Dosen Pengampu :
Zahrotul Mutmainnah,S.Hum
Disusun Oleh
Maura Ainun Najla
14225345
B/KM/1
Artinya: “Sebuah nama untuk menunjukan perkerjaan yang berupa menggunakan air pada
anggota-anggota badan tertentu disertai dengan niat.” Maksudnya, jika huruf wawu-nya
difathah (wadhu’) maka artinya berbeda dengan wudhu. Wadhu' adalah nama untuk
menyebut alat yang digunakan untuk berwudhu, yaitu air.
Pengertian wudhu, juga tak selamanya berkaitan dengan ritual bersuci sebelum shalat atau
beribadah yang lain. Tergantung konteks kalimatnya.
Artinya: “Yang dimaksud kata ‘berwudhulah’ dalam hadits di atas adalah membasuh tangan
dan mulut agar terbebas dari bau.”
Mengutip buku Fiqih Wudhu Versi Madzhab Syafi'iy oleh Muhammad Ajib, Lc., MA,
wudhu berasal dari bahasa Arab yang artinya kebersihan. Sedangkan, secara istilah wudhu
adalah aktivitas khusus menggunakan air pada anggota badan yang diawali dengan niat.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, berbagai derivasi pengertian wudhu, jelas bahwa yang
dinginkan oleh Allah SWT dengan wudhu adalah kebersihan dan keindahan.
Perintah berwudhu sebelum sholat ini telah dijelaskan dalam Al Quran. Allah berfirman:
ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن ِ ِٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف
ۤضى اَوْ ع َٰلى َسفَر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤاى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َما ًء ٓ ٰ َْواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر
ِٕ ٍ
ٗج و َّٰل ِك ْن ي ُِّر ْي ُد ِليُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَه هّٰللا
ٍ طيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر
َ ص ِع ْيدًا َ فَتَيَ َّم ُموْ ا
ََعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن
Rukun wudhu
Sebelum wudhu, ada sejumlah rukun yang harus dipenuhi seorang muslim. Pemenuhan
rukun wudhu ini dapat menentukan sah atau tidaknya wudhu yang dilakukan seseorang.Jika
semua rukunnya terpenuhi, maka wudhu dianggap sah. Sebaliknya, jika tidak terpenuhi,
wudhu dianggap tidak sah sehingga sholat yang diawali dengan wudhu tersebut turut tidak
sah amalannya. Terdapat perbedaan kesepakatan antara mazhab Syafi’i dan mazhab Hanafi
terkait rukun wudhu
1. Membasuh wajah
2. Membasuh dua tangan sampai siku-siku
3. Mengusap kepala atau rambut (minimal seperempat kepala)
4. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
Menurut Imam Hanafi, niat bukan bagian dari rukun wudhu, meskipun terdapat hadist yang
berbunyi: “Sesungguhnya sahnya beberapa amal harus disertai niat, setiap orang akan
memperoleh atas apa yang ia niati.” (HR Bukhari Muslim)
Imam Hanafi berpendapat bahwa dalam hadist tersebut tidak menunjukkan kewajiban dari
niat adanya niat wudhu, oleh karena itu niat ketika berwudhu bukan menjadi hal wajib,
melainkan sunnah, sebab niat menjadi bentuk kesempurnaan dalam suatu ibadah. Beliau juga
tidak mewajibkan adanya Tartib (berurut-urutan) dalam berwudhu, sebab dalam kitab suci
Al-Quran tidak menyebutkan adanya ayat yang mewajibkan tartib ketika berwudhu.
Sebagaimana yang telah tertera dalam surat Al-Maidah ayat 6, yang menunjukkan bahwa
kewajiban membasuh beberapa anggota tubuh dan mengusap kepala, sama sekali tidak ada
yang menunjukkan kewajiban tartib dalam membasuh anggota tubuh.
Berdasarkan adanya kesepakatan oleh beberapa ulama, ada empat rukun (hal-hal yang
harus dilaksanakan supaya dianggap sah) dalam berwudhu yang semuanya telah disebutkan
dalam kitab suci Al-Quran, yakni:
1. Niat Wudhu
Seperti yang telah diungkapkan oleh Imam Syafi’i bahwa niat wudhu merupakan
salah satu bagian dari rukun wudhu yang wajib dilaksanakan. Berikut adalah doa dari niat
sebelum wudhu:
ً ص َغ ِر فَ ْر
ضا ِهللِ تَ َعالَى ِ ض ْو َء لِ َر ْف ِع ا ْل َح َد
ْ َث ْاال ُ ا ْل ُو
(Nawaitul whuduua liraf’il hadatsil asghari fardhal lillahi ta’ala)
Artinya:“Aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardhu karena Allah
Lillahi Ta’ala”
2. Membasuh Wajah
Rukun kedua ini sebagaimana telah disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 6, yang
berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak shalat, maka basuhlah
mukamu”.
Maksud dari “membasuh muka” adalah dengan meratakan air pada satu anggota tubuh yakni
wajah hingga air tersebut menetes.Adapun batas wajah yang harus dibasuh adalah antara
tempat tumbuhnya rambut kepala hingga ke bawah janggut, dengan secara melintang antara
kedua belah daun telinga.
3.Membasuh Kedua Tangan Sampai ke Siku
Rukun ketiga ini didasarkan pada surat Al-Maidah ayat 6, yang berbunyi “Maka basuhlah
wajahmu dan tanganmu sampai ke siku.”
Siku merupakan sendi yang menghubungkan antara bahu sampai ke telapak tangan. Imam
Syafi’i pernah berkata: “Saya belum mengetahui ada seorang ulama yang mengingkari
bahwa siku termasuk sesuatu yang wajib dibasuh.”
Muncu lah pertanyaan “bagaimana aturan berwudhu pada rukun ketiga ini dilakukan pada
orang yang cacat fisik?Jika ada seseorang yang cacat fisik dengan tangan buntung, maka
dirinya hanya cukup membasuh anggota tangan yang masih tersisa beserta kedua
sikunya.Sementara, jika cacat fisik dengan buntung di atas kedua tangan, maka dirinya hanya
cukup membasuh pada anggota tubuh yang masih tersisa dari kedua siku tersebut.Dan jika
cacat fisiknya dengan buntung yang tidak menyisakan sama sekali dari kedua siku, maka
dirinya tidak wajib untuk membasuh tangan.
4. Mengusap Kepala
Rukun keempat ini berdasarkan firman Allah SWT dalam ayat Al-Maidah ayat 6, yang
berbunyi: “…Dan usaplah kepala kamu”
Mengusap kepala tidak hanya sekadar menggerakkan kedua tangan seraya mengusapkannya
ke kepala saja, tetapi dengan meletakkan dan menggerakkan tangan atau jari-jari di atas
kepala atau anggota tubuh lainnya.
6.Tertib
Tertib adalah mendahulukan anggota tubuh yang seharusnya di awal dan mengakhirinya
dengan anggota tubuh yang seharusnya di akhir.Setelah rukun wudhu selesai dilaksanakan,
maka kita harus membaca bacaan doa setelah wudhu, yang bunyinya:
Artinya:“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya
Allah, jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat dan jadikanlah
aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci (saleh).”
Hal hal yang membatalkan wudhu
Menurut Imam Hanafi, terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan batalnya sebuah
wudhu, yakni:
1. Keluarnya sesuatu dari salah satu dua jalan (kemaluan, baik dari depan maupun dari
belakang).
2. Keluar darah atau nanah dari satu anggota badan yang melebihi batas tempat keluarnya
(darah atau nanah keluar dalam jumlah yang banyak).
3. Muntah.
4. Tidur telentang, miring, atau bersandar.
5. Hilang akal sebab gila, epilepsi, atau mabuk.
6. Qohqohah (tertawa dengan keras).
1. Keluarnya sesuatu dari salah satu dua jalan (kemaluan, baik dari depan maupun dari
belakang, kecuali sperma)
2. Tidurnya orang yang tidak menetapkan pantatnya pada tempat duduk.
3. Hilang akal sebab gila, epilepsi, mabuk, atau sakit.
4. Bersentuhan kulit dengan seseorang yang bukan mahramnya.
5. Menyentuh alat kelamin (milik sendiri atau orang lain) dengan telapak tangan maupun jari-
jari tangan.
1. MUNTAH
Muntah adalah keluarnya makanan atau minuman dari lambung melalui mulut. Tidak
hanya saat perut kosong,tetapi ada dua pendapat dalam mazhab Hanafi bahwa jika seseorang
muntah seteguk, maka muntah tersebut dapat membatalkan wudhu. Di sisi lain, menurut
mazhab Maliki dan Syafi’i, muntah tidak dapat membatalkan wudhu. Hal ini karena
Rasulullah pernah muntah satu kali setelah wudhu dan tidak mengulangi wudhunya.
2.Hilang Kesadaran
Kehilangan kesadaran yang dimaksud adalah kegilaan, pingsan, mabuk, dan hal-hal lain
yang dapat melumpuhkan atau melemahkan seseorang. Termasuk tidur, juga dapat
membatalkan wudhu. Hal ini dikarenakan saat tidur, maka beberapa anggota tubuh menjadi
tidak berfungsi dan tubuh kita menjadi tidak sadarkan diri. Menurut hadits, Abudawood
berkata: “Mata adalah penjaga anus. Karena itu, setiap orang yang tidur harus wudhu.”
Artinya: “Atau salah satu dari kalian telah datang dari kamar mandi”.
5. Menyentuh Kemaluan
Saat sudah selesai wudhu maka janganlah menyentuh bagian kemaluan, baik kemaluan
sendiri maupun kemaluan orang lain. Pada dasarnya kemaluan memiliki najis dan hadas,
sehingga dilarang menyentuhnya agar wudhu kita tidak batal tanpa ada batasan. Hal yang
membatalkan wudhu ini juga dijelaskan dalam hadis riwayat Ahmad dan ibnu hibban bahwa
Rasullullah bersabda,
ضْأ
َّ َم ْن َمسَّ َذ َك َرهُ فَ ْليَت ََو
siapa yang tangannya menyentuh kemaluan, tanpa ada yang membatasi maka wajib
berwudhu”.
6. Tertawa Keras
Pada umumnya, ketika kita berdoa dan bersuci untuk beribadah kepada Allah SWT,
maka kita perlu menjaga sikap sopan santun. Perilaku ini bertentangan dengan sikap kita
ketika ingin berdoa kepada Allah SWT. Itulah sebabnya tertawa dengan keras atau terbahak-
bahak dan berlebihan dianggap sebagai tingkah laku yang tidak sopan. Saat akan melakukan
ibadah sebaiknya kita mempersiapkan hati dan fisik kita untuk beribadah kepada Allah SWT
dengan hikmat dan berperilaku baik. Tertawa yang menunjukan orang sedang bahagia jika
dilakukan secara berlebihan juga tidak baik, apa lagi saat kita hendak beribadah kepada Allah
SWT.
7.Memandikan Mayat
Jika seseorang memandikan jenazah maka ia telah menyentuh seluruh bagian tubuh
jenazah tersebut. Jika orang tersebut sudah wudhu dan secara tidak sengaja menyentuh alat
kelamin mayat, maka wudhunya bisa batal. Ia harus mengulang wudhunya agar bersih
kembali. Setelah memandikan jenazah, maka orang tersebut perlu wudhu lagi jika ingin
menyolatinya. Jadi,wudhu sebelumnya tidak dianggap sah untuk shalat jenazah setelah
memandikannya. Dalam Hadits Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, Abu Hurairah berkata,
“Setidaknya dia harus wudhu karena tangan mereka biasanya tidak aman dari menyentuh
alat kelamin mayat.”
sunnah wudhu yang bisa Anda lakukan agar bisa mendapatkan kebaikan dari Allah
SWT.
1.Membaca Bismillah
Sunnah wudhu selanjutnya dengan membaca niat wudhu. Dalam Kitab Al-Majmu'
Syarh al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi (wafat 676 H) disebutkan bahwa
disunnahkan membaca niat wudhu sebelum berwudhu. Nawaitul whuduua liraf'il
hadatsil asghari fardal lillaahi ta'aalaa. Artinya: Saya niat wudhu untuk menghilangkan
hadas kecil fardhu karena Allah Ta'ala. Hal ini dilakukan agar bisa membantu niat
dalam hati ketika membasuh wajah.
Mencuci tangan Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H)
disebutkan bahwa, membasuh atau menyuci kedua tangan termasuk sunnah wudhu.
Dari sahabat Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda: "Jika salah satu
dari kalian bangun dari tidur maka janganlah memasukkan kedua tangan ke dalam
wadah air hingga dia mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu dimana
tangannya tadi malam." (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Bersiwak siwak
6. Berkumur-kumur
wudhu, berkumur, cuci tangan Dalam Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’
(wafat 593 H) disebutkan bahwa sunnah wudhu adalah berkumur-kumur. Dalilnya
adalah hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim: Dari Humran bahwa Utsman
RA meminta air wudhu: "… Lalu berkumur-kumur dan menghirup air dengan
hidung dan mengembuskannya keluar. Kemudian Utsman berkata: "Saya melihat
Rasulullah SAW berwudhu seperti wudhu-ku ini." (HR. Bukhari Muslim)
7. Istinsyaq
Dari Abdullah bin Yazid bin Ashim tentang cara berwudhu, dia berkata:
"Rasulullah mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang
dan dari belakang ke muka." Dalam lafaz lain, "Beliau mulai dari bagian depan
kepalanya sehingga mengusapkan kedua tangannya sampai pada tengkuknya lalu
mengembalikan kedua tangannya ke bagian semula." (HR. Bukhari Muslim)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW mengusap kepala dan dua telinganya. Beliau
memasukkan dua jari telunjuk (ke bagian dalam daun telinga), sedangkan kedua
jempolnya ke bagian luar daun telinga. Beliau mengusap sisi luar dan dalam telinga.
(HR. Ibnu Majah) Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H)
disebutkan sunnah wudhu adalah mengusap kedua telinga. Disunnahkan saat sedang
mengusap telinga pakailah air yang baru. Maksudnya tidak menggunakan air bekas
untuk mengusap kepala. Dan juga hadis sahih riwayat Imam al-Hakim: Dari
Abdullah bin Zaid al-Anshari, bahwa dirinya pernah melihat Rasulullah berwudhu,
lalu membasuh kedua telinganya dengan air yang baru, bukan air bekas membasuh
kepalanya. (HR. Hakim)
.Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah
wudhu adalah menyela jenggot yang lebat dan menyela jari-jari tangan dan kaki.
Dalilnya adalah hadis sahih riwayat Imam Abu Dawud dan Imam Al-Baihaqi: Dari
Anas bin Malik, Nabi SAW bila berwudhu mengambil secukupnya dari air, dan
memasukkannya ke bawah dagunya dan meresapkan air ke jenggotnya. Beliau
bersabda: "Beginilah Tuhanku memerintahkanku." (HR. Abu Daud dan Baihaqi)
Adapun dalil kesunnahan menyela pada jari tangan dan kaki, (takhlil al-ashabi’),
adalah hadis berikut: Dari 'Ashim bin Laqith, dari ayahnya (Laqith), ia berkata:
Rasulullah bersabda: Jika engkau berwudhu, ratakanlah wudhu dan basahi sela-sela
jari dengan air. (HR. Tirmizi, Nasa’i, dan Abi Dawud
Mencuci tangan.Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (w. 593 H)
disebutkan sunnah wudhu adalah mendahulukan bagian kanan baru setelah itu
dilanjutkan ke bagian kiri. Dalilnya adalah hadis shahih berikut: Dari Abu Hurairah,
ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Bila kalian berpakaian dan berwudhu maka
mulailah dari bagian-bagian kananmu." (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi)
Dalam kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja’ (wafat 593 H) disebutkan sunnah
wudhu selanjutnya dengan membasuh atau mengusap 3 kali. Dalilnya adalah hadis
shahih berikut ini: Dari Ibnu Umar, ia berkata: Bahwa Nabi SAW membasuh
anggota wudhu masing-masing satu kali lalu bersabda: "Ini adalah amal yang Allah
tidak akan menerimanya kecuali dengan cara ini." Kemudian beliau membasuh
masing-masing dua kali dan bersabda: "Ini yang membuat Allah melipatgandakan
amal dua kali lipat." Kemudian beliau membasuh masing-masing tiga kali dan
bersabda: "Ini adalah wudhu'ku dan wudhu'nya para Nabi sebelumku." (HR.
Daruquthuni)
Dalam Kitab Imta'ul Asmaa’ Fii Syarhi Matni Abi Syujaa’ karya Dr. Syifaa' binti
Dr. Hasan Hitou disebutkan bahwa, berdoa setelah wudhu merupakan bagian dari
sunnah wudhu yang dianjurkan untuk dikerjakan. Dalilnya adalah hadis shahih
berikut ini: Dari Umar, ia berkata Rasulullah bersabda: Siapa pun di antara kalian
yang berwudhu, dan menyempurnakan wudhunya, lalu membaca: "asyhadu alla
ilaaha illallahu wahdahuulaa syariikalah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa
rasuuluh…", pasti akan dibukakan baginya pintu-pintu surga. (HR. Muslim dan
Tirmizi). Dalam riwayat Tirmizi ditambahkan bacaan: "Allahummaj'alni minat
tawwabiina waj'alni minal mutathohhiriin." (HR. Tirmizi)
Daftar pustaka
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1456078-sunnah-wudhu
https://www.gramedia.com/literasi/rukun-wudhu/amp/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-wudhu-dan-rukunnya-yang-wajib-
diamalkan-umat-muslim-1vgUAWLvZKk
https://m.merdeka.com/trending/pengertian-wudhu-dan-tayamum-lengkap-dengan-dalil-serta-
syarat-wajibnya-kln.html