2
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................. 3
BAB I KETENTUAN BERWUDHU .................................................... 4
BAB II KETENTUAN SHOLAT .......................................................... 9
BAB III KETENTUAN PUASA ........................................................... 16
Bab IV Adab...............................................................................17
Bab V Ilmu..................................................................................32
Bab VI Memandikan Jenazah.....................................................44
3
BAB I
KETENTUAN BERWUDHU
A. Pengertian Wudhu
Wudhu secara etimologi berasal dari kata Al-Wadho’ah yang
memiliki arti kebersihan dan kecerahan. Sementara menurut istilah,
wudhu adalah menyucikan diri dari hadats kecil dengan membasuh
anggota badan tertentu seperti wajah, dua tangan, kepala, hingga dua
kaki.
B. Pengertian Hadats
Hadats merupakan keadaan tidak suci pada diri seorang muslim
yang menyebabkan tidak sah menyelenggarakan ibadah sholat, tawaf,
dan sebagainya.
Hadats dalam Islam dibagi 2, yaitu hadats besar dan hadats kecil.
Hadats kecil ialah hadats yang disebabkan buang air besar-kecil, kentut,
dan sebagainya.
Cara menyucikan badan seorang muslim dari hadats kecil adalah
dengan berwudhu. Meskipun dapat menggunakan tayamun, apabila
memenuhi syarat-syarat tertentu.
C. Hukum Wudhu
Hukum pelaksanaan wudhu dapat bersifat wajib maupun sunah.
Wudhu bersifat wajib bagi seseorang yang akan melaksanakan sholat
dan tawaf dalam ibadah haji. Tidak sah hukumnya sholat dan tawaf
seseorang tanpa berwudhu.
Ketentuan kewajiban berwudhu sebelum sholat dijelaskan dalam
firman Allah SWT :
4
وة فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْوَه ُك ْم َواَيْ ِديَ ُك ْم اِ ََل َّ ٓاٰيَيُّ َها الَّ ِذيْ َن آ َمنُ ْاوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِ ََل
ِ الص ٓل
…ي ِالْمرافِ ِق و ْامس ُحوا بِرء ْو ِس ُكم واَْر ُجلَ ُكم اِ ََل الْ َك ْعبَ ْ ن
ْ َ ْ ُُ ْ َ َ ََ
“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan
sholat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku
dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata
kaki...” (Q.S. Al-Maidah [5]: 6).
D. Macam-macam Air
Wudhu adalah menyucikan diri dari hadats kecil dengan media air.
Tidak semua air dapat digunakan berwudhu. Air harus memenuhi
syarat-syarat tertentu sehingga dapat digunakan bersuci (dalam hal ini
wudhu).
1. Air mutlaq
Air mutlaq adalah air yang belum mengalami proses apapun. Air
tersebut hukumnya suci dan sah untuk berwudhu. Jenis-jenis air
mutlaq seperti air hujan, salju, embun, air laut, air zam-zam, air
sumur, mata air, hingga air sungai.
2. Air mustakmal
Air mustakmal adalah air yang sudah digunakan untuk berwudhu
sebanyak sekali dan tidak diperbolehkan dipakai bersuci kembali.
5
Para ulama fikih memiliki definisi beragam mengenai air tersebut,
namun secara garis besar sebagai berikut: Air yang menetes dari
tubuh ketika seseorang berwudhu atau mandi junub. Air yang telah
digunakan untuk bersuci, sementara airnya sedikit.
3. Air yang tercampur benda suci
Air jenis ini adalah air yang tercampur benda suci lalu berubah
sifat asalnya. Sebagai contoh pada air teh, air kopi, hingga air
sabun. Air jenis tersebut sifat zatnya suci, namun tidak sah
digunakan berwudhu.
4. Air mutanajjis
Air mutanajjis adalah air yang bercampur dengan barang (benda)
najis. Air jenis tersebut memiliki 2 kemungkinan hukum: najis atau
tetap suci. Penentuan hukum air mutanajjis disandarkan pada 3
indikator utama, yaitu : rasa, warna, dan aroma. Apabila air berubah
rasa, warna, dan aroma, hukumnya menjadi najis. Begitupun
sebaliknya, jika tidak beralih seperti 3 indikator tersebut, hukumnya
tetap suci, menyucikan, dan boleh untuk wudhu.
F. Rukun-rukun Wudhu
Rukun wudhu adalah hal-hal yang wajib dilakukan ketika
melakukan ibadah tersebut. Apabila seseorang meninggalkan salah
6
satu rukun wudhu, ibadahnya tersebut menjadi tidak sah. Rukun
wudhu antara lain:
1. Niat Wudhu.
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh tangan sampai siku.
4. Mengusap rambut.
5. Membasuh kaki sampai 2 mata kaki.
6. Tertib/urut semua pelaksanaan rukunnya.
G. Sunah Wudhu
Wudhu memiliki beberapa amalan sunah dalam pelaksanaannya.
Seseorang yang memenuhi amalan sunah tersebut akan mencapai
kesempurnaan ibadah wudhu. Beberapa sunah pelaksanaan wudhu
menurut pendapat para ulama mazhab Syafi’i sebagai berikut:
1. Menghadap kiblat. 8. Membaca doa setelah wudhu.
2. Bersiwak. 9. Mengusap seluruh kepala.
10. Mengusap kedua telinga
3. Membaca basmalah.
dengan air yang baru.
4. Melafazkan niat wudhu. 11. Menyela jenggot dan jari.
5. Membasuh kedua tangan. 12. Mendahulukan bagian kanan.
6. Berkumur-kumur. 13. Membasuh mengusap tiga kali.
7. Istinsyak: menghirup air ke 14. Muwala (berkesinambungan).
dalam hidung dan
15. Berdoa setelah berwudhu.
mengeluarkannya.
7
3. Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan.
4. Tidur berbaring, pingsan, mabuk, dan gila.
5. Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahram (4 mazhab: Maliki, Hanafi, Hambali, dan Syafi’i berbeda
pandangan).
8
BAB II
KETENTUAN SHOLAT
A. Pengertian Sholat
Yaitu suatu ibadah yang diawali dengan takbiratul ikhram diakhiri
dengan salam serta diikuti bacaan dan gerakan-gerakan tertentu.
ِِ ن
ي ْ الص ٓلوةِ ن َواِ ََّّنَا لَ َكبِ ْ َْيةٌ اََِّّل َعلَى
َ ْ اْلٓشع َّ استَعِْي نُ ْوا ِب
َّ لص ِْْب َو ْ َو
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyuk," (QS. Al Baqarah: 45)
9
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (QS. Al Hajj:
78)
F. Rukun Sholat
Rukun adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dalam sholat,
apabila salah satunya ditinggalkan, maka sholatnya tidak sah.
8. Duduk diantara dua sujud
1. Niat
dengan tumaninah
2. Berdiri bagi yang mampu 9. Duduk akhir
3. Takbiratul ikhram 10. Membaca Tasyahud akhir
11. Membaca Salawat atas Nabi
4. Membaca surat Al Fatihah
Muhmmad SAW
10
5. Ruku dengan tumaninah 12. Membaca Salam yang
( diam sebentar ) pertama
6. Iktidal dengan tumaninah 13. Tertib ( beraturan )
7. Sujud dua kali dengan
tumaninah
G. Sunah Sholat
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram
2. Meletakan tangan kanan diatas tangan yang kiri
(bersedekap)
3. Memandang ketempat sujud
4. Membaca doa iftitah
5. Membaca taawudz sebelum membaca Surat Al
Fatihah
6. Membaca Amin sesudah selesai Surat Al Fatihah
7. Membaca surat atau ayat Al Quran setelah Surat Al
fatihah
8. Membaca Allahu Akbar ketika pindah ke rukun
berikutnya
9. Membaca samialllahu liman hamidah ketika bangkit
dari ruku
10. Membaca tasbih takkala rukuk dan sujud
11. Membaca doa ketika duduk diantara dua sujud
12. Meletakan ke 2 tangan diatas paha tatkala tasyahud
awal dan akhir
13. Duduk iftirasy (duduk diatas mata kakik kiri, telapak
kakik kanan ditegakan)
14. Duduk Tawaruk (duduk tahiyat akhir, duduk dengan
telapak kaki kiri dikeluarkan ke sebelah bawah
telapak kaki kanan
11
15. Membaca doa sesudah tasyahud akhir
16. Membaca salam yang kedua
17. Menoleh ke kanan pada salam pertama dan ke kiri
pada salam kedua
12
Sholat Sunnat Nawafil, yaitu sholat sunnat yang waktu
pelaksanaannya diluar sholat fardhu seperti Dhuha, Tahajud,
Tarawih, Witir dsb.
Cara Pelaksanaanya sama dengan sholat sunnat lainnya, bedanya
dalam hal niat, waktu pelaksanaan dan jumlah rakaat.
2. Sholat Tarawih
13
َ ي ُم ْستَ ْقبِ َل الْ ِقْب لَ ِة َِّٰٓللِ تَ َع
اَل ِ ْ ََّه ُّج ِد رْك َعت
َ َ الت ة
ً َّ
ن س
ُ ىِاُصل
ٰ َ
Niat Saya Sholat Sunnat Tarawih 2 rakaat karena Allah Ta’ala
3. Sholat Witir
4. Sholat Dhuha
ٍ ث رْكع
ِ ْ َرْك َعت. 3 rakaat - ات
ً َرْك َعة. 2 rakaat – ي
*) 1 rakaat-
َ َ َ َ ثَََل
K. Sholat Sunnat I’dul Fitri
Waktu pelaksanaannya dimulai pada waktu terbitnya matahari (+
07.00 wib)
Cara pelaksanaannya :
1. Diawali dengan Sholat sunnat I’dul Fitri 2 rakaat dan diakhiri
dengan khutbah I’dul Fitri
2. Pada rakaat 1 membaca 7 kali takbir dan 5 kali takbir pada
rakaat ke 2 disunnatkan membaca tasbih diantara takbir-takbir
tersebut.
ِ ِ ِِ ِ
Lafadz tasbih :
ُُسْب َحا َن هللا َواْلَ ْم ُد َّٰٓلل َوََّل إلَهَ إََّّل هللاُ َوهللاُ أَ ْك َْب
Lafadz niat sholat I’dul Fitri :
14
BAB III
PUASA RAMADHAN
Puasa berasal dari bahasa arab shoum atau siam yang berarti
menahan diri dari sesuatu, sedangkan menurut istilah, adalah menahan
diri dari makan dan minum dan segala apa-apa yang dapat
membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari,
dengan disertai niat, dan rukun-rukun serta syarat-syarat tertentu.
15
b. Jika hilal tidak tampak, maka hendaknya bulan Sya’ban
disempurnakan menjadi 30 hari,
c. Menggunakan ilmu hisab (perhitungan).
2. Rukun Puasa
a. Niat (dilakukan pada malam hari, paling akhir pada waktu
menjelang fajar shodiq)
16
b. Menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan
ibadah puasa mulai terbit fajar sampai terbenamnya
matahari.
17
F. Yang Diperbolehkan Untuk Tidak Berpuasa Dan Cara
Menggantinya
1. Wajib Mengganti Puasa (Qadla’) Saja
a. Orang yang sakit,
b. Musafir (sedikitnya sejauh 81 km),
c. Wanita hamil atau menyusui,
d. Wanita yang haidh, nifas atau wiladah.
e. Tidak Wajib Qadla’ Namun Wajib Membayar Fidiyah
18
H. Hikmah Puasa
1. Untuk pendidikan atau latihan rohani
2. Untuk kesehatan
3. Untuk perbaikan pergaulan atau mu’asyarah
4. Sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat Allah swt.
2. Qiyaamul lail
Sabda Nabi SAW yang artinya: “Dari Abu Hurairah, dia berkata
adalah Rosulullah saw. Menganjurkan supaya shalat di bulan
Ramadhan tetapi tudak memerintahkannya dengan keras
(azimah), maka beliau bersabda “Barang siapa yang berdiri
shalat di malam ramadhan dengan iman dan perhitungan, maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (dirawikan oleh
Jama’ah)
3. Memperbanyak Shodaqhah
Sabda Nabi SAW yang artinya: “Orang yang memberi makanan
untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, maka akan
19
mendapatkan pahala layaknya pahala oaring yang berpuasa
tanpa terkurangi sedikitpun” (HR. Ahmad).
4. I’tikaf
Yakni ibadah dengan berdiam di dalam masjid, yang sunnah
dikerjakan setiap waktu dan lebih diutamakan pada bulan
Ramadhan, teristimewa pada 10 malam terakhir.
Hadist Nabi yang artinya, Dari ‘Aisyah. Ia berkata “adalah
Rosulullah saw, apabila telah masuk (tanggal) sepuluh, yakni
sepuluh yang terakhir dari Ramadhan, maka ia bersedia
sungguh-sungguh dan ia dihidupkan malamnya dan ia
bangunkan ahli-rumahnya”. (Muttafaq ‘Alaih)
20
Penutup
Kegiatan renungan (muhasabah)
Wahai diri… andai kata sisa hidup ini akan berakhir, maka tidak
satupun dapat menyelamatkan selain karunia dan rahmat alloh.
Yaa alloh
Ampuni maksiat mata kami, jadikan mata ini mata yang selalu akrab
dengan ayat-ayatmu.
21
Jangan biarkan mata ini menyebabkan matinya hati kami.
Yaa Alloh
Ampuni maksiat pendengaran kami, ampuni maksiat mulut kami,
ampuni setiap kebohongan yang telah kami ucapkan, ampuni
seandainya mulut ini melukai ibu bapak kami, ampuni jikalau dari mulut
ini banyak orang tersakiti.
Jadikan mulut ini yang jauh dari berkata dusta, lisan yang selalu
menyebut nama-mu, lisan yang engkau selalu ijabah do’a do’anya.
Yaa Alloh
Karuniakan ampunan atas maksiat-maksiat yang dilakukan tubuh ini
Ampuni jikalau tubuh ini telah berbuat nista, ampuni jikalau tubuh ini
ada daging haram dari makanan yang kami makan, harta haram,
karuniakan kami tubuh yang bersih.
Yaa Alloh.
Bersihkan diri ini dari segala maksiat yang telah dilakukan jasad ini.
Izinkan sampai akhir hayat tubuh ini ini bersih, bersih dari harta
yang haram, bersih dari makanan haram, bersih dari perbuatan
haram.
22
Yaa Alloh hanya engkaulah segalanya bagi kami, kami hanya sekedar
makhlukmu yang tiada berarti tapi engkau segala-galanya bagi kami.
Izinkan kami pulang dalam ridho-Mu.
“Jangan biarkan bulan ramadhan ini berlalu begitu saja tanpa ada
perbaikan diri pada diri kita, sehingga bulan ramadhan terlewati
dengan sia-sia.”
23
lafadz niat puasa
24
BAB IV
ADAB
1. Pengertian Akhlak
Untuk memahami pengertian akhlak secara menyeluruh ada dua acara yang perlu ditempuh.
Pertama dilihat dari segi Bahasa (etimologi) dan kedua dilihat dari segi istilah (terminologi).
Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke dalam
Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’ kata khuluqun yang
mengandung arti:
1. Tabi’at
2. Adat
3. Watak
Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:
1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang
dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas, menjauhkan
dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha untuk
menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun non fisik, dan
meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia juga yang telah
menciptakan antara manusia dari segumpal darah. Bacalah, seta Tuhanmulah Yang Mahamulia.
Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya,” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5).
Dalam ayat tersebut, ada sejumlah kata yang menguatkan perintah dalam belajar serta
menuntut ilmu yaitu ‘Bacalah’, ‘Yang mengajar dengan pena’, serta ‘Mengajarkan apa yang tidak
diketahui’. Menuntut ilmu tidak akan dibatasi untuk para laki-laki saja, karena para wanita pun
memiliki hak yang sama dalam menuntut ilmu. Seluruh gender, memiliki hak serta kewajiban
karena sama-sama menjadi seorang khalifah maupun wakil Allah di muka bumi, sekaligus juga
menjadi seorang hamba yang taat.
Sebagai seorang khalifah, tentu manusia akan membutuhkan ilmu untuk bisa menegakkan
syariat Allah Subhanahu wata’ala. Demikian juga untuk sebagai hamba, memerlukan sebuah ilmu
yang memadai supaya bisa jadi hamba (‘abid) yang baik serta taat. Mustahil untuk menjadi
khalifah tanpa sebuah ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa mengelola serta merekayasa
kehidupan di bumi ini, maka dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
Sebagai contoh, untuk shalat saja perlu dalam ilmu mencari kiblat, kemudian mencari
waktu yang tepat kapan untuk menjalankan sholat lima waktu, juga ilmu dalam membangun
masjid yang benar, serta membangun tempat wudhu yang baik, dan lainnya. Tak ada sebuah
batasan pada tempat serta waktu dalam proses mencari ilmu, bahkan terdapat sebuah ungkapan
Arab yang menyebutkan ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’.
Islam tentunya juga mengajarkan ‘Menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga ke liang
lahat’, maka belajarlah mulai kecil hingga akhir usia. Jangan merasa malu dalam belajar walaupun
sudah berumur.
Dalam pesan tersebut, dapat diketahui sangat penting saat mempelajari sebuah adabnya
terlebih dahulu sebelum seseorang dapat dalam menuntut ilmu. Berikut ini merupakan adab-adab
yang menuntut ilmu ] perlu kita ketahui:
4. Menjauhi maksiat.
Dalam Islam, seorang Muslim memiliki empat kewajiban terhadap jenazah. Yakni,
memandikan, mengkafani, menyalati, dan menguburkan. Ini termasuk syarat wajib mengurusi
jenazah yang hukumnya fardhu kifayah.
1. Pengertian Akhlak
Untuk memahami pengertian akhlak secara menyeluruh ada dua acara yang perlu
ditempuh. Pertama dilihat dari segi Bahasa (etimologi) dan kedua dilihat dari segi istilah
(terminologi).
Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap ke
dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’
kata khuluqun yang mengandung arti:
1. Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa
kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).
2. Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan yakni
berdasarkan keinginan.
3. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan
sehingga menjadi adat kebiasaan.
Secara singkat kata akhlak yang berarti kesopanan dan agama (budi pekerti).
Terdapat pula kata akhlakul karimah yang memiliki arti perbuatan mulia lagi terpuji yang
diwujudkan dalam bentuk sikap, ucapan, dan perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran
Islam yang dapat kamu pahami pada buku Komik Akhlak Dalam Al’Qur’An yang
dikemas dalam bentuk komik animasi sehingga lebih menyenangkan untuk dipelajari.
Jadi, pengertian akhlak dapat diartikan sebagai tingkah laku manusia yang dilakukan
dengan sengaja, diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari
dorongan jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Untuk lebih jelasnya, ada perbedaan tentang
akhlak dan ilmu akhlak.
Apakah bedanya?
Akhlak adalah yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan
sengaja yang muncul dari dorongan jiwa secara spontan.
Ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari dan memberi petunjuk bagaimana berbuat
kebaikan dan menghindar dari keburukan, sesuai dengan tuntunan syariat islam.
Akhlak menggunakan kan penentuan baik atau buruk perbuatan manusia dengan tolak
ukur ajaran Al Quran, sebagaimana firman Allah:
ء َ ه َ ِيب ات هك ا ا
َ هَْآٰي ۤ ء ا هوفا هْر ْ هِّ تكۤا ِّهم م َ ه َ ِيب ات هك ۤ ن ِّ ب
ۤ َ َ ناي هُْ هرَ ۤم َك ۤ ا هْ وا ْ ۤت َكءو ٰ ٰۤ ها وِّااٰ ۤان اِّ َ ام هك تكۤا َهمر ۤ ن ْري ات هٰٓك ا هك ا ا هوفا هْي ۤ ِّ هرَ ۤم َك
“Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan
kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang
dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang
menjelaskan.”
(Qs Al-maidah : ayat 15)
2. Macam Macam Akhlak dan Contohnya
Berdasarkan pengertian akhlak, maka secara garis besar maka, pada dasarnya akhlak itu terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
Ada beberapa sifat-sifat yang dapat dimasukan dalam kelompok akhlak mulia, yaitu:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
(QS. An Nahl(16) : ayat 78).
Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan tubuh yang kokoh dan
sempurna serta melengkapinya dengan panca indra seperti, pendengaran, penglihatan, penciuman, akal
pikir dan hati nurani. manusia harus bersyukur dengan panca indra yang diberikan Allah. Sebagai
makhluk ciptaan Allah yang sempurna, sudah sepantasnya manusia mensyukuri apa yang telah Allah
berikan dan menggunakan alat panca indra tersebut untuk memperhatikan bukti keesaan Allah, serta
taat dan patuh kepada-Nya.
Contoh Akhlak mulia terhadap Allah diantaranya:
1. Ikhlas – Yang artinya suci, murni, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Perbuatan seseorang
dikatakan suci apabila dikerjakan hanya karena Allah semata, dengan niat yang ikhlas,
menjauhkan dari riya (menunjuk kepada orang lain) ketika melakukan amal yang baik.
2. Bertaubat – Yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang dilakukan, berusaha untuk
menjauhkan segala larangannya serta melakukan perbuatan baik.
3. Bersabar – Dapat menahan diri pada kesulitan dengan berbagai ujian serta mencari ridha-Nya.
4. Bersyukur – Suatu sikap memanfaatkan sebaik-baiknya yang bersifat fisik maupun non fisik, dan
meningkatkan amal shaleh dengan bertujuan mendekat diri kepada-Nya.
5. Bertawakal – Berusaha seoptimal mungkin dan berdoa, menyerahkan semuanya kepada Allah,
untuk meraih sesuatu yang diharapkan.
6. Harapan – Sikap jiwa yang sedang mengharap sesuatu yang disenangi Allah.
7. Bersikap Takut – Takut akan siksaan Allah jika melanggar perintah-Nya.
2) Berkata benar
Semakin hari semakin banyak informasi yang diluar pemikiran kita, membuat masukan / opini
yang salah dan masyarakat terkadang mengikuti berita yang ternyata tidak benar kenyataan
(hoax).
5) Kasih sayang
Kasih sayang merupakan sifat asli (fitrah) manusia yang telah dibawa sejak lahir. Akan tetapi
sifat tersebut merupakan potensi yang harus selalu dijaga, karena jika tidak dipelihara dan
dikembagkan sebaik-baiknya atau dibiarkan hilang akan menumbuhkan rasa negative lain
seperti kemarahan, kebencian, permusuhan, iri hati, dengki dan masih banyak lainnya yang
mengarah ke jalan yang sesat. Tetapi jika rasa itu dipelihara maka akan tumbuh lahir sikap :
Sopan santun
Rasa tolong menolong
Pemurah
Pemaaf
Rasa persaudaraan (Ukhuwah)
Menepati janji
Untuk melihat berbagai contoh akhlak baik terpuji dan mulia lainnya, Grameds dapat membaca
buku 28 Akhlak Mulia yang di dalamnya menjelaskan pengertian, ciri, dan juga contoh
perbuatan yang menunjukkan akhlak terpuji seseorang.
رۤيه َيٌ َا هۗرَ اِّ َۤ هرٰٓۤ َّ ْاْ ا ۤو ا ر َاٰآٰ ْ َ ا ا هَ ۤم هُ رۤي ب ۤ مر ْۤي رَ نَ هۤمُ َ ا هو وك ْ ۤ ها وك
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar .” (QS. Lukman : ayat
13).
2) Takabbur
Sikap menyombongkan diri dan tidak mengakui kekuasaan Allah di alam ini. Adapun yang
menyebabkan seseorang menjadi takabur, salah satunya karena rupa tampan atau cantik,
kedudukan jabatan yang tinggi, kekayaan dan lain sebagainya. Salah satu ayat Allah yang
menerangkan ketakaburan manusia, QS. An-Nahl: 29
ْوٰۤ د ِّ دكْل درَ اركمٰنۤ ۤم داِّْي دۡ اصوا دِْر ر درْرا َجْٰٓك َص ۤو دۤاِّ ْۤ داجي
“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Pasti itu seburuk-
buruk tempat orang yang menyombongkan diri.”(Qs. An-Nahl : ayat 29).
3) Murtad
Sikap mengganti keyakinan diri dan beralih ke keyakinan yang lain dari agama islam /
singkatnya keluar dari agama islam. Maka akan mendapatkan hukuman riddah (hukuman
mati) saat di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah:
ل ل
َۗ ْ ْۗۗ ََْ ْخ َد ْۗا ْٰۤ ْت َنتَر ْْف ْ َ َْ َمرْٰۤ ْم َۗن َْتْ َطيَۗ َْرْْٰۤ ُواَۗ ٌَرْْ َۗد َْوْ َۗه َْتَ ْميَۗ ْر َْمْ ِۗي
ۗ َۗم ْن َم ْك َۗن ْ َدد َ ْت َۗر َْ َن َم َ َۗص َْْْْٰۤ ُوا
ْۗ رَّ َْبَح
ْۗ َمرَْْۗت وْ َۗن ْٰۤم
َۗخ ْنت َْْل
“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : ayat 217).
4) Munafik
Sikap seseorang yang menampilkan dirinya berpura-pura / tidak tulus hatinya mengikuti ajaran
Allah dan ini termasuk sifat berkhianat. Khianat pun diartikan perbuatan menipu dan
menurunkan martabat dirinya. Sebagaimana firman Allah:
ن اج هك ۤ ن ل هِّ ر هو ِّ ب
ع ا ه ا ام ه ي ۤر هيَ ار هٰٓم ۤم ا َ ْٰٓر هَ ار َٰٓ ۤفۗا هْي هرَ ار َٰٓ ۤف ََۗا ر هو ا
اْر ب ن هْي ر ها ۤا اج م هك ۤ ۤا اج هك م ر ْۤي هرَ ار َٰٓ ۤف ۤۗاهِّ هٰٓج هْي ْ ِّۤ هرَر هو ام ه
د ا هۗ ٰۤ ا
ا َ ه
ْ اك رَف ۤ ۗ هْي ا
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka
menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka
menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah
melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang
fasik.” (Qs. At-Taubah : ayat 67)
Adapun tanda-tanda orang munafik, menurut sebuah Hadis Rasulullah SAW, Bersabda:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga (yaitu) apabila berbicara ia berbohong, apabila
berjanji ia menyalahi dan apabila diserahi amanah ia curang.” (HR. Bukhari, Muslim)
“Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat
adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan
tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus,
suka menghina dan sombong.” (HR. Tirmizi).
2. Memperoleh Kedudukan Tertinggi saat di Akhirat
Seorang muslim dengan akhlak terpujinya membuat dirinya bisa memperoleh kedudukan
tertinggi saat di akhirat. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam hadist di bawah ini.
“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan)
yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir
dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah.
Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada
kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik dari
menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih
mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu
dan sabar.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
3. Berat Timbangan Akhlak Baik
Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji akan memengaruhi timbangan saat hari kiamat nanti.
Dengan akhlak terpuji, seorang muslim dapat diselamatkan oleh Allah SWT.
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang
mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin
puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi).
1. Aqidah
Berbagai perbuatan yang kita jalani akan menjadi perhitungan amal di suatu hari nanti, akhlak
dan aqidah harus dijaga agar saling berkesinambungan.Sebelumnya, Apakah kalian tau apa itu
Aqidah? Aqidah berasal dari Bahasa arab dari kata ‘aqada, yang mengandung makna kepastian,
penegasan. Aqidah adalah hal-hal yang diyakini, di dalam hati dan jiwa seseorang. Mereka
tidak merasa ragu atau ketidakpastian akan perintah Allah.
Maka dari itu, ketika melakukan ibadah (sholat) dalam hal mendasar kita harus memahami
bahwa ibadah, akidah dan akhlak saling berhubungan agar sepenuhnya tercapainya keimanan
kita. Jadi, jika ada salah satu yang hilang, maka akan pincang. Dalam mempelajari hubungan
antara akidah dan akhlak, Grameds dapat membaca buku Belajar Aqidah Akhlak: Sebuah
Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah.
Selain itu menurut terminologi Amin syukur mendefinisikan tasawuf sebagai sistem latihan
dengan kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam aspek kerohanian
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt (taqarrub) sehingga segala perhatian hanya
tertuju kepada Nya. Tasawuf juga sering dikaitkan dengan intuisi yang kita miliki, hal ini
dibahas pada buku Tasawuf: Sebuah Perenungan Intuitif Tentang Makna Batin.
engertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat disimpulkan melatih memperdalam,
mempersucikan hati dari kehidupan dunia untuk memfokuskan & menggali ilmu untuk di kemudian
kelak & selalu berada dijalan menuju kebaikan agar tercapainya tujuan hidup . Dengan ruang
lingkupnya berusaha untuk upaya diri untuk mendekatkan diri, untuk mencapai hubungan yang intens
dari hamba kepada Tuhan-Nya.
BAB V
ILMU
1. Pengertian Ilmu
Menuntut ilmu memiliki arti ikhtiar atau sebuah usaha dalam mempelajari sebuah ilmu, baik
ilmu dunia maupun ilmu akhirat dengan tujuan agar ilmu tersebut dapat bermanfaat untuk
dirinya dan juga untuk orang lain.
Ilmu dunia berfungsi untuk memudahkan dalam hidup di dunia, sedangkan untuk ilmu akhirat
sendiri dicari agar manusia dapat memiliki tuntutan serta tidak tersesat dalam sebuah kebatilan.
Karena dalam manusia sejatinya tujuan akhirnya yaitu akhirat, serta untuk bisa mendapatkan
akhirat tentu perlu harus belajar dalam ilmu agama.
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai Abu Dzar, Sesungguhnya pada kepergianmu pagi hari untuk dapat mempelajari satu
ayat dari kitab Allah itu lebih baik untuk mu dari pada kamu Shalat sebanyak seratus rakaat.
Dan sesungguhnya dalam kepergianmu pada pagi hari untuk mempelajari satu bab dari sebuah
ilmu, baik diamalkan maupun tidak, itu akan lebih baik untukmu daripada shalat seribu rakaat.”
coba perhatikan dalam wahyu pertama yang telah diturunkan Allah Subhanahu wata’ala kepada
Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wassalam yang artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia juga yang telah
menciptakan antara manusia dari segumpal darah. Bacalah, seta Tuhanmulah Yang
Mahamulia. Yang mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya,” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5).
Dalam ayat tersebut, ada sejumlah kata yang menguatkan perintah dalam belajar serta menuntut
ilmu yaitu ‘Bacalah’, ‘Yang mengajar dengan pena’, serta ‘Mengajarkan apa yang tidak
diketahui’. Menuntut ilmu tidak akan dibatasi untuk para laki-laki saja, karena para wanita pun
memiliki hak yang sama dalam menuntut ilmu.
Seluruh gender, memiliki hak serta kewajiban karena sama-sama menjadi seorang khalifah
maupun wakil Allah di muka bumi, sekaligus juga menjadi seorang hamba yang taat.
Sebagai seorang khalifah, tentu manusia akan membutuhkan ilmu untuk bisa menegakkan
syariat Allah Subhanahu wata’ala. Demikian juga untuk sebagai hamba, memerlukan sebuah
ilmu yang memadai supaya bisa jadi hamba (‘abid) yang baik serta taat.
Mustahil untuk menjadi khalifah tanpa sebuah ilmu pengetahuan yang cukup untuk bisa
mengelola serta merekayasa kehidupan di bumi ini, maka dapat menjalankan hukum-hukum
Allah.
Sebagai contoh, untuk shalat saja perlu dalam ilmu mencari kiblat, kemudian mencari waktu
yang tepat kapan untuk menjalankan sholat lima waktu, juga ilmu dalam membangun masjid
yang benar, serta membangun tempat wudhu yang baik, dan lainnya.
Tak ada sebuah batasan pada tempat serta waktu dalam proses mencari ilmu, bahkan terdapat
sebuah ungkapan Arab yang menyebutkan ‘Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina’.
Islam tentunya juga mengajarkan ‘Menuntut ilmu itu dimulai sejak lahir hingga ke liang lahat’,
maka belajarlah mulai kecil hingga akhir usia. Jangan merasa malu dalam belajar walaupun
sudah berumur.
Ilmu seperti apa yang harus dan wajib dipelajari oleh warga umat Islam? Tentu bukan sebuah
ilmu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan dunia serta akhiratnya. Terdapat ilmu yang tidak
wajib dipelajari, bahkan hukumnya haram serta berdosa bila dipelajari.
Untuk sebuah ilmu yang bermanfaat, maka dalam mempelajarinya akan memberikan sebuah
konsekuensi pahala. Berikut ini beberapa hukum menuntut ilmu-ilmu yang wajib seperti
dilansir pada halaman kemdikbud.go.id:
Fardu kifayah
Hukum fardhu kifayah ini berlaku pada ilmu yang perlu ada pada kalangan umat Islam, agar
tidak hanya kaum di luar Islam yang dapat menguasai ilmu tersebut. Misalnya seperti ilmu
kedokteran, ilmu falaq, perindustrian, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu nuklir, ilmu
komputer, serta lainnya.
Farduۗ‘Ain
Hukum ini akan berlaku bila ilmu yang dimaksud dilarang untuk ditinggalkan oleh para umat
Islam pada segala situasi serta kondisi. Sebagai contohnya, ilmu agama Islam, ilmu dalam
mengenal Allah Subhanahu wata’ala dengan seluruh sifat-Nya, serta ilmu tata cara beribadah,
serta yang terkait pada kewajiban sebagai muslim.
Dalam pesan tersebut, dapat diketahui sangat penting saat mempelajari sebuah adabnya terlebih
dahulu sebelum seseorang dapat dalam menuntut ilmu. Berikut ini merupakan adab-adab yang
menuntut ilmu yang perlu kita ketahui:
“Padahal untuk mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan cara
memurnikan ketaatan kepada-Nya saat (menjalankan) agama yang lurus, serta supaya mereka
mendirikan shalat juga menunaikan zakat; serta yang demikian itulah agama yang lurus.”
“Ya Allah, berikanlah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan untukku, ajarilah aku dengan hal-
hal yang bermanfaat untukku, serta tambahkanlah aku ilmu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terdapat dua orang yang rakus yang tidak
pernah kenyang: yaitu untuk orang yang rakus atas ilmu serta tidak pernah puas atasnya serta
orang yang rakus dengan dunia juga tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
4. Menjauhi maksiat.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang hamba
yang melakukan sebuah kesalahan, maka akan dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam.
Apabila ia meninggalkannya serta meminta ampun juga bertaubat, hatinya akan dibersihkan.
Apabila kembali (berbuat maksiat), maka akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga
menutupi hatinya. Hal tersebutlah yang diistilahkan dengan nama ‘ar raan’ yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu akan menutupi hati mereka’.”
Agar kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta penuh berkah, sehingga kita harus
menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiatlah yang akan membuat otak kita menjadi sulit
untuk bisa berkonsentrasi sehingga ilmu yang kita tangkap ini akan sulit dipahami.
“Dua orang yang tidak belajar ilmu, yaitu orang pemalu serta orang yang sombong” (HR. Bukhari
secara muallaq)
Menyimak dari ajaran guru maupun seseorang yang sedang mengajarkan ilmu kepada kita
menjadi sebuah adab dalam menuntut ilmu. Jangan berbicara maupun melakukan hal lain yang
tidak berhubungan sama sekali dengan alur pelajaran yang disampaikan ketika menuntut ilmu,
maksudnya kita perlu fokus mendengarkan serta menyimak.
Maka dari itu, ada beberapa banyak keutamaan menuntut ilmu bagi semua orang orang yang
bersungguh-sungguh saat mengerjakannya. Karena dalam memiliki keutamaan yang amat
besar serta mulia, di antaranya keutamaan menuntut ilmu adalah
1. Ilmu adalah warisan para Nabi
Rasulullah SAW bersabda: “Dan dalam sesungguhnya Nabi – Nabi tidak pernah mewariskan
uang emas serta tidak pula uang perak, namun untuk mereka yang telah mewariskan ilmu (ilmu
syar’i) barang siapa yang telah mengambil atas warisan tersebut maka sesungguhnya ia sudah
mengambil pada bagian yang banyak.” (HR Ahmad).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam keutamaan menuntut ilmu ini akan lebih tinggi daripada
uang serta emas yang dalam sifat materi. Karena, ketika seseorang memiliki ilmu serta hingga
mengajarkannya, maka dalam hal tersebut akan menjadi sebuah amal jariyah yang terus
mengalir bahkan ketika orang tersebut sudah meninggal dunia.
Hal tersebut juga sudah mendapatkan landasan syar’i, karena berdasarkan dalam sebuah hadis
ketika Rasulullah SAW bersabda: “… Barang siapa yang meniti sebuah jalan dalam rangka
menuntut ilmu maka Allah juga akan memudahkan baginya untuk jalan menuju surga…” (HR
Ahmad).
Mengenai tafsiran atau arti dalam ayat ini, Imam Syaukani berkata: “Dan makna ayat ini
bahwasanya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari orang-orang yang tidak
beriman, serta mengangkat beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu (serta beriman)
dari orang-orang yang hanya dengan beriman. Maka barang siapa yang menggabungkan antara
iman serta ilmu maka Allah akan mengangkatnya beberapa derajat atas imannya, lalu Allah
mengangkat derajatnya atas seluruh ilmunya.”
Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah
meninggal dunia. Hal tersebut akan didapatkan oleh orang yang telah bersungguh-sungguh saat
menuntut ilmu. Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, namun juga
berpengaruh untuk orang lain.
Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa
bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.
Syaikh Az Zarnuji juga mengatakan, bahwa dalam antara hal yang penting pada menuntut ilmu
yang perlu diperhatikan yaitu fil jiddi atau kesungguhannnya. Apabila sesuatu dilakukan
dengan kesungguhan, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberi keberhasilan di
dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), yang juga perlu diiringi dengan sebuah sikap
kesungguhan yang kemudian terus menerus (al muwazobah) serta komitmen (al muzallimah)
atas menuntut ilmu. Tiga sikap tersebut harus terus ada dalam diri seorang pelajar serta berjalan
beriringan, tidak dapat hanya menjalani salah satunya saja.
Wajib untuk setiap pelajar, yang bersungguh-sungguh, terus menerus, serta komitmen, tidak
berhenti jika tujuannya dalam menuntut ilmu dapat tercapai. Sebagaimana dalam firman Allah
QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab itu dengan kuat”, serta dalam QS
Al Ankabut: 69 yang pada artinya, “Dan pada orang-orang berjuang, untuk bisa mencari
keridhaan Kami, niscaya Kami akan tunjukkan mereka jalan-jalan menuju kita”.
Diucapkan Az Zarnuji, barangsiapa yang sudah mencari sesuatu serta dilakukannya dengan
sikap sungguh-sungguh, pasti mereka akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang
mengetuk pintu secara terus menerus, pasti bisa masuk. Dikatakannya pula, bahwa dengan
sesuai kesungguhannya, seseorang pasti akan bisa mendapatkan apa yang menjadi harapannya.
Dalam makna kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan dalam kesulitan yang dihadapi
seseorang akan bisa selesai dalam kesungguhan, terutama ketika kesulitan yang sudah dihadapi
saat proses belajar. Allah akan bisa memberikan pertolongan pada seseorang bila Allah
menghendaki. Kesulitan bisa selesai dengan kesungguhan menjadi sebuah anugerah dari Allah
subhanahu wa ta’ala serta dalam kekuasaan-Nya.
Kesungguhan di dalam belajar serta memperdalam sebuah ilmu bukan hanya dari sebbuah
pelajar semata namun dalam kesungguhan ini juga diperlukan kesungguhan dari tiga (3) orang,
yakni pelajar (murid), guru, serta orang tua. Apabila murid, guru, serta orang tua sungguh-
sungguh, insya Allah hal tersebut akan berhasil, kesulitan menuntut ilmu, dalam belajar akan
bisa selesai.
Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajar serta menuntut ilmu. Hanya saja memang
kualitas terhadap akal manusia itu dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kesungguhan inilah
yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan
dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
BAB VI
Dalam memandikan jenazah, rupanya ada beberapa hal yang mesti kamu perhatikan. Namun,
sebelum masuk ke pembahasan, sebenarnya dalam kehidupan sebagai manusia yang namanya
kematian tentu akan selalu mengikuti. Ini sudah menjadi hal mutlak yang akan dialami semua
manusia yang hidup. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kematian dan setiap
manusia pasti akan menemukan ajalnya.
Dalam Islam, seorang Muslim memiliki empat kewajiban terhadap jenazah. Yakni,
memandikan, mengkafani, menyalati, dan menguburkan. Ini termasuk syarat wajib mengurusi
jenazah yang hukumnya fardhu kifayah. Di mana, jika sudah ada seorang yang memandikan
jenazah, maka kewajiban bagi Muslim lainnya telah gugur atau tidak diwajibkan memandikan
jenzah. Ini juga berlaku pada tiga syarat lainnya.
Kewajiban yang pertama adalah memandikan jenzah. Untuk melakukannya, tidak bisa secara
sembarangan. Sebab, ada tata cara dan aturan dalam proses tersebut.
Nah, dilansir dari berbagai sumber pada Selasa (15/9/2020), berikut beberapa adab dan tata
cara memandikan jenazah.
Jenazah yang wajib dimandikan
1. Seorang Muslim atau Muslimah
2. Ada tubuhnya,
3. Kematian bukan karena mati syahid,
4. Bukan bayi yang meninggal karena keguguran
Jenazah yang tidak wajib dimandikan
1. Mereka yang meninggal dalam mati syahid
2. Bayi yang meninggal karena keguguran
Orang yang memandikan jenazah
Dalam hal memandikan jenazah, ada sebaiknya kamu mengetahui lebih dulu siapa yang akan
memandikan jenazah tersebut. Lebih diutamakan, ini dilakukan dari kalangan keluarga.
Jika jenazah laki-laki, maka yang wajib memandikannya pun laki-laki. Begitupun jenazah
perempuan dimandikan oleh perempuan. Kecuali jenazah tersebut adalah suami terhadap
istrinya, atau sebaliknya. Maka wajib untuk menjaga aurat meski sudah meninggal dunia.
Peralatan
Sebelum memandikan jenazah, kamu juga perlu tahu peralatan apa saja yang harus
dipersiapkan.
1. Tempat untuk memandikan jenazah pada ruang tertutup,
2. Air putih secukupnya,
3. Sabun, air kapur barus, dan wangi-wangian,
4. Sarung tangan untuk memandikan,
5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil,
6. Kain basahan, handuk, dan lain-lain.
Cara memandikan jenazah beserta doanya
1. Membaca niat
Niat memandikan jenazah laki-laki
َ ۤلۤ اويَن ْاهَا هرَِا هُ رۡر َب ْ هِّ ًْ ه
ۤ ررَراۤن
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.
Artinya: Saya niat memandikan untuk memenunhi kewajiban dari mayit (laki-laki) ini
karena Allah Ta'ala.
Niat memandikan jenazah perempuan
ْاهَا هرَِا هُ رۡر َب ْ هِّ ْ ًۤ ۤ َ هرَراۤنك ۤس ۤلۤ اويَن
Nawaitul gusla adaa-an 'an haadzihil mayyitati lillaahi ta'aalaa.
Artinya: Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari mayit (perempuan) ini
karena Allah Ta'ala.
2. Letakkan kepala jenazah lebih tinggi,
3. Pakai sarung tangan sebelum memandikan,
4. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basah agar auratnya tidaj terlihat,
5. Bersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celak jari dan tangan, serta
rambut,
6. Angkat kepala jenazah sampai setengah duduk, kemudian tekan perutnya agar kotoran keluar
semua,
7. Siram seluruh tubuh jenazah diikuti dengan membaca niat memandikan jenazah,
8. Bersihkan qubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang) jenazah,
9. Siram atau basuh jenazah, mulai dari anggota tubuh bagian kepala hingga ujung kaki sebelah
kanan, lalu pindah ke sebelah kiri,
10. Basuh jenazah dengan menuangkan air besih ke tubuh dan gosok perlahan menggunakan
handuk halus,
11. Siram dengan air kapur barus,
12. Jenazah diwudukan, seperti sebelum salat tanpa memasukkan air ke hidung dan mulut,
13. Menyela jenggot dan mencuci rambut jenazah dengan air daun bidara atau sampo,
14. Basuh sekujur tubuh,
15. Keringkan tubuh menggunakan handuk kering.
Nah, itulah beberapa adab dan tata cara yang harus diperhatikan saat memandikan jenazah.
Ketika memejamkan mata jenazah tidak ada dzikir atau doa tertentu yang berdasarkan dalil
yang shahih.
Sarung tangan atau kain untuk dipakai orang yang memandikan agar terjaga dari najis,
kotoran dan penyakit
Masker penutup hidung juga untuk menjaga orang yang memandikan agar terjaga dari
penyakit
Spon penggosok atau kain untuk membersihkan badan mayit
Kapur barus yang sudah digerus untuk dilarutkan dengan air
Daun sidr (bidara) jika ada, yang busanya digunakan untuk mencuci rambut dan kepala
mayit. Jika tidak ada, maka bisa diganti dengan sampo
Satu ember sebagai wadah air
Satu embar sebagai wadah air kapur barus
Gayung
Kain untuk menutupi aurat mayit
Handuk
Plester bila dibutuhkan untuk menutupi luka yang ada pada mayat
Gunting kuku untuk menggunting kuku mayit jika panjang
Cara memandikan mayit
ْٰٓ اواِّ يي يَك ْ ْيََّمرس فيىو اوااِّ ي ي،ُ َِ مك ا َ ار ر ي يَك ر،اك مك ٰٓمٰ ار اكٰٓاجي، را َ افوُ ْمًر ٰٓا
، افوُ تًَك رألصمل، رَ ِ ُ ْ ٰٓ ا و اِّ ب كن مًمي َ ي مااِّ ار ْي مك َاكٰٓاجي اَو ْاٰۗع رمَوا
“Adapun melemaskan persendian, hikmahnya untuk memudahkan ketika dimandikan.
Caranya dengan merentangkan tangannya lalu ditekuk. Dan direntangkan pundaknya lalu
ditekuk. Kemudian pada tangan yang satunya lagi. Demikian juga dilakukan pada kaki.
Kakinya pegang lalu ditekuk, kemudian direntangkan, sebanyak dua kali atau tiga kali.
Sampai ia mudah untuk dimandikan” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil
Mukhtasharat, 1/424).
Dan hendaknya berlaku lembut pada mayit. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam bersabda:
َ ْ ه ۤك ت اهم
ۤ ۤبايي تم ۤهم ۤ َ هرَران
“Memecah tulang orang yang telah meninggal dunia adalah seperti memecahnya dalam
keadaan hidup” (HR. Abu Daud no. 3207, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
( م اير ( عٌخ: ٰٓ َيْس ا و و م يي ا ِّ ْ اجي يا رَ ك رَ ك ايا ا و، كم ْا َّْ َ ي ر مۡرب ا
“]Dilepaskan pakaiannya] yaitu pakaian yang dipakai mayit ketika meninggal. Disunnahkan
untuk dilepaskan ketika ia baru wafat. Kemudian ditutup dengan rida (kain) atau semisalnya”
(Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/424).
Namun orang yang meninggal dunia ketika ihram tidaklah boleh ditutup wajah dan
kepalanya, berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma di atas.
Cara melepaskan pakaiannya jika memang sulit untuk dilepaskan dengan cara biasa, maka
digunting hingga terlepas.
Mengkafani mayit
Hukum mengkafani mayit
Mengkafani mayit hukumnya sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu kifayah.
Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu tentang orang yang meninggal
karena jatuh dari untanya, di dalam hadits tersebut Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
َۤ ِّها رريبِّ ر هض ۤوْ َا، م هْر ها ِّۤ ْ ت ۤفنٰٓاْ َا
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain”
(HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).
Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh tubuhnya dengan
bagus. Adapun yang selainnya hukumnya sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
تفٰٓ ا ْ هوااَّ ن هِّۤ يصي َا يب ا ات هك تفِّْ َّۤير
“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah
memperbagus kafannya” (HR. Muslim no. 943).
Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup kepalanya. Karena
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َ ااَّ ٰۤٓنماْ َا، َ ايَ ا ااو ۤ نرم ر، ْإي ْ ِ ااوٰنۤ رَۗاي ۤس اْم اٰهوك ا ا
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849,
Muslim no. 1206).
Kriteria kain kafan
Kain kafan untuk mengkafani mayit lebih utama diambilkan dari harta mayit.
Dan semua biaya pengurusan jenazah lebih didahulukan untuk diambil dari harta mayit
daripada untuk membayar hutangnya, ini adalah pendapat jumhur ulama. Karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Maka jika kita simpulkan kembali teknis mengkafani mayit adalah sebagai berikut:
1. Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang ditentukan
syariat, perkaranya longgar.
2. Bentangkan kain kafan lapis pertama di atas tali-tali tersebut.
3. Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur maka dengan minyak wangi
atau semisalnya.
4. Bentangkan kain kafan lapis kedua di atas lapis pertama
5. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis kedua
6. Bentangkan kain kafan lapis ketiga di atas lapis kedua
7. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis ketiga
8. Letakkan mayit di tengah kain
9. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri
10. Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri
11. Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri
12. Ikat dengan tali yang ada