Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ASWAJA II

KELOMPOK 2
THAHARAH: WUDHU, MANDI, TAYAMMUM

MATA KULIAH :

ASWAJA 2

Disusun oleh:

MUHAMMAD NUR HIDAYAT (20022014002)

NURHADI ASMARI (20022014063)

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN NON REGULER

TAHUN AJARAN 2022/2023


2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah seru sekian alam. Shalawat dan salam
semoga tetap dicurahkan kepada Rasulullah Rahmat bagi alam semesta, para sahabat,
keluarga dan umatnya.

Makalah ini berjudul Wudhu’, Mandi dan Tayammum. Di dalamnya disajikan dari
bab I sampai bab III. Bab I yaitu pendahuluan di dalamnya latar belakang, mengambarkan
secara umum makalah ini dan tujuan adalah menjelaskan keinginan yang akan dicapai dalam
penulisan makalah ini, ruang lingkup pembahasan yaitu membatasi permasalahan wudhu’,
mandi dan tayammum yang akan dibahas dalam makalah ini. Untuk Bab II yaitu membahas
tentang wudhu’, mandi dan tayammum secara detail, untuk kesimpulan pada makalah ini
disajikan pada Bab IIIyaitu menyimpulkan isi dari makalah ini dan menjawab tujuan.

Makalah wudhu’, mandi dan tayammum ini semoga bermamfaat, terutama bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 17 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... i


BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 2
A. WUDHU................................................................................................................................... 2
B. MANDI (Al Ghusl) .................................................................................................................. 5
C. TAYAMMUM ......................................................................................................................... 6
BAB III ................................................................................................................................................. 8
KESIMPULAN .................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah adalah sesuatu pekerjaan yang dicintai Allah Swt dan diridhaoi-Nya,
perkataan, perbuatan lahir dan bathin. Untuk melaksanakan sebagian ibadah dan
amalan-amalan tertentu haruslah bersuci sebagai mana yang telah di jelaskan dalam
Al-quran surat Al-Ma’idah ayat : 6, surat An-Nisa ayat : 43 dan beberapa Sabda
Rasulullah SAW. (Rasid, S. 1964) dalam hukum islam, soal bersuci dan segala seluk-
beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting, terutama syarat-syarat sah
Shalat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan mengerjakan abadah shalat
diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan pakaiyan dan tempatnya dari najis.
Firman Allah Swt dalam Al-quran Surat -Baqoroh ayat 222 yang
artinya “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri”
Thaharah atau bersuci ialah mengangkat atau menghilangkan hadats dan najis
dari tubuh. Nasution, L. (1997) thaharah dari hadats ada tiga macam yaitu whudu’,
mandi dan tayammum. Alat yang digunakan untuk bersuci ialah air untuk wudhu’ dan
mandi; tanah untuk tayammum. Dalam hal ini air yang digunakan haruslah memenuhi
persaratan, suci dan mensucikan atau disebut air mutlak. Demikian pula tanah untuk
tayammum harus mempunyai persaratan yang ditentukan.

B. Tujuan
1. Mengetahui apasaja yang dilakukan sebelum melaksanakan Ibadah shalat
2. Mengetahui pengertian wudhu’, mandi dan tayammum

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. WUDHU
1. Pengertian wudhu
Menurut lughat wudhu’ adalah perbuatan yang mengunakan air pada
anggota tubuh tertentu (Lahmuddin nasution, 1997) Sedangkan menurut hadist
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, wudhu’ diwajibkan sebelum hijrah, pada
malam isra’ mi’raj, bersamaan dengan shalat wajib lima waktu, tetapi
kewajiban itu dikaitkan dengan keadaan berhadats (Nasution. L, 1997). Selain
itu pendapat lain mengatakan wudhu’ adalah suatu syarat untuk sahnya shalat
yang dikerjakan sebelum seseorang mengerjakan shalat. (H. Sulaiman Rasjid,
1987, hal:24).
Jadi wudhu’ adalah perbuatan yang mengunakan air pada anggota
tubuh tertentu, untuk syarat sahnya shalat yang dikerjakan sebelim
mengerjakan shalat.

2. Dasar Hukum
a. Ayat Al quran
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai dengan
kedua mata kakimu….
(al-Ma’idah/5:6)
b. Hadist
Artinya: Allah tidak menerima Shalat seseorang kamu bila ia berhadats,
sampai ia berwudhu’. (HR. Bayhaqi, Abu Daud dan Tirmizi)

3. Syarat Sah Wudhu


(Drs. H. Moh. Rifa’i, 1978) Syarat sah wudhu’ ialah :
1) Islam, karena wudhu’ itu termasuk ibadah, maka tentu saja ia tidak sah
kecuali dilakukan oleh orang muslim,
2) Tamyiz, artinya orang yang sudah dapat membedakan antara baik dan
buruk dari pekerjaan yang dikerjakannya.
3) Air mutlak,Tidak yang menghalangi baik hissy maupun syar’i, dan
4) Masuk waktu shalat (khusus bagi orang yang hadatsnya
berkepanjangan).
5) Rukun wudhu

Di dalam buku Drs. Lahmuddin Nasution, M. Ag, rukun wudhu’ ada enam
yaitu:

2
1. Niat
Niat artinya menyengajakan sesuatu serentak dengan
melakukannya. Tempat dan pelaku niat itu adalah hati, namun sunah
menyertainya dengan ucapan lisan untuk membantu pernyataan
sengaja yang di dalam hati itu.

Niat berfungsi membedakan antara:

1) Perbuatan ibadat dengan bukan ibadat.


2) Tingkatan-tingkatan ibadat, yakni antara yang fardhu dengan yang
sunnah.

Niat adalah salah satu rukun wudhu’ dan merupakan bagian daripadanya.
Tanpa niat bearti wudhu’ itu tidak lengkap sehingga tidak sah. Kewajiban
niat didasarkan atas:

Hadits Nabi saw

Artinya: Sesungguhnya, tiap-tiap amal hanya(sah) dengan niat…..(H.R.


Muttafaq ‘Alayh).

Firman Allah

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan menurunkan ketaatan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama
dengan lurus. (Al-Bayyinah/98:5).

2. Membasuh muka
Membasuh muka diwajibkan berdasarkan perintah membasuh
muka pada surat Al-Ma’idah.

Artinya: ……maka basuhlah mukamu……(Al-Ma’idah/5:6).

Basuhan ini mesti merata keseluruh wajah yaitu bagian depan kepala.
Batas yang wajib dibasuh ketika berwudhu’ ialah memanjang dari tempat
tumbuh rambut sampai dengan ujung dagu dan melintang dari daun telinga
kedaun telinga lainya. Dalam membasuh muka air harus mengalir pada bagian
luar kulit maupun rambut yang terdapat pada wajah.

3. Membasuh tangan

Kewajiban membasuh tangan pada wudhu’ didasarkan atas firman Allah:

3
Artinya: …….dan tanganmu sampai dengan siku……(Al-Ma’idah/5:6).

Basuhan itu meliputi keseluruhan tangan dari ujung-ujung jari sampai


dengan kedua siku.

4. Menyapu kepala
Yang dimaksud dengan menyapu kepala ialah sekedar
menyampaikan air tanpa mengalir, dengan meletakan tangan yang
basah pada kepala. Kewajiban menyapu kepala pada wudhu’
didasarkan atas firman Allah:
Artinya: …..dan sapulah kepalamu…….(Al-Ma’idah/5:6).
5. Membasuh kaki
Dalam membasuh kaki, kedua mata kaki mesti ikut terbasuh
sampai kedua mata kaki. Kewajiban membasuh kaki pada wudhu’
didasarkan atas firman Allah:
Artinya: ……..dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki. (Al-Ma’idah/5:6).
Hadits Mughirah mengatakan bahwa ketika Nabi saw berwudhu’
beliau menyapu ubun-ubun dan sorbanya, kemudian menyapu kedua
khufnya (H. R. Muslim).
6. Tertib
Yang dimaksud dengan tertib ialah melakukan rukun-rukun
wudhu’ itu sesuai dengan urutan yang tersebut pada ayat wudhu’ diatas
dimulai dengan muka, tangan, kepala, dan kemudian kaki.
Tertib itu wajib berdasarkan:
a. Urutan pada ayat al-quran yang menyatakan hal itu.
b. Bahwa Nabi saw tidak pernah berwudhu tanpa tertib
c. Bahwa Nabi setelah melakukan wudhu dengan tertib
mengatakan bahwa begitulah cara berwudhu’ dan bahwa
shalat seseorang hanya diterima Allh swt jika disertai dengan
wudhu’ seperti itu.
d. Bahwa wudhu’ itu adalah ibadah, sama dengan shalat jadi
wajib bertertib seperti shalat pula.Mengenai ini ada juga yang
mengatakan bahwa tertib itu tidak wajib, melainkan sunnah
saja. Pendapat ini dikemukan oleh Abu Hanifah, Sawry, Daud
Al Zahiry dan sebagian ulama malikiyah. Dalil yang mereka
kemukakan iyalah bahwa ayat berwudu’ itu tidak mengandung
ketentuan tentang tertib. Walaupun rukun-rukun wudhu’ itu
memang disebutkan berurutan akan tetapi, ‘athaf yang
menyambungkan antara satu dengan yang lainnya adalah
‘waw’ yang tidak mengandung arti berurutan. Dengan begitu
kata mereka, tidak ada kewajiban tertib hanya sunnah sebab
Nabi selalu melakukannya demikian.

4
4. Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu
Orang-orang yang telah berwudhu’ dipandang suci dari hadats, akan
tetapi ada beberapa hal yang dapat menghilangkan kesuciannya itu dan
menyebabkan berhadats kembali. Yang membatalakan wudhu’ ada lima yaitu:
1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, berupa apapun benda padat, angin,
atau cairan kecuali maninya sendiri, baik yang biasa maupun tidak, keluar
dengan sendirinya atau dikeluarkan daripadanya.Dalil-dalil yang
berkenaan dengan ini antara lain:
Firman Allah
Artinya: …..atau kembali dari tempat buang air(kakus). (Al-Ma’idah/5:6)

Hadits
Artinya: Allah tidak akan menerima shalat orang yang berhadats sampai
ia berwudhu’.
2. Tidur, kecuali dalam keadaan tidur dengan mantap.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: kedua mata adalah pengikat bagi dubur, maka barang siapa yang
tidur hendaklah ia berwudhu’. (HR. Abu Daud).
3. Hilang akal dengan sebab gila, mabuk, pitam, penyakit atau lain-lain.
Batalnya wudhu’ dengan hilang akal adalah berdasarkan qiyas kepada
tidur, dengan kehilangan kesadaran sebagai persamaan.
4. Bersentuh kulit laki-laki dan perempuan. Hal ini didasarkan atas firman
Allah:
Artinya: ………..atau kamu telah menyentuh perempuan…...(An-
Anisa’/4:43).
Dalam ayat ini hal menyentuh perempuan disebut bersama-sama dengan
buang air besar dan dihubungkan dengan perintah bertayammum jika tidak
ada air. Ini menunjukkan bahwa menyentuh perempuan adalah hadats
seperti buang air.
5. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan tanpa alas,
berdasarkan sabda rasul saw:
Artinya: barang siapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia
berwudhu’.(HR. Tirmizy).

B. MANDI (Al Ghusl)


1. Pengertian Mandi
Menurut lughat, mandi disebut al-ghasl bearti mengalir air pada
sesuatu. Sedangkan dalam istilah syara’ ialah mengalir air keseluruh tubuh
disertai dengan niat (Drs. Lahmuddin Nasution, 1997).
2. Dasar Hukum
Firman Allah Swt:
Artinya: Janganlah kamu sekalian kerjakan shalat dilaka kamu sedang
mabuk hingga kamu mengetahui apa yang kamu katakan, dan jangan pula
kamu kerjakan shalat ketika kamu sedang junub kecuali lewar mandi lebih
dahulu. (An-nisa ayat:43)
Sabda Rasulullah saw:

5
Artinya: Sabda Rasulullah saw: apabila bertemu dua penyunatan (khitan)
maka sesungguhnya telah diwajibkan mandi, meskipun tidak keluar
mani.(Riwayat Muslim)
3. Rukun Mandi
Drs. H. Moh. Rifa’i dalam buku fikih islam lengkap mengatakan rukun
mandi sebagai berikut:
1. Niat yakni menyengajakan mandi untuk menghilangkan hadas
besar.
2. Membasuh badan.
3. Menghilangkan najis yang ada pada badan.
4. Meratakan air keseluruh rambut dan kulit.

Menyampaikan air keseluruh tubuh, meliputi rambut dan permukaan


kulit. Kewajiban membasuh rambut pada waktu mandi didasarkan
kepada hadits Nabi saw:

Artinya: Sesungguhnya dibawah tiap-tiap rambut itu ada janabah,


maka basahilah rambut dan bersihkanlah kulit. (HR. Bukhari).

C. TAYAMMUM
1. Pengertian Tayammum
Tayammum adalah mengusap tanah kemuka dan kedua tangan sampai
siku dengan beberapa syarat. Tayammum adalah penganti wudhu’ dan
mandi, sebagairukhsah(keringanan) untuk orang yang tidak dapat
memakai air karena beberapa halangan(uzur) yaitu:
a. Uzur karena sakit, kalau memakai air bertambah sakitnya atau
lambat sembuhnya.
b. Karena dalam perjalanan
c. Karena tidak ada air. (H. Sulaiman Rasjid, 1987)
2. Dasar Hukum
Firman Allah Swt:
Al-ma’idah/5:6)
Artinya: Dan apabila kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat dari buang air(kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak mendapat air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik(bersih), sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan tanah
itu. (Al-Ma’idah/5:6).
3. Syarat Sah Tayammum
Syarat tayamum ada empat (H. Sulaiman Rasjid, 1987), yaitu :
1. Sudah masuk waktu shalat
2. Tayammum disyariatkan untuk orang yang terpaksa, sebelum
masuk waktu shalat ia belum terpaksa, sebab shalat belum wajib
atasnya ketika itu.
3. Sudah diusahakan mencari air tetapi tidak dapat, sedangkan
waktu shalat sudah masuk

6
4. Dengan tanah yang suci dan berdebu.
5. Menghilangkan najis.

Sedangkan Drs. Lahmuddin Nasution, M.Ag syarat tayammum ada


lima:

a) Ada ‘uzur, sehingga tidak dapat menggunkan air. ‘uzur


menggunkan iar itu terjadi oleh sebab musafir, sakit atau hajad.
b) Masuk waktu sholat. Tayammum untuk shalat yang berwaktu, baik
fardhu maupun sunnat, hanya dibenarkan setalah masuknya waktu.
Alasannya tayammum adalah thaharah darurat dan tidak ada
keadaan darurat sebelum masuknya waktu sholat
c) Mencari air setelah masuknya waktu, sesuai ketentuan pada no satu
diatas
d) Tidak dapat menggunakan air karena ‘uzur sayr’i seperti takut akan
pencuri atau ketinggalan dari rombongan.

Tanah yang murni (khalis) dan suci. Tayammum hanya sah dengan
menggunakan ‘turab’ tanah yang suci dan berdebu.

4. Rukun Tayammum
Dalam buku fiqh islam karang H. Sulaiman Rasjid, 1987. Rukun
tayammum ada empat yaitu:
1. Niat, orang yang melakukan tayammum hendaklah berniat karena
mengerjakan shalat. Bukan semata-mata untuk menghilangkan hadats
saja, sebab sifat tayammum tidak dapat menghilangkan hadats hanya
diperbolehkan karena darurat.
2. Mengusap muka dengan tanah.
3. Mengusap dua tangan sampai kesiku dengan tanah.
4. Menertibkan rukun-rukun.
5. Hal-hal yang membatalkan tayammum (H. Sulaiman Rasjid, 1987)
adalah :
6. Tiap-tiap hal yang membatalakan wudhu’ juga membatalkan
tayammum.
7. Ada air, mendapat air sebelum shalat batallah tayammum, bagi oarang
yang bertayammum karena ketiadaan air bukan karena sakit.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: Dari Abu zar. Rasulullah telah berkata: tanah itu cukup
bagimu untuk bersuci walau engkau tidak mendapat air sampai
sepuluh tahun. Tetapi apabila engkau memperoleh air, hendak engkau
sentuhkan air kekulitmu. (Riwayat Tirmizi).

7
BAB III

KESIMPULAN

Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas kecil dan
hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan tayammum. Wudhu’ adalah
salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian anggota tubuh dengan air
dengan sarat dan rukun sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum melaksanakan
sholat dan ibadah yang lainnya.

Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air yang
disertai dengan rukun mandi.

Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh (muka


dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan karena adanya uzur bagi orang yang tidak
dapat memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun

8
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid. S, 1987. Fiqh Islam. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Rifa’i. M, 1978. Fiqh Islam Lengkap. Karya Toha Putra. Semarang.

Nasution. L, 1997. Fiqh Ibadah. PT. LOGOS Wacana Ilmu. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai