Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan masalah


kebersihan, Allah mensyariatkan wudhu sebagai syarat sah shalat,
tawaf, dan menyentuh mushaf. Ia juga mewajibkan mandi besar
dari junub, haid, dan nifas, menyunahkan mandi besar pada hari
Jum’at dan sebelum melaksanakan Shalat Id. Bahkan, Islam sangat
menganjurkan pemeluknya untuk senantiasa memperhatikan
kebersihan dan kesucian pakaian, badan, dan tempat dari berbagai
najis dan kotoran. Allah Swt. juga memotivasi kita untuk melakukan
itu semua, sesuai dengan firman Allah “Sesungguhnya Allah
menyukai orang – orang yang bertobat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri.” (Al-Baqarah: 222)

Bersuci hukumnya wajib, bersuci itu sendiri terbagi menjadi 2,


yaitu : bersuci batin (mensucikan diri dari dosa dan maksiat) dan
lahir (bersih dari kotoran dan hadast). Kebersihan dari kotoran cara
menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat
ibadah, pakaian yang dipakai, dan pada badan seseorang. Sedang
kebersihan dari hadast dilakukan dengan mengambil air wudhu,
bertayamum, dan mandi. Ada keringanan bagi orang yang tidak bisa
melakukan wudhu atau mandi dengan air karena udzur tertentu
yaitu bisa tayamum sebagai penggantinya.

Tayamum dilakukan dengan debu yang suci dan dengan


syarat serta rukun yang sudah diatur dalam syariat Islam.
Sebagaimana dalam firman Allah Q.S AlMaa’idah ayat 6 yang
artinya:

“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari
tempat buang air, atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak

1
mendapat air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih)...”

Dari masing-masing cara bersuci lahir tersebut, mamiliki


ketentuan-ketentuan yang harus diketahui dan di taati. Namun
kenyataannya, banyak di antara kita yang memiliki banyak
kekurangan tentang ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk itu, pada
makalah ini penulis membahas tentang Wudhu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Wudhu’

2. Apa yang dimaksud dengan Mandi

3. Apa yang dimaksud dengan Tayamum

C. Tujuan Rumusan

1. Untuk Mengetahui tentang Wudhu’

2. Untuk Mengetahui tentang Mandi

3. Untuk Mengetahui tentang Tayamum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Wudhu’

1. Pengertian Wudhu’

Wudhu menurut bahasa berarti bersih dan indah. Sedangkan


pengertian wudhu menurut istilah dalam syariat adalah
peribadatan kepada Allah Azza Wajalla dengan mencuci empat
anggota tubuh (wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki).

Adapun makna wudhu menurut tinjauan syariat,


sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-
Sadlan Hafizahohullah

menyatakan bahwa “ Wudhu adalah menggunakan air yang suci


lagi mensucikan pada anggota-anggota badan yang empat
(wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata cara yang
khusus menurut syariat.Berdasarkan pendapat di atas yang
dimaksud dengan makna wudhu menurut tinjauan syariat
adalah membasuh empat anggota badan yakni wajah, tangan,
kepala serta kaki.

Selain pendapat yang dikemukakan diatas, wudhu adalah


suatu ibadah yang telah ditetapkan Allah Ta’ala dalam Al-Quran
surah Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi :‘‘Yaa Ayuhalladziina
Aamanu idza kumtum ilashalaatifagsiluu wujuhakum
waadiyakum ilalmaroofiq wamsahuubiruusikum waarjulakum
ilal ka’bain…’’.

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman apabila, apabila engkau


hendak shalat, maka basuhlah muka mu dan tangan mu sampai
siku, dan sapulah kepala mu dan (basuhlah) kakimu sampai

3
dengan kedua mata
Kaki”. (QS.Al-Maidah ayat 6)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan


bahwa wudhu adalah merupakan suatu amalan suci dan
memiliki makna keindahan dan kebersihan. Serta merupakan
pendahuluan dalam melaksanakan peribadatan yang mendasar
kepada Allah SWT, yaitu sebagai pendahuluan dalam
melaksanakan ibadah shalat. Adapun pelaksanaannya
didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah disyariatkan
sebagai mana dijelaskan dalam QS Al-Maidah ayat 6 di atas
bahwa wudhu adalah membasuh muka, membasuh kedua
tangan sampai siku, mengusap kepala, dan membasuh kedua
kaki sampai mata kaki dan dilaksanakan secara berurutan,
tanpa diselingi dengan perbuatan apapun.1

2. Rukun Wudhu’

Rukun wudhu adalah suatu perkara yang wajib dikerjakan


ketika

melaksanakan ibadah wudhu. Adapun rukun-rukun wudhu


menurut Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al jibrin (2017:3)
adalah sebagai berikut :

a. Niat

b. Membasuh wajah. Batas bagian wajah yang dibasuh adalah


mulai dari ujung dahi (batas tempat tumbuhnya rambut)
sampai bagian bawah dagu dan batas kanan kiri adalah
telinga.

c. Membasuh kedua tangan sampai siku

1
Anwar Saiful, Kedahsyatan Surat Yasin (Jakarta: Kunci Iman, 2012). hal 121-122

4
d. Menyapu sebagian kepala

e. Membasuh kedua telapak kaki sampai kedua mata kaki.

Ketentuan membasuh ke empat anggota wudhu di atas


(membasuh wajah, membasuh kedua tangan, sampai siku,
menyapu sebagian kepala, dan membasuh kedua kaki) telah
dinyatakan dalam ayat suci Al-Quran surah Al-Maidah ayat 6
yang berbunyi :

“Yaa Ayuhalladziina Aamanu idza kumtum ilashalaati fagsiluu


wujuhakum waadiyakum ilalmaroofiq wamsahuubiruusikum

waarjulakum ilal ka’bain….”

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman apabila, apabila engkau


hendak
shalat, maka basuhlah muka mu dan tangan mu sampai siku,
dan
sapulah kepala mu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan
kedua mata
kaki”. (QS. Al-Maidah ayat 6)
Ayat di atas merupakan suatu bentuk perintah bagi orang-
orang mukmin, yakni orang-orang yang memiliki keyakinan
bahwa Tidak Ada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW Adalah Utusan Allah. Meskipun ayat ini tidak menjelaskan
secara terperinci bagian mana saja yang harus dibasuh, namun
dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
membasuh muka adalah termasuk di dalamnya berkumur-
kumur dan beristinsyaq. Adapun membasuh tangan sampai siku
memiliki pengertian bahwasanya yang dibasuh adalah kedua
tangan mulai dari ujung jari sampai siku dan didahului bagian
kanan. Begitu pula dalam perkara menyapu kepala termasuk di

5
dalamnya adalah membasuh kedua telinga.

Demikian pula dengan perkara membasuh kedua belah kaki


mulai dari ujung jari sampai kedua mata kaki dan disunahkan
untuk mendahulukan anggota bagian kanan, dan dilakukan
secara tertib sesuai urutan yang ditentukan. Dari beberapa
rukun-rukun wudhu yang telah disebutkan di atas semua rukun-
rukunnya merupakan suatu ketentuan yang harus dilakukan
ketika melaksanakan ibadah wudhu. Jika salah satu ketentuan
tersebut tidak dilaksanakan maka tidak sah wudhu seseorang.
Karena ibadah wudhu merupakan ibadah yang telah diatur
ketentuan dan pelaksanaanya sebagaimana tercantum dalam
kitab suci Al-Quran surah Al-Maidah ayat 6.2

B. Mandi

1. Pengertian Mandi

Mandi (bahasa Arab: ‫ )اﻟُﻐﺴﻞ‬merupakan satu amal ibadah


dalam fikih Islam yang bermakna membersihkan seluruh
anggota badan dengan air dari kepala sampai kaki dengan cara-
cara dan urutan tertentu. Mandi ada dua jenis, yaitu: wajib dan
mustahab.

Macam-macam mandi wajib: Mandi janabah, mandi jenazah,


mandi setelah menyentuh jenazah, dan mandi wajib khusus
perempuan yang disebabkan karena haid, nifas dan istihadah.
Sementara mandi sunah diantaranya: Mandi Jumat, mandi
sunah untuk ziarah dan mandi sunah di hari raya Idul Fitri, Idul
Adha dan Idul Ghadir.

Kedua jenis mandi ini dapat dilakukan dengan dua metode,


metode tartibi atau irtimasi, dan sangat diutamakan ketika

2
Abdullah Syaih, Sifat Wudhu’ Nabi SAW (Jawa Timur: Pustaka Ibnu Umar, 2017). hal 65

6
mandi dengan metode tartibi dalam menggunakan air tidak lebih
dari tiga liter.

Pada mandi wajib karena junub, setelah melakukannya bisa


langsung melakukan salat, tanpa harus mengambil wudu lagi,
sementara hukum pada mandi lainnya, terdapat perbedaan
pendapat. Kata «‫ﻏﺴﻞ‬
َ » secara bahasa artinya
mencuci/membersihkan dengan air. Sementara «‫ﻏﺴﻞ‬
ُ » (mandi)
secara istilah fikih adalah mencuci atau membersihkan dengan
air seluruh anggota badan dari kepala sampai kaki dengan cara-
cara tertentu yang telah ditetapkan dalam syariat, dengan
maksud mendekatkan diri dan menjalankan perintah Allah swt.
Dalam pelaksanaan mandi tidak diharuskan membasuh atau
mengusap anggota badan dengan tangan, dan menyiramkan air
yang membasahi seluruh anggota badan, sudah cukup
memenuhi syarat terlaksananya amalan mandi.

Hukum-hukum mandi dijelaskan secara detail dalam bab


Thaharah pada kitab Risālah 'Amaliyah. Alquran pada ayat ke
enam surah Al-Maidah dan ayat 43 surah An-Nisa menjelaskan
mengenai masalah ini dan lebih dari 2400 riwayat berkaitan
dengannya. Salah satu pengaruh maknawi dari mandi adalah
mensucikan ruh dan mempersiapkan diri secara lahir dan batin
untuk mendekatkan diri pada Allah swt dan beribadah.
Disebutkan dalam salah satu riwayat, dilarang bagi seorang
muslim untuk tidur dalam keadaan junub. Mandi diyakini
sebagai satu amalan ibadah. Ahmad bin Muhammad Mahdi
Naraqi. Mustanad al-Syiah. Masyhad: Muassasah Ali al-Bait li
Ahya al-Turats.

2. Dasar hukum mandi Perintah tentang mandi wajib tersebut


tertuang dalam Al-Quran. Ia menuturkan, firman Allah tersebut
tertuang pada surat An-Nisa ayat 43.

7
Dasar Hukum Mandi Wajib Ada beberapa firman Allah SWT
yang menyuruh hambanya untuk melaksanakan mandi wajib.
Seperti di surat An-Nisa ayat 43 dan surat Al-Maidah ayat 6.
Berikut bunyi surat An-Nisa ayat 43:

‫ﻦ َأُّﻳَﻬﺎ َﻳﺎ‬
َ ‫ﺼَﻠﺎَة َﺗْﻘَﺮُﺑﻮا َﻟﺎ آَﻣُﻨﻮا اَّﻟِﺬﻳ‬
َّ ‫ﻢ اﻟ‬
ْ ‫ى َوَأْﻧُﺘ‬
ٰ ‫ﺳَﻜﺎَر‬
ُ ‫ﻰ‬
ٰ ‫ﺣَّﺘ‬
َ ‫َﻣﺎ َﺗْﻌَﻠُﻤﻮا‬
َ ‫ﺟُﻨًﺒﺎ َوَﻟﺎ َﺗُﻘﻮُﻟﻮ‬
‫ن‬ ُ ‫ﻋﺎِﺑِﺮي ِإل‬
َ ‫ﻞ‬
ٍ ‫ﺳِﺒﻴ‬
َ ‫ﻰ‬
ٰ ‫ﺣَّﺘ‬
َ ‫ﺴُﻠﻮا‬
ِ ‫ۚ َﺗْﻐَﺘ‬ ْ ‫ﻢ َوِإ‬
‫ن‬ ْ ‫ﻰ ُﻛْﻨُﺘ‬
ٰ ‫ﺿ‬
َ ‫َأْو َﻣْﺮ‬
ٰ ‫ﻋَﻠ‬
‫ﻰ‬ َ ‫ﺳَﻔٍﺮ‬
َ ‫ﺟﺎَء َأْو‬
َ ‫ﺣٌﺪ‬
َ ‫ﻢ َأ‬
ْ ‫ﻦ ِﻣْﻨُﻜ‬
َ ‫ﻂ ِﻣ‬
ِ ‫ﻢ َأْو اْﻟَﻐﺎِﺋ‬
ُ ‫ﺴُﺘ‬
ْ ‫ﺴﺎَء َﻟﺎَﻣ‬
َ ‫ﻢ اﻟِّﻨ‬
ْ ‫ﺠُﺪوا َﻓَﻠ‬
ِ ‫َﻣﺎًء َﺗ‬
‫ﺻِﻌﻴًﺪا َﻓَﺘَﻴَّﻤُﻤﻮا‬
َ ‫ﻃِّﻴًﺒﺎ‬
َ ‫ﺤﻮا‬
ُ ‫ﺴ‬
َ ‫ﻢ َﻓﺎْﻣ‬
ْ ‫ﻫُﻜ‬
ِ ‫ﺟﻮ‬
ُ ‫ﻢ ِﺑُﻮ‬
ْ ‫ۗ َوَأْﻳِﺪﻳُﻜ‬ َّ ‫ن اﻟَّﻠَﻪ ِإ‬
‫ن‬ َ ‫ﻋُﻔًّﻮا َﻛﺎ‬
َ
‫ﻏُﻔﻮًرا‬
َ

Artinya: "Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu


mendekati salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai
kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu
hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali
sekadar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi
junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan
atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf,
Maha Pengampun,"

Berikut bunyi surat Al-Maidah ayat 6:

‫ﻦ ٰٓﻳَﺎُّﻳَﻬﺎ‬
َ ‫ﻢ ِاَذا ٰاَﻣُﻨْٓﻮا اَّﻟِﺬْﻳ‬
ْ ‫ﺼٰﻠﻮِة ِاَﻟﻰ ُﻗْﻤُﺘ‬
َّ ‫ﺴُﻠْﻮا اﻟ‬
ِ ‫ﻏ‬
ْ ‫ﻢ َﻓﺎ‬
ْ ‫ﻫُﻜ‬
َ ‫ﺟْﻮ‬
ُ ‫ﻢ ُو‬
ْ ‫َوَاْﻳِﺪَﻳُﻜ‬
‫ﻖ ِاَﻟﻰ‬
ِ ‫ﺤْﻮا اْﻟَﻤَﺮاِﻓ‬
ُ ‫ﺴ‬
َ ‫ﻢ َواْﻣ‬
ْ ‫ﺳُﻜ‬
ِ ‫ﻢ ِﺑُﺮُءْو‬
ْ ‫ﺟَﻠُﻜ‬
ُ ‫ﻦ ِاَﻟﻰ َوَاْر‬
ِۗ ‫ن اْﻟَﻜْﻌَﺒْﻴ‬
ْ ‫ﻢ َوِا‬
ْ ‫ﺟُﻨًﺒﺎ ُﻛْﻨُﺘ‬
ُ
‫ﻃَّﻬُﺮْوۗا‬
َّ ‫ن َﻓﺎ‬
ْ ‫ﻢ َوِا‬
ْ ‫ﺿﻰ ُﻛْﻨُﺘ‬
ٰٓ ‫ﻋٰﻠﻰ َاْو َّﻣْﺮ‬
َ ‫ﺳَﻔٍﺮ‬
َ ‫ﺟۤﺎَء َاْو‬
َ ‫ﺣٌﺪ‬
َ ‫ﻢ َا‬
ْ ‫ﻦ ِّﻣْﻨُﻜ‬
َ ‫ﻂ ِّﻣ‬
ِ ‫َاْو اْﻟَﻐۤﺎِٕﯨ‬
ُ ‫ﺴُﺘ‬
‫ﻢ‬ ْ ‫ﺴۤﺎَء ٰﻟَﻤ‬
َ ‫ﻢ اﻟِّﻨ‬
ْ ‫ﺠُﺪْوا َﻓَﻠ‬
ِ ‫ﺻِﻌْﻴًﺪا َﻓَﺘَﻴَّﻤُﻤْﻮا َﻣۤﺎًء َﺗ‬
َ ‫ﻃِّﻴًﺒﺎ‬
َ ‫ﺤْﻮا‬
ُ ‫ﺴ‬
َ ‫ﻢ َﻓﺎْﻣ‬
ْ ‫ﻫُﻜ‬
ِ ‫ﺟْﻮ‬
ُ ‫ِﺑُﻮ‬
ْ ‫َۗﻣﺎ ِّﻣْﻨُﻪ َوَاْﻳِﺪْﻳُﻜ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻞ اﻟّٰﻠُﻪ ُﻳِﺮْﻳُﺪ‬
َ ‫ﺠَﻌ‬
ْ ‫ﻢ ِﻟَﻴ‬
ْ ‫ﻋَﻠْﻴُﻜ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ج ِّﻣ‬
ٍ ‫ﺣَﺮ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻢ ُّﻳِﺮْﻳُﺪ َّوٰﻟِﻜ‬
ْ ‫ﻄِّﻬَﺮُﻛ‬
َ ‫ِﻟُﻴ‬
َّ ‫ٗ َوِﻟُﻴِﺘ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻢ ِﻧْﻌَﻤَﺘﻪ‬
ْ ‫ﻋَﻠْﻴُﻜ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ ‫ن َﻟَﻌَّﻠُﻜ‬
َ ‫ﺸُﻜُﺮْو‬
ْ ‫َﺗ‬

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu


berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu
dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu

8
dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam
perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau
menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air,
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu
dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan
bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu
bersyukur,"

3. Syarat dan Rukun Mandi

a. Syarat Mandi

Adapun syarat sah melakukan mandi wajib adalah


sebagai berikut:

1) Beragama Islam.

2) Tamyiz (sudah bisa membedakan hal yang baik dan


buruk).

3) Suci dari haid, nifas, wadilah.

4) Tidak ada hal yang mencegah mengalirnya air pada


anggota tubuh.

5) Mengetahui hukum wajibnya mandi dan wudhu dengan


baik.

6) Tidak ada yang dapat mengubah datangnya air, contohnya


tinta.

7) Air yang digunakan harus suci dan menyucikan.

8) Sudah memasuki waktu sholat.

b. Rukun dan Cara Pelaksanaan Mandi Wajib

Untuk proses cara mandi dalam islam telah disampaikan


teknisnya oleh Rasulullah SAW, untuk menjelaskan cara
mensucikan yang benar. Untuk menjalankan mandi wajib,

9
berikut merupakan caranya yang diambil dari HR Muslim dan
Bukhari, serta mengenai bab tata cara pelaksanaan mandi
wajib:

1) Niat untuk Mengangkat Hadas Besar Semua sesuatu tentu


berasal dari niatnya. Maka dari itu, termasuk pada
pelaksanaan mandi wajib pun wajib diawali dari niat.
Untuk bacaan niatnya adalah “Aku berniat untuk
mengangkat hadas besar kerana Allah Taala”. Setelah itu
bisa kita membaca bismillah, sebagai memulai untuk
mensucikan diri. Hal tersebut disebabkan ada banyak
“bismillah” jika dibacakan seorang muslim dalam
aktivitasnya.

2) Niat Mandi Wajib Setelah Berhubungan Intim “Nawaitul


ghusla liraf’il hadatsil akbari minal janabati fardhan lillahi
ta’ala.” Artinya: “Dengan menyebut nama Allah aku berniat
mandi untuk membersihkan hadas besar dari jinabah,
fardu karena Allah Ta’ala.”

3) Niat Mandi Wajib Setelah Nifas dan Haid Jika hadas besar
pada perempuan sebabkan karena keluarnya darah dari
organ intim setelah melahirkan atau nifas, sehingga niat
mandi wajib yang harus dibaca ialah sebagai berikut:
“Nawaitu ghusla liraf’il hadatsil akbar minan nifasi
fardhan lillahi ta’ala.” Artinya: “Dengan menyebut nama
Allah aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar
dari nifas, fardu karena Allah Ta’ala.” Setelah mengucap
niat, dilanjutkan tata cara mandi wajib ataupun junub.
Langkahnya sama baik untuk laki-laki serta perempuan.

4) Membasuh Seluruh Anggota Badan yang Zahir. “Ummu


Salama RA, aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang

10
bagaimana cara mandi, lalu beliau berkata, “Mandilah
engkau ambil tiga raup air ke arah kepala. Kemudian
ratakannya seluruh badan. Maka dengan cara itu, sucilah
engkau” (HR Muslim) Membasuh seluruh anggota badan
termasuk kulit ataupun rambut dengan air serta
meratakan air pada rambut hingga ke pangkalnya. Selain
itu pun wajib membasahi ke seluruh bagian badan
termasuk rambut, bulu yang ada pada seluruh tubuh,
telinga, juga kemaluan pada bagian belakang ataupun
depan.

5) Rambut dalam Kondisi Terurai/Tidak Terikat Untuk mandi


besar, maka pada bagian rambut perlu dalam kondisi yang
terurai atau tidak terikat. Hal itu untuk mensucikan seluruh
badan, sedangkan jika terikat maka tidak sempurna untuk
kebersihan mandinya. Dikhawatirkan tidak semua bagian
dibasuh atau basah terkena air. Selain itu, juga selepas
dalam kondisi haidh bagi wanita mencukur bulu kemaluan.
Memangkas bulu kemaluan dalam pandangan islam
adalah suatu yang juga sangat disarankan mencukur bulu
kemaluan pria dalam islam pun sangat dianjurkan. Hal
tersebut bisa menambah kebersihan, serta tidak banyak
kotoran yang tersisa yang masih menempel dalam bulu di
badan. Tetapi, perlu diperhatikan kembali walaupun
mencukur bulu dan rambut dianjurkan dalam islam,
namun berbeda dengan mencukur bulu alis. Ada hukum
mencukur alis dalam islam yang perlu diperhatikan bagi
kaum wanita.

6) Memberikan Wewangian bagi Wanita yang Setelah Haid


“Ambillah sedikit kasturi kemudian bersihkan dengannya”
Hal ini sifatnya tidak wajib atau bersifat sunah saja. Untuk

11
para wanita, maka bisa memberikan berbagai wewangian
ataupun sari-sari bunga yang bisa membersihkan dan
memberi wangi.3

C. Tayamum

1. Pengertian Tayamum

Tayamum (bahasa Arab: ‫ )ﺗﻴﻤﻢ‬mengacu pada tindakan


menyucikan diri tanpa menggunakan air dalam Islam, yaitu si
dengan menggunakan pasir atau debu. Secara literal atau
bahasa, tayamum bermakna al-qashd, wa al-tawajjuh (maksud
dan mengarahkan). Seorang anak sedang bertayamum dengan
pasir. Tayamum disyariatkan berdasarkan firman Allah SWT
sebagai berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur".
(QS. Al-Maidah [5]:6)

Selain surat diatas, Allah juga memperbolehkan tayamum


melalui firman-Nya yang berbunyi:

"Dan jika kamu sakit tau sedang dalam musafir atau datang
dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapati air, maka bertayamumlah
kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun." (QS. An-Nissa [4]:43)

3
Buharnudin Cepi, Tuntunan Sholat Lengkap (Jakarta: Dzikussahadah, 2014). hal 145

12
Hadits Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan
tayamum adalah sebagai berikut:

“Dari Abdullah bin Zaid: "Kami pernah melakukan perjalanan


bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kami tidak
memiliki air yang cukup untuk bersuci. Maka beliau bersabda,
'Jika kalian tidak menemukan air selama satu hari atau satu
malam, maka tayammumlah dengan tanah yang baik kemudian
bersucilah (dengan shalat).'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudu atau mandi


wajib.4

2. Alat yang digunakan untuk Tayamum

Para ulama menyepakati bahwa tayamum dilakukan


menggunakan tanah yang suci. Tayamum hanya dilakukan
ketika tidak ada air sama sekali atau ada air tetapi takut untuk
memakainya. Para ulama berbeda pendapat dengan jenis tanah
yang digunakan. Mazhab Hambali berpendapat bahwa tayamum
hana dilakukan dengan menggunakan tanah yang suci atau
pasir yang berdebu. Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki
berpendapat bahwa tanah yang digunakan untuk bersuci adalah
segala jenis tanah dan bagiannya. Tanah ini meliputi batu yang
tidak bertanah sampai pasir yang tidak berdebu. Mazhab Maliki
menambahkan bahwa tayamum juga boleh dilakukan dengan
bagian apapun dari Bumi, termasuk tumbuhan.5

3. Rukun dan Syarat Tayamum

4
Muhammad bin’ Abdurahman, Fiqih Empat Mahzab (Bandung: Hasyimi, ISBN, 2017). hal
78

13
a. Rukun Tayamum

Ada 4 yaitu:

1) Niat, bersamaan dengan sapuan pertama

2) Mengusap seluruh bagian wajah dengan tanah

3) Mengusap kedua tangan sampai siku

4) Tertib. Dalam bertayamum tidak cukup berniat


menghilangkan hadas saja, sebab tayamum tidak
menghilangkan hadas. Dalam tayamum, harus berniat
untuk diperbolehkan salat.

Sedangkan sunnah tayamum ada tiga, yaitu:

1) Membaca basmalah

2) Meniup kedua telapak tangan setelah menepukkan tangan


ke debu atau pasir,

3) Mendahulukan anggota kanan dari yang kiri.

b. Syarat Tayamum

Syarat-syarat Tayamum Syaikh Abdurrahman Al-


Juzairi menerangkan dalam buku Al-Fiqh 'Ala Al-Madzahib Al
-Arba'ah, agar tayamum dapat dianggap sah, maka
seseorang harus memenuhi syarat tayamum berikut ini:

1) Masuk waktu. Karena itu, apabila seseorang bertayamum


sebelum masuk waktu salat, maka tayamumnya tidak sah.

2) Niat.

3) Beragama Islam.

4) Melakukan pencarian terlebih dulu ketika tidak


mendapatkan air untuk berwudhu.

14
5) Tidak ada penghalang pada anggota tubuh yang akan
diusapkan, seperti lilin, mentega, atau benda lain yang
membuat kulit tidak dapat tersentuh secara langsung.

6) Tidak dalam keadaan haid atau nifas.

7) Adanya alasan untuk bertayamum.

8) Selain itu, tayamum juga memiliki beberapa syarat wajib


yang harus dipenuhi seperti halnya wudhu dan mandi
besar. Disebutkan dalam Kitab Bidayatul Mujtahid wa
Nihayatul Muqtashid karya Ibnu Rusyd, beberapa syarat
tayamum adalah niat, berusaha mencari air, dan
masuknya waktu salat.6

6
Ash’ Shiddiegy, Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Islam, 2014). hal 54

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wudhu menurut bahasa berarti bersih dan indah. Sedangkan


pengertian wudhu menurut istilah dalam syariat adalah peribadatan
kepada Allah Azza Wajalla dengan mencuci empat anggota tubuh
(wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki). Rukun wudhu adalah
suatu perkara yang wajib dikerjakan ketika melaksanakan ibadah
wudhu.

Mandi (bahasa Arab: ‫ )اﻟُﻐﺴﻞ‬merupakan satu amal ibadah dalam


fikih Islam yang bermakna membersihkan seluruh anggota badan
dengan air dari kepala sampai kaki dengan cara-cara dan urutan
tertentu. Macam-macam mandi wajib: Mandi janabah, mandi
jenazah, mandi setelah menyentuh jenazah, dan mandi wajib

16
khusus perempuan yang disebabkan karena haid, nifas dan
istihadah. Sementara mandi sunah diantaranya: Mandi Jumat,
mandi sunah untuk ziarah dan mandi sunah di hari raya Idul Fitri,
Idul Adha dan Idul Ghadir.

Tayamum (bahasa Arab: ‫ )ﺗﻴﻤﻢ‬mengacu pada tindakan


menyucikan diri tanpa menggunakan air dalam Islam, yaitu si
dengan menggunakan pasir atau debu. Secara literal atau bahasa,
tayamum bermakna al-qashd, wa al-tawajjuh (maksud dan
mengarahkan). Seorang anak sedang bertayamum dengan pasir.

B. Saran

Kami sebagai penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh


dari kata sempurna , maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami
dan bisa menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan makalah untuk
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Syaih, Sifat Wudhu’ Nabi SAW (Jawa Timur: Pustaka Ibnu
Umar, 2017)
Anwar Saiful, Kedahsyatan Surat Yasin (Jakarta: Kunci Iman, 2012)
Ash’ Shiddiegy, Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Islam, 2014)
Buharnudin Cepi, Tuntunan Sholat Lengkap (Jakarta: Dzikussahadah,
2014)
Muhammad bin’ Abdurahman, Fiqih Empat Mahzab (Bandung: Hasyimi,
ISBN, 2017)

17

Anda mungkin juga menyukai