Anda di halaman 1dari 15

RUKUN SALAT, SYARAT SALAT, HAL YANG MEMBATALKAN SALAT,

RAHASIA SALAT, DAN KIAT AGAR SALAT DITERIMA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ibadah

Dosen Pembimbing: Khaerul Umam, S.IP., M.Ag., CHRA.

Disusun Oleh:

Fauzan Hanif Abdillah 1218010065


Haliza Nur Amalia 1218010073
Nita Pitria 1218010150
Rully Fatwa Alamsyah 1218010185

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
dengan judul “Salat” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi Tugas Praktikum Ibadah . Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah pengetahuan terhadap materi Salat.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Khaerul Umam, SIP., M.Ag.,
CHRA. selaku Dosen Pembimbing kami. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini.

10 Mei 2022,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Rukun Salat ..................................................................................................................... 5
B. Syarat Salat ..................................................................................................................... 6
C. Hal yang Dapat Membatalkan Salat ............................................................................... 8
D. Kiat agar Salat Diterima.................................................................................................. 8
E. Rahasia Salat ................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salat merupakan salah satu bagian dari Rukun Islam, yang wajib kita laksanakan
sebagai seorang muslim. Salat tersusun dari berbagai jenis ibadah. Seperti dzikir mengingat
Allah, membaca Al-quran, rukuk, sujud, menghadap kiblat berdoa, bertasbih dan takbir.

Salat merupakan ibadah yang paling utama, yang diwajibkan kepada kita semua
sebagai muslim. Salat merupakan oleh-oleh yang diwahyukan langsung kepada Rasulullah
tanpa pelantara malaikat Jibril, pada malam Isro Miraj nya Rasul ke sidrotul muntaha. Maka
sudah barang jelas bahwa salat merupakan ibadah diutamakan dalam Agama Islam.

Salat menempati urutan kedua dari Rukun Islam setelah syahadat, salat juga
merupakan salah satu media komunikasi kita dengan Allah SWT, dengan salat sebagai
media komunikasi kita kepada Allah, maka kita bisa menangis, memelas, berkeluh kesah
atas segala sesuatu hal yang menyesakkan dada.

Dalam salat telah terhimpun segala bentuk dan tatacara yang dikenal oleh kalangan
umat manusia sebagai bentuk pengagungan dan penghormatan kita terhadap Allah SWT.
Walaupun secara logika salat merupakan kegiatan rutin yang dilakukan umat Islam dengan
gerakan-gerakan saja, seperti gerakan rukuk, sujud, tunduk dan sebagainya. Hal demikian
yang kita lakukan sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk ke dalam rukun- rukun salat?
2. Apa saja syarat-syarat dari salat?
3. Hal apa sajakah yang dapat membatalkan salat?
4. Bagaimana cara kiat agar salat diterima?
5. Apa saja rahasia-rahasia dari salat?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui rukun-rukun salat.
2. Memahami syarat-syarat salat.
3. Mengetahui hal yang dapat membatalkan salat.
4. Memahami kiat agar salat dapat diterima.
5. Mengetahui rahasia-rahasia salat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rukun Salat
1) Niat mengerjakan salat
Niat menurut bahasa adalah ketetapan hati, untuk melakukan sesuatu dibarengi
dengan pekerjaanya, kecuali puasa. Ia tidak disyaratkan membarengkan niat dengan
pekerjaanya, karena hal itu menimbulkan kesulitan, mengingat keharusan
mengawasi fajar cukup memberatkan bagi orang berpuasa.
2) Berdiri bagi yang mampu untuk salat fardhu
Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika salat fardhu. boleh sambil duduk atau
berbaring bagi yang sedang sakit.
3) Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram, yakni mengucapkan Allahu Akbar dan harus bersambung dengan
niat, diucapkan dalam posisi berdiri.
4) Membaca surat Al-fatihah
Bacaan alfatihah disyaratkan harus dibaca berbahasa arab, dan tidak diperbolehkan
membaca dengan menggunakan bahasa selain arab (terjemahan Indonesia),
meskipun diluar salat.
5) Rukuk dengan thumaninah
Menurut Bahasa, rukuk berarti membungkuk dan mirik secara mutlak. Sedangkan
menurut terminology syara’, rukuk berarti membungkukkan punggung dan kepala
semuanya dalam salat.
6) I’tidal dengan thumaninah
Setelah rukuk, lalu bangkit dengan mengangkat kedua tangan sebatas telinga hingga
berdiri kembali, sambil membaca do’a tasmi’.
7) Sujud dua kali dengan thumaninah
Sujud menurut etimologi bahasa berarti tunduk. Sujud terlaksana dengan
menempelkan dahi atau hidung ke tanah atau pada sesuatu yang menempel di tanah,
dengan syarat sesuatu itu harus tetap, seperti tikar dan sajadah.
8) Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah

5
Setelah sujud, kemudian bangkit dari sujud mengambil posisi duduk sambil
membaca “Allahu akbar”, Posisi kedua telapak tangan berada di atas kedua paha
dekat lutut.
9) Duduk Akhir
Gaya duduk tahiyatul akhir adalah dengan mengambil posisi duduk tawaruk, yakni
gaya duduk dengan pangkal paha atas (pantat) yang kiri bertumpu langsung pada
lantai dan telapak kaki kiri dimasukkan di bawah kaki kanan.
10) Membaca tasyahud akhir
Duduk akhir yang dimaksud, yaitu duduk di akhir salat meskipun tidak didahului
oleh duduk pertama seperti salat yang dua rakaat, duduk akhir merupakan salah satu
rardhu salat menurut kesepakatan ulama (ijma’), karena tanpa adanya duduk akhir,
tidak dapat dibayangkan adanya tasyahud dan salam.
11) Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
Waktu membacanya ialah ketika duduk akhir sesudah membaca tasyahud akhir.
12) Salam
Setelah selesai berdoa pada tasyahud akhir, kemudian melakukan “ salam” yaitu
menengok ke kanan sampai pipi terlihat dari belakang dengan membaca
“Assalamu’alaikum wa rahmatullah”
13) Tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut).

B. Syarat Salat
1) Thaharah atau bersuci

Bersuci di sini yakni, suci dari hadas kecil dan besar. Hadas kecil adalah hadas yang dapat
disucikan dengan cara berwudu atau tayamum. Sedangkan hadas besar adalah hadas yang
harus disucikan dengan cara mandi. Contohnya, haid, junub, nifas dan keluarnya mani.

2) Suci badan, pakaian dan tempat dari najis

Yakni, termasuk suci dari badan adalah dalam mulut, hidup dan dua mata. Sedangkan suci
pakaiannya dari segala yang dibawa, meskipun tidak ikut bergerak dan suci dari tempat
mengerjakan salat. Sebagaimana berdasarkan firman Allah swt:

“Dan sucikanlah pakaiannmu.”

6
“Tidak mengapa, jika badan orang yang salat berjajaran dengan najis, tetapi hukumnya
adalah makruh, sebagaimana menghadap najis atau barang yang terkena najis.” (HR.
Imam Bukhari)

3) Menutup aurat atau bahkan badan

Yakni, bagi laki-laki, mulai pusar hingga lutut. Karena maala yatimul waajibu illa biji,
fahuwa waajib. Sedangkan bagi perempuan, menutup seluruh badan, selain muka dan
kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan. Imam Syafi’i menganjurkan
menggunakan mukena rukuk (terusan) agar menutup aurat.

4) Mengetahui masuk waktu salat

Harus mengetahui waktu salat tiba dengan penuh keyakinan. Karena barangsiapa
melakukan waktu salat tanpa mengetahui masuknya waktu salat, maka salatnya tidak sah
sekalipun dilakukan dalam waktu. Sebab, penilaian suatu ibadah adalah keyakinan.

Adapun waktu salat zuhur, dimulai matahari condong ke arah barat, sampai panjang
bayang-bayang menyamai bendanya. Waktu asar tiba mulai waktu zuhur telah habis,
sampai seluruh busur matahari terbenam di ufuk.

Waktu magrib, dimulai matahari terbenam, sampai teja merah lenyap. Waktu isya, dimulai
teja merah lenyap. Dan waktu subuh, mulai terbit fajar shadik, bukan fajar kadzib, sampai
matahari terbit.

5) Menghadap kiblat

Yakni, menghadapkan dada ke arah kiblat (ka’bah). Imam Abu Hamidah r.a., is berkata:

“Kecuali bagi orang yang tidak mampu menghadapkan atau ketika salat khauf sekalipun
salat fardu. Salat khauf ini boleh dilakukan saat sedang naik kendaraan.

6) Mengetahui fardunya salat

Yakni termasuk syarat sahnya salat juga. Karena jika seseorang tidak mengetahui, salatnya
tidak sah. Seperti menurut kitab Al-Majmu karya Imam Nawawi, bahwa mengetahui
kefarduan salat harus dapat membedakan mana yang fardu dan mana yang sunah.

7
C. Hal yang Dapat Membatalkan Salat
1) Dalam keadaan hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil seperti melakukan
hal yang membatalkan wudhu dan hadas besar misalnya haid, nifas maupun
dalam keadaan junub.
2) Sebagian aurat terbuka saat sholat.
3) Mengkonsumsi makanan dan minuman saat sholat.
4) Terdapat najis pada badan maupun pakaian.
5) Bergerak hingga lebih dari tiga kali berturut-turut.
6) Melakukan gerakan yang besar seperti melompat dan memukul.
7) Mendahului maupun terlambat mengikuti gerakan sholat imam sampai dua
rukun. Contohnya ketika imam masih dalam keadaan sujud, makmum sudah
bangun dari sujud.
8) Memiliki niat membatalkan sholat dengan kondisi tertentu.
9) Mengurangi rukun sholat.
10) Tertawa dengan keras, berdahak, batuk dengan disengaja.

D. Kiat agar Salat Diterima


Para ulama sepakat menyatakan bahwa secara umum suatu ibadah akan diterima
oleh Allah subhanahu wata'ala apabila memenuhi dua syarat mutlak yaitu niat ikhlas
hanya mengharap pahala dari Allah subhanahu wata'ala dan yang kedua adalah
mutaba'ah ar-Rasul shallallahu 'alaihi wasallam atau mengikuti petunjuk Rasul. Ibadah
dan amalan shaleh menjadi kunci dalam meraih ridha Sang Ilahi. Walaupun demikian,
tak satu pun hamba yang mampu menebus surga dan bebas dari Neraka
Allah subhanahu wata’ala semata-mata hanya dengan berbekal amalan yang
diusahakan dalam kurun masa hidup yang singkat, walau dengan sangkaan usaha yang
maksimal. Sang kekasih Allah pun pernah bertitah:
َ ‫ َّإال‬،‫ وال أنا‬،‫ار‬
ِ َّ َ‫بر ْح َمة مِ ن‬
‫ّللا‬ ُ ‫ وال ي ُِج‬،َ‫ع َملُهُ ال َجنَّة‬
ِ َّ‫يرهُ مِ نَ الن‬ َ ‫ال يُدْخِ ُل أ َحدًا مِ ن ُكم‬
Artinya: “Tidak seorang pun diantara kalian yang dimasukkan surga sebab amalnya dan
tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, tidak pula diriku, kecuali sebab rahmat
dari Allah.” (HR. Muslim)
Sabda Nabi tersebut tidak boleh disalah mengerti bahwa amalan ibadah jika
demikian tidaklah ada gunanya. Akan tetapi perlu dipahami bahwa amalan ibadah

8
merupakan kunci rahmat dan ridha Allah subhanahu wata’ala, sehingga Allah berkenan
menganugrahkan hamba kenikmatan surga dan menjadi penghalang siksa azab neraka.
Maka dari itu, amalan ibadah yang dituntut dan menjadi kebutuhan hamba pada
hakikatnya bukan dilihat dari segi kuantitas atau banyaknya amalan yang dikerjakan.
Memaksimalkan ibadah dengan meningkatkan kuantitas adalah hal yang baik, namun
yang lebih penting dari itu adalah kualitas amalan ibadah.

َ ‫ٱلَّذِى َخلَقَ ْٱل َم ْوتَ َو ْٱل َح َي ٰوة َ ِل َي ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَ ْح‬


َ ‫س ُن‬
‫ع َم ًل‬
Artinya: “(Allah) yang menjadikan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian,
siapa di antara kalian yang paling baik (kualitas) amalnya. (QS. al-Mulk: 2)
Allah subhanahu wata’ala menyebutkan ahsanu ‘amala yang berarti amalan
yang paling baik dari segi kualitasnya yang menjadi tujuan ujian kehidupan, bukan
amalan yang paling banyak dari segi kuantitas. Sebab amalan yang berkualitas lah yang
bernilai dan diterima disisi Allah subhanahu wata’ala sehingga hamba bisa meraih
rahmat dan ridha Nya.
Oleh karena itu setiap mukmin wajib tahu bagaimana menjadikan amalan
ibadah bisa berkualitas, bernilai dan diterima disisi Allah subhanahu wata’ala. Karena
betapa banyak hamba yang menyangka telah beramal, namun lelah dan letihnya tidak
berbuah surga sebab amalannya sia-sia, bahkan mendatangkan murka Allah subhanahu
wata’ala.

E. Rahasia Salat

ِ َّ ‫ع ِن ْالفَ ْحشَاءِ َو ْال ُم ْنك َِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر‬


َّ ‫ّللا أَ ْكبَ ُر ۗ َو‬
‫ّللاُ يَ ْعلَ ُم َما‬ ِ ‫ي إِلَيْكَ مِ نَ ْال ِكتَا‬
َّ ‫ب َوأَق ِِم ال‬ ُ
َ ‫ص ََلة َ ت َ ْن َه ٰى‬
َّ ‫ص ََلة َ ۖ إِ َّن ال‬ َ ِ‫اتْ ُل َما أوح‬
َ‫صنَعُون‬ ْ َ‫ت‬
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Alquran) dan
dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Ankabut [29]: 45)

Ayat di atas begitu eksplisit menjelaskan adanya keterkaitan antara salat dan perilaku
yang ditunjukkan oleh seorang muslim. Pengaruh salat memang tidak dapat dijadikan
tolak ukur untuk menggeneralisasi dan menghukumi kepribadian semua orang. Tetapi,

9
paling tidak dalam ayat ini Allah menjelaskan sikap seorang manusia dari sudut
pandang karakter dan watak/ tabiat yang dibawanya. Salat itu membersihkan jiwa,
menyucikannya, mengkondisikan seorang hamba untuk munajat kepada Allah Swt di
dunia dan taqarrub dengan-Nya di akhirat. (Jabir Al-Jazairi, 2004: 298).

Salat sebagai tiang agama, penyangga bangunan megah lagi perkasa. Ia sebagai cahaya
terang keyakinan, obat pelipur ragam penyakit di dalam dada dan pengendali segala
problem yang membelenggu langkah-langkah kehidupan manusia. Oleh karenanya,
salat dapat mencegah perilaku keji dan munkar, menjauhkan hawa nafsu yang condong
pada kejelekan untuk mencampakkannya sejauh mungkin (Asykuri, tt:137)

Ibadah Salat yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam adalah bangunan
megah indah yang memiliki sejuta ruang yang menampung semua inspirasi dan aspirasi
serta ekspresi positif seseorang untuk berperilaku baik, karena perbuatan dan perkataan
yang terkandung dalam salat banyak mengandung hikmah, yang diantaranya menuntut
kepada mushalli untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.

Sayangnya salat sering dipandang hanya dalam bentuk formal ritual, mulai dari takbir,
ruku’, sujud, dan salam. Sebuah kombinasi gerakan fisik yang terkait dengan tatanan
fikih, tanpa ada kemuan yang mendalam atau keinginan untuk memahami hakikat yang
terkandung di dalam simbol-simbol salat. Berikut ini adalah nilai-nilai akhlak yang
terkandung dalam proses menjalankan ibadah salat.

1) Latihan kedisiplinan.
Waktu pelaksanaan salat sudah ditentukan sehingga kita tidak boleh seenaknya
mengganti, memajukan ataupun mengundurkan waktu pelaksanaannya, yang akan
mengakibatkan batalnya salat kita. Hal ini melatih kita untuk berdisiplin dan
sekaligus menghargai waktu. Dengan senantiasa menjaga keteraturan ibadah
dengan sunguh-sungguh, manusia akan terlatih untuk berdisiplin terhadap waktu
(Toto Tasmara, 2001: 81). Dari segi banyaknya aturan dalam salat seperti syarat
sahnya, tata cara pelaksanaannya maupun hal-hal yang dilarang ketika salat,
batasan-batasan ini juga melatih kedisiplinan manusia untuk taat pada peraturan,
tidak “semau gue” ataupun menuruti keinginan pribadi semata.

10
2) Latihan kebersihan
Sebelum salat, seseorang disyaratkan untuk mensycikan dirinya terlebih dahulu,
yaitu dengan berwudlu atau bertayammum. Hal ini mengandung pengertian bahwa
salat hanya boleh dikerjakan oleh orang yang suci dari segala bentuk najis dan
kotoran sehingga kita diharapkan selalu berlaku bersih dan suci. Di sini, kebersihan
yang dituntut bukanlah secara fisik semata, akan tetapi meliputi aspek non-fisik
sehingga diharapkan orang yang terbiasa melakukan salat akan bersih secara lahir
maupun batin.

3) Latihan konsentrasi
Salat melibatkan aktivitas lisan, badan, dan pikiran secara bersamaan dalam rangka
menghadap ilahi. Ketika lisan mengucapkan Allahu Akbar, secara serentak tangan
diangkat ke atas sebagai lambang memuliakan dan membesarkan, dan bersamaan
dengan itu pula di dalam pikiran diniatkan akan salat. Pada saat itu, semua hubungan
diputuskan dengan dunia luar sendiri. Semua hal dipandang tidak ada kecuali hanya
dirinya dan Allah, yang sedang disembah. Pemusatan seperti ini, yang dikerjakan
secara rutin sehari lima sekali, melatih kemampuan konsentrasi pada manusia.
Konsentrasi, dalam bahasa Arab disebut dengan khusyu’, dituntut untuk dapat
dilakukan oleh pelaku salat. Kekhusyukan ini sering disamakan dengan proses
meditasi. Meditasi yang sering dilakukan oleh manusia dipercaya dapat
meningkatkan kemampuan konsentrasi dan mengurangi kecemasan.

4) Latihan sugesti kebaikan


Bacaan-bacaan di dalam salat adalah kata-kata baik yang banyak mengandung
pujian sekaligus doa kepada Allah. Memuji Allah artinya mengakui kelemahan kita
sebagai manusia, sehingga melatih kita untuk senantiasa menjadi orang yang rendah
hati, dan tidak sombong. Berdoa, selain bermakna nilai kerendahan hati, sekaligus
juga dapat menumbuhkan sikap optimis dalam kehidupan. Ditinjau dari teori
hypnosis yang menjadi landasan dari salah satu teknik terapi kejiwaan, pengucapan
kata-kata (bacaan salat) merupakan suatu proses auto sugesti, yang membuat si
pelaku selalu berusaha mewujudkan apa yang telah diucapkannya tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

11
5) Latihan kebersamaan
Dalam mengerjakan salat sangat disarankan untuk melakukannya secara berjamaah
(bersama orang lain). Dari sisi pahala, berdasarkan hadits nabi SAW jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan salat sendiri-sendiri. Dari sisi psikologis, salat
berjamaah bisa memberikan aspek terapi yang sangat hebat manfaatnya, baik
bersifat preventif maupun kuratif. Dengan salat berjamaah, seseorang dapat
menghindarkan diri dari gangguan kejiwaan seperti gejala keterasingan diri.
Dengan salat berjamaah, seseorang merasa adanya kebersamaan dalam hal nasib,
kedudukan, rasa derita dan senang. Tidak ada lagi perbedaan antar individu
berdasarkan pangkat, kedudukan, jabatan, dan lain-lain di dalam pelaksanaan salat
berjamaah.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Salat adalah sebuah kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua muslim di
dunia. Rukun islam ini dalam praktiknya banyak yang harus diperhatikan agar ia dapat
diterima sebagai ibadah yang sah. Selain itu, banyak manfaat lain dari salat selain
mendapatkan pahala.

B. Saran
Sebagai umat muslim, kita harus tahu dan tertib dalam melaksanakan salat
khususnya salat fardhu. Oleh karena itu, penyusun menyarankan agar makalah ini dapat
menjadi referensi dalam menyempurnakan salat kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, R. (2021, Agustus 21). 10 Hal yang Membatalkan Sholat, Wajib Diketahui Semua
Umat Islam. Retrieved from suara.com:
https://www.suara.com/news/2021/08/21/155352/10-hal-yang-membatalkan-sholat-
wajib-diketahui-semua-umat-islam
Dirgahayu, A. (2021, Mei 29). Panduan Shalat: Syarat Wajib, Syarat Sah, dan Rukunnya.
Retrieved from nuonline: https://islam.nu.or.id/shalat/panduan-shalat-syarat-wajib-
syarat-sah-dan-rukunnya-zRWzc
Mahmudah, S. (2021, Maret 23). 6 Syarat Sahnya Salat. Retrieved from oase:
https://m.oase.id/read/Z3BYNw-6-syarat-sahnya-salat
Nursalikah, A. (2022, Januari 12). Rukun Sholat yang Wajib Dipenuhi Agar Sholat Diterima.
Retrieved from REPUBLIKA.co.id:
https://www.republika.co.id/berita/r5l6rf366/rukun-sholat-yang-wajib-dipenuhi-agar-
sholat-diterima

14

Anda mungkin juga menyukai