Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“WUDHU , TAYAMUM , DAN MANDI BESAR”

Dosen Pengampu: Dr. M . Dahlan R, MA.

Di susun oleh: Muhammad Irsyad Athallah

Dwi Oktia Sari

Indah Fitriani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT PEMBINA ROHANI ISLAM JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
Ta’ala yang telah memberi taufik , rahmat serta hidayahnya-Nya , sholawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad SAW , dan keluarga , para sahabatnya , para tabi’in
tabi’at , dan yang mengikuti dengan baik hingga hari pembalasan , Amiin .

Alhamdulillah atas izin-Nya , kami dapat menyelesaikan makalah yang


membahas tentang “Wudhu , Tayamum , dan Mandi Besar” makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Ibadah dan Muamalat . Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini , penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak .
Oleh karena itu , kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing Dr. M.
Dahlan R , MA . yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini .
Dalam penulisan makalah ini , kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu , kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun , selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca . Amiin Allahumma Amiin

Jakarta , 12 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wudhu dan Tayamum ............................................................ 3


B. Syarat Wudhu dan Tayamum ............................................................... 4
C. Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum ............................................ 5
D. Hal Yang Membatalkan Wudhu……………………………………….....7
E. Pengertian Mandi Wajib………………………………………………….8
F. Sebab Mandi Wajib…………………....………………………………....9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 19
B. Saran…………………………………………………………………….19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wudhu menurut bahasa artinya bersih , indah dan bagus . Menurut syara’
wudhu ialah membasuh , mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air
pada setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.
Tayamum ialah mengusap tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat . Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi , sebagai rukhsah
(keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (
udzur ).

Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar dalam kitab-kitab fiqih
, para ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah janabah atau mandi janabah .
Secara bahasa , Ibnu Faris dalam kamus Maqayis Al-Lugah menjelaskan bahwa
janabah itu sendiri berarti jauh , lawan dari kata dekat .

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas , maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Apakah pengertin Wudhu dan Tayamum?


2. Apa saja syarat Wudhu dan Tayamum ?
3. Bagaimana Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum ?
4. Apa saja yang dapat membatalkan wudhu ?
5. Apakah pengertian dari Mandi Wajib?
6. Apa saja pekerjaan yang dilarang karena hadast?

1
C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berdasarkan uraian rumusan


masalah diatas , yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Wudhu dan Tayamum
2. Untuk mengetahui syarat Wudhu dan Tayamum
3. Untuk mengetahui Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum
4. Untuk mengetahui hal yang dapat membatalkan Wudhu
5. Untuk mengetahui pengertian dari mandi wajib
6. Untuk mengetahui pekerjaan yang dilarang karena hadast

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wudhu & Tayammum

1.Pengertian Wudhu

Secara bahasa wudhu ialah menyucikan diri dengan membasuh muka ,


tangan , mengusap kepala dan membasuh kaki . Kata wudhu dalam bahasa arab
berasal dari kata Al-Wadha’ah yang bermakna Al-Hasan , yaitu kebaikan dan
juga sekaligus bermakna An-Nadzafah yaitu kebersihan.

Perintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib sholat lima waktu
, yaitu satu tahun setengah sebelum tahun hijriah . Firman Allah SWT dalam
Q.S Al-Maidah :6 yang Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu
hendak mengerjakan shalat , maka basuhlah mukamu dengan tanganmu sampai
dengan siku ,dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
kaki .” ( Q.S Al-Maidah :6 )

2. Pengertian Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai
siku dengan beberapa syarat . Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi ,
sebagai rukhsoh ( keringanan ) untuk orang yang tidak dapat memakai air
karena beberapa halangan ( uzur ) yaitu :
1. Uzur karena sakit . Kalau ia memakai air , bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya .
2. Karena perjalanan .
3. Karena tidak ada air .
Firman Allah Swt dalam Q.S Al Maidah :6
“dan jika kamu junub maka mandilah , dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan , lalu kamu tidak
memperoleh air , maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih) ; sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu “

3
B. Syarat Wudhu & Tayamum

1.Syarat Wudhu

Terdapat beberapa syarat sah wudhu , diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Islam
2. Mumayiz , karena wudhy itumerupakan ibadah yang wajib diniati , sedangkan
orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi
hak untuk berniat.
3. Tidak berhadas besar .
4. Dengan air yang suci dan menyucikan .
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit , seperti getah dan
sebagainya yang melekat diatas kulit anggota wudhu.

2. Syarat Tayamum

1. Sudah masuk waktu shalat . Tayamum di syariatkan untuk orang yang terpaksa .
Sebelum masuk waktu shalat ia belum terpaksa , sebab sholat belum wajib atasnya
ketika itu .

2. Sudah diusahakan mencari air , tetapi tidak dapat , sedangkan waktu sudah masuk
, alasannya adalah kita disuruh bertayamum bila tidak ada air di sekitar tempat itu,maka
mencari air tidak menjadi syarat baginya .

3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafi’I tidak sah
tayamum selain dengan tanah menurut pendapat imam yang lain , boleh (sah) tayamum
dengan tanah , pasir , atau batu.

4. Menghilangkan najis , Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia


bersih dari najis , menurut pendapat sebagai ulama; tetapi menurut pendapat yang lain
tidak.

4
C.Rukun & Sunnah Wudhu Serta Tayamum

1.Rukun Wudhu

1. Niat. Hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas atau menyengaja


berwudhu.
Sabda Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya segala amal itu hendaknya dengan niat” ( Riwayat Bukhari dan
Muslim).
Yang dimaksud dengan niat menurut syara yaitu kehendak sengaja melakukan
pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hukum Allah Swt.
Firman Allah Swt:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya” (QS. Al-Bayyinah:5)
2. Membasuh muka. Berdasarkan ayat diatas (Al-Maidah:6). Batas muka yang wajib
dibasuh ialah dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu
sebelah bawah dan dari penjelasan tersebut maka diwajibkan juga melebihi sedikit agar
kita yakin terbasuh semuanya.
3. Membasuh dua tangan sampai kesiku. Siku juga wajib dibasah. Keterangannya
adalah di ( QS. Al-Maidah:6).
4. Mengusap/Menyapu sebagian kepala. Walaupun hanya sebagian kecil , sebaiknya
tidak kurang dari selebar ubun-ubun , baik yang dibasuh itu kulit kepala ataupun
rambut.
5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Dua mata kaki juga wajib
dibasuh.
6. Menurut rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh muka. Keduanya wajib
dilakukan bersama-sama dan didahulukan dari yang lain.

5
2. Rukun Tayamum

1. Niat. Orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat karena hendak
mengerjakan shalat dan sebagainya bukan semata-mata untuk menghilangkan hadats
saja sebab sifat tayamum tidak dapat menghilangkan hadats hanya diperbolehkan
untuk melakukan shalat karena darurat.
2. Mengusap muka dengan tanah.
3. Sikap kedua tangan sampai siku dengah tanah.
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan.
3. Sunnah Wudhu

1. Membaca “bismillah” pada permulaan wudhu.

2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan , sebelum berkumur –


kumur.
3. Berkumur-kumur.
4. Memasukkan air kehidung.
5. Menyapu seluruh kepala.
6. Menyapu kedua telinga luar dan dalam.
7. Menyilang-nyilang jari kedua tangan dengan cara berpanca dan menyilang jari kaki
dengan kelingking tangan kiri , dimulai dari kelingking kaki kanan , disudahi pada
kelingking kaki kiri. Apabila air tidak sampai dianataranya kecuali dengan disilang ,
maka menyilang jari ketika itu menjadi wajib , bukanlah sunnah.
8. Mendahulukan anggota kanan dari pada kiri. Rasulullah Saw. Suka melalui dengan
anggota yang kanan dari pada anggota yang kiri dalam beberapa pekerjaan beliau.
Imam Nawawi berkata: Setiap pekerjaan yang mulia diawali dari kanan dan
Sebaliknya perkerjaan yang hina , seperti masuk ke kamar mandi maka dimulai dari
kiri.
9. Membasuh setiap anggota tiga kali , berarti membasuh muka tiga kali , tangan tiga
kali , dan seterusnya.

6
10. Berturut-turut antara anggota. Maksudnya dengan berturut-turut disini ialah “
Sebelum kering anggota pertama , anggota kedua sudah dibasuh” , dan sebelum
anggota kedua , anggota ketiga sudah dibasuh pula , dan seterusnya.
11. Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa karena
berhalangan , misalnya sakit.
12. Tidak diseka , kecuali apabila ada hajat , umpamanya sangat dingin.
13. Menggosok anggota wudhu agar lebih bersih.
14. Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali kebadan.
15. Jangan bercakap-cakap sewaktu berwudhu, kecuali apabila ada hajat.
16. Bersiwak ( Bersugi atau Menggosok gigi ) dengan benda yang kesat , selain bagi
orang yang berpuasa sesudah tergelincir matahari.
17. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.
18. Berdoa sesudah selesai wudhu.
19. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudhu.
4.Sunnah Tayamum

1. Membaca Bismillah. Dalilnya adalah hadits sunnah wudhu , tayamum merupakan


pengganti wudhu.
2. Mengembus tanah dari kedua telapak tangan supaya tanah yang diatas tangan itu
menjadi tipis.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum sebagaimana sesudah
selesai berwudhu.

D.Hal yang Membatalkan Wudhu Dan Tayamum

1. Hal Yang Membatalkan Wudhu

1. Keluar sesuatu dari dubur maupun kubul , baik berupa zat ataupun angina. Yang
biasa ataupun tidak biasa , seperti darah: baik yang keluar itu najis ataupun suci , seperti
ulat.

7
2. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena tidur
dengan tempat keluar angina yang tidak tertutup. Adapun tidur dengan duduk yang
tetap keadaan badannya , tidak membatalkan wudhu karena tidak timbul sangkaan
bahwa ada sesuatu yang keluar darinya.
3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan. Dengan bersentuhan itu batal
wudhu yang menyentuh dan yang disentuh , dengan syarat keduanya sudah sampai
umur atau dewasa , dan diantara keduanya bukan “Mahrom” baik mahrom turunan ,
pertalian persusuan , ataupun mahram perkawinan.
4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan , baik kemaluan
sendiri maupun kemaluan orang lain, baik kemaluan orang dewasa maupun anak-anak
.Menyentuh ini hanya membatalkan wudhu yang menyentuh saja .

2. Hal Yang Membatalkan Tayamum

1. Tiap hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum

2. Ada air . Mendapatkan air sebelum shalat , batallah tayamum bagi orang yang
tayamum , karena ketiadaan air dan tidak sakit .

E.Pengertian Mandi Wajib

Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam kitab-kitab fiqih.
Para ulama lebih sering menyebutkan dengan istilah ghusl janabah atau mandi janabah.
Secara bahasa , Ibnu Faris dalam kamus Maqayis Al-Lugoh menjelaskan bahwa
janabah itu sendiri berarti jauh , lawan dari kata dekat. Disebut jauh karena seseorang
yang berstatus janabah dia sedang dalam posisi jauh ( tidak bisa melakukan) sebagai
ritual ibadah , semisal sholat , membaca Al-quran serta berdiri didalam masjid. Istilah
janabah digunakan untuk menunjukkan kondisi seseorang yang sedang berhadats besar
karena telah melakukan hubungan suami istri , ataupun sebab-sebab lainnya , janabah

8
dan hadats besar itu adalah dua kata yang mempunyai maksud yang sama. Jika ada
seseorang yang berkata: “ Saya sedang dalam kondisi janabah” , itu berarti dia sedang
dalam keadaan berhadats besar.

F. Sebab Mandi Wajib

Diantara hal yang bisa membuat seseorang berada dalam kondisi hadats besar adalah
sebagai berikut:
1. Mani itu adalah benda cair yang keluar dari kemaluan dengan aroma yang khas ,
agak amis , sedikit kental dan mudah mengering seperti telur bila telah mengering.
Perkara mani bukan hanya bersumber dari laki-laki , dari perempuan juga ada , dan
bagi perempuan juga memiliki kewajiban yang sama jika mani keluar dari mereka.
Rasulullah Saw bersabda: dari Ummi Salamah Ra. Bahwa Ummu Sulaim istri Abu
Talhah bertanya: “ Ya Rasulullah sungguh Allah tidak malu bila terkait dengan
kebenaran , apakah wanita wajib mandi bila bermimpi? Rasulullah SAW
menjawab : “ Ya, bila dia mendapati air mani” (HR. Bukhori dan Muslim).
2. Bertemunya kedua kemaluan.
Ini merupakan bahasa lain dari berhubungan intim sepasang suami istri ( bukan
hanya sebatas menempel), baik disertai mani atau tidak, yang jelas sebatas
bertemunya kedua kemaluan menyentuh kemaluan lainnya maka hal itu
mewajibkan mandi janabah.
3. Keluarnya haid
Haid adalah darah yang kelur dari kemaluan perempuan , ini pertanda bahwa
mereka sudah sampai umur , umumnya keluar diusia remaja, tapi tidak sedikit
walaupun masih umur 9 tahun atau kelas 4 Sekolah Dasar sebagian dari mereka
sudah mendapati darah haid. Darah ini agak berbeda dari jenis darah pada
umumnya.
Kewajiban mandi ini sebagian firman Allah Swt:
“Dan mereka menanyakankepada kepadamu ( Muhammad )tentang haid .
Katakanlah , “Itu adalah sesuatu yang kotor .” Karena itu jauhilah istri saat waktu

9
haid ; dan jangan kamu dekati mereka sebelum suci . Apabila mereka telah suci ,
campurilah mereka sesuai dengan ( ketentuan ) yang di perintahkan Allah
kepadamu . Sungguh Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang
menyucikan diri .”
4. Keluarnya Nifas

Nifas adalah darah yang keluar mengiringi keluarnya bayi juga darah yang
keluar setelahnya . Keluarnya darah nifas ini mewajibkan mandi walaupun ternyata
bayi yang menginggal dalam keadaan meninggal dunia . Yang jelas , setelah darah ini
berhenti maka bersegeralah mandi , agar bisa menjalankan aktifitas ibadah yang
selama ini tertinggal . Kewajiban mandi ini didasarkan dari ijma’ (konsensus) para
ulama , seperti yang ditegaskan oleh Ibnu Mundzir .

5. Melahirkan

Sebagian ulama menilai bahwa melahirkan juga bagian dari hal yang
mewajibkan seseorang mandi , walaupun melahirkannya tidak disertai nifas .

6. Meninggal Dunia
Ini adalah kondisi terakhir bagi orang untuk wajib mandi , karena sudah
meninggal dunia dan tidak mampu untuk mandi sendiri , maka kewajiban
memandikan berada dipundak mereka yang masih hidup , ternyata dengan adab-
adabnya . Rasulullah saw berkata saat salah satu putri beliau meninggal dunia : “
Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih dari sana “ ( HR . BUKHORI
DAN MUSLIM ).
7. Masuk Islamnya Kafir
Perkara islamnya kafir ini memang menjadi perdebatan di antara ulama ,
apakah mereka mandi wajib atau tidak. Para ulama dari Madzhab Maliki dan
Hanbali berpendapat bahwa orang kafir yg masuk islam wajib mandi , setidaknya
di dasari oleh sabda Rasulullah saw berikut ini : “ َ “Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra bahwa Tsumamah bin Atsal ra dahulunya baru masuk Islam, lalu

10
Rasulullah saw berkata: “Bawalah ia ke salah satu dinding bani fulan, dan
perintahkanlah ia untuk mandi” (HR. Ahmad). Selain itu besar kemungkinan
bahwa mereka yang kafir itu pernah mengalami status janabah baik karena mimpi,
atau hubungan suami istri, dst, sehingga atas dasar inilah mereka wajib mandi,
kalaupun sebab janabah itu sendiri tidak ada, tetap saja masuk Islamnya itu
menjadi sebab mandi. Dan dalam kedua madzhab ini kewajiban mandi ini tidak
membedakan antara mereka yang kafir dan murtad .

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh
air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)

2. Dalil Hadits
Dalam hadits berikut ini, Aisyah ra memberikan keterangan kepada kita
semua tetang mandi janabahnya Rasulullah saw:

“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no.
247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

11
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam hadits ini
menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh”

Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang mandi
janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,
“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku,
kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad 4/81.

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat Bukhari Muslim)
Mandi janabah tetap sah walaupun dianggap kurang sempurna. Dan adajuga
yang sifatnya makruh, dimana hal itu baiknya jagan dilakukan saat melakukan
ritual mandi janabah.
1. Mandi Wajib Sederhananya, ada tiga hal saja yang penting untuk diketahui dan
tentunya wajib untuk dilakukan sehingga aktivitas mandi wajib dinilai sah adalah:
a. Niat Mandi Wajib Memang semua ulama sepakat bahwa niat itu letaknya di hati,
sebagai tekad dan azam utuk melaksanakan suatu ibadah , namun sebagian ulama
lainnya membolehkan bahkan menyarankan jika memang niat itu diawali atau
disertai dengan lafazh niat. Jika memang ada yang ingin melafazhkan niat,
“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah
Ta’ala.”
b. Menghilangkan Najis Yang Melekat Di Badan (Jika Ada) Khususnya najis-najis
yang mungkin masih menempel ditubuh setelah haidh dan nifas, atau setelah
berhubungan suami istri, atau najis-najis lainya yang mungkin ada. c. Meratakan
Air Keseluruh Tubuh Meratakan yang dimaksud adalah memastian bahwa air
mandi itu sampai ke seluruh tubuh, tanpa harus memakai sabun atau sampo.
2. Mandi Sunnah Selain mandi wajib tersebut, dalam kitab Fikih Manhaji jug
membahas mandi-mandi sunnah. Mandi sunnah merupakan mandi yang lebih
afdhol (baik) dikerjakan dan tidak berdosa jika tidak mengerjakannya. Mandi
sunnah tersebut ada beberapa, yaitu :
1. Mandi hari Jum’at disunatkan bagi orang yang bermaksud akan mengerjakan
shalat Jum’at, agar baunya yang busuk tidak mengganggu orang di sekitar tempat

12
duduknya. Kesunatan mandi Jumat ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi
Muhammad Saw : Dari Ibnu Umar. Ia berkata “Rasulullah SAW telah bersabda
“Apabila salah seorang hendak pergi shalat Jum’at, hendaklah ia mandi (HR.
Muslim).
2. Mandi Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Dari Faqih bin Sa’di. Sesungguhnya
Nabi SAW mandi pada hari Jum’at, hari Arafah, hari raya Idul Fitri, dan pada hari
raya Idul Adha (hari haji). (HR. Abdullah bin Ahmad) 3. Mandi orang gila apabila
ia sudah sembuh dari gilanya. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan orang tersebut
pada masa gilanya keluar mani (junub).
3. Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah Dari Zaid bin Tsabit, sesungguhnya
rasulullah SAW, membuka pakaian beliau ketika hendak ihram, dan beliau mandi.
(HR. Turmudzi)
4. Mandi sehabis memandikan mayat. Orang yang ikut memandikan jenazah,
setelah selesai maka orang tersebut disunnahkan untuk mandi. Rasulullah SAW
bersabda : Barang siapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi; dan barang siapa
membawa mayat, hendaklah ia berwudlu. (HR. Turmudzi).
5. Mandi Gerhana. Pada waktu gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana
bulan seorang muslim disunnahkan untuk mandi. Disunnahkan mandi untuk shalat
gerhana matahari dan gerhana bulan, dalilnya adalah qiyas kepada hari Jum’at.
Salat Jum’at sama pengertiannya dengan salat gerhana dari segi bahwa di
dalamnya disyariatkan Jamaah dan berkumpul.
6. Mandi Istisqa’. Mandi Istisqa’ mandi yang disunnahkan sebelum mengerjakan
salat istisqa’. Disunnahkan mandi sebelum keluar untuk shalat istisqa’, dikiyaskan
kepada mandi untuk shalat gerhana.

13
1. Tata Cara Mandi
1. Niat, dilakukan pada waktu memulai pekerjaan membersihkan baganbagian
badan yang pertama, dan tidak batal bila diniatkan lebih awal, dalam jarak waktu
yang tidak terlalu lama.
2. Mengalirkan air ke seluruh tubuh sampai merata. Apabila masih belum
dianggap merata, maka boleh disiram beberapa kali. Selain rukun mandi tersebut,
ada beberapa amaliah sunnah yang lebih afdhol dikerjakan ketika mandi. Sunnah-
sunnah tersebut yaitu membaca “Basmalah” pada permulaan mandi, berwudlu
sebelum mandi menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan mendahulukan
yang kanan daripada yang kiri, tertib. Kemudian ada juga hal-hal yang dipandang
makruh dalam mandi yaitu : a. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air, karena
berlebihan itu sesuatu yang mubadzir, tidak sesuai dengan perbuatan Nabi SAW.
b. Mandi di air yang tergenang. Berdasarkan riwayat Imam Muslim dari Abu
Hurairah RA, bahwa Nabi SAW berkata: “Jangan mandi salah seorang di antara
kalian di air yang diam, sementara dia sedang berjunub.”

2. Hikmah Mandi
Berdasarkan Kitab Fikih Manhaji, ada beberapa hikmah atau manfaat
dengan disyariatkannya mandi bagi orang Islam. Adapun beberapa hikmah mandi
tersebut yaitu :
1. Memperoleh pahala : Mandi dalam pengertian syar’i merupakan ibadah karena
di dalamnya ada penerapan perintah syara’ dan pengamalan hukumnya. Di dalam
mandi ada pahala besar, karena itu, Rasulullah SAW bersabda: “Kesucian setengah
dari iman” (Diriwayatkan Muslim: 222), yaitu separuh atau bagian darinya,
kesucian itu mencakup wudlu dan mandi.
2. Mendapatkan kebersihan : Ketika seorang muslim mandi, ia membersihkan
kotoran yang mengenai tubuhnya, daki yang menempel, atau keringat yang
menyebabkan bau.

14
3. Membawa Kesegaran Badan : Mandi menyebabkan seseorang memperoleh
kehidupan dan kesegaran. Hilanglah keloyoan, kelemahan, dan kemalasan,
terlebih setelah adanya sebab-sebab yang mewajibkan, seperti bersetubuh.

2.7 Hal-Hal Yang Terlarang Bagi Orang Yang Berhadas


1. Tidak Boleh Membaca Sedikit pun dari Mushaf Al-Qur’an
Para ulama empat madzhab sepakat bahwa haram bagi orang yang junub
membaca Al-Qur’an. Dalil pendukungnya adalah hadits berikut dari ‘Ali bin Abi
Thalib,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtidaklah melarang dari membaca
AlQur’an sedikit pun juga kecuali dalam keadaan junub.” (HR. Ibnu Hibban,
3:79; Abu Ya’la dalam musnadnya, 1:400.
Husain Salim Asad menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan) Abul Hasan
Al-Mawardi menyatakan bahwa haramnya membaca Al-Qur’an bagi orang
yang junub sudah masyhur di kalangan para sahabat Nabi, sampai hal ini tidak
samar lagi bagi mereka baik di kalangan laki-laki maupun perempuan.” (Al-
Hawi Al-Kabir, 1:148). Ibnu Taimiyyah rahimahullahmengatakan, “Menurut
jumhur (mayoritas) ulama dari empat madzhab dan lainnya, orang junub
dilarang membaca Al-Qur’an sebagaimana ada hadits yang mendukung hal
ini.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 17:12) Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
‘Utsaimin dalam Liqa’ Al-Bab Al-Maftuh menyatakan, “Wajib bagi yang junub
untuk mandi sebelum membaca Al-Qur’an. Karena membaca Al-Qur’an bagi
orang yang junub itu diharamkan menurut pendapat paling kuat. Tidak boleh
membaca AlQur’an sedikit pun dengan niatan untuk qira’ah (membaca) ketika
dalam keadaan junub.” Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin juga
ditanya mengenai hukum membaca Al-Qur’an bagi orang junub. Jawaban
beliau rahimahullah adalah tidak boleh. Karena ada hadits yang melarang.
Adapun kalau ia membaca Al-Qur’an dengan maksud doa, seperti membaca

15
“ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN” atau ia berdoa “ROBBANAA
LAA TUZIGH QULUUBANAA BA’DA IDZ HADAYTANAA WAHAB
LANAA MILLADUNKA ROHMAH, INNAKA ANTAL WAHHAAB”,
maka tidaklah mengapa. Namun kalau maksudnya tilawah dalam membaca
ayat tadi, maka tidaklah boleh. (Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh, no. 108). 2. Diam
Di Masjid Bagi Orang Junub Allah Ta’alaberfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu d14engan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu 14 Ibid. hal 66 19 dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisaa’: 43)15 Kebanyakan (baca:
jumhur) ulama melarang orang junub berdiam lama di masjid. Yang berbeda dari
pendapat ini adalah Ibnu Hazm dan Daud Az-Zahiri masih menganggap boleh. Di
antara dalil yang dijadikan dasar dari jumhur ulama adalah surat An-Nisa’ ayat 43
di atas. Dari ayat di atas disimpulkan bahwa masih dibolehkan kalau orang junub
cuma sekadar lewat, tanpa berdiam lama di masjid. Dalam Al-Mawsu’ah Al-
Fiqhiyyah(16:54) disebutkan, “Diharamkan bagi yang junub untuk masuk dalam
masjid dan berdiam di dalamnya. Ulama Syafi’iyah, Hambali dan sebagian
Malikiyyah menyatakan bahwa sekadar lewat saja boleh sebagaimana
dikecualikan dalam ayat ,
“(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekadar berlalu saja.” Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan menjadi pendapat
ulama Malikiyah, masih boleh berlalu saja dalam masjid dengan syarat

16
bertayamum dahulu.” Dalam penjelasan di halaman yang sama, orang junub tidak
dibolehkan untuk i’tikaf berdasarkan ayat di atas.
3. Hukum Wanita Haidh Masuk Masjid Syaikh Khalid Al-Mushlih
hafizahullahditanya, “Apakah boleh wanita haid menghadiri majelis Al Qur’an (di
masjid)?” Jawab beliau, “Wanita haidh boleh saja masuk masjid jika ada hajat,
inilah pendapat yang lebih tepat. Karena terdapat dalam kitab shahih (yaitu Shahih
Muslim) bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata kepada ‘Aisyah,
“Berikan padaku sajadah kecil di masjid.” Lalu ‘Aisyah berkata,
“Saya sedang haid.” Lantas Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Sesungguhnya haidmu itu bukan karena sebabmu.”
Hal ini menunjukkan bahwa boleh saja bagi wanita haid untuk memasuki
masjid jika: (1) ada hajat; dan (2) tidak sampai mengotori masjid. Demikian dua
syarat yang mesti dipenuhi bagi wanita haid yang ingin masuk masjid.

Berikut adalah hal-hal yang terlarang bagi orang yang berhadas secara spesifik :
1. Orang yang berhadas kecil dilarang :
 Shalat
 Thawaf
 Menyentuh dan membaca mushaf Al-Qur’an(sebagian ulama ada yg
memperolehkan)
2. Orang yang berhadas besar karena bercampur suami istri atau keluarnya mani
dilarang :
 Shalat
 Thawaf

17
 Menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an serta membacanya
 I'tikaf dimasjid
4. Orang yang berhadas besar karena haid, wiladah, dan nifas dilarang :

 Shalat

 Thawaf

 Puasa

 Menyentuh, membawa, dan membaca mushaf Al-Qur’an

 I'tikaf dimasjid

 Berhubungan suami istri

 Bercerai.

18
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas


kecil dan hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan tayammum.
Wudhu’ adalah salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian
anggota tubuh dengan air dengan sarat dan rukun sebagai syarat sah sholat yang
dilaksanakan sebelum melaksanakan sholat dan ibadah yang lainnya.

Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air


yang disertai dengan rukun mandi.

Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota


tubuh (muka dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan karena adanya uzur
bagi orang yang tidak dapat memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun.

B. Saran

Kami menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami pengertian wudhu,


tayamum,dan mandi. landasan hukum wudhu, tayamum dan mandi serta
pembagian wudhu, tayamum dan mandi. Bagi pembaca lain yang ingin mengetahui
dan memahami lebih dalam lagi mengenai materi ini, maka dapat menjadikan
makalah ini sebagai referensi. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

A.Zainuddin,s.Ag.Muhamad Jamhari,s.Ag.1999. Al-Islam (akidah dan ibadah).


Bandung : CV.pustaka setia

Lela dan Lukmawati. “Ketenangan” : Makna dawamul wudhu. (Palembang: PSIKIS-


Jurnal psikologi islam. 2015. Vol. 1. No. 2) 55-56 Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh.
Cetakan pertama, Tahun 1438

H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Muassasah Syaikh


Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin; Mahadhir, m saiyid. 2018. Sudah Mandi
Wajib Haruskah Wudhu Lagi?. Jakarta : Rumah Fiqih Publishing Majmu’ah Al-
Fatawa. Cetakan keempat, tahun 1432 H.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Penerbit Dar Al-Wafa’ Rasjid, Sulaiman H. 2018. Fiqih
Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo Samidi. Konsep Al Ghuslu Dalam Kitab
Fikh Manhaja. Jurnal Analisa. XVII (01), 101-103

Syarh Manhaj As–Salikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah
Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj, hlm. 65-67 Tim Al-Azhar. 2011.
Fiqih. Driyorejo Gresik: Pustaka Kembar JMawsu’ah AlFiqhiyyah. Penerbit
Kementrian Agama Kuwait;

20
21

Anda mungkin juga menyukai