parah hingga koma (hilang kesadaran). Seorang mukalaf yang meninggalkan salat fardu
tanpa uzur mendapatkan dosa besar. Allah SWT dalam surah Al-Maun ayat 4-5 berfirman
mengenai orang-orang yang berani meninggalkan salat sebagai berikut: “Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang salat, [yaitu] orang-orang yang lalai dalam salatnya,” (QS. Al-Maun
[107]:4

C. Syarat, Rukun, Sunnah dan Yang Membatalkan Shalat

1. Syarat Sah Sholat


a. Beragama Islam
b. Sudah Baligh dan Berakal
c. Suci dari hadist
d. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
e. Menutup aurat, laki-laki auratnya anatara pusar dan lutut, sedangkan wanita seluruh
anggota badannya kecuali muka dan dua buah telapak tangan
f. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing sholat
g. Menghadap kiblat
h. Mengetahui mana yang rukun manaa yang sunnah

2. Rukun Sholat

Rukun sholat adalah setiap bagian sholat yang apabila ketinggalan salah satunya dengan
sengaja atau karena lupa maka sholatnya batal (tidak sah).

a. Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk, bila tidak
mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau terlentang.
b. Takbiratul Ihram
c. Membaca Al Fatihah
d. Rukuk

3
e. I’tidal
f. Sujud
g. Bangun dari sujud
h. Duduk diantara dua sujud
i. Tuma'ninah dalam setiap rukun
j. Tasyahud akhir
k. Duduk tasyahud akhir
l. Shalawat atas Nabi pada Tasyahud Akhir
m. Membaca salam yang pertama
n. Tertib : berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut

3. Sunnah

Hal yang sunnah dalam sholat adalah bagian sholat yang tidak termasuk dalam rukun
maupun wajib, tidak membatalkan solat baik ditinggalkan secara sengaja maupun lupa.
Mengangkat kedua tangan ketika takbir.

a. Membaca do'a istiftah/iftitah


b. Membaca ta'awudz ketika memulai qiro'ah (bacaan)
c. Membaca surat dari Al-Qur'an setelah membaca Al-
d. Fatihah pada dua rakaat yang awal
e. Meletakkan dua tangan pada lutut selama rukuk
f. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri selama berdiri
Mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud selama sholat (kecuali waktu tasyahud-
pent)

4. Hal Yang Membatalkan Sholat

a. Berbicara dengan sengaja dengan kata-kata yang biasa ditujukan kepada manusia


sekalipun kata-kata tersebut bersangkutan dengan sholat kecuali lupa.
b. Banyak bergerak, yaitu minimal tiga kali gerakan yang dilakukan secara berturut-
turut walaupun lupa.
c. Makan dan minum. Jika banyak, baik lupa ataupun sengaja tetap batal. Apabila
sedikit, maka tidak batal apabila lupa dan batal apabila sengaja.

4
d. Meninggalkan salah satu rukun atau sengaja memutuskan rukun sebelum sempurna.
Seumpanya melakukan i’tidal sebelum sempurnanya ruku’.
e. Meninggalkan salah satu syarat. Misalnya berhadats dan terkena najis yang tidak
dimaaf, baik dipakaian ataupun badan. Apabila najis itu dibuang seketika itu juga
maka sholatnya tidak batal. Begitu juga terbuka aurat, apabila ditutup saat itu juga
maka sholatnya tidak batal. Berpaling dari kiblat juga membatalkan sholat. Ukuran
kiblat dalam sholat yang dilakukan dalam kondisi sempurna adalah dada.

D. Ketentuan Sholat Sunnah


Salat sunah merupakan ibadah yang dianjurkan Islam. Fungsinya adalah sebagai
pelengkap ibadah wajib. Jika ada kekurangan di ibadah wajib, maka amalan sunah akan
menambalnya. Dalil anjuran mengenai salat sunah ini tergambar dalam hadis yang
diriwayatkan Abu Hurairah RA bahwasanya Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah salat
fardu. Itu pun jika sang hamba menyempurnakannya. Jika tidak, maka disampaikan,
'Lihatlah oleh kalian, apakah hamba itu memiliki amalan [salat] sunah?' Jika memiliki
amalan salat sunah, sempurnakan amalan salat fardu dengan amal salat sunahnya.
Kemudian, perlakukanlah amal-amal fardu lainnya seperti tadi,” (H.R. Ibnu Majah). Salat
sunah berbeda dari salat wajib, pengerjaannya dianjurkan dan memperoleh pahala.
Namun, jika tidak dikerjakan, tidak dikenai dosa.
Dari sisi pelaksanaannya, salat sunah terbagi menjadi tiga yaitu:
(1) Salat sunah yang lazimnya dikerjakan berjemaah. Contohnya, salat Idulfitri, Iduladha,
Istiska, dan salat gerhana;
(2) Salat sunah yang lazimnya dikerjakan sendirian atau munfarid, seperti salat Rawatib,
Istikharah, dan salat Tahiyat Masjid; dan
(3) Salat sunah yang dapat dikerjakan berjemaah dan dapat dikerjakan munfarid.
Contohnya adalah salat Tarawih, Witir, Duha, Tahajud, dan salat Tasbih.

5
A. Shalat Tarawih
Setiap malam di bulan suci Ramadan, seorang muslim dianjurkan untuk mengerjakan
salat sunah Tarawih. Salat Tarawih ini merupakan ibadah yang khusus pada Ramadan
saja dan tidak ada salat Tarawih di luar Ramadan. Salat Tarawih ini dapat dikerjakan
sendirian atau berjamaah. Anjuran mendirikan salat Tarawih tertera dalam sabda Nabi
Muhammad SAW: "Barangsiapa beribadah [tarawih] pada Ramadan seraya beriman dan
ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Tata Cara Salat Tarawih


Pengerjaan salat Tarawih dapat didirikan dengan delapan rakaat atau 20 rakaat. Keduanya
memiliki dalil yang sama-sama kuat. Pengerjaannya dapat dilakukan masing-masing dua
rakaat dengan sekali salam atau empat rakaat dengan sekali salam. Landasan bahwa salat
Tarawih dapat dikerjakan dalam delapan rakaat bersumber dari hadis yang diriwayatkan
Aisyah RA bahwasanya ia berkata: "Rasulullah SAW tidak pernah melakukan salat sunah
di bulan Ramadan lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau
tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau salat lagi empat rakaat, dan
jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat tiga
rakaat,” (H.R. Bukhari dan Muslim). Sementara itu, untuk dalil salat Tarawih 20 rakaat
bersumber dari riwayat empat tabiin, yaitu Said bin Yazid, Yazid bin Rauman, Yahya bin
Said Al-Qathan, dan Abdul Aziz bin Rafi’. “Umat Islam di masa (Khalifah) Umar bin
Khattab RA beribadah di malam bulan Ramadan dengan 23 rakaat," demikian
diriwayatkan dari Yazid bin Rauman, sebagaimana dikutip dari buku Sukses Ibadah
Ramadan (2017) yang ditulis Ma'rif Khozin.
Salat Tarawih dapat dikerjakan dengan urutan sebagai berikut:
1. Mengucapkan niat salat tarawih berupa kalimat: ِ ‫ ِة َأدَا ًء هلِل‬Nَ‫تَ ْقبِ َل ْالقِ ْبل‬N‫اوي ِْح َر ْك َعتَي ِْن ُم ْس‬ َ ُ‫ا‬
ِ ‫صلِّى ُسنَّةَ التَّ َر‬
‫ تَ َعالَى‬Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatat Tarāwīhi rak‘atayni mustaqbilal qiblati adā’an
lillāhi ta‘ālā." Artinya: "Aku berniat salat sunah tarawih dua rakaat dengan menghadap
kiblat karena Allah SWT."
2. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.
3. Mengucap takbir saat takbiratul ihram.
4. Membaca surah Al-Fatihah. Kemudian membaca salah satu surah dalam Alqur'an

6
5. Rukuk
6. Itidal
7. Sujud pertama
8. Duduk di antara dua sujud
9. Sujud kedua
10. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua
11. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama
dengan rakaat pertama.
12. Salam pada rakaat kedua atau rakaat keempat

B. Shalat Tahajud
Salat Tahajud merupakan salat sunah yang amat dianjurkan pengerjaannya bagi seorang
muslim. Keutamaan salat Tahajud ini tertera dalam Alquran surah Al-Isra ayat 79
sebagai berikut: "Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji," (Al-Isra [17]: 79).

Tata Cara Shalat Tahajud


1. Membaca niat salat Tahajud, lafalnya adalah:
َ ‫ُأ‬
‫صلِّ ْي ُسنَّةَ التَهَجُّ ِد َر ْك َعتَي ِْن هلِل ِ تَ َعالَى‬
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillāhi ta‘ālā."
Artinya: "Aku berniat salat sunah tahajud dua rakaat karena Allah."
2. Membaca takbiratul Ihram.
3. Membaca surah Al-Fatihah, lalu dilanjutkan salah satu surah dalam Alquran
4. Rukuk.
5. Iktidal.
6. Sujud pertama.
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua rakaat pertama.
9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca surah Al-Fatihah hingga
sujud kedua.

7
10. Duduk tasyahud.
11. Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.

C. Shalat Dhuha

Ketika matahari terbit setinggi tombak hingga menjelang masuknya waktu salat Zuhur,
seorang muslim dianjurkan mendirikan salat Duha. Salat Duha minimal dikerjakan dua
rakaat dan dapat ditambah kelipatannya. Salat Duha ini merupakan sunah Nabi
Muhammad SAW yang ia wasiatkan kepada Abu Hurairah: "Rasulullah, kekasihku itu
berwasiat padaku tiga hal: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat salat Duha [setiap hari],
dan salat Witir sebelum tidur." Selain itu, Allah SWT juga menjanjikan ampunan dosa
bagi yang rutin mendirikan salat Duha sebagaimana tertera dalam sabda Nabi
Muhammad SAW: "Siapa yang membiasakan diri [untuk menjaga] salat duha, dosanya
akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan," (H.R. Tirmidzi).

Tata Cara Shalat Shuha

1. Membaca niat salat Duha, lafalnya adalah:


َ ‫ُأ‬
‫صلِّ ْي ُسنَّةَ الضُّ َحى َر ْك َعتَي ِْن هلِل ِ تَ َعالَى‬
Bacaan latinnya: "Ushalli sunnatad dhuhā rak‘ataini lillāhi ta‘ālā."
Artinya: "Aku menyengaja salat sunah duha dua rakaat karena Allah SWT."
2. Membaca takbiratul Ihram.
3. Membaca surah Al-Fatihah, lalu dilanjutkan salah satu surah dalam Alquran
4. Rukuk.
5. Iktidal.
6. Sujud pertama.
7. Duduk di antara dua sujud
8. Sujud kedua rakaat pertama.
9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca surah Al-Fatihah hingga sujud
kedua.
10. Duduk tasyahud.
11. Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.

8
E. Dalil Tentang Sholat

Shalat diwajibkan dengan dalil yang qath`i dari Al-Quran, As- Sunnah dan Ijma’ umat Islam
sepanjang zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban shalat kecuali orang-orang kafir atau
zindiq. Sebab semua dalil yang ada menunjukkan kewajiban shalat secara mutlak untuk
semua orang yang mengaku beragama Islam yang sudah akil baligh. Bahkan anak kecil
sekalipun diperintahkan untuk melakukan shalat ketika berusia 7 tahun. Dan boleh dipukul
bila masih tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh.

1. Dalil dari Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Al-kariem :

َ ‫ين لَهُ ال ِّد‬


َّ ‫ين ُحنَفَاء َويُقِي ُموا ال‬
َ‫صاَل ة‬ َ ‫ص‬ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا هَّللا َ ُم ْخل‬
‫ين ْالقَيِّ َم ِة‬ َ ِ‫َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ َو َذل‬
ُ ‫ك ِد‬
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. Al-
Bayyinah : 5)

‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا‬


ْ ‫صالَةَ َكان‬
َّ ‫صالَةَ ِإ َّن ال‬ ْ ‫اط َمْأنَنتُ ْم فََأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬ ْ ‫ُوا هّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم فَِإ َذا‬
ْ ‫صالَةَ فَ ْاذ ُكر‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَِإ َذا ق‬
‫َّموْ قُوتًا‬

Artinya : "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa : 103)

ْ ‫وا ال َّز َكاةَ َوارْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬ ْ ُ‫صالَةَ َوآت‬ ْ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬

Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang
ruku".(QS. Al-Baqarah : 43)

9
Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat Islam melalukan
shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz “aqiimush-shalata” yang
bermakna "dirikanlah shalat" dengan fi`il Amr (kata perintah) dengan perintah kepada orang
banyak (khithabul jam`i). Yaitu pada surat :

o Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110


o Surat An-Nisa ayat 177 dan 103
o Surat Al-An`am ayat 72
o Surat Yunus ayat 87
o Surat Al-Hajj : 78
o Surat An-Nuur ayat 56
o Surat Luqman ayat 31
o Surat Al-Mujadalah ayat 13
o Surat Al-Muzzammil ayat 20.

Ada 5 perintah shalat dengan lafaz "aqimish-shalata" yang bermakna "dirikanlah shalat"
dengan khithab hanya kepada satu orang. Yaitu pada :

o Surat Huud ayat 114


o Surat Al-Isra ayat 78
o Surat Thaha ayat 14
o Surat Al-Ankabut ayat 45
o Surat Luqman ayat 17.
2. Dalil dari As-Sunnah

Di dalam sunnah Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada banyak sekali perintah
shalat sebagai dalil yang kuat dan qath`I tentang kewajiban shalat. Diantaranya adalah
hadits-hadits berikut ini :

Dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam
bersabda,"Islam didirikan di atas lima hal. Sahadat bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan bahwa
Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, pelaksanaan zakat, puasa di bulan Ramadhan
dan haji ke Baitullah bila mampu". (HR. Bukhari dan Muslim).

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, sholat adalah yang pertama kali di
tetapkan kewajibannya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Nabi menerima perintah dari
Allah tentang sholat pada malam mi'raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara. Anas
berkata: "sholat diwajibkan kepada Nabi sebanyak 50 reka'at pada malam ketika beliau
diperjalankan (isra' mi'raj), kemudian dikurangi hingga menjadi tinggal 5 roka'at
kemudian ada yang menyerunya: Wahai Muhammad hal tersebut tidak seperti harapanku
namun bagimu yang 5 roka'at itu setara dengan 50 roka'at." (Dikeluarkan oleh Imam
Ahmad, At-Tirmidzi dan AnNasa'i).

 
 

11
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/jenis-shalat-sunah-berjemaah-munfarid-ketentuan-dan-tata-caranya-gbvA
https://dalamislam.com/shalat/shalat-fardhu
https://www.academia.edu/21911410/Makalah_Sholat_MA_II

12

Anda mungkin juga menyukai