Anda di halaman 1dari 52

Buku Panduan

Muatan Pelajaran Pendidikan Agama Islam Budi Pekerti


Pesantren Kilat (Sanlat)

Nama Siswa : ……………………………………………………………….


Nama Orang Nama Guru
Tua/Wali : ………………………………………………………………
Nama Guru
PAI : ………………………………………………………………

PROGRAM KEGIATAN BULAN RAMADHAN 1444 H


SMP NEGERI 55 KOTA BANDUNG
Semester Genap Tahun Ajaran 2022-2023
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Swt., yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan berbagai kenikmatan, terutama
nikmat Iman Islam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah-
limpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, dan sahabatnya,
semoga kita pun mendapatkan keselamatan tersebut sebagai umat
beliau.
Penyusunan buku program kegiatan ramadhan ini merupakan
bagian dari pengembangan pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
selama bulan suci Ramadan dan mengoptimalkan kegiatan di bulan suci
Ramadhan.
Buku ini merupakan panduan bagi siswa selama menjalankan
Ibadah di bulan Ramadhan. Adapun isi materi pada buku panduan ini
mengenai Bab thoharoh, Bab shalat, dan tentang puasa. Dalam buku ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai cara
bersuci, tata cara sholat, ketentuan ibadah puasa ramadhan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan buku
program kegiatan ramadhan ini jauh dari kesempurnaan, dikarenakan
keterbatasan waktu dan keilmuan yang ada pada diri penulis. Oleh
karena itu, koreksi, saran dan kritik yang kontruksif sangatlah kami
harapkan untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
pengembangan pada masa-masa yang akan datang.
Semoga buku yang kecil dan sederhana ini dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.

Bandung, April 2023

Ade Sopyanadi, M.Pd


Reza Arief M, S.Pd

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................. 3
BAB I KETENTUAN BERWUDHU .................................................... 4
BAB II KETENTUAN SHOLAT .......................................................... 9
BAB III KETENTUAN PUASA ........................................................... 16
Bab IV Adab...............................................................................17
Bab V Ilmu..................................................................................32
Bab VI Memandikan Jenazah.....................................................44

3
BAB I
KETENTUAN BERWUDHU

A. Pengertian Wudhu
Wudhu secara etimologi berasal dari kata Al-Wadho’ah yang
memiliki arti kebersihan dan kecerahan. Sementara menurut istilah,
wudhu adalah menyucikan diri dari hadats kecil dengan membasuh
anggota badan tertentu seperti wajah, dua tangan, kepala, hingga dua
kaki.

B. Pengertian Hadats
Hadats merupakan keadaan tidak suci pada diri seorang muslim
yang menyebabkan tidak sah menyelenggarakan ibadah sholat, tawaf,
dan sebagainya.
Hadats dalam Islam dibagi 2, yaitu hadats besar dan hadats kecil.
Hadats kecil ialah hadats yang disebabkan buang air besar-kecil, kentut,
dan sebagainya.
Cara menyucikan badan seorang muslim dari hadats kecil adalah
dengan berwudhu. Meskipun dapat menggunakan tayamun, apabila
memenuhi syarat-syarat tertentu.

C. Hukum Wudhu
Hukum pelaksanaan wudhu dapat bersifat wajib maupun sunah.
Wudhu bersifat wajib bagi seseorang yang akan melaksanakan sholat
dan tawaf dalam ibadah haji. Tidak sah hukumnya sholat dan tawaf
seseorang tanpa berwudhu.
Ketentuan kewajiban berwudhu sebelum sholat dijelaskan dalam
firman Allah SWT :

4
‫وة فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْوَه ُك ْم َواَيْ ِديَ ُك ْم اِ ََل‬ َّ ‫ٓاٰيَيُّ َها الَّ ِذيْ َن آ َمنُ ْاوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِ ََل‬
ِ ‫الص ٓل‬

…‫ي‬ ِ‫الْمرافِ ِق و ْامس ُحوا بِرء ْو ِس ُكم واَْر ُجلَ ُكم اِ ََل الْ َك ْعبَ ْ ن‬
ْ َ ْ ُُ ْ َ َ ََ
“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan
sholat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku
dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata
kaki...” (Q.S. Al-Maidah [5]: 6).

Sementara itu, wudhu dapat bersifat sunah apabila seorang muslim


hendak tidur, membaca Al-Quran, hingga melantunkan adzan serta
iqomah. Wudhu sebelum tidur dianjurkan Rasulullah SAW sebagaimana
sabdanya dalam hadits berikut:
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur),
hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk
melakukan sholat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

D. Macam-macam Air
Wudhu adalah menyucikan diri dari hadats kecil dengan media air.
Tidak semua air dapat digunakan berwudhu. Air harus memenuhi
syarat-syarat tertentu sehingga dapat digunakan bersuci (dalam hal ini
wudhu).
1. Air mutlaq
Air mutlaq adalah air yang belum mengalami proses apapun. Air
tersebut hukumnya suci dan sah untuk berwudhu. Jenis-jenis air
mutlaq seperti air hujan, salju, embun, air laut, air zam-zam, air
sumur, mata air, hingga air sungai.
2. Air mustakmal
Air mustakmal adalah air yang sudah digunakan untuk berwudhu
sebanyak sekali dan tidak diperbolehkan dipakai bersuci kembali.

5
Para ulama fikih memiliki definisi beragam mengenai air tersebut,
namun secara garis besar sebagai berikut: Air yang menetes dari
tubuh ketika seseorang berwudhu atau mandi junub. Air yang telah
digunakan untuk bersuci, sementara airnya sedikit.
3. Air yang tercampur benda suci
Air jenis ini adalah air yang tercampur benda suci lalu berubah
sifat asalnya. Sebagai contoh pada air teh, air kopi, hingga air
sabun. Air jenis tersebut sifat zatnya suci, namun tidak sah
digunakan berwudhu.
4. Air mutanajjis
Air mutanajjis adalah air yang bercampur dengan barang (benda)
najis. Air jenis tersebut memiliki 2 kemungkinan hukum: najis atau
tetap suci. Penentuan hukum air mutanajjis disandarkan pada 3
indikator utama, yaitu : rasa, warna, dan aroma. Apabila air berubah
rasa, warna, dan aroma, hukumnya menjadi najis. Begitupun
sebaliknya, jika tidak beralih seperti 3 indikator tersebut, hukumnya
tetap suci, menyucikan, dan boleh untuk wudhu.

E. Syarat-syarat Pelaksanaan Wudhu


Syarat wudhu adalah segala hal yang harus dipenuhi seseorang
sebelum melaksanakan ibadah tersebut. Syarat pelaksanaan wudhu
antara lain:
1. Beragama Islam.
2. Dapat membedakan yang hak (benar) dan batil (salah).
3. Menggunakan air suci dan menyucikan.
4. Mengetahui tata cara berwudhu yang benar.

F. Rukun-rukun Wudhu
Rukun wudhu adalah hal-hal yang wajib dilakukan ketika
melakukan ibadah tersebut. Apabila seseorang meninggalkan salah

6
satu rukun wudhu, ibadahnya tersebut menjadi tidak sah. Rukun
wudhu antara lain:
1. Niat Wudhu.
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh tangan sampai siku.
4. Mengusap rambut.
5. Membasuh kaki sampai 2 mata kaki.
6. Tertib/urut semua pelaksanaan rukunnya.

G. Sunah Wudhu
Wudhu memiliki beberapa amalan sunah dalam pelaksanaannya.
Seseorang yang memenuhi amalan sunah tersebut akan mencapai
kesempurnaan ibadah wudhu. Beberapa sunah pelaksanaan wudhu
menurut pendapat para ulama mazhab Syafi’i sebagai berikut:
1. Menghadap kiblat. 8. Membaca doa setelah wudhu.
2. Bersiwak. 9. Mengusap seluruh kepala.
10. Mengusap kedua telinga
3. Membaca basmalah.
dengan air yang baru.
4. Melafazkan niat wudhu. 11. Menyela jenggot dan jari.
5. Membasuh kedua tangan. 12. Mendahulukan bagian kanan.
6. Berkumur-kumur. 13. Membasuh mengusap tiga kali.
7. Istinsyak: menghirup air ke 14. Muwala (berkesinambungan).
dalam hidung dan
15. Berdoa setelah berwudhu.
mengeluarkannya.

H. Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu


Berikut ini beberapa hal yang dapat membuat wudhu menjadi batal
hukumnya, yaitu:
1. Buang angin (kentut).
2. Buang air kecil-besar.

7
3. Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan.
4. Tidur berbaring, pingsan, mabuk, dan gila.
5. Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram (4 mazhab: Maliki, Hanafi, Hambali, dan Syafi’i berbeda
pandangan).

8
BAB II
KETENTUAN SHOLAT

A. Pengertian Sholat
Yaitu suatu ibadah yang diawali dengan takbiratul ikhram diakhiri
dengan salam serta diikuti bacaan dan gerakan-gerakan tertentu.

B. Hukum Sholat Lima Waktu


Hukumnya Fardhu Ain . Firman Allah SWT :

‫ي كِتٓبًا َّم ْوقُ ْو ًت‬ ِِ َّ ‫اِ َّن‬


ْ َ‫الص ٓلوةَ َكان‬
َ ْ ‫ت َعلَى الْ ُم ْؤمن‬
“.. Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Q.S.An-Nisa ayat
103)

C. Dalil Tentang Sholat


1. Q.S. Al-Baqoroh ayat 45

‫ِِ ن‬
‫ي‬ ْ ‫الص ٓلوةِ ن َواِ ََّّنَا لَ َكبِ ْ َْيةٌ اََِّّل َعلَى‬
َ ْ ‫اْلٓشع‬ َّ ‫استَعِْي نُ ْوا ِب‬
َّ ‫لص ِْْب َو‬ ْ ‫َو‬
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyuk," (QS. Al Baqarah: 45)

2. Q.S. Al-Hajj ayat 78

ۖ ‫ص ُموا ِب ََّّللِ ُه َو َم ْوََّل ُك ْم‬


ِ َ‫الزَكاةَ و ْاعت‬ ِ
َ َّ ‫الص ََلةَ َوآتُوا‬ َّ ‫يموا‬ ُ ‫فَأَق‬
ِ ِ ِ
ُ‫فَن ْع َم الْ َم ْوَ َٓل َون ْع َم النَّصْي‬
".... maka dirikanlah sholat tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah

9
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (QS. Al Hajj:
78)

3. Q.S. Ar-Rum ayat 17-18


ِ ‫الس ٓم ٓو‬
‫ت‬ َّ ‫اْلَ ْم ُد ِِف‬
ْ ُ‫ َولَه‬.‫صبِ ُح ْو َن‬ ِ ِ ِٓ ‫فَسب ٓحن‬
ْ ُ‫ي ت‬
َ ْ ‫ي ُتُْ ُس ْو َن َوح‬
َ ْ ‫اَّلل ح‬
ٰ َ ُْ
.‫ي تُظْ ِهُرْو َن‬ ِ ِ ِ ‫و ْاَّلَر‬
َ ْ ‫ض َو َعشيًّا َّوح‬ ْ َ
"Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada
pagi hari (waktu subuh), dan segala puji bagi-Nya baik di langit,
di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari)."
(QS. Ar-Rum: 17-18)

D. Syarat Sah Sholat


1. Suci badan, pakaian, tempat dari hadats dan najis
2. Menutup aurat dan menghadap kiblat
3. Telah masuk waktu sholat

E. Syarat Wajib Sholat


Islam, baligh, berakal dan telah sampai ajaran sholat kepadanya.

F. Rukun Sholat
Rukun adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dalam sholat,
apabila salah satunya ditinggalkan, maka sholatnya tidak sah.
8. Duduk diantara dua sujud
1. Niat
dengan tumaninah
2. Berdiri bagi yang mampu 9. Duduk akhir
3. Takbiratul ikhram 10. Membaca Tasyahud akhir
11. Membaca Salawat atas Nabi
4. Membaca surat Al Fatihah
Muhmmad SAW

10
5. Ruku dengan tumaninah 12. Membaca Salam yang
( diam sebentar ) pertama
6. Iktidal dengan tumaninah 13. Tertib ( beraturan )
7. Sujud dua kali dengan
tumaninah

G. Sunah Sholat
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram
2. Meletakan tangan kanan diatas tangan yang kiri
(bersedekap)
3. Memandang ketempat sujud
4. Membaca doa iftitah
5. Membaca taawudz sebelum membaca Surat Al
Fatihah
6. Membaca Amin sesudah selesai Surat Al Fatihah
7. Membaca surat atau ayat Al Quran setelah Surat Al
fatihah
8. Membaca Allahu Akbar ketika pindah ke rukun
berikutnya
9. Membaca samialllahu liman hamidah ketika bangkit
dari ruku
10. Membaca tasbih takkala rukuk dan sujud
11. Membaca doa ketika duduk diantara dua sujud
12. Meletakan ke 2 tangan diatas paha tatkala tasyahud
awal dan akhir
13. Duduk iftirasy (duduk diatas mata kakik kiri, telapak
kakik kanan ditegakan)
14. Duduk Tawaruk (duduk tahiyat akhir, duduk dengan
telapak kaki kiri dikeluarkan ke sebelah bawah
telapak kaki kanan

11
15. Membaca doa sesudah tasyahud akhir
16. Membaca salam yang kedua
17. Menoleh ke kanan pada salam pertama dan ke kiri
pada salam kedua

G. Hal yang membatalkan Sholat :


1. Meningalkan salah satu rukun sholat dengan sengaja
2. Meningalkan salah satu syarat syah sholat
3. Berkata kata dengan sengaja
4. Makan dan minum
5. Berhadats kecil / besar
6. Terbuka aurat

H. Sholat Sunnat Rawatib


Sholat sunnat rowatib yaitu Sholat sunnat yang pelaksanaannya
mengikuti sholat fardhu ( sebelum atau sesudah sholat fardhu )
Contoh : sebelum subuh, sebelum dan sesudah juhur, sesudah
sholat magrib dan sesudah isya.
Contoh lafadz niat sholat sunnat rawatib :

‫ي قَ ْبلِيَّةً ُم ْستَ ْقبِ َل الْ ِقْب لَ ِة َِّٰٓللِ تَ َع َاَل‬


ِ ْ َ‫الصْب ِح رْك َعت‬ ِ ُ‫ا‬
َ ُّ َ‫صلٰى ُسنَّة‬
َ
“Saya niat sholat sunnat sebelum subuh 2 rakaat karena Allah”

َ ‫ي بَ ْع ِديَّةً ُم ْستَ ْقبِ َل الْ ِقْب لَ ِةِ َِّٰٓللِ تَ َع‬


‫اَل‬ َ
ِ ‫صلِٰى سنَّةً الْم ْغ ِر‬
ِ ْ َ‫ب رْك َعت‬ َ ُ َ ُ‫ا‬
“Saya niat sholat sunnat sesudah magrib 2 rakaat karena Allah”

I. Sholat Sunnat Nawafil :

12
Sholat Sunnat Nawafil, yaitu sholat sunnat yang waktu
pelaksanaannya diluar sholat fardhu seperti Dhuha, Tahajud,
Tarawih, Witir dsb.
Cara Pelaksanaanya sama dengan sholat sunnat lainnya, bedanya
dalam hal niat, waktu pelaksanaan dan jumlah rakaat.

Jenis sholat Waktu Pelaksanaan Jumlah Rakaat


sesudah sholat isya sampai
tidak dibatasi /
sebelum datangnya waktu subuh
Sholat Tahajud paling sedikit 2
/fajar, yang baik
rakaat
1/3 akhir malam
SholatTarawih sama dgn tahajud tetapi hanya
8 atau 20 rakaat
pada malam ramadhan
sesudah sholat isya sampai
sebelum datangnya waktu subuh
Sholat Witir 1- 9 rakaat / ganjil
/fajar, yang baik
1/3 akhir malam
sesudah terbitnya matahari
Sholat Dhuha
sampai sebelum datangnya waktu 2 – 8 rakaat
Dzuhur ( + 07.30 s / d 11.00 WIB).

J. Lafadz niat sholat nawafil


1. Sholat Tahajud

َ ‫ي ُم ْستَ ْقبِ َل الْ ِقْب لَ ِة َِّٰٓللِ تَ َع‬


‫اَل‬ ِ ْ َ‫َّه ُّج ِد رْك َعت‬
َ َ ‫الت‬ ‫ة‬
ً َّ
‫ن‬ ‫س‬
ُ ‫ى‬ِ‫اُصل‬
ٰ َ
Niat Saya Sholat Sunnat Tahajud 2 rakaat karena Allah Ta’ala.

2. Sholat Tarawih

13
َ ‫ي ُم ْستَ ْقبِ َل الْ ِقْب لَ ِة َِّٰٓللِ تَ َع‬
‫اَل‬ ِ ْ َ‫َّه ُّج ِد رْك َعت‬
َ َ ‫الت‬ ‫ة‬
ً َّ
‫ن‬ ‫س‬
ُ ‫ى‬ِ‫اُصل‬
ٰ َ
Niat Saya Sholat Sunnat Tarawih 2 rakaat karena Allah Ta’ala

3. Sholat Witir

‫ات َِّٰٓللِ تَ َع َاَل‬


ٍ ‫ث رْكع‬ ِ ِ ‫أ‬
َ َ َ ‫ُصلٰ ْي ُسنَّةً م َن الْ ِوتْ ِر ثَََل‬
َ
Niat Saya Sholat Sunnat Witir 1 rakaat karena Allah Ta’ala

4. Sholat Dhuha

‫ي َِّٰٓللِ تَ َع َاَل‬ ِ ‫أ‬


َ ْ َ‫ُّحى َرْك َعت‬
َ ‫ُصلٰى ُسنَّةَ الض‬
َ
Niat Saya Sholat Sunnat Dhuha 2 rakaat karena Allah Ta’ala

ٍ ‫ث رْكع‬
ِ ْ َ‫رْك َعت‬. 3 rakaat - ‫ات‬
ً‫ َرْك َعة‬. 2 rakaat – ‫ي‬
*) 1 rakaat-
َ َ َ َ ‫ثَََل‬
K. Sholat Sunnat I’dul Fitri
Waktu pelaksanaannya dimulai pada waktu terbitnya matahari (+
07.00 wib)
Cara pelaksanaannya :
1. Diawali dengan Sholat sunnat I’dul Fitri 2 rakaat dan diakhiri
dengan khutbah I’dul Fitri
2. Pada rakaat 1 membaca 7 kali takbir dan 5 kali takbir pada
rakaat ke 2 disunnatkan membaca tasbih diantara takbir-takbir
tersebut.

ِ ِ ِِ ِ
Lafadz tasbih :
ُ‫ُسْب َحا َن هللا َواْلَ ْم ُد َّٰٓلل َوََّل إلَهَ إََّّل هللاُ َوهللاُ أَ ْك َْب‬
Lafadz niat sholat I’dul Fitri :

َ ‫ي ُم ْستَ ْقبِ َل الْ ِقْب لَ ِةِ هللِ تَ َع‬


‫اَل‬ ِ ْ َ‫صلِٰى ُسنُّةً لِعِْي ِد الْ ِفطْ ِر رْك َعت‬
َ َ ُ‫ا‬

14
BAB III
PUASA RAMADHAN

Puasa berasal dari bahasa arab shoum atau siam yang berarti
menahan diri dari sesuatu, sedangkan menurut istilah, adalah menahan
diri dari makan dan minum dan segala apa-apa yang dapat
membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari,
dengan disertai niat, dan rukun-rukun serta syarat-syarat tertentu.

A. Perintah Dan Keutamaan Puasa


Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 183-184.

Yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas


kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertaqwa” Al-Baqarah: 183

Sabda Nabi Muhammad SAW:


Yang Artinya: “Barang siapa yang berpuasa pada bulan ramadhan
dengan keimanan dan mengharap kerihloan Allah, maka akan
diampuni dosa-dosanya yang terdahulu” (HR. Bukhori-Muslim)

Firman Allah dalam Hadist Qudsi


Artinya: “ Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya,
orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan,yaitu
kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika
berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, baumulut orang
berpuasa itu lebih harum dari pada aroma minyak kasturi”.
(Muttafaq ‘Alaih).

Cara mengetahui permulaan bulan Ramadhan, antara lain:


a. Dengan melihat hilal atau bulan,

15
b. Jika hilal tidak tampak, maka hendaknya bulan Sya’ban
disempurnakan menjadi 30 hari,
c. Menggunakan ilmu hisab (perhitungan).

B. Ancaman Bagi Yang Meninggalkan Puasa


Sabda Nabi Muhammad SAW,
Artinya: “Barang siapa berbuka puasa pada satu hari dari bulan
Ramadhan tanpa keringanan yang diberikan Allah kepadanya,
tiadalah akan dibayar oleh puasa sepanjang masa, walau
dilakukannya”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Dalam Hadist yang lain, Rasulullah Bersabda


Artinya: “ Ikatan Islam dari sendi agama itu ada tiga, diatasnya
didirikan Islam dan siapa yang meninggalkan salah satu
diantaranya, berarti ia kafir terhadapnya dan halal darahnya,
mereka adalah: mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah,
mendirikan Shalat fardhu dan berpuasa Ramadhan”. (HR. Abu Ya’la
dan Ad-Dailaini)

C. Syarat Wajib dan Rukun Puasa


1. Syarat-syarat wajib puasa
a. Islam
b. Baligh,
c. Sehat jasmani dan rohani,
d. Berakal sehat,
e. Menetap (bukan musafir; dengan ketentuan tertentu),
f. Tidak berhalangan (bagi wanita) seperti, haidh, nifas atau
wiladah.

2. Rukun Puasa
a. Niat (dilakukan pada malam hari, paling akhir pada waktu
menjelang fajar shodiq)

16
b. Menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan
ibadah puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya
matahari.

D. Syarat Sah Puasa


1. Islam,
2. Tamyiz (dapat membedakan antara yang haq dan bathil),
3. Tidak pada hari-hari yang dilarang berpuasa,
4. Suci (khusus wanita) misalnya dari haidh, nifas ataupun wiladah.
Tiga syarat ini harus ada pada sehari penuh untuk sah puasa,
sehingga terhadap seseorang yang sempat hilang akalnya(gila)
sesaat, datang haidh dan nifas pada tengah hari maka
puasanya tidak sah. Hal ini sedikit berbeda dengan orang
pingsan, bila ia sempat sadar walau sesat maka puasanya sah
sedangkan bila ia tidak sadar seharian penuh maka puasanya
tidak sah. Berbeda lagi dengan orang yang tidur seharian
penuh, puasanya tetap sah.

E. Hal-Hal Yang Dapat Membatalkan Puasa


1. Makan dan minum atau memasukkan benda lain melalui
kerongkongan dengan sengaja
2. Muntah dengan sengaja
3. Bersetubuh pada waktu berpuasa (suami isteri)
4. Keluar nutfah (air mani) dengan sengaja
5. Haidh, nifas atau wiladah bagi wanita
6. Gila (hilang akal)
7. Murtad (keluar dari agama Islam)

17
F. Yang Diperbolehkan Untuk Tidak Berpuasa Dan Cara
Menggantinya
1. Wajib Mengganti Puasa (Qadla’) Saja
a. Orang yang sakit,
b. Musafir (sedikitnya sejauh 81 km),
c. Wanita hamil atau menyusui,
d. Wanita yang haidh, nifas atau wiladah.
e. Tidak Wajib Qadla’ Namun Wajib Membayar Fidiyah

Fidiyah adalah memberi makan orang miskin setiap hari yang ia


tidak puasa, berupa bahan makanan pokok sebanyak 1 mud (576
gram). Orang yang diperbolehkan untuk membayar fidiyah antara
lain:
▪ Orang lanjut usia yang sudah tidak mampu berpuasa.
▪ Orang yang sakit berkepanjangan dan tidak ada harapan
sembuh,
▪ Wanita hamil atau menyusui yang menghawatirkan janin
atau bayinya.
▪ Wajib Qadla’ dan Wajib Kifarat
Bagi orang-orang yang membatalkan puasa ramadhannya dengan
bersetubuh (pada siang hari), kifarat antara lain:
▪ Memerdekakan hamba sahaya yang mukmin, atau
▪ Berpuasa selama dua bulan berturut-turut, atau
▪ Memberi makan 60 orang miskin, berupa bahan pokok
masing-masing 1 mud (576 gram)

G. Hari-Hari Yang Dilarang Untuk Berpuasa


1. Hari raya ‘Idaini (‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha)
2. Hari Tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

18
H. Hikmah Puasa
1. Untuk pendidikan atau latihan rohani
2. Untuk kesehatan
3. Untuk perbaikan pergaulan atau mu’asyarah
4. Sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat Allah swt.

I. AmalanYang Dianjurkan di Bulan Ramadhan


1. Memperbanyak tilawatul Qur’an
Sebagai ummat muslim yang telah mengetahui akan
keistimewaan dari bulan suci Ramadhan, maka sudah
seyogyanyalah ia untuk berupaya dengan sepayah-payahnya
untuk dapat mengisi deposit akhirat dengan sebanyak-
banyaknya mengingat pada bulan inilah seluruh amalan baik
akan dilipatgandakan. Tidak terkecuali dengan memperbanyak
amalan membaca kalamullah Al-Qur’anul karim, dan berusaha
memahami dan berusaha untuk melaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari serta berusaha untuk mengajarkannya kepada orang
lain.

2. Qiyaamul lail
Sabda Nabi SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah, dia berkata
adalah Rosulullah saw. Menganjurkan supaya shalat di bulan
Ramadhan tetapi tudak memerintahkannya dengan keras
(azimah), maka beliau bersabda “Barang siapa yang berdiri
shalat di malam ramadhan dengan iman dan perhitungan, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (dirawikan oleh
Jama’ah)

3. Memperbanyak Shodaqhah
Sabda Nabi SAW yang artinya: “Orang yang memberi makanan
untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan

19
mendapatkan pahala layaknya pahala oaring yang berpuasa
tanpa terkurangi sedikitpun” (HR. Ahmad).

4. I’tikaf
Yakni ibadah dengan berdiam di dalam masjid, yang sunnah
dikerjakan setiap waktu dan lebih diutamakan pada bulan
Ramadhan, teristimewa pada 10 malam terakhir.
Hadist Nabi yang artinya, Dari ‘Aisyah. Ia berkata “adalah
Rosulullah saw, apabila telah masuk (tanggal) sepuluh, yakni
sepuluh yang terakhir dari Ramadhan, maka ia bersedia
sungguh-sungguh dan ia dihidupkan malamnya dan ia
bangunkan ahli-rumahnya”. (Muttafaq ‘Alaih)

20
Penutup
Kegiatan renungan (muhasabah)

Alloh maha mendengar, allah maha melihat, allah maha menyaksikan


tiada yang tersembunyi dimata allah yang maha melihat yang maha
dekat.

Wahai diri… andai kata sisa hidup ini akan berakhir, maka tidak
satupun dapat menyelamatkan selain karunia dan rahmat alloh.

Sholat… jarang khusyu, itupun hanya sisa waktu


Amal shodaqoh, hanya sisa uang yang tak berharga
Andaikan menolong dan berbuat kebaikan, jarang… ikhlas
Shaum yang dilakukan, hanya perut saja yang puasa, mata tidak
puasa, hati tidak puasa.

Yaa alloh… Wahai yang maha mendengar, maha tahu, maha


pengampun. Ampunilah seluruh dosa kami.
Yaa Alloh, ampuni sebusuk apapun diri kami
Ampuni sebanyak apapun dosa-dosa kami. Ampuni maksiat yang kami
lakukan secara terang terangan maupun yang tersembunyi.

Yaa alloh
Ampuni maksiat mata kami, jadikan mata ini mata yang selalu akrab
dengan ayat-ayatmu.

21
Jangan biarkan mata ini menyebabkan matinya hati kami.

Yaa Alloh
Ampuni maksiat pendengaran kami, ampuni maksiat mulut kami,
ampuni setiap kebohongan yang telah kami ucapkan, ampuni
seandainya mulut ini melukai ibu bapak kami, ampuni jikalau dari mulut
ini banyak orang tersakiti.
Jadikan mulut ini yang jauh dari berkata dusta, lisan yang selalu
menyebut nama-mu, lisan yang engkau selalu ijabah do’a do’anya.

Yaa Alloh
Karuniakan ampunan atas maksiat-maksiat yang dilakukan tubuh ini
Ampuni jikalau tubuh ini telah berbuat nista, ampuni jikalau tubuh ini
ada daging haram dari makanan yang kami makan, harta haram,
karuniakan kami tubuh yang bersih.
Yaa Alloh.
Bersihkan diri ini dari segala maksiat yang telah dilakukan jasad ini.
Izinkan sampai akhir hayat tubuh ini ini bersih, bersih dari harta
yang haram, bersih dari makanan haram, bersih dari perbuatan
haram.

Robbanaa.. Andai suatu saat malaikat maut menjemput kami,


izinkanlah saat kematian kami, saat terindah dalam hidup ini dengan
bekal yang cukup.
Yaa Alloh izinkan kami wafat khusnul khootimah.

22
Yaa Alloh hanya engkaulah segalanya bagi kami, kami hanya sekedar
makhlukmu yang tiada berarti tapi engkau segala-galanya bagi kami.
Izinkan kami pulang dalam ridho-Mu.

Robbanaa aatina fiddunya hasanah wafil aakhroti hasanah waqina


adzaabannaar
Subhaana robbika robbil izzati ammaa yashifuuna wassalaamun ‘alal
mursaliina walhamdulillaahi robbil’aalamiiin.

“Jangan biarkan bulan ramadhan ini berlalu begitu saja tanpa ada
perbaikan diri pada diri kita, sehingga bulan ramadhan terlewati
dengan sia-sia.”

SEMOGA DIHARI RAYA ‘IDUL FITRI 1 SAWAL 1444 H, KITA


MENJADI JIWA YANG FITRI (BERSIH). BERSIH LAHIR BATIN
SEPERTI BAYI YANG BARU LAHIR. AAMIIIN

Mohon Ma’af Lahir Dan Batin


Walloohul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thooriq
Wassalaamu ‘Alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh

Ade Sopyanadi, M.Pd

23
lafadz niat puasa

24
BAB IV
ADAB

1. Pengertian Akhlak
Untuk memahami pengertian akhlak secara menyeluruh ada dua acara yang perlu ditempuh.
Pertama dilihat dari segi Bahasa (etimologi) dan kedua dilihat dari segi istilah (terminologi).

Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam
Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang
mengandung arti:

1. Tabi’at
2. Adat
3. Watak

2. Macam Macam Akhlak dan Contohnya


Berdasarkan pengertian akhlak, maka secara garis besar maka, pada dasarnya akhlak itu terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Akhlak Mulia atau Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah atau Karimah)

2. Akhlak Buruk atau Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)

I. Contoh Akhlak Terpuji dan Tercela

i. Contoh Akhlak Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah)

Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:

a. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Allah


Akhlak mulia terhadap Allah diartikan sebagai tingkah laku manusia sebagai makhluk ciptaan-
Nya yang pada prinsipnya manusia yang beriman dan berakhlak mengakui terhadap keEsaan Allah
Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya:

1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang
dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas, menjauhkan
dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha untuk
menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun non fisik, dan
meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya.

PESANTREN KILAT SMPN 55 1


5. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya kepada Allah, untuk
meraih sesuatu yang diharapkan.
6. Harapan – Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah.
7. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.

b. Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia


Sesuai dengan pengertian akhlak mulia, maka bukan hanya dilakukan kepada Allah SWT, tetapi
juga perlu dilakukan kepada sesama manusia. Selain itu, salah satu faktor kuatnya iman seseorang,
terlihat dari perilakunya sehari-hari terhadap orang lain, bagi muslim yang menaati peraturan akan
tercermin akhlak mulia nya terhadap sesama.

Menjaga hubungan baik


Bersangka baik (Husnuzon)
Kasih saying

c. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri


Selain akhlak kepada Allah dan terhadap sesama manusia, tak lupa akhlak terhadap diri sendiri.
Yang artinya menjaga sifat jasmani dan rohani semakin lebih baik setiap waktunya. Dengan cara

1. Memelihara kesucian dan kehormatan diri


2. Qana’ah : menerima apa adanya pemberian dari Allah.
3. Berdo’a kepada Allah
4. Sabar dengan ketentuan Allah
5. Tawakal kepada Allah
6. Rendah Hati

II. Contoh Akhlak Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)


a. Contoh Akhlak mazmumah kepada Allah
1) Musyrik
2) Takabbur
3) Murtad
4) Munafik

b. Contoh Akhlak mazmumah kepada sesama


Tingkah laku atau sikap seseorang terhadap sesama yang tidak sesuai dengan ajaran tuntunan Al-
qur’an dan hadis diantaranya:

1. Mudah marah (Al-Ghadhab)


2. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu)
3. Mengumpat (Al-Ghiiba)
4. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu)
5. Kikir (Al-bukhlu)

PESANTREN KILAT SMPN 55 2


BAB V
ILMU

1. Kewajiban Menuntut Ilmu


Tidak sedikit ayat dalam Al Qur’an serta hadis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
yang mengutamakan wajibnya belajar. Bahkan dalam kedudukan orang yang sedang menuntut
ilmu disamakan dengan orang yang sedang berjihad. Coba perhatikan dalam wahyu pertama yang telah
diturunkan Allah Subhanahu wata’ala kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia juga yang telah
menciptakan antara manusia dari segumpal darah. Bacalah, seta Tuhanmulah Yang Mahamulia.
Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya,” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5).

Dalam ayat tersebut, ada sejumlah kata yang menguatkan perintah dalam belajar serta
menuntut ilmu yaitu ‘Bacalah’, ‘Yang mengajar dengan pena’, serta ‘Mengajarkan apa yang tidak
diketahui’. Menuntut ilmu tidak akan dibatasi untuk para laki-laki saja, karena para wanita pun
memiliki hak yang sama dalam menuntut ilmu. Seluruh gender, memiliki hak serta kewajiban
karena sama-sama menjadi seorang khalifah maupun wakil Allah di muka bumi, sekaligus juga
menjadi seorang hamba yang taat.

Sebagai seorang khalifah, tentu manusia akan membutuhkan ilmu untuk bisa menegakkan
syariat Allah Subhanahu wata’ala. Demikian juga untuk sebagai hamba, memerlukan sebuah ilmu
yang memadai supaya bisa jadi hamba (‘abid) yang baik serta taat. Mustahil untuk menjadi
khalifah tanpa sebuah ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa mengelola serta merekayasa
kehidupan di bumi ini, maka dapat menjalankan hukum-hukum Allah.

Sebagai contoh, untuk shalat saja perlu dalam ilmu mencari kiblat, kemudian mencari
waktu yang tepat kapan untuk menjalankan sholat lima waktu, juga ilmu dalam membangun
masjid yang benar, serta membangun tempat wudhu yang baik, dan lainnya. Tak ada sebuah
batasan pada tempat serta waktu dalam proses mencari ilmu, bahkan terdapat sebuah ungkapan
Arab yang menyebutkan ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’.

Islam tentunya juga mengajarkan ‘Menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga ke liang
lahat’, maka belajarlah mulai kecil hingga akhir usia. Jangan merasa malu dalam belajar walaupun
sudah berumur.

2. Adab menuntut ilmu dalam Islam


Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga diajarkan
bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia pelajari dapat membawa
banyak berkah bagi kehidupan. Seperti kata Imam Malik pada kaum Qurais yaitu sebagai

PESANTREN KILAT SMPN 55 3


“Pelajarilah ilmu adab sebelum mempelajari sebuah ilmu”

Dalam pesan tersebut, dapat diketahui sangat penting saat mempelajari sebuah adabnya
terlebih dahulu sebelum seseorang dapat dalam menuntut ilmu. Berikut ini merupakan adab-adab
yang menuntut ilmu ] perlu kita ketahui:

1. Niat Lillahi ta’ala.

2. Selalu berdoa pada saat menuntut ilmu.

3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

4. Menjauhi maksiat.

5. Jangan sombong ketika menuntut ilmu.

PESANTREN KILAT SMPN 55 4


BAB VI
TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH

Dalam Islam, seorang Muslim memiliki empat kewajiban terhadap jenazah. Yakni,
memandikan, mengkafani, menyalati, dan menguburkan. Ini termasuk syarat wajib mengurusi
jenazah yang hukumnya fardhu kifayah.

Jenazah yang wajib dimandikan


1. Seorang Muslim atau Muslimah
2. Ada tubuhnya,
3. Kematian bukan karena mati syahid,
4. Bukan bayi yang meninggal karena keguguran
Jenazah yang tidak wajib dimandikan
1. Mereka yang meninggal dalam mati syahid
2. Bayi yang meninggal karena keguguran

Orang yang memandikan jenazah


Lebih diutamakan, ini dilakukan dari kalangan keluarga. Jika jenazah laki-laki, maka yang
wajib memandikannya pun laki-laki. Begitupun jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan.
Kecuali jenazah tersebut adalah suami terhadap istrinya, atau sebaliknya.

Peralatan Memandikan Jenazah


1. Tempat untuk memandikan jenazah pada ruang tertutup,
2. Air putih secukupnya,
3. Sabun, air kapur barus, dan wangi-wangian,
4. Sarung tangan untuk memandikan,
5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil,
6. Kain basahan, handuk, dan lain-lain

Cara memandikan jenazah


1. Membaca niat
2. Letakkan kepala jenazah lebih tinggi,
3. Pakai sarung tangan sebelum memandikan,
4. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basah agar auratnya tidaj terlihat,
5. Bersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celak jari dan tangan, serta rambut,
6. Angkat kepala jenazah sampai setengah duduk, kemudian tekan perutnya agar kotoran keluar semua,
7. Siram seluruh tubuh jenazah diikuti dengan membaca niat memandikan jenazah,
8. Bersihkan qubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang) jenazah,
9. Siram atau basuh jenazah, mulai dari anggota tubuh bagian kepala hingga ujung kaki sebelah kanan, lalu
pindah ke sebelah kiri,
10. Basuh jenazah dengan menuangkan air besih ke tubuh dan gosok perlahan menggunakan handuk halus,
11. Siram dengan air kapur barus,
12. Jenazah diwudukan, seperti sebelum salat tanpa memasukkan air ke hidung dan mulut,
13. Menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah dengan air daun bidara atau sampo,
14. Basuh sekujur tubuh,
15. Keringkan tubuh menggunakan handuk kering.

PESANTREN KILAT SMPN 55 5


BAB IV
ADAB

1. Pengertian Akhlak
Untuk memahami pengertian akhlak secara menyeluruh ada dua acara yang perlu
ditempuh. Pertama dilihat dari segi Bahasa (etimologi) dan kedua dilihat dari segi istilah
(terminologi).

Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke
dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’
kata khuluqun yang mengandung arti:

1. Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa
kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
2. Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni
berdasarkan keinginan.
3. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan
sehingga menjadi adat kebiasaan.
Secara singkat kata akhlak yang berarti kesopanan dan agama (budi pekerti).
Terdapat pula kata akhlakul karimah yang memiliki arti perbuatan mulia lagi terpuji yang
diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran
Islam yang dapat kamu pahami pada buku Komik Akhlak Dalam Al’Qur’An yang
dikemas dalam bentuk komik animasi sehingga lebih menyenangkan untuk dipelajari.

Jadi, pengertian akhlak dapat diartikan sebagai tingkah laku manusia yang dilakukan
dengan sengaja, diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari
dorongan jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Untuk lebih jelasnya, ada perbedaan tentang
akhlak dan ilmu akhlak.
Apakah bedanya?
Akhlak adalah yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan
sengaja yang muncul dari dorongan jiwa secara spontan.
Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari dan memberi petunjuk bagaimana berbuat
kebaikan dan menghindar dari keburukan, sesuai dengan tuntunan syariat islam.
Akhlak menggunakan kan penentuan baik atau buruk perbuatan manusia dengan tolak
ukur ajaran Al Quran, sebagaimana firman Allah:

‫ء َ ه َ ِيب ات هك ا ا‬
‫َ هَْآٰي‬ ۤ ‫ء ا هوفا هْر ْ هِّ تكۤا ِّهم م َ ه َ ِيب ات هك ۤ ن ِّ ب‬
ۤ ‫َ َ ناي هُْ هرَ ۤم َك‬ ۤ ‫ا هْ وا ْ ۤت َكءو ٰ ٰۤ ها وِّااٰ ۤان اِّ َ ام هك تكۤا َهمر ۤ ن ْري ات هٰٓك ا هك ا ا هوفا هْي ۤ ِّ هرَ ۤم َك‬

“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan
kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang
dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menjelaskan.”
(Qs Al-maidah : ayat 15)
2. Macam Macam Akhlak dan Contohnya

Berdasarkan pengertian akhlak, maka secara garis besar maka, pada dasarnya akhlak itu terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:

1. Akhlak Mulia atau Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah atau Karimah)


Akhlak mulia atau terpuji disebut juga dengan Akhlakul Mahmudah atau Akhlakul Karimah
yaitu sikap dan tingkah laku yang mulia atau terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan
lingkungannya. sifat mulia tersebut bagi setiap muslim perlu diketahui yang bersumber dari Al
Quran dan hadis. Sifat terpuji sangat memberikan jaminan keselamatan kehidupan manusia,
dalam hubungan dengan Allah, kehidupan pribadi, bermasyarakat dan negara.

2. Akhlak Buruk atau Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)


Akhlak tercela disebut juga Akhlakul mazmumah yaitu Sikap dan tingkah laku yang
buruk terhadap Allah, sesama manusia dan makhluk lain serta lingkungan. Berdasarkan
pengertian akhlak buruk, maka diharapkan agar setiap muslim menghindari sifat tercela karena
ini sangat merusak kehidupan manusia, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
bermasyarakat maupun kehidupan bernegara, dab begitu juga hubungan dengan Allah.

Contoh Akhlak Terpuji dan Tercela


Contoh Akhlak Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah)

Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:

a. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Allah


Akhlak mulia terhadap Allah diartikan sebagai tingkah laku manusia sebagai makhluk ciptaan-
Nya yang pada prinsipnya manusia yang beriman dan berakhlak mengakui terhadap keEsaan
Allah, yang telah menciptakan manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di muka bumi
ini. Sebagaimana firman-Nya:
‫َا ر هصمَ ام هك ۤ ن ل هِّ ر ا ا‬
‫م هْ ۤي ر ا ْ جَ ۤك ام هك َ ا هوو ار هْي اهْمي ْ َوُ َما اك رَ هْرم هرَرهخيا ر‬ ‫هَ هْْر ْ َووْ ام هك ا هَ ام ام ه ي ب‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
(QS. An Nahl(16) : ayat 78).
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan tubuh yang kokoh dan
sempurna serta melengkapinya dengan panca indra seperti, pendengaran, penglihatan, penciuman, akal
pikir dan hati nurani. manusia harus bersyukur dengan panca indra yang diberikan Allah. Sebagai
makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sudah sepantasnya manusia mensyukuri apa yang telah Allah
berikan dan menggunakan alat panca indra tersebut untuk memperhatikan bukti keesaan Allah, serta
taat dan patuh kepada-Nya.
Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya:

1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang
dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas,
menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha untuk
menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun non fisik, dan
meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya.
5. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya kepada Allah,
untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
6. Harapan – Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah.
7. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.

b. Contoh Akhlak Mulia Terhadap Sesama Manusia


Sesuai dengan pengertian akhlak mulia, maka bukan hanya dilakukan kepada Allah SWT,
tetapi juga perlu dilakukan kepada sesama manusia. Selain itu, salah satu faktor kuatnya iman
seseorang, terlihat dari perilakunya sehari-hari terhadap orang lain, bagi muslim yang menaati
peraturan akan tercermin akhlak mulia nya terhadap sesama.

1) Menjaga hubungan baik


Seperti halnya saling tolong menolong dengan tetangga, saling memberi jika ada rezeki lebih,
atau saling membantu dalam hal kebaikan.

2) Berkata benar
Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat masukan / opini
yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang ternyata tidak benar kenyataan
(hoax).

3) Tidak meremehkan orang lain


Allah memerintahkan bagi orang yang beriman, untuk tidak merendahkan orang lain. Merasa
dirinya lebih, padahal kita tidak sadar ada yang lebih baik dan lebih berpikiran daripada luasnya
pemikiran kita.

4) Bersangka baik (Husnuzon)


Husnuzan kepada sesama adalah sifat terpuji yang harus diterapkan dengan lahir dan batin,
ucapan dan sikap, agar apa yang kita jalani selalu diridhai oleh Allah. Karena sikap suuzon itu
ibarat “manusia memakan daging manusia yang sudah meninggal.” Sebagaimana firman Allah
:

‫ن مي را ۤاَّءٰ رب ا ات هك ر هي اْ ه اتُ ََّهك ر ۤص ها ۤ هاكَي ْم ۤم هْك ا‬


َ ‫ن ام هك روه‬
‫َ ا ْ َ اَ ْ ا هْر َ ا هِكءه رْوه ا‬ ‫ْا ۤباه وك ْْراو ار هْ م َا راْۗاْر ب‬
‫َ مر ْۤي ب‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya


sebahagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalah kepada` Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha
Penyayang.” QS. Al-Hujurat : ayat 12.

5) Kasih sayang
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi
sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan
dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative lain
seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang
mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap :

 Sopan santun
 Rasa tolong menolong
 Pemurah
 Pemaaf
 Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
 Menepati janji
Untuk melihat berbagai contoh akhlak baik terpuji dan mulia lainnya, Grameds dapat membaca
buku 28 Akhlak Mulia yang di dalamnya menjelaskan pengertian, ciri, dan juga contoh
perbuatan yang menunjukkan akhlak terpuji seseorang.

c. Contoh Akhlak Terpuji Terhadap Diri Sendiri


Selain akhlak kepada Allah dan terhadap sesama manusia, tak lupa akhlak terhadap diri sendiri.
Yang artinya menjaga sifat jasmani dan rohani semakin lebih baik setiap waktunya. Dengan
cara :

1. Memelihara kesucian dan kehormatan diri


2. Qana’ah : menerima apa adanya pemberian dari Allah.
3. Berdo’a kepada Allah
4. Sabar dengan ketentuan Allah
5. Tawakal kepada Allah
6. Rendah Hati
Dalam buku Puncak Ilmu Adalah Akhlak, kita dapat mempelajari apa saja hal yang dapat kita
lakukan untuk menunjukkan akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam duni kerja,
dan masih banyak lagi.

Contoh Akhlak Tercela (Al-Akhlaqul Mazmumah)


a. Contoh Akhlak mazmumah kepada Allah
1) Musyrik
Merupakan mempersekutukan (meminta / memohon) selain kepada Allah dengan makhluk-
Nya. Seperti menyembah berhala pun termasuk dalam hati yang musyrik. Karena ini
bertentangan dengan ajaran tauhid.

‫رۤيه َيٌ َا هۗرَ اِّ َۤ هرٰٓۤ َّ ْاْ ا ۤو ا ر َاٰآٰ ْ َ ا ا هَ ۤم هُ رۤي ب ۤ مر ْۤي رَ نَ هۤمُ َ ا هو وك ْ ۤ ها وك‬

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar .” (QS. Lukman : ayat
13).

2) Takabbur
Sikap menyombongkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini. Adapun yang
menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa tampan atau cantik,
kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya. Salah satu ayat Allah yang
menerangkan ketakaburan manusia, QS. An-Nahl: 29

‫ْوٰۤ د ِّ دكْل درَ اركمٰنۤ ۤم داِّْي دۡ اصوا دِْر ر درْرا َجْٰٓك َص ۤو دۤاِّ ْۤ داجي‬

“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti itu seburuk-
buruk tempat orang yang menyombongkan diri.”(Qs. An-Nahl : ayat 29).

3) Murtad
Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama islam /
singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan hukuman riddah (hukuman
mati) saat di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah:

‫ل‬ ‫ل‬
َۗ ْ ‫ْۗۗ ََْ ْخ َد ْۗا ْٰۤ ْت َنتَر ْْف ْ َ َْ َمرْٰۤ ْم َۗن َْتْ َطيَۗ َْرْْٰۤ ُواَۗ ٌَرْْ َۗد َْوْ َۗه َْتَ ْميَۗ ْر َْمْ ِۗي‬
ۗ ۗ‫َم ْن َم ْك َۗن ْ َدد َ ْت َۗر َْ َن َم‬ َ َۗ‫ص َْْْْٰۤ ُوا‬
ْۗ ‫رَّ َْبَح‬
ْۗ ‫َمرَْْۗت وْ َۗن ْٰۤم‬
َۗ‫خ ْنت َْْل‬
“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : ayat 217).

4) Munafik
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya mengikuti ajaran
Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu dan
menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah:

‫ن اج هك ۤ ن ل هِّ ر هو ِّ ب‬
‫ع ا ه ا ام ه ي ۤر هيَ ار هٰٓم ۤم ا‬ ‫َ ْٰٓر هَ ار َٰٓ ۤفۗا هْي هرَ ار َٰٓ ۤف ََۗا ر هو ا‬
‫اْر ب‬ ‫ن هْي ر ها ۤا اج م هك‬ ۤ ‫ۤا اج هك م ر ْۤي هرَ ار َٰٓ ۤف ۤۗاهِّ هٰٓج هْي ْ ِّۤ هرَر هو ام ه‬
‫د ا هۗ ٰۤ ا‬
‫ا‬ َ ‫ه‬
‫ْ اك رَف ۤ ۗ هْي‬ ‫ا‬

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka
menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka
menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah
melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang
fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67)

Adapun tanda-tanda orang munafik, menurut sebuah Hadis Rasulullah SAW, Bersabda:

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga (yaitu) apabila berbicara ia berbohong, apabila
berjanji ia menyalahi dan apabila diserahi amanah ia curang.” (HR. Bukhari, Muslim)

b. Contoh Akhlak mazmumah kepada sesama


Tingkah laku atau sikap seseorang terhadap sesama yang tidak sesuai dengan ajaran tuntunan
Al-qur’an dan hadis diantaranya:
1. Mudah marah (Al-Ghadhab) : Yaitu kondisi emosi yang tidak bisa terkontrol yang
mengakibatkan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
2. Iri Hati atau dengki (Al-Hasadu) : Yaitu sikap seseorang yang ingin menghilangkan kebahagian
/ kenikmatan orang lain dan rasa ingin menggagalkan kebaikan orang lain karena berhasil menjadi
lebih baik dan sukses.
3. Mengumpat (Al-Ghiiba) : Yaitu perilaku seseorang yang menghasut orang lain untuk tidak suka
kepada seseorang dan membicarakan keburukannya.
4. Berbuat aniaya (Al-Zhulmu) : Yaitu perbuatan yang akan merugikan orang lain baik materi
maupun non-materi. Dan sebagian mengatakan, seseorang yang mengambil hak orang lain.
5. Kikir (Al-bukhlu) : Yaitu sikap seseorang yang tidak mau membantu orang lain, baik dalam hal
jasa maupun materi.
Para pelaku akhlak buruk ini seringkali karena kurangnya pengetahuan atau pendidikan moral
untuk membedakan mana yang baik dan juga buruk. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita
untuk menanamkan nilai-nilai baik pada orang sekitar kita atau mempelajarinya melalui buku
Pendidikan Akhlak/Moral Berbasis Teori Kognitif.

Manfaat Akhlak Akhlakul Mahmudah


Supaya lebih mudah memahami apa itu akhlak, maka bukan hanya mengetahui pengertian
akhlak saja, tetapi juga perlu mengetahui manfaat dari akhlak baik.

1. Dicintai Oleh Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan kepada umatnya untuk memiliki akhlak
mahmudah atau akhlak terpuji. Di dalam sebuah hadist menyatakan bahwa seorang muslim
yang berperilaku akhlak terpuji akan dekat dengan Nabi Muhammad SAW.

“Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat
adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan
tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus,
suka menghina dan sombong.” (HR. Tirmizi).
2. Memperoleh Kedudukan Tertinggi saat di Akhirat
Seorang muslim dengan akhlak terpujinya membuat dirinya bisa memperoleh kedudukan
tertinggi saat di akhirat. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam hadist di bawah ini.

“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan)
yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir
dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah.
Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik dari
menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih
mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu
dan sabar.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
3. Berat Timbangan Akhlak Baik
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji akan memengaruhi timbangan saat hari kiamat nanti.
Dengan akhlak terpuji, seorang muslim dapat diselamatkan oleh Allah SWT.
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang
mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin
puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi).

1. Aqidah
Berbagai perbuatan yang kita jalani akan menjadi perhitungan amal di suatu hari nanti, akhlak
dan aqidah harus dijaga agar saling berkesinambungan.Sebelumnya, Apakah kalian tau apa itu
Aqidah? Aqidah berasal dari Bahasa arab dari kata ‘aqada, yang mengandung makna kepastian,
penegasan. Aqidah adalah hal-hal yang diyakini, di dalam hati dan jiwa seseorang. Mereka
tidak merasa ragu atau ketidakpastian akan perintah Allah.

Maka dari itu, ketika melakukan ibadah (sholat) dalam hal mendasar kita harus memahami
bahwa ibadah, akidah dan akhlak saling berhubungan agar sepenuhnya tercapainya keimanan
kita. Jadi, jika ada salah satu yang hilang, maka akan pincang. Dalam mempelajari hubungan
antara akidah dan akhlak, Grameds dapat membaca buku Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah
Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah.

2. Tasawuf & Ruang Lingkup


Menurut etimologi tasawuf awal pertama kali dikenal oleh sufisme yang mengarahkan cara
menyucikan diri dan menjernihkan akhlak. Sumber tasawuf itu diambil dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah untuk menjadikan pribadi yang berakhlak mulia dan menghilangkan akhlak tercela.
Pengertian Tasawuf juga berasal dari kata Shuf yang berarti bulu domba. Pengertian ini muncul
dikarenakan kaum sufi sering menggunakan pakaian yang berasal dari bulu domba kasar. Hal
ini melambangkan bahwa mereka menjunjung kerendahan hati serta menghindari sikap
menyombongkan diri. Selain itu juga sebagai simbol usaha untuk meninggalkan urusan-urusan
yang bersifat duniawi. Orang-orang yang menggunakan pakaian domba tersebut dipanggil
dengan istilah Mutashawwif dan perilakunya disebut Tasawuf.

Selain itu menurut terminologi Amin syukur mendefinisikan tasawuf sebagai sistem latihan
dengan kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam aspek kerohanian
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya
tertuju kepada Nya. Tasawuf juga sering dikaitkan dengan intuisi yang kita miliki, hal ini
dibahas pada buku Tasawuf: Sebuah Perenungan Intuitif Tentang Makna Batin.
engertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat disimpulkan melatih memperdalam,
mempersucikan hati dari kehidupan dunia untuk memfokuskan & menggali ilmu untuk di kemudian
kelak & selalu berada dijalan menuju kebaikan agar tercapainya tujuan hidup . Dengan ruang
lingkupnya berusaha untuk upaya diri untuk mendekatkan diri, untuk mencapai hubungan yang intens
dari hamba kepada Tuhan-Nya.
BAB V
ILMU
1. Pengertian Ilmu

Menuntut ilmu memiliki arti ikhtiar atau sebuah usaha dalam mempelajari sebuah ilmu, baik
ilmu dunia maupun ilmu akhirat dengan tujuan agar ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk
dirinya dan juga untuk orang lain.

Ilmu dunia berfungsi untuk memudahkan dalam hidup di dunia, sedangkan untuk ilmu akhirat
sendiri dicari agar manusia dapat memiliki tuntutan serta tidak tersesat dalam sebuah kebatilan.
Karena dalam manusia sejatinya tujuan akhirnya yaitu akhirat, serta untuk bisa mendapatkan
akhirat tentu perlu harus belajar dalam ilmu agama.

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya pada kepergianmu pagi hari untuk dapat mempelajari satu
ayat dari kitab Allah itu lebih baik untuk mu dari pada kamu Shalat sebanyak seratus rakaat.
Dan sesungguhnya dalam kepergianmu pada pagi hari untuk mempelajari satu bab dari sebuah
ilmu, baik diamalkan maupun tidak, itu akan lebih baik untukmu daripada shalat seribu rakaat.”

2. Kewajiban Menuntut Ilmu


Tidak sedikit ayat dalam Al Qur’an serta hadis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang
mengutamakan wajibnya belajar. Bahkan dalam kedudukan orang yang sedang menuntut ilmu
disamakan dengan orang yang sedang berjihad.

coba perhatikan dalam wahyu pertama yang telah diturunkan Allah Subhanahu wata’ala kepada
Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia juga yang telah
menciptakan antara manusia dari segumpal darah. Bacalah, seta Tuhanmulah Yang
Mahamulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya,” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5).

Dalam ayat tersebut, ada sejumlah kata yang menguatkan perintah dalam belajar serta menuntut
ilmu yaitu ‘Bacalah’, ‘Yang mengajar dengan pena’, serta ‘Mengajarkan apa yang tidak
diketahui’. Menuntut ilmu tidak akan dibatasi untuk para laki-laki saja, karena para wanita pun
memiliki hak yang sama dalam menuntut ilmu.
Seluruh gender, memiliki hak serta kewajiban karena sama-sama menjadi seorang khalifah
maupun wakil Allah di muka bumi, sekaligus juga menjadi seorang hamba yang taat.

Sebagai seorang khalifah, tentu manusia akan membutuhkan ilmu untuk bisa menegakkan
syariat Allah Subhanahu wata’ala. Demikian juga untuk sebagai hamba, memerlukan sebuah
ilmu yang memadai supaya bisa jadi hamba (‘abid) yang baik serta taat.

Mustahil untuk menjadi khalifah tanpa sebuah ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa
mengelola serta merekayasa kehidupan di bumi ini, maka dapat menjalankan hukum-hukum
Allah.

Sebagai contoh, untuk shalat saja perlu dalam ilmu mencari kiblat, kemudian mencari waktu
yang tepat kapan untuk menjalankan sholat lima waktu, juga ilmu dalam membangun masjid
yang benar, serta membangun tempat wudhu yang baik, dan lainnya.

Tak ada sebuah batasan pada tempat serta waktu dalam proses mencari ilmu, bahkan terdapat
sebuah ungkapan Arab yang menyebutkan ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’.

Islam tentunya juga mengajarkan ‘Menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga ke liang lahat’,
maka belajarlah mulai kecil hingga akhir usia. Jangan merasa malu dalam belajar walaupun
sudah berumur.

3. Hukum dalam Menuntut Ilmu

Ilmu seperti apa yang harus dan wajib dipelajari oleh warga umat Islam? Tentu bukan sebuah
ilmu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan dunia serta akhiratnya. Terdapat ilmu yang tidak
wajib dipelajari, bahkan hukumnya haram serta berdosa bila dipelajari.

Untuk sebuah ilmu yang bermanfaat, maka dalam mempelajarinya akan memberikan sebuah
konsekuensi pahala. Berikut ini beberapa hukum menuntut ilmu-ilmu yang wajib seperti
dilansir pada halaman kemdikbud.go.id:

Fardu kifayah
Hukum fardhu kifayah ini berlaku pada ilmu yang perlu ada pada kalangan umat Islam, agar
tidak hanya kaum di luar Islam yang dapat menguasai ilmu tersebut. Misalnya seperti ilmu
kedokteran, ilmu falaq, perindustrian, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu nuklir, ilmu
komputer, serta lainnya.

Farduۗ‘Ain
Hukum ini akan berlaku bila ilmu yang dimaksud dilarang untuk ditinggalkan oleh para umat
Islam pada segala situasi serta kondisi. Sebagai contohnya, ilmu agama Islam, ilmu dalam
mengenal Allah Subhanahu wata’ala dengan seluruh sifat-Nya, serta ilmu tata cara beribadah,
serta yang terkait pada kewajiban sebagai muslim.

4. Adab menuntut ilmu dalam Islam


Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga diajarkan
bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia pelajari dapat
membawa banyak berkah bagi kehidupan. Seperti kata Imam Malik pada kaum Qurais yaitu
sebagai

“Pelajarilah ilmu adab sebelum mempelajari sebuah ilmu”

Dalam pesan tersebut, dapat diketahui sangat penting saat mempelajari sebuah adabnya terlebih
dahulu sebelum seseorang dapat dalam menuntut ilmu. Berikut ini merupakan adab-adab yang
menuntut ilmu yang perlu kita ketahui:

1. Niat Lillahi ta’ala.


Disaat kita hendak untuk menuntut sebuah ilmu, niat utama kita harus karena Allah. Seperti
dalam firman Allah pada surah Al Bayyinah ayat 5:

“Padahal untuk mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan cara
memurnikan ketaatan kepada-Nya saat (menjalankan) agama yang lurus, serta supaya mereka
mendirikan shalat juga menunaikan zakat; serta yang demikian itulah agama yang lurus.”

2. Selalu berdoa pada saat menuntut ilmu.


Seperti Nabi Muhammad yang sering kali berdoa dalam menuntut ilmu, sebagai berikut:

“Ya Allah, berikanlah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan untukku, ajarilah aku dengan hal-
hal yang bermanfaat untukku, serta tambahkanlah aku ilmu.”

3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.


Ketika dalam menuntut ilmu hendaknya kita bisa bersungguh-sungguh serta selalu antusias
untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntutlah atas ilmu seolah-olah tidak pernah
kenyang atas seluruh ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan terus untuk
bisa menambah ilmu kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terdapat dua orang yang rakus yang tidak
pernah kenyang: yaitu untuk orang yang rakus atas ilmu serta tidak pernah puas atasnya serta
orang yang rakus dengan dunia juga tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

4. Menjauhi maksiat.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba
yang melakukan sebuah kesalahan, maka akan dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam.
Apabila ia meninggalkannya serta meminta ampun juga bertaubat, hatinya akan dibersihkan.
Apabila kembali (berbuat maksiat), maka akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga
menutupi hatinya. Hal tersebutlah yang diistilahkan dengan nama ‘ar raan’ yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu akan menutupi hati mereka’.”

Agar kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta penuh berkah, sehingga kita harus
menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiatlah yang akan membuat otak kita menjadi sulit
untuk bisa berkonsentrasi sehingga ilmu yang kita tangkap ini akan sulit dipahami.

5. Jangan sombong ketika menuntut ilmu.


Bila ingin mendapatkan sebuah ilmu yang bermanfaat, sebaik nya kita perlu rendah hati. Jangan
merasa sombong apabila kita sudah merasa cukup dengan semua ilmu yang sudah kita miliki,
seperti yang dikatakan Imam Mujahid seperti dibawah ini:

“Dua orang yang tidak belajar ilmu, yaitu orang pemalu serta orang yang sombong” (HR. Bukhari
secara muallaq)

Memperhatikan guru ketika menuntut ilmu.


“Dan ketika dibacakan Al Quran, maka simaklah baik-baik, serta perhatikanlah dengan tenang
supaya kamu mendapat rahmat.”

Menyimak dari ajaran guru maupun seseorang yang sedang mengajarkan ilmu kepada kita
menjadi sebuah adab dalam menuntut ilmu. Jangan berbicara maupun melakukan hal lain yang
tidak berhubungan sama sekali dengan alur pelajaran yang disampaikan ketika menuntut ilmu,
maksudnya kita perlu fokus mendengarkan serta menyimak.

5. Keutamaan Menuntut Ilmu


Dalam Alquran sendiri, Allah SWT berfirman “Maka ketahuilah atas ilmu allah! Bahwasanya
tidak ada AIlah (tuhan yang berhak untuk disembah dengan baik) kecuali Allah serta mohonlah
ampunan terhadap seluruh dosa-dosamu …” (QS Muhammad: 19).

Maka dari itu, ada beberapa banyak keutamaan menuntut ilmu bagi semua orang orang yang
bersungguh-sungguh saat mengerjakannya. Karena dalam memiliki keutamaan yang amat
besar serta mulia, di antaranya keutamaan menuntut ilmu adalah
1. Ilmu adalah warisan para Nabi
Rasulullah SAW bersabda: “Dan dalam sesungguhnya Nabi – Nabi tidak pernah mewariskan
uang emas serta tidak pula uang perak, namun untuk mereka yang telah mewariskan ilmu (ilmu
syar’i) barang siapa yang telah mengambil atas warisan tersebut maka sesungguhnya ia sudah
mengambil pada bagian yang banyak.” (HR Ahmad).

Hal ini menunjukkan bahwa dalam keutamaan menuntut ilmu ini akan lebih tinggi daripada
uang serta emas yang dalam sifat materi. Karena, ketika seseorang memiliki ilmu serta hingga
mengajarkannya, maka dalam hal tersebut akan menjadi sebuah amal jariyah yang terus
mengalir bahkan ketika orang tersebut sudah meninggal dunia.

2. Menuntut ilmu merupakan sebuah jalan menuju surga


Surga merupakan hal idaman bagi setiap muslim. Bahkan, ia pun menjadi sebuah janji dari
Allah SWT bagi banyak amalan shalih yang banyak dilakukan oleh umat Islam. Sehingga,
ketika Allah SWT menjadikan ilmu tersebut sebagai jalan utama menuju jalan surga, maka hal
ini menunjukkan akan besarnya keutamaan dalam menuntut ilmu.

Hal tersebut juga sudah mendapatkan landasan syar’i, karena berdasarkan dalam sebuah hadis
ketika Rasulullah SAW bersabda: “… Barang siapa yang meniti sebuah jalan dalam rangka
menuntut ilmu maka Allah juga akan memudahkan baginya untuk jalan menuju surga…” (HR
Ahmad).

3. Allah SWT Akan Meninggikan Derajat


Terkait dalam keutamaan sebuah menuntut ilmu satu ini, dalam Alquran sendiri Allah SWT
akan berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian serta orang-orang
yang diberi ilmu sebanyak beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).

Mengenai tafsiran atau arti dalam ayat ini, Imam Syaukani berkata: “Dan makna ayat ini
bahwasanya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari orang-orang yang tidak
beriman, serta mengangkat beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu (serta beriman)
dari orang-orang yang hanya dengan beriman. Maka barang siapa yang menggabungkan antara
iman serta ilmu maka Allah akan mengangkatnya beberapa derajat atas imannya, lalu Allah
mengangkat derajatnya atas seluruh ilmunya.”

4. Allah SWT Ingin Memberi Kebaikan


Menjadi keutamaan menuntut ilmu selanjutnya, terkait hal ini dalam sebuah hadis Rasulullah
SAW bersabda: “Barang siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah akan
menjadikannya paham akan agamanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz menafsirkan: “Mafhum (makna tersirat) dari hadits ini
bahwasanya orang yang tidak memahami agamanya berarti orang itu termasuk orang yang
tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah dan kami mohon perlindungan kepada Allah dari hal
yang seperti itu.”

5. Manfaat yang akan terus mengalir walaupun sudah meninggal


Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak serta cucu Adam meninggal dunia, maka akan
terputuslah amalannya kecuali dengan tiga jalur: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta
anak shalih yang senantiasa akan mendoakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah
meninggal dunia. Hal tersebut akan didapatkan oleh orang yang telah bersungguh-sungguh saat
menuntut ilmu. Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, namun juga
berpengaruh untuk orang lain.

Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa
bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.

Syaikh Az Zarnuji juga mengatakan, bahwa dalam antara hal yang penting pada menuntut ilmu
yang perlu diperhatikan yaitu fil jiddi atau kesungguhannnya. Apabila sesuatu dilakukan
dengan kesungguhan, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberi keberhasilan di
dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), yang juga perlu diiringi dengan sebuah sikap
kesungguhan yang kemudian terus menerus (al muwazobah) serta komitmen (al muzallimah)
atas menuntut ilmu. Tiga sikap tersebut harus terus ada dalam diri seorang pelajar serta berjalan
beriringan, tidak dapat hanya menjalani salah satunya saja.

Wajib untuk setiap pelajar, yang bersungguh-sungguh, terus menerus, serta komitmen, tidak
berhenti jika tujuannya dalam menuntut ilmu dapat tercapai. Sebagaimana dalam firman Allah
QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab itu dengan kuat”, serta dalam QS
Al Ankabut: 69 yang pada artinya, “Dan pada orang-orang berjuang, untuk bisa mencari
keridhaan Kami, niscaya Kami akan tunjukkan mereka jalan-jalan menuju kita”.

Diucapkan Az Zarnuji, barangsiapa yang sudah mencari sesuatu serta dilakukannya dengan
sikap sungguh-sungguh, pasti mereka akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang
mengetuk pintu secara terus menerus, pasti bisa masuk. Dikatakannya pula, bahwa dengan
sesuai kesungguhannya, seseorang pasti akan bisa mendapatkan apa yang menjadi harapannya.

Dalam makna kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan dalam kesulitan yang dihadapi
seseorang akan bisa selesai dalam kesungguhan, terutama ketika kesulitan yang sudah dihadapi
saat proses belajar. Allah akan bisa memberikan pertolongan pada seseorang bila Allah
menghendaki. Kesulitan bisa selesai dengan kesungguhan menjadi sebuah anugerah dari Allah
subhanahu wa ta’ala serta dalam kekuasaan-Nya.

Kesungguhan di dalam belajar serta memperdalam sebuah ilmu bukan hanya dari sebbuah
pelajar semata namun dalam kesungguhan ini juga diperlukan kesungguhan dari tiga (3) orang,
yakni pelajar (murid), guru, serta orang tua. Apabila murid, guru, serta orang tua sungguh-
sungguh, insya Allah hal tersebut akan berhasil, kesulitan menuntut ilmu, dalam belajar akan
bisa selesai.

Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajar serta menuntut ilmu. Hanya saja memang
kualitas terhadap akal manusia itu dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kesungguhan inilah
yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan
dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
BAB VI

TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH

Dalam memandikan jenazah, rupanya ada beberapa hal yang mesti kamu perhatikan. Namun,
sebelum masuk ke pembahasan, sebenarnya dalam kehidupan sebagai manusia yang namanya
kematian tentu akan selalu mengikuti. Ini sudah menjadi hal mutlak yang akan dialami semua
manusia yang hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kematian dan setiap
manusia pasti akan menemukan ajalnya.

Dalam Islam, seorang Muslim memiliki empat kewajiban terhadap jenazah. Yakni,
memandikan, mengkafani, menyalati, dan menguburkan. Ini termasuk syarat wajib mengurusi
jenazah yang hukumnya fardhu kifayah. Di mana, jika sudah ada seorang yang memandikan
jenazah, maka kewajiban bagi Muslim lainnya telah gugur atau tidak diwajibkan memandikan
jenzah. Ini juga berlaku pada tiga syarat lainnya.
Kewajiban yang pertama adalah memandikan jenzah. Untuk melakukannya, tidak bisa secara
sembarangan. Sebab, ada tata cara dan aturan dalam proses tersebut.
Nah, dilansir dari berbagai sumber pada Selasa (15/9/2020), berikut beberapa adab dan tata
cara memandikan jenazah.
Jenazah yang wajib dimandikan
1. Seorang Muslim atau Muslimah
2. Ada tubuhnya,
3. Kematian bukan karena mati syahid,
4. Bukan bayi yang meninggal karena keguguran
Jenazah yang tidak wajib dimandikan
1. Mereka yang meninggal dalam mati syahid
2. Bayi yang meninggal karena keguguran
Orang yang memandikan jenazah
Dalam hal memandikan jenazah, ada sebaiknya kamu mengetahui lebih dulu siapa yang akan
memandikan jenazah tersebut. Lebih diutamakan, ini dilakukan dari kalangan keluarga.
Jika jenazah laki-laki, maka yang wajib memandikannya pun laki-laki. Begitupun jenazah
perempuan dimandikan oleh perempuan. Kecuali jenazah tersebut adalah suami terhadap
istrinya, atau sebaliknya. Maka wajib untuk menjaga aurat meski sudah meninggal dunia.
Peralatan
Sebelum memandikan jenazah, kamu juga perlu tahu peralatan apa saja yang harus
dipersiapkan.
1. Tempat untuk memandikan jenazah pada ruang tertutup,
2. Air putih secukupnya,
3. Sabun, air kapur barus, dan wangi-wangian,
4. Sarung tangan untuk memandikan,
5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil,
6. Kain basahan, handuk, dan lain-lain.
Cara memandikan jenazah beserta doanya
1. Membaca niat
Niat memandikan jenazah laki-laki
‫َ ۤلۤ اويَن‬ ‫ْاهَا هرَِا هُ رۡر َب ْ هِّ ًْ ه‬
ۤ ‫ررَراۤن‬
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.
Artinya: Saya niat memandikan untuk memenunhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini
karena Allah Ta'ala.
Niat memandikan jenazah perempuan
‫ْاهَا هرَِا هُ رۡر َب ْ هِّ ْ ًۤ ۤ َ هرَراۤنك ۤس ۤلۤ اويَن‬
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.
Artinya: Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini
karena Allah Ta'ala.
2. Letakkan kepala jenazah lebih tinggi,
3. Pakai sarung tangan sebelum memandikan,
4. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basah agar auratnya tidaj terlihat,
5. Bersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celak jari dan tangan, serta
rambut,
6. Angkat kepala jenazah sampai setengah duduk, kemudian tekan perutnya agar kotoran keluar
semua,
7. Siram seluruh tubuh jenazah diikuti dengan membaca niat memandikan jenazah,
8. Bersihkan qubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang) jenazah,
9. Siram atau basuh jenazah, mulai dari anggota tubuh bagian kepala hingga ujung kaki sebelah
kanan, lalu pindah ke sebelah kiri,
10. Basuh jenazah dengan menuangkan air besih ke tubuh dan gosok perlahan menggunakan
handuk halus,
11. Siram dengan air kapur barus,
12. Jenazah diwudukan, seperti sebelum salat tanpa memasukkan air ke hidung dan mulut,
13. Menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah dengan air daun bidara atau sampo,
14. Basuh sekujur tubuh,
15. Keringkan tubuh menggunakan handuk kering.
Nah, itulah beberapa adab dan tata cara yang harus diperhatikan saat memandikan jenazah.

Ketika Baru Meninggal

Dianjurkan memejamkan mata orang yang baru meninggal dunia


Dalil hadits dari Ummu Salamah Hindun bintu Abi Umayyah radhiallahu’anha, ia
mengatakan:
ُ‫رخم َ ْ َ َورس ير ْون َوْك ْوا ِا ىوْن ِۤ اَْ اٌ ۡص‬
‫ا‬ ْ ‫رَٰخم و ا ٰۤ ٰۤعَا َّير رَم ر‬
. ‫ ْ ضرن‬. ‫َّي َيٌ مك‬ ‫ا‬
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi Abu Salamah yang telah
meninggal, ketika itu kedua matanya terbuka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam pun
memejamkan kedua mata Abu Salamah dan bersabda: “Sesungguhnya bila ruh telah dicabut,
maka pandangan matanya mengikutinya” (HR. Muslim no. 920).
Ulama ijma bahwa memejamkan mata mayit hukumnya sunnah.

Ketika memejamkan mata jenazah tidak ada dzikir atau doa tertentu yang berdasarkan dalil
yang shahih.

Mendo’akan kebaikan kepada mayit


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah memejamkan mata Abu Salamah, beliau
berdo’a:
‫رض فم رَ وجك‬ ‫رص و ف رَ رج ا اِّ ْ ۡاَ ك راْ م َ ورس ألر‬ ْ ٰ ۗ ْ ْ ِّ ‫َ ٰٓي رض فم رَ ِير ما‬
َ ‫ْا َ ٰم َ ْ َ رْ ح رَ ويَ ر اِّ اا ا ي‬ َ ‫ْ ا‬
“Ya Allah ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya dan jadikan ia termasuk orang-
orang yang mendapatkan petunjuk, dan berilah ganti yang lebih baik bagi anak
keturunannya, dan ampunilah kami dan dia wahai Rabb semesta alam, luaskanlah kuburnya
dan terangilah” (HR. Muslim no. 920).
Atau boleh juga doa-doa lainnya yang berisi kebaikan untuk mayit.

Mengikat dagunya agar tidak terbuka


Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah mengatakan:
] ‫و بيَ س ف كْبي ْ ر ا ٰ ۗن يي ويْ س يَ ك َ َّ ا ا‬ ‫ا ٰٓم ٰ ب كن ْ ا َ ا َج از َ بيَ س ض‬
‫ي َ ٰٓي ] م ْ ر‬
“Ketika mayit meninggal ]ditutup mulutnya] yaitu karena dikhawatirkan mulutnya terbuka
ketika dimandikan dan ketika dipersiapkan. Sehingga hendaknya ditutup sampai bersatu
antara gigi dan mulutnya” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/424).
Adapun tata caranya longgar, biasanya dengan menggunakan kain yang lebar dan panjang
diikat melingkar dari dagu hinggake atas kepalanya, sehingga agar mulutnya tertahan dan
tidak bisa terbuka.

Menutupnya dengan kain


Berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, beliau mengatakan:
ْ ٌَْ‫ِ ا‬
‫يي‬ ۤ ‫َ ۤ نَ ا ا اْ ْۤن ۤباِّ َوْك ْوا ِا ىوْن‬ ‫ۤبٰم ِّْ رٰ هام ِّۡ ا‬
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau wafat, beliau ditutup dengan kain
hibrah (sejenis kain Yaman yang bercorak)” (HR. Bukhari no. 5814, Muslim no. 942).
Dianjurkan bersegera mempersiapkan mayit untuk dikubur
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫ ريََٰٓيجْۤ يَ ۤهم ا‬، ‫ْوام ىيََّسَ اكا ْإي‬
‫ْْره‬ ‫و‬ ‫ ااۗ ۤ ن ا ْ جي‬، ‫ يَك َْۤل اكا َّي‬، ‫اَ ير مك ِّْ انوْ ا َْ شم‬
“Percepatlah pengurusan jenazah. Jika ia orang yang shalih di antara kalian, maka akan
jadi kebaikan baginya jika kalian percepat. Jika ia orang yang bukan demikian, maka
keburukan lebih cepat hilang dari pundak-pundak kalian” (HR. Bukhari no. 1315, Muslim
no. 944).
Memandikan Mayit
Hukum memandikan mayit
Memandikan mayit hukumnya fardhu kifayah. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin
Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:
‫رَق اَ وُ رآٰي‬ ‫و‬ ‫ رومْس َوْك ْوا ۤ ِا ىوْن رَٰٰٓ ن ۤ م‬، ‫ َْْخك ه ا اربوكۤ ۤ ِّْ َم َّيه‬، ‫ ْ هَوخكه ا َيٌ ي‬، ٌْ‫ِا ىوْن رَٰٰٓ ٰ ۗي‬
ْ
ۤ ‫ َوك ْوا‬: ‫ َۤ ِّها رريبِّ ر هض ۤوْ َا‬، ‫ م هْرا ۤهِّ ْ ۤفنٰٓاْ َا ت‬، ‫ َيٌ ي‬: ۤ ‫ م هْر ها‬، َ ‫مْ َا‬ ‫ ااَّ ٰۤٓن ا‬، َ ‫ ايَ ا ااو ۤ نرم ر‬، ‫ْإي‬
ْ ِ ‫اْم اٰهوك ا ا‬
‫ااو ٰۤن رَۗاي ۤس‬
“Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam. Tiba-tiba ia terjatuh dari hewan tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan
kafanilah dia dengan dua lapis kain, jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya.
Karena Allah akan membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR.
Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).
Juga hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhialahu’anha, ia berkata:
‫ا َّب ل ا ا ه‬
َ‫ْْا‬ ۤ ‫ َوْك ْوا ۤ ِا ىوْن رَٰٰٓ ن ۤ رٰٓي‬، ‫ ْۗيٌ ْومف‬: ‫ مًمَي ر هض هۤوٰٓجي‬، ‫ صر َ ي ي‬، ‫ يَك اياك ا ِّْ َّي يَ ك ِّ يتكم ي‬،
ِّ‫ َ ِّا رريب‬، ِّ‫تيْْار ر صمْۤ ْ رَوو‬ َ ، ‫ ِّ ا َي ي‬،‫تيْْا‬ ِّ ‫يََّ ْ َ ۗن آي ي َ ْ مض ٰٓي ْ وري ِْ ۤي ْٰٓۤ ْمضك ا ِّْ ْإير‬
َ ْۗ ‫ص و فجي يَ ۗ ا ٰٓيْي َ م ي م ًم س ومْي ْ ن فم ي ب‬
“Salah seorang putri Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam meninggal (yaitu Zainab). Maka
beliau keluar dan bersabda: “mandikanlah ia tiga kali, atau lima kali atau lebih dari itu jika
kalian menganggap itu perlu. Dengan air dan daun bidara. Dan jadikanlah siraman
akhirnya adalah air yang dicampur kapur barus, atau sedikit kapur barus. Jika kalian sudah
selesai, maka biarkanlah aku masuk”. Ketika kami telah menyelesaikannya, maka kami
beritahukan kepada beliau. Kemudian diberikan kepada kami kain penutup badannya, dan
kami menguncir rambutnya menjadi tiga kunciran, lalu kami arahkan ke belakangnya” (HR.
Bukhari no. 1258, Muslim no. 939).
Siapa yang memandikan mayit?
Yang memandikan mayit hendaknya orang yang paham fikih pemandian mayit. Lebih
diutamakan jika dari kalangan kerabat mayit. Sebagaimana yang memandikan jenazah
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah Ali radhiallahu’anhu dan kerabat Nabi. Ali
mengatakan:
‫ِ اٌَْ ض وَا‬ ۤ ‫ َوْك ْوا ِا ىوْن‬, ‫َ ِّ امْ اي ي ي ا ام ًَْْٰا‬ ۤ ‫ ا َي يا ْوك رَرا‬, ‫ ي اك َ بايي ااَٰي تيي‬, َ ْٰٓۡ
‫رَٰٓين ۡ ي ََّٰٓي‬
ۤ ‫و‬ ‫ ياروس‬: ٰ ‫ء ير ر اِّ ْو‬
ِّ َ‫ اي‬, ‫رَوٰين‬
‫ا‬ , ُ‫رَوٰين ر اِّ رَفن ا‬
ۤ , ‫ْوا ِا نىوْ ِۤ اَْ ٌۤ َْن ىيَ وح‬
‫خء ََّ َر َوْك ْوا ِا ىوْن ِۤ َمَْ ٌۤ يََّ َوْك‬ ۤ ‫خَٰي رَوٰ اِّ ْوا ا‬
“Aku memandikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan aku memperhatikan jasad
beliau seorang tidak ada celanya. Jasad beliau bagus ketika hidup maupun ketika sudah
wafat. Dan yang menguburkan beliau dan menutupi beliau dari pandangan orang-orang ada
empat orang: Ali bin Abi Thalib, Al Abbas, Al Fadhl bin Al Abbas, dan Shalih pembantu
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Aku juga membuat liang lahat untuk Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam dan di atasnya diletakkan batu bata” (HR. Ibnu Majah no. 1467
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
Dan wajib bagi jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki. Demikian juga jenazah wanita
dimandikan oleh wanita. Karena Kecuali suami terhadap istrinya atau sebaliknya. Hal ini
dikarenakan wajibnya menjaga aurat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ditanya:
‫َۤ اٌَْ اي‬ ْ ‫ف َيٌ ً اا ي ٰٓجي ا ي اآٰيْْار‬ ‫ارآٰاك ومَ ي ي ج َكۤك ِّ ََّْ ْْااك ربف ه‬
“Wahai Rasulullah, mengenai aurat kami, kepada siapa boleh kami tampakkan dan kepada
siapa tidak boleh ditampakkan? Rasulullah menjawab: “tutuplah auratmu kecuali kepada
istrimu atau budak wanitamu” (HR. Tirmidzi no. 2794, dihasankan Al Albani dalam Shahih
At Tirmidzi).
Kecuali bagi anak yang berusia kurang dari 7 tahun maka boleh dimandikan oleh lelaki atau
wanita.

Perangkat memandikan mayit


Perangkat yang dibutuhkan untuk memandikan mayit diantaranya:

 Sarung tangan atau kain untuk dipakai orang yang memandikan agar terjaga dari najis,
kotoran dan penyakit
 Masker penutup hidung juga untuk menjaga orang yang memandikan agar terjaga dari
penyakit
 Spon penggosok atau kain untuk membersihkan badan mayit
 Kapur barus yang sudah digerus untuk dilarutkan dengan air
 Daun sidr (bidara) jika ada, yang busanya digunakan untuk mencuci rambut dan kepala
mayit. Jika tidak ada, maka bisa diganti dengan sampo
 Satu ember sebagai wadah air
 Satu embar sebagai wadah air kapur barus
 Gayung
 Kain untuk menutupi aurat mayit
 Handuk
 Plester bila dibutuhkan untuk menutupi luka yang ada pada mayat
 Gunting kuku untuk menggunting kuku mayit jika panjang
Cara memandikan mayit

Melemaskan persendian mayit


Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

‫ ْٰٓ اواِّ يي يَك ْ ْيََّمرس فيىو اوااِّ ي ي‬،ُ َِ‫ مك ا َ ار ر ي يَك ر‬،‫اك مك ٰٓمٰ ار اكٰٓاجي‬، ‫را َ افوُ ْمًر ٰٓا‬
،‫ افوُ تًَك رألصمل‬، ‫رَ ِ ُ ْ ٰٓ ا و اِّ ب كن مًمي َ ي مااِّ ار ْي مك َاكٰٓاجي اَو ْاٰۗع رمَوا‬
“Adapun melemaskan persendian, hikmahnya untuk memudahkan ketika dimandikan.
Caranya dengan merentangkan tangannya lalu ditekuk. Dan direntangkan pundaknya lalu
ditekuk. Kemudian pada tangan yang satunya lagi. Demikian juga dilakukan pada kaki.
Kakinya pegang lalu ditekuk, kemudian direntangkan, sebanyak dua kali atau tiga kali.
Sampai ia mudah untuk dimandikan” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil
Mukhtasharat, 1/424).
Dan hendaknya berlaku lembut pada mayit. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam bersabda:
‫َ ْ ه ۤك ت اهم‬
ۤ ۤ‫بايي تم ۤهم ۤ َ هرَران‬
“Memecah tulang orang yang telah meninggal dunia adalah seperti memecahnya dalam
keadaan hidup” (HR. Abu Daud no. 3207, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Melepas pakaian yang melekat di badannya


Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

( ‫ م اير ( عٌخ‬: ٰٓ ‫ َيْس ا و و م يي ا ِّ ْ اجي يا رَ ك رَ ك ايا ا و‬، ‫كم ْا‬ ‫َّْ َ ي ر مۡرب ا‬
“]Dilepaskan pakaiannya] yaitu pakaian yang dipakai mayit ketika meninggal. Disunnahkan
untuk dilepaskan ketika ia baru wafat. Kemudian ditutup dengan rida (kain) atau semisalnya”
(Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/424).
Namun orang yang meninggal dunia ketika ihram tidaklah boleh ditutup wajah dan
kepalanya, berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma di atas.

Cara melepaskan pakaiannya jika memang sulit untuk dilepaskan dengan cara biasa, maka
digunting hingga terlepas.

Menutup tempat mandi dari pandangan orang banyak


Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

‫كم يي‬ ‫ا‬ ْ ُ‫ رألر ْرا ِ و ۗس ضمْ س ۡرص‬،ً ْ‫ ا كَْ ْي رَ ًا ِّ َّ َ يب َا مر َ رَ ْٰٓر‬، ‫َ ا ِ ا و‬


‫رَ ٰٓين ي يم ا ِ ُ يي ا َْج‬
“Mayat ditutup dalam suatu ruangan yang tertutup pintu dan jendelanya. Sehingga tidak
terlihat oleh siapapun kecuali orang yang mengurus pemandian jenazah. Dan tidak boleh
dimandikan di hadapan orang-orang banyak” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil
Mukhtasharat, 1/428).
Kemudian mayit ditutup dengan kain pada bagian auratnya terhadap sesama jenis, yaitu dari
pusar hingga lutut bagi laki-laki dan dari dada hingga lutut bagi wanita.
Teknis pemandian
Disebutkan dalam Matan Akhsharil Mukhtasharat:
‫مٰٓ اوخم اَواْن َما رَن بي ۤ ُ ضام ارن امْم م ْك ب ن ض ُ تف ْري َرن ْل‬ ‫اوق م ْك ٰٓ ۤ ًِّ ۤبا رَريب امكم ۤر ۤم هْ ر ه‬
‫َ ٰ م َ ا ِّ ْْاْ ِّ بمم رجي ْآَٰا صمَس ا َ ْون‬
‫اِ ُ اْي م ْك يب رۡصيٌ رًۤ ْآٰ فجري هٰٓوماه ۤ ْۤ رَٰٓي ْار ح ْر ْۤ ٰوَْس صمَس ْواهجي ر ى ٰ و ا ا هصُ م ْك‬
َ‫مٰٓ ْون نمْ تُ ا َ ر مرا ااي ِّ اكوات َِّ رَريب ْو ها ۤ ا ۤفاع م ْك ركفو ر رَ ا رمضْْ ََّاك ار‬ ‫آٰ َك ْيي ر ه‬
ْ ‫ه‬
ۡ‫وم َ ا ما ح بيَس رًۤ ر ٰٓيي صًٌ بيا يب نمْ ْون َكۤخيار تم َ آٰۗن بكن جر‬
َِّ ‫ياا َو وم صنيا رَصامْ ْۤ َ ا تيْْا‬ ۤ ‫اي َ ري رظ فيا ا ۗ و اك‬
“Berniat dan membaca basmalah, keduanya wajib ketika mandi untuk orang hidup.
Kemudian angkat kepalanya jika ia bukan wanita hamil, sampai mendekati posisi duduk.
Kemudian tekan-tekan perutnya dengan lembut. Perbanyak aliran air ketika itu, kemudian
lapisi tangan dengan kain dan lakukan istinja (cebok) dengannya. Namun diharamkan
menyentuh aurat orang yang berusia 7 tahun (atau lebih). Kemudian masukkan kain yang
basah dengan jari-jari ke mulutnya lalu gosoklah giginya dan kedua lubang hidungnya.
Bersihkan keduanya tanpa memasukkan air. Kemudian lakukanlah wudhu pada mayit.
Kemudian cucilah kepalanya dan jenggotnya dengan busa dari daun bidara. Dan juga pada
badannya beserta bagian belakangnya. Kemudian siram air padanya. Disunnahkan diulang
hingga tiga kali dan disunnahkan juga memulai dari sebelah kanan. Juga disunnahkan
melewatkan air pada perutnya dengan tangan. Jika belum bersih diulang terus hingga bersih.
Dimakruhkan hanya mencukupkan sekali saja, dan dimakruhkan menggunakan air panas dan
juga daun usynan tanpa kebutuhan. Kemudian sisirlah rambutnya dan disunnahkan air kapur
barus dan bidara pada siraman terakhir. Disunnahkan menyemir rambutnya dan memotong
kumisnya serta memotong kukunya jika panjang”.

Poin-poin tambahan seputar teknis pemandian mayit


 Yang wajib dalam memandikan mayit adalah sekali. Disunnahkan tiga kali, boleh lebih dari
itu jika dibutuhkan
 Bagi jenazah wanita, dilepaskan ikatan rambutnya dan dibersihkan. Kemudian dikepang
menjadi tiga kepangan dan diletakkan di bagian belakangnya. Sebagaimana dalam hadits
Ummu Athiyyah di atas
Jika tidak memungkinkan mandi, maka diganti tayammum
Apabila tidak ada air untuk memandikan mayit, atau dikhawatirkan akan tersayat-sayat
tubuhnya jika dimandikan, atau mayat tersebut seorang wanita di tengah-tengah kaum lelaki,
sedangkan tidak ada mahramnya atau sebaliknya, maka mayat tersebut di tayammumi dengan
tanah (debu) yang baik, diusap wajah dan kedua tangannya dengan penghalang dari kain atau
yang lainnya.

Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

( َّ‫ ألَ ُ يَ ك ا رك( اَ ض ُ ا وًا ري‬،‫ ا ا يب ْك ْ ا نما رَ ر َ ۗس‬،‫ ا ر ح ر يَ كمرا‬، ‫َج‬


‫ ا ر ح‬، ‫ ۗيم ا ْۗم ت ف ا‬،ُ ِ َ‫ ا رزق ض ُ َّير رَ ًي َّ كمقر يٌ َ ًَ ك ا ر ك وْي ر‬، ‫ْ ً َ َّر‬
‫كم ا وْي‬ ‫ يي ا‬،َ ْ‫ْ ت يي ِّ ت ًَ ك ا ِ و‬ ‫ َم ر ر‬،ْ‫ َ و ا ت ك ام‬،‫َّير َّ ر َّ ات ر َ وس‬
‫ ا رزق رَ ريب ْ و ا ىء‬،َ ‫ًْ َ رَ َّيَ س ا ِ ُ ْ ً َ َّر ؛ ا رزق َ و‬
“]Jika ada udzur untuk dimandikan, maka mayit di-tayammumi], yaitu karena adanya
masyaqqah. Maka salah seorang memukulkan kedua tangannya ke debu kemudian diusap ke
wajah dan kedua telapak tangannya. Ini sudah menggantikan posisi mandi. Misalnya bagi
orang yang mati terbakar dan jika dimandikan akan rusak dagingnya, maka tidak bisa
dimandikan. Demikian juga orang yang penuh dengan luka dan kulitnya berantakan. Jika
terkena dimandikan dengan air maka akan robek-robek kulitnya dan dagingnya. Maka yang
seperti ini tidak dimandikan” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat,
1/435-436).
Disunnahkan untuk mandi bagi orang yang telah selesai memandikan mayit
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِّ‫ي ه برو ا هِّ ْ هوا هِك هُۤ انۤكَي ض ُْ ه‬
ْ ْ‫ْ هواك‬
“Barangsiapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia mandi. Dan barangsiapa yang
memikul jenazah, maka hendaklah dia wudhu“. (HR Abu Dawud no. 3161 dihasankan Al
Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 71).
Janin yang keguguran
Janin yang mati karena keguguran dan telah berumur lebih dari empat bulan, maka
dimandikan dan dishalatkan. Jika 4 bulan atau kurang maka tidak perlu. Berdasarkan hadits
dari Al Mughirah bin Syu’bah secara marfu’:

‫رَمبر ۤس ريَرِفمْۤ َْرَ ا اا ْن ْوا ااخ ۤونن رَ نۤۗ ا‬


‫ل‬
“Janin yang mati keguguran, dia dishalatkan dan dido’akanampunan dan rahmat untuk
kedua orang tuanya” (HR. Abu Dawud no. 3180, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu
Daud).
Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

‫ۗل‬ َ‫ يار وس ۡ ي ْرم َ رَ ًي ر‬:‫ َ ي رَ خَّ اح ي جم‬،ِّ‫ا ْ ِّ ا وق َّ ري ا م ف‬ ْ ‫ ميي‬،‫َ اِّ ايْم‬


َ ‫ ب مك‬،‫يي‬ ‫ ا وي ُ ْ إ ي جم ار وسي َ ا رَ ْ إير رإل‬، َّ َ‫ ت ي‬،ُ ِ ‫ ْ ا‬،ِّ‫ْ و ا ا خ ون ا م ف‬
“Janin yang mati keguguran jika di bawah empat bulan maka yang shahih ia tidak dikafani.
Namun ia dilipat dan dikuburkan di tempat yang bersih. Dan ia tidak diperlakukan
sebagaimana manusia. Jika sudah berusia 4 bulan (atau lebh) maka diperlakukan
sebagaimana manusia yang hidup, yaitu dimandikan, dikafani dan dishalatkan” (Ad Durar Al
Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/435).

Mengkafani mayit
Hukum mengkafani mayit
Mengkafani mayit hukumnya sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu kifayah.
Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu tentang orang yang meninggal
karena jatuh dari untanya, di dalam hadits tersebut Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫ َۤ ِّها رريبِّ ر هض ۤوْ َا‬، ‫م هْر ها ِّۤ ْ ت ۤفنٰٓاْ َا‬
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain”
(HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).
Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh tubuhnya dengan
bagus. Adapun yang selainnya hukumnya sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
‫تفٰٓ ا ْ هوااَّ ن هِّۤ يصي َا يب ا ات هك تفِّْ َّۤير‬
“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah
memperbagus kafannya” (HR. Muslim no. 943).
Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup kepalanya. Karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َ ‫ ااَّ ٰۤٓنماْ َا‬، َ ‫ ايَ ا ااو ۤ نرم ر‬، ‫ْإي‬ ْ ِ ‫ااوٰنۤ رَۗاي ۤس اْم اٰهوك ا ا‬
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849,
Muslim no. 1206).
Kriteria kain kafan
Kain kafan untuk mengkafani mayit lebih utama diambilkan dari harta mayit.
Dan semua biaya pengurusan jenazah lebih didahulukan untuk diambil dari harta mayit
daripada untuk membayar hutangnya, ini adalah pendapat jumhur ulama. Karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

….‫ت ۤفنٰٓا هْ َا‬ ْۤ ۤ ‫م هْر ها‬


“Kafanilah dia dengan dua bajunya”

Artinya, dari kain yang diambil dari hartanya.

Memakai kain kafan berwarna putih hukumnya sunnah, tidak wajib.


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫صام ۤ ِّ ْإ ْجي ْايتك ْاجي ت ۤفنْٰٓر رَٰايب مايرۤمك ۤ ِّ رَٰ ْر‬
ۤ ‫مايرۤمك‬
“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayit dengan kain warna putih.
Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian” (HR. Abu Daud no. 3878, Tirmidzi no. 994,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).
Disunnahkan menggunakan tiga helai kain putih.
Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha ia berkata:
ۤ ‫ث ْ َوْك ْوا ۤ ِا ىوْن‬
ِّ‫ِ اَْ اٌ ات ۤفن‬ ۤ ً‫ا م‬ِّ ‫راع يمْر‬
ِّ ‫ َََّْا ِّس‬، ِّ ‫َق‬ ‫ ات هم ا‬. ِّ‫َراو ْاجي َا‬
‫و‬ َ ْ‫ري س و‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dikafankan dengan 3 helai kain putih sahuliyah
dari Kursuf, tanpa gamis dan tanpa imamah” (HR. Muslim no. 941).
Kafan mayit wanita
Jumhur ulama berpendapat disunnahkan wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun
hadits tentang hal ini lemah. Maka dalam hal ini perkaranya longgar, boleh hanya dengan 3
helai, namun 5 helai juga lebih utama.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata:


َ ‫ مْ ْع ب ا ت يم ْرا صر س رَ رميْ ت فِّ َ وُ ْ َيب‬، َ َّ ‫َجََْ ار اي َ ْا ألي ؛ مر َ رۡ ََّ َِّ ْ يي‬
، ‫ رَ و وريب ر وع َ يٌ َ جًر‬: ‫ رَ مَُ ر ا م فِّ ْ اري ا م فِّ رَ رميْ َّي‬، ‫ يي‬: ْ ‫ا وق يم ْرا م ًم س‬
‫ر وع ْ ون ر و نجي‬
“Dalam hal ini telah ada hadits marfu’ (kafan seorang wanita adalah lima helai kain, Pen).
Akan tetapi, di dalamnya ada seorang rawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu,
sebagian ulama berkata: “Seorang wanita dikafani seperti seorang lelaki. Yaitu tiga helai
kain, satu kain diikatkan di atas yang lain.” (Asy Syarhul Mumti’, 5/393).
Disunnahkan menambahkan sarung, jilbab dan gamis bagi mayit wanita. Al Lajnah Ad
Daimah mengatakan:
ْ‫ بَْ جي ي رَ وْاْ ْ ون ر يإلجر ا ا م ف ا ٰٓجي ا ٰ ي رَ رمي‬, ‫ رَ َ ْ ون َ ر او م ك‬, ‫ْ ون رَ ۗ ٰٓيع م ك‬
‫ي رَ مين‬ َْ‫ ب‬, ‫ر و فيْ ك اِّ ا وق م ك‬
“Mayit wanita dimulai pengkafananannya dengan membuatkan sarung yang menutupi
auratnya dan sekitar aurat, kemudian gamis yang menutupi badan, kemudian kerudung yang
menutupi kepala kemudian ditutup dengan dua lapis” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah. 3/363).
Kafan untuk anak kecil
Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

ْ‫َ فيْ يا يي َ ر او ْ اجي ْ ا ك رَ خ ِ ام‬


“Mayit anak kecil cukup dengan gamis dan dua lapis kafan” (Ad Durar Al Mubtakirat,
1/438).
Tidak diharuskan kain kafan dari bahan tertentu
Tidak ada ketentuan jenis bahan tertentu untuk kain kafan. Yang jelas kain tersebut harus bisa
menutupi mayit dengan bagus dan tidak tipis sehingga menampakkan kulitnya.

Wewangian untuk kain kafan


Disunnahkan memberi wewangian pada kain kafan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
‫مًمَي َْ ۤ نر ام ه َا هرَر ۤانَ َ ْر هما ا اك َّۤير‬
“Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berikanlah tiga kali” (HR Ahmad
no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 84).
Teknis Mengkafani Mayit
Dalam matan Akhsharil Mukhtasharat disebutkan teknis mengkafani mayit:
َِّ ِّ‫ٰٓيًْ ْون هرَٰيَۤ رَاا راِّ ۤرۗمِّ ۤ ٰٓه رآٰجي ْۤاري رََّْٰٓا ا هَوُ اٰوامْي رو راع َفيفق مًث ْۤ اَُ ا م ف ا‬
‫َ اَْۡ َ ْريم َج‬ ‫رَكْي َۤكس سرَكْي ۤا م ْك رَا م ْون رَارِّ م ْك رَارِّ ْۗ ْون رَا م هرََي ۤء ِّ هرَوواي امد امۡ م ْك ا‬
‫ييُ رتكم هَوُ ا تً َۤك‬ ۤ ‫ار َ ْۤ هٰٓ هرَف‬
“Disunnahkan mengkafani mayit laki-laki dengan tiga lapis kain putih dengan memberikan
bukhur (wewangian dari asap) pada kain tersebut. Dan diberikan pewangi di antara lapisan.
Kemudian diberikan pewangi pada mayit, di bagian bawah punggung, di antara dua pinggul,
dan yang lainnya pada bagian sisi-sisi wajah dan anggota sujudnya. Kemudian kain ditutup
dari sisi sebelah kiri ke sisi kanan. Kemudian kain dari sisi kanan ditutup ke sisi kiri.
Demikian selanjutnya pada lapisan kedua dan ketiga. Kelebihan kain dijadikan di bagian atas
kepalanya”.

Maka jika kita simpulkan kembali teknis mengkafani mayit adalah sebagai berikut:

1. Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang ditentukan
syariat, perkaranya longgar.
2. Bentangkan kain kafan lapis pertama di atas tali-tali tersebut.
3. Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur maka dengan minyak wangi
atau semisalnya.
4. Bentangkan kain kafan lapis kedua di atas lapis pertama
5. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis kedua
6. Bentangkan kain kafan lapis ketiga di atas lapis kedua
7. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis ketiga
8. Letakkan mayit di tengah kain
9. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri
10. Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri
11. Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri
12. Ikat dengan tali yang ada

Anda mungkin juga menyukai