Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TAHAROH (WUDHU, TAYAMUM,MANDI WAJIB)

Disusun oleh kelompok 1

Apri janu Mahendra(2022151081)

Miftahul janah(2022151108)

Indra fahlevi(2022151107)

Dosen pengampun:bpk Harist Al Agam Lainu

Fkip penjaskes universitas PGRI tahun ajaran 2022/2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Wudhu dan Tayamum................................................................3

2.2 Syarat Sah Wudhu dan Tayamum................................................................4

2.3 Fardhu (Rukun) Wudhu dan Tayamum........................................................5

2.4 Sunnah Wudhu dan Tayamum.....................................................................6

2.5 Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Tayamum...........................................8

2.6 Mandi Wajib.................................................................................................9

2.7 Hal-Hal Yang Terlarang Bagi Orang Yang Berhadas................................17

BAB III PENUTUP..............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Wudhu, Tayamum, dan Mandi”. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah pendidikan agama.
Atas bimbingan bapak dosen dan saran dari teman-teman maka di susunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memeroleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terkait. Dalam menyusun makalah ini kami berusaha dengan segenap kemampuan
untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai pemula tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Wr.Wb
Palembang, 19 maret 2023

Penulis(kelompok 1)

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’,
wudhu ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air
pada setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast
kecil.
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur).
Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam kitab-
kitab fiqih, para ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah ghusl janabah (‫ال‬
‫( ج ناب ة غ سل‬atau mandi janabah. Secara bahasa, Ibnu Faris dalam kamus Maqayis
AlLughah menjelaskan bahwa janabah itu sendiri berarti jauh, lawan dari kata
dekat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apakah pengertian Wudhu dan Tayamum

2. Apa saja syarat Wudhu dan Tayamum?

3. Bagaimana Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum?

4. Apa saja yang dapat membatalkan wudhu?

5. Apakah pengertian dari Mandi Wajib

6. Apa saja pekerjaan yang dilarang karena hadas?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan

1
masalah diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian Wudhu dan Tayamum

2. Untuk mengetahui syarat Wudhu dan Tayamum?


3. Untuk mengetahui Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum?

4. Untuk mengetahui hal yang dapat membatalkan wudhu?

5. Untuk mengetahui pengertian dari Mandi Wajib

6. Untuk mengetahui pekerjaan yang dilarang karena hadas?

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wudhu dan Tayamum

2.1.1 Pengertian Wudhu


Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’,
wudhu ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air
pada setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast
kecil.
Menurut Sayyid Sabiq, definisi wudhu adalah kegiatan bersuci dengan
menggunakan air. Anggota badan yang disucikan di dalam wudhu adalah wajah,
kedua tangan, kepala dan kedua kaki.
Sedangkan menurut abu sangkan, wudhu adalah ibadah zikir yang
merupakan sarana pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi paling luar (fisik)
sampai ke dalam rohaninya.1
Perintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib shalat lima waktu,
yaitu satu tahun setengah sebelum tahun hijriah. Firman Allah Swt dalam QS.
AlMaidah: 6 :

ٰٓ َ
۟ ُ‫ين َءام ُن ٰ َٓو ۟ا َذا قُ ْمتُ ْم لَى ٱلص ََّل و ِة فَٱ ْغ ِسل‬
‫وا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم‬ َ ‫ذ‬
ِ َّ ‫ٱل‬ ‫ا‬َ ‫ه‬ ‫ي‬
ُّ ‫َأ‬ ‫ي‬
َ
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ َ
۟ ‫لَى ْٱلم َرافِق َوٱ ْم َسح‬
ۚ ‫ُوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْٱل َك ْعبَ ْي ِن‬ ِ َ ‫ِإ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah:
6)2

1 Lela dan Lukmawati. “Ketenangan” : Makna dawamul wudhu. (Palembang: PSIKIS-Jurnal


psikologi islam. 2015. Vol. 1. No. 2) hal 55-56
2 H. Sulaiman Rasjid. Fiqih Islam. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2018). hal 24

3
2.1.2 Pengertian Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur), yaitu:

4
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya.

2. Karena dalam perjalanan.


3. Karena tidak ada air3
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Maidah:6

‫أو لَ َمسْت ُُم الن َِسا َء‬


َْ ‫أح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغاَئ ِط‬ َ ‫أو َجا َء‬ َْ ‫فر‬ٍ َ ‫َلى َس‬
َٰ ‫أو ع‬ َ ْ‫َوِإ ْن ُك ْنت ُْم َمر‬
َْ ‫ض ٰى‬
‫فلَ َْم‬
ُ‫ص ِعي ًداً طَي بِا ً فا َ ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوأ َ ْيَْ ِدي ُك ْم ِم ْنهه‬ َ ‫تج ُد ُوا َما ًء فتَيَ ََّم ُموا‬
َِ
“dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”

2.2 Syarat Sah Wudhu dan Tayamum

2.2.1 Syarat Wudhu


Terdapat beberapa syarat sah wudhu, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Islam

2. Mumayiz, karena wudhu itu merupakan ibadah yang wajib diniati, sedangkan
orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi
hak untuk berniat.

3. Tidak berhadas besar.

4. Dengan air yang suci dan menyucikan.

5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan
sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudhu.4

3 Ibid., hal 39
4 Ibid., hal 24

5
2.

2.2.2 Syarat Tayamum

1. Sudah masuk waktu shalat. Tayamum disyariatkan untuk orang yang


terpaksa. Sebelum masuk waktu shalat ia belum terpaksa, sebab salat
belum wajib atasnya ketika itu.

Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah
masuk. alasannya adalah kita disuruh bertayamum bila tidak ada air
sesudah dicari dan kita yakin tidak ada kecuali orang sakit yang tidak
diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar tempat
itu, maka mencari air tidak menjadi syarat baginya.

3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafii
tidak sah tayamum selain dengan tanah menurut pendapat imam yang lain,
boleh (sah) tayamum dengan tanah, pasir, atau batu.

4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah


ia bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama; tetapi menurut
pendapat yang lain tidak.5

2.3 Fardhu (Rukun) Wudhu dan Tayamum

2.3.1 Fardhu Wudhu

1. Niat. Hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas atau


menyengaja berwudhu. Sabda Rasulullah Saw:
ِّ

ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنيَّا‬


‫ت‬
“Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat” ( Riwayat
Bukhari dan Muslim).

5 Ibid., hal 39-40

6
2.

Yang dimaksud dengan niat menurut syara’ yaitu kehendak sengaja


melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hokum allah Swt.
Firmal Allah Swt:
ِّ
‫ٱلدين‬
َ ُ‫ين لَه‬
َ ‫ص‬ ۟ ‫َومٓا ُأ ِمر ٰ َُٓو ۟ا ََّّل لِيَ ْعبُ ُد‬
ِ ِ‫وا ٱهَّلل َ ُم ْخل‬ ‫ِإ‬ َ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Membasuh muka. Berdasarkan ayat diatas (Al-Maidah: 6). Batas muka


yang wajib dibasuh ialah dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas
sampai kedua tulang dagu sebelah bawah; lintangnya, dari teling ke
telinga; seluruh bagian muka yang tersebut tadi wajib dilebihkan sedikit
agar kita yakin terbasuh semuanya. Menurut kaidah ahli fiqh, “sesuatu
yang hanya dengan dia dapat disempurnakan yang wajib, maka hukumnya
juga wajib”.

3. Membasuh dua tangan sampai ke siku. Maksudnya, siku juga wajib


dibasuh. Keterangannya adalah di QS. Al-Maidah: 6.

4. Menyapu sebagian kepala. Walaupun hanya sebagian kecil, sebaiknya


tidak kurang dari selebar ubun-ubun, baik yang disapu itu kulit kepala
ataupun rambut.

5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Maksudnya, dua
mata kaki juga wajib dibasuh

6. Menertibkan rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh muka,


keduanya wajib dilakukan bersama-sama dan didahuluka dari yang lain.6

2.3.2 Fardhu Tayamum

1. Niat. orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat karena


hendak mengerjakan salat dan sebagainya, bukan semata-mata untuk

6 Ibid., hal 24-25

7
2.

menghilangkan hadas saja sebab sifat tayamum tidak dapat menghilangkan


hadas hanya diperbolehkan untuk melakukan salat karena darurat.

2. Mengusap muka dengan tanah

3. Sikap kedua tangan sampai siku dengan tanah


4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan.7

2.4 Sunnah Wudhu dan Tayamum

2.4.1 Sunnah Wudhu


1. Membaca “bismillah” pada permulaan wudhu.
Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan, sebelum
berkumur-kumur.

3. Berkumur-kumur

4. Memasukkan air ke hidung.

5. Menyapu seluruh kepala

6. Menyapu kedua telinga luar dan dalan

7. Menyilang-nyilangi jari kedua tangan dengan cara berpanca dan


menyilangnyilangi jari kaki dengan kelingking tangan kiri, dimulai dari
kelingking kaki kanan, disudahi pada kelingking kaki kiri. Sunah
menyilangi jari, kalau air dapat sampai di antara jari dengan tidak
disilangi. Tetapi apabila air tidak sampai diantaranya kecuali dengan
disilangi, maka menyilangi jari ketika itu menjadi wajib, bukanlah sunnah.

8. Mendahulukan anggota kanan daripada kiri. Rasulullah Saw. Suka


memulai dengan anggota yang kanan daripada anggota yang kiri dalam
beberapa pekerjaan beliau. Nawawi berkata, “Tiap pekerjaan yang mulia
dimulai dari kanan. Sebaliknya pekerjaan yang hina, seperti masuk kamar
mandi hendaklah dimulai dari kiri.”

7 Ibid., hal 40

8
2.

9. Membasuh setiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga kali,
tangan tiga kali, dan seterusnya.

10. Berturut-turur antara anggota. Maksudnya dengan berturut-turut disini


ialah “sebelum kering anggota pertama, anggota kedua sudah dibasuh”,
dan sebelum anggota kedua, anggota ketiga sudah dibasuh pula, dan
seterusnya.

11. Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa
karena berhalangan, misalnya sakit.

12. Tidak diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya sangat dingin

13. Menggosok anggota wudhu agar lebih bersih.

14. Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali ke badan.

15. Jangan bercakap-cakap sewaktu berwudhu, kecuali apabila ada hajat.

16. Bersiwak (bersugi atau menggosok gigi) dengan benda yang kesat, selain
bagi orang yang berpuasa sesuadah tergelincir matahari.

17. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.

9
18. Berdoa sesudah selesai wudhu.
19. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudhu.8

2.4.2 Sunnah Tayamum

1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadits sunnah wudhu, tayamum


merupakan pengganti wudhu.

2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang diatas tangan
itu menjadi tipis.

3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum sebagaimana


sesudah selesai berwudhu9

2.5 Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Tayamum

2.5.1 Hal Yang Membatalakan Wudhu

1. Keluar sesuatu dari dubur maupun qubul, baik berupa zat ataupun angina,
yang biasa ataupun tidak biasa, seperti darah; baik yang keluar itu najis
ataupun suci, seperti ulat.

2. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena
tidur dengan tempat keluar angina yang tidak tertutup. Sedangkan tidur
dengan pintu keluar angina yang tertutup, seperti orang tidur dengan duduk
yang tetap, tidaklah batal wudhunya.
Adapun tidur dengan duduk yang tetap keadaan badannya, tidak
membatalkan wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu yang
keluar darinya.

3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan. Dengan bersentuhan


itu batal wudhu yang menyentuh dan yang disentuh, dengan syarat bahwa
keduanya sudah sampai umur atau dewasa, dan diantara keduanya bukan

8 Ibid., hal 25-30


9 Ibid., hal 42-43

10
“mahram”, baik mahram turunan, pertalian persusuan, ataupun mahram
perkawinan.

4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan, baik


kemaluan sendiri ataupun kemaluan orang lain, baik kemaluan orang
dewasa ataupun kemaluan anak-anak. Menyentuh ini hanya membatalkan
wudhu yang menyentuh saja.10

2.5.2 Hal Yang Membatalkan Tayamum

1. Tiap hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum

2. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayammum bagi orang
yang tayamum, karena ketiadaan air bukan karena sakit.11

2.6 Mandi Wajib


Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam kitab-kitab fiqih,
para ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah ghusl janabah ( ‫ةال ج ناب غ سل‬
(atau mandi janabah. Secara bahasa, Ibnu Faris dalam kamus Maqayis AlLughah
menjelaskan bahwa janabah itu sendiri berarti jauh, lawan dari kata dekat. Disebut
jauh karena seseorang yang sedang berstatus janabah dia sedang dalam posisi jauh
(tidak bisa melakukan) sebagian ritual ibadah, semisal shalat, membaca AlQuran
serta berdiam diri di masjid, dst. istilah janabah digunakan untuk menunjukkan
kondisi seseorang yang sedang berhadats besar karena telah melakukan hubungan
suami istri, ataupun sebab-sebab lainnya, janabah dan hadats besar itu adalah dua
kata yang mempunyai maksud yang sama. Jika ada seseorang yang berkata: “Saya
sedang dalam kondisi janabah” , itu berarti dia sedang dalam keadaan berhadats
besar.
Mereka yang sedang dalam kondisi janabah ini hukumnya wajib mandi terlebih
dahulu agar bisa menjadi suci kembali sehingga bisa melaksanakan ibadah lainnya,
semisal shalat, membaca AlQuran, berdiam diri di masjid, dst. Karena hukum

10 Ibid., hal 30-32


11 Ibid., hal 43

11
wajib inilah akhirnya orang-orang kita lebih sering menyebutnya dengan istilah
mandi wajib sebagai lawan dari mandi yang tidak wajib, penggunaan istilah mandi
wajib ini juga mempunyai nilai posistif, setidaknya untuk lebih menguatkan bahwa
memang dalam kondisi janabah (berhadats besar) seseorang wajib mandi agar bisa
suci kembali.

2.6.1 Sebab Mandi Wajib


Diantara hal yang bisa membuat seseorang berada dalam kondisi hadats besar
adalah sebagai berikut:

1. Keluar mani
Mani itu adalah benda cair yang keluar dari kemaluan dengan aroma yang khas,
agak amis, sedikit kental dan mudah mengering seperti telur bila telah mengering.
Perkara mani bukan hanya bersumber dari laki-laki, dari perempuan juga ada, dan
bagi perempuan juga memiliki kewajiban yang sama jika mani keluar dari mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Dari Ummi Salamah radhiyallahu
anha bahwa Ummu Sulaim istri Abu Thalhah bertanya: "Ya Rasulullah sungguh
Allah tidak malu bila terkait dengan kebenaran, apakah wanita wajib mandi bila
bermimpi? Rasulullah SAW menjawab: "Ya, bila dia mendapati air mani". (HR.
Bukhari dan Muslim)

2. Bertemunya dua kemaluan


Ini adalah bahasa lain dari hubungan intim sepasang suami istri (bukan hanya
sebatas menempel), baik disertai keluarnya mani atau tidak, yang jelas sebatas
bertemunya dua kemaluan, maka kondisi itu sudah membuat seseorang wajib
mandi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila dua kemaluan
bertemu atau bila kemaluan menyentuh kemaluan lainnya maka hal itu
mewajibkan mandi janabah”

3. Keluarnya Haidh
Haidh adalah darah yang kelur dari seorang perempuan, ini pertanda bahwa
mereka sudah sampai umur, umumnya keluarnya diusia remaja, tapi tidak sedikit
walaupun masih umur setingkat kelas empat Sekolah Dasar sebagaian dari mereka

12
sudah mendapati darah haidh. Darah ini agak berbeda dari jenis darah pada
umumnya. Kewajiban mandi ini sebagaimana firman Allah swt :
ۤ َ َ‫َويَسْـلَٔ ُْون‬
‫ْض َو َل‬ ِ ۙ ‫تزل ُوا الن َِسا َء فِى ْال َم ِْحي‬ َِ ‫ْض ۗ قلُْ هُ َو ا َذىًۙ فَا ْع‬ِ ‫ك َع ِن ْال َم ِْحي‬
ُ ‫طَهُرْ َن فَاِذاَ تطَهَّرْ َن فَأ ْت ُْوهُ َّن ِم ْن َْحي‬ْ ‫بوهُ َّن َحت ٰ ّى ي‬ ُْ ‫ت ْقَ َر‬
َِّ ۗ ُّٰ‫ْث ا َم َر ُك ُم هللا‬
َّٰ‫ان هللا‬
‫ي ُِحبُّ الت ََّّوا ْبِي َْن َوي ُِحبُّ ْال ُمتطَ ِه ْ ِري َْن‬
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah,
“Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan
jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.”

Suci yang dimaksud adalah setelah mereka berhenti dari haidhnya dan mandi,
demikian At-Thabari menjelaskan dalam kitab tafsirnya. Itu artinya halalnya
hubungan suami istri setelah para istri mandi, berarti mandi itu hukumnya wajib.
Rasulullah saw bersabda “Apa bila haidh tiba tingalkan shalat apabila telah selesai
(dari haidh) maka mandilah dan shalatlah” (HR Bukhari dan Muslim).

4. Keluarnya Nifas
Nifas adalah darah yang keluar mengiringi keluarnya bayi juga darah yang
keluar setelahnya. Keluarnya darah nifas ini mewajibkan mandi walaupun ternyata
bayi yang dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia. Yang jelas setelah darah ini
berhenti, maka bersegeralah untuk mandi, agar bisa menjalankan aktivitas ibadah
yang selama ini tertinggal. Kewajiban mandi ini didasarkan kepada ijma’
(konsensus) para ulama, seperti yang tegaskan oleh Ibnul Mundzir.

5. Melahirkan
Sebagian ulama menilai bahwa melahirkan juga bagian dari hal yang
mewajibkan seseorang mandi, walaupun melahirkannya tidak disertai nifas.

6. Meninggal dunia

13
Ini adalah kondisi terakhir yang membuat seseorang wajib mandi, karena
sudah meninggal dunia dan tidak mampu untuk mandi sendiri, maka kewajiban
memandikan berada dipundak mereka yang masih hidup, tentunya dengan
adabadabnya. Rasulullah saw berkata saat salah satu putri beliau meninggal dunia:
“Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih dari sana” (HR. Bukhari dan

Muslim)

7. Masuk Islamya Kafir


Perkara Islamnya kafir ini memang menjadi perdebatan diantara para
ulama, apakah mereka wajib mandi atau tidak. Para ulama dari madzhab Maliki
dan
Hanbali berpendapat bahwa orang kafir yang masuk Islam wajib mandi ,
setidaknya :ini tukireb was hallulusaR adbas helo irasadidَ “Diriwayatkan oleh
Abu Hurairah ra bahwa Tsumamah bin Atsal ra dahulunya baru masuk Islam, lalu
Rasulullah saw berkata: “Bawalah ia ke salah satu dinding bani fulan, dan
perintahkanlah ia untuk mandi” (HR. Ahmad). Selain itu besar kemungkinan
bahwa mereka yang kafir itu pernah mengalami status janabah baik karena mimpi,
atau hubungan suami istri, dst, sehingga atas dasar inilah mereka wajib mandi,
kalaupun sebab janabah itu sendiri tidak ada, tetap saja masuk Islamnya itu
menjadi sebab mandi. Dan dalam kedua madzhab ini kewajiban mandi ini tidak
membedakan antara mereka yan kafir asli dan murtad.

2.6.2 Dalil-Dalil Mandi


1. Al-Qur’an
Qur-an Surah Al-Maidah Ayat 6

۟ ۟ ٰٓ
ُ ‫َأ‬ ُ ْ
‫َّلو ِة فَٱغ ِسل ُوا ُوجُوهَك ْم َو ْيَْ ِدي َك ْم ِإلَى‬َٰ ‫لى ٱلص‬ َ ‫نوا إ ِذاَ ق ُْمت ُْم ِإ‬َُٰٓ ‫ين َءا َم‬ َِّ ُ
َ ‫يََٰأيَهَّا ٱلذ‬
ً ‫لى ْٱل َك ْع ْبَي ِْن َوإ ِن ُكنت ُْم جُنبُا‬ َُ ‫أرج‬ َْ ‫بر ُءو ِس ُك ْم َو‬ ۟ ْ
َ ‫ُلك ْم ِإ‬ ُِ ‫افق َوٱ ْم َسحُوا‬ ِ ‫ٱل َم َر‬
ٰٓ
‫أح ٌد ِمن ُكم ِم َن ْٱل َغاَٰئ ٓ ِط‬
َ ‫أو َجا ٰ َٓء‬ َْ ‫فر‬ٍَ ‫لى َس‬ َٰ ‫ع‬
َ ‫أو‬
َْ ‫ى‬
َٰ ‫ض‬ َ ْ‫ُوا َوِإن ُكنت ُم َّمر‬ ۟ ‫فَٱطَّهَّر‬

14
۟ ‫ص ِعيداً طَ يبًا فَٱ ْم َسح‬
‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم‬ َ ‫وا‬ ۟ ‫أو ٰل َمسْت ُُم ٱلن َِسا ٰ َٓء فَلَ ْم ت َِجد ُو ۟ا ما ٰ ًَٓء فَتيَ َّم ُم‬
َْ
ِ َ
َُ‫يج َع َل َع ْلَيْك ُم ِم ْن َح َرج َو ٰل َِكن يري ُد لِيط‬
ُِ ٍ َْ ِ‫يري ُد ٱهللَُّ ل‬ ُِ ‫َوَأ ْيَْ ِدي ُكم ِم ْنهُ َما‬
‫ِه َر ُك ْم‬
َُّ ‫نعمت ۥهَُ َع ْلَ ْي ُك ْم ل َع‬
َ ‫َلك ْم ت َْش ُكر‬
‫ُون‬ َ ِْ ‫َولِيتُ َِّم‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)

2. Dalil Hadits
Dalam hadits berikut ini, Aisyah ra memberikan keterangan kepada kita
semua tetang mandi janabahnya Rasulullah saw:

َ ‫ث َّم يفُِيضُ ْال َما َء َع‬


‫لى َج َس ِد ِه ُك ِل‬
‫ِه‬

“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no.
247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

15
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam hadits ini
menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh”

Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang mandi
janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,

‫ائر‬ َ ‫أسْى ث َُّم أفُِيضُههُ ب َْعد ُد ع‬


ِ ‫َلى َس‬ َُ ‫ف ى ثاَل ثَا ً فَأ‬
ِ ‫صبُّ عَل َى َر‬ ِ ‫أ ََّما أنَا َ فَآ ُخ ُذ ِملْ َء َك‬
‫َج َس ِدى‬

“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku,
kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad 4/81.

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat
Bukhari Muslim)
Mandi janabah tetap sah walaupun dianggap kurang sempurna. Dan ada
juga yang sifatnya makruh, dimana hal itu baiknya jagan dilakukan saat
melakukan ritual mandi janabah.

1. Mandi Wajib
Sederhananya, ada tiga hal saja yang penting untuk diketahui dan tentunya
wajib untuk dilakukan sehingga aktivitas mandi wajib dinilai sah adalah:

a. Niat Mandi Wajib


Memang semua ulama sepakat bahwa niat itu letaknya di hati, sebagai
tekad dan azam utuk melaksanakan suatu ibadah , namun sebagian ulama
lainnya membolehkan bahkan menyarankan jika memang niat itu diawali
atau disertai dengan lafazh niat. Jika memang ada yang ingin melafazhkan
niat,

ْ َِ ‫ْت ْالغ ُْس َل لِ َر ْفعِ ْال َحد‬


ُ ‫نَ َْوي‬
‫فرضًا ِهللِ ت َعَال َى‬ َِ ‫ث الَْ َك‬
َْ ‫بر‬
“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena
Allah

16
Ta’ala.”

b. Menghilangkan Najis Yang Melekat Di Badan (Jika Ada)


Khususnya najis-najis yang mungkin masih menempel ditubuh setelah
haidh dan nifas, atau setelah berhubungan suami istri, atau najis-najis
lainya yang mungkin ada.

c. Meratakan Air Keseluruh Tubuh


Meratakan yang dimaksud adalah memastian bahwa air mandi itu sampai
ke seluruh tubuh, tanpa harus memakai sabun atau sampo.12

2. Mandi Sunnah
Selain mandi wajib tersebut, dalam kitab Fikih Manhaji jug membahas
mandi-mandi sunnah. Mandi sunnah merupakan mandi yang lebih afdhol (baik)
dikerjakan dan tidak berdosa jika tidak mengerjakannya. Mandi sunnah tersebut
ada beberapa, yaitu :
1. Mandi hari Jum’at disunatkan bagi orang yang bermaksud akan
mengerjakan shalat Jum’at, agar baunya yang busuk tidak mengganggu
orang di sekitar tempat duduknya. Kesunatan mandi Jumat ini
sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw : Dari Ibnu Umar. Ia
berkata “Rasulullah SAW telah bersabda “Apabila salah seorang hendak
pergi shalat Jum’at, hendaklah ia mandi (HR. Muslim).
2. Mandi Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Dari Faqih bin Sa’di.
Sesungguhnya Nabi SAW mandi pada hari Jum’at, hari Arafah, hari raya
Idul Fitri, dan pada hari raya Idul Adha (hari haji). (HR. Abdullah bin
Ahmad) 3. Mandi orang gila apabila ia sudah sembuh dari gilanya. Hal ini
dikarenakan ada kemungkinan orang tersebut pada masa gilanya keluar
mani (junub).

12 Mahadhir, m saiyid. 2018. Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?. Jakarta : Rumah Fiqih
Publishing

17
3. Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah Dari Zaid bin Tsabit,
sesungguhnya rasulullah SAW, membuka pakaian beliau ketika hendak
ihram, dan beliau mandi. (HR. Turmudzi)

4. Mandi sehabis memandikan mayat. Orang yang ikut memandikan jenazah,


setelah selesai maka orang tersebut disunnahkan untuk mandi. Rasulullah
SAW bersabda : Barang siapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi;
dan barang siapa membawa mayat, hendaklah ia berwudlu. (HR.
Turmudzi).

5. Mandi Gerhana. Pada waktu gerhana, baik gerhana matahari maupun


gerhana bulan seorang muslim disunnahkan untuk mandi. Disunnahkan
mandi untuk shalat gerhana matahari dan gerhana bulan, dalilnya adalah
qiyas kepada hari Jum’at. Salat Jum’at sama pengertiannya dengan salat
gerhana dari segi bahwa di dalamnya disyariatkan Jamaah dan berkumpul.

6. Mandi Istisqa’. Mandi Istisqa’ mandi yang disunnahkan sebelum


mengerjakan salat istisqa’. Disunnahkan mandi sebelum keluar untuk
shalat istisqa’, dikiyaskan kepada mandi untuk shalat gerhana.

2.6.3 Tata Cara Mandi

1. Niat, dilakukan pada waktu memulai pekerjaan membersihkan baganbagian


badan yang pertama, dan tidak batal bila diniatkan lebih awal, dalam jarak
waktu yang tidak terlalu lama.

2. Mengalirkan air ke seluruh tubuh sampai merata. Apabila masih belum


dianggap merata, maka boleh disiram beberapa kali.

Selain rukun mandi tersebut, ada beberapa amaliah sunnah yang lebih
afdhol dikerjakan ketika mandi. Sunnah-sunnah tersebut yaitu membaca
“Basmalah” pada permulaan mandi, berwudlu sebelum mandi menggosok-gosok
seluruh badan dengan tangan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri, tertib.
Kemudian ada juga hal-hal yang dipandang makruh dalam mandi yaitu : 1.
Berlebih-lebihan dalam menggunakan air, karena berlebihan itu sesuatu yang

18
mubadzir, tidak sesuai dengan perbuatan Nabi SAW. 2. Mandi di air yang
tergenang. Berdasarkan riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi
SAW berkata: “Jangan mandi salah seorang di antara kalian di air yang diam,
sementara dia sedang berjunub.”

2.6.4 Hikmah Mandi


Berdasarkan Kitab Fikih Manhaji, ada beberapa hikmah atau manfaat
dengan disyariatkannya mandi bagi orang Islam. Adapun beberapa hikmah mandi
tersebut yaitu :
1. Memperoleh pahala : Mandi dalam pengertian syar’i merupakan ibadah
karena di dalamnya ada penerapan perintah syara’ dan pengamalan
hukumnya. Di dalam mandi ada pahala besar, karena itu, Rasulullah SAW
bersabda: “Kesucian setengah dari iman” (Diriwayatkan Muslim: 222),
yaitu separuh atau bagian darinya, kesucian itu mencakup wudlu dan
mandi.
2. Mendapatkan kebersihan : Ketika seorang muslim mandi, ia
membersihkan kotoran yang mengenai tubuhnya, daki yang menempel,
atau keringat yang menyebabkan bau.

3. Membawa Kesegaran Badan : Mandi menyebabkan seseorang


memperoleh kehidupan dan kesegaran. Hilanglah keloyoan, kelemahan,
dan kemalasan, terlebih setelah adanya sebab-sebab yang mewajibkan,
seperti bersetubuh.13

2.7 Hal-Hal Yang Terlarang Bagi Orang Yang Berhadas

1. Tidak Boleh Membaca Sedikit pun dari Mushaf Al-Qur’an


Para ulama empat madzhab sepakat bahwa haram bagi orang yang junub
membaca Al-Qur’an. Dalil pendukungnya adalah hadits berikut dari
Ali bin Abi ‘
َ‫قرا َء ِة ْالقرُْ آ ِن َش ْي ٌء ِإ ََّل أنَْ يَ ُكون‬
َِ ‫بي صلى هللا عليه وسلم َكانَ َل ي َْحجُبهُهُ ع َْن‬ ََّ ,Thalib
َِّ َّ‫أن الن‬
ً ‫جُنبُا‬

19
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtidaklah melarang dari membaca
AlQur’an sedikit pun juga kecuali dalam keadaan junub.” (HR. Ibnu
Hibban, 3:79; Abu Ya’la dalam musnadnya, 1:400. Husain Salim Asad
menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Abul Hasan Al-Mawardi menyatakan bahwa haramnya membaca
Al-Qur’an bagi orang yang junub sudah masyhur di kalangan para sahabat
Nabi, sampai hal ini tidak samar lagi bagi mereka baik di kalangan laki-
laki maupun perempuan.” (Al-Hawi Al-Kabir, 1:148).
Ibnu Taimiyyah rahimahullahmengatakan, “Menurut jumhur
(mayoritas) ulama dari empat madzhab dan lainnya, orang junub dilarang
membaca Al-Qur’an sebagaimana ada hadits yang mendukung hal ini.”
(Majmu’ah Al-Fatawa, 17:12)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Liqa’ Al-Bab
Al-Maftuh menyatakan, “Wajib bagi yang junub untuk mandi sebelum
membaca Al-Qur’an. Karena membaca Al-Qur’an bagi orang yang junub

13
Samidi. Konsep Al Ghuslu Dalam Kitab Fikh Manhaja. Jurnal Analisa. XVII (01), 101-103
14
Syarh Manhaj As-Sakin, Manhuj Salikin, (Arab Saudi: Maktabah Dar Al-Minhaj), hal.66-67

itu diharamkan menurut pendapat paling kuat. Tidak boleh membaca


AlQur’an sedikit pun dengan niatan untuk qira’ah (membaca) ketika dalam
keadaan junub.”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin juga ditanya mengenai
hukum membaca Al-Qur’an bagi orang junub. Jawaban beliau
rahimahullah adalah tidak boleh. Karena ada hadits yang melarang.
Adapun kalau ia membaca Al-Qur’an dengan maksud doa, seperti
membaca “ALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN” atau ia berdoa
“ROBBANAA LAA TUZIGH QULUUBANAA BA’DA IDZ
HADAYTANAA WAHAB LANAA MILLADUNKA ROHMAH,

20
INNAKA ANTAL WAHHAAB”, maka tidaklah mengapa. Namun kalau
maksudnya tilawah dalam membaca ayat tadi, maka tidaklah boleh.
(Liqa’at
Al-Bab Al-Maftuh, no. 108).

2. Diam Di Masjid Bagi Orang Junub


Allah Ta’alaberfirman:

۟ ٰ ۟ ۟ ٰٓ
‫تى ت َْعلمَُوا َما‬ َّٰ ‫صلَ ٰوةَ َوأنَت ُْم ُس َك َر ٰى َح‬ ْ
َّ ‫ين َءا َمن ُوا َل تقَ َرب ُوا ٱل‬ َّ ُ
َ ‫يََٰأيَهَّا ٱل ِذ‬
۟
‫إن ُكنت ُم‬ ِ ‫تى ت َْغت َِسل ُوا َو‬ َّٰ ‫ابرى َسبِي ٍل َح‬ ً
ِ ‫تقَ ُول ُو َن َو َل جُنبُا إ ََِّل َع‬
ٓ ٰٓ
َْ ‫أح ٌد ِمن ُكم ِم َن ْٱل َغاَٰئ ِط‬
‫أو ٰل َمسْت ُُم‬ َ ‫أو َجا ٰ َٓء‬ ٍَ ‫أو َعلَ ٰى َس‬
َْ ‫فر‬ َْ ‫ض َٰى‬ َ ْ‫َّمر‬
‫ُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم‬۟ ‫ص ِعيداً طَ يبًا فَٱ ْم َسح‬ َ ۟ ‫تجد ُو ۟ا ما ٰ ًَٓء فَتيَ ََّم ُم‬
‫وا‬ ٓ
َِ ‫ٱلن َسا ٰ َء فَل َْم‬
ِ َ ِ
‫ان َعف ًُّوا َغف ُورًا‬ َِّ ۗ ‫َوَأ ْيَْ ِدي ُك ْم‬
َ ‫إن ٱهللََّ َك‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu d13engan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu
dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha

Pengampun.” (QS. An-Nisaa’: 43)14


Kebanyakan (baca: jumhur) ulama melarang orang junub berdiam
lama di masjid. Yang berbeda dari pendapat ini adalah Ibnu Hazm dan
Daud Az-Zahiri masih menganggap boleh. Di antara dalil yang dijadikan
dasar dari jumhur ulama adalah surat An-Nisa’ ayat 43 di atas.
Dari ayat di atas disimpulkan bahwa masih dibolehkan kalau orang
junub cuma sekadar lewat, tanpa berdiam lama di masjid.

13 Ibid. hal 66
14 Ibid, hal.67

21
Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah(16:54) disebutkan,
“Diharamkan
bagi yang junub untuk masuk dalam masjid dan berdiam di
dalamnya.
2022151107Ulama Syafi’iyah, Hambali dan sebagian Malikiyyah
menyatakan bahwa sekadar lewat saja boleh sebagaimana
dikecualikan dalam ayat,

ِ ‫َو َل جُنبُا ً إ ََِّل َع‬


.‫ابري َسبيِ ٍل‬
“(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekadar berlalu saja.”
Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan menjadi pendapat ulama
Malikiyah, masih boleh berlalu saja dalam masjid dengan syarat
bertayamum dahulu.”
Dalam penjelasan di halaman yang sama, orang junub tidak
dibolehkan untuk i’tikaf berdasarkan ayat di atas.

3. Hukum Wanita Haidh Masuk Masjid


Syaikh Khalid Al-Mushlih hafizahullahditanya, “Apakah boleh
wanita haid menghadiri majelis Al Qur’an (di masjid)?”
Jawab beliau, “Wanita haidh boleh saja masuk masjid jika ada hajat, inilah
pendapat yang lebih tepat. Karena terdapat dalam kitab shahih (yaitu
Shahih
Muslim) bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata kepada
‘Aisyah, “Berikan padaku sajadah kecil di masjid.” Lalu ‘Aisyah berkata,
“Saya sedang haid.” Lantas Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
“Sesungguhnya haidmu itu bukan karena sebabmu.”
Hal ini menunjukkan bahwa boleh saja bagi wanita haid untuk
memasuki masjid jika: (1) ada hajat; dan (2) tidak sampai mengotori
masjid. Demikian dua syarat yang mesti dipenuhi bagi wanita haid yang
ingin masuk masjid.

22
Berikut adalah hal-hal yang terlarang bagi orang yang berhadas secara
spesifik :

1. Orang yang berhadas kecil dilarang :

• Shalat
• Thawaf
• Menyentuh dan membaca mushaf Al-Qur’an(sebagian ulama ada
yg memperolehkan)

2. Orang yang berhadas besar karena bercampur suami istri atau


keluarnya mani dilarang :

• Shalat
• Thawaf
• Menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an serta membacanya
• I'tikaf dimasjid
3. Orang yang berhadas besar karena haid, wiladah, dan nifas dilarang :

• Shalat
• Thawaf
• Puasa
• Menyentuh, membawa, dan membaca mushaf Al-Qur’an
• I'tikaf dimasjid
• Berhubungan suami istri
• 15
Bercerai.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas
kecil dan hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan
15 Tim AL AZHAR,Fiqih (Driyorejo Gresik: CV. PUTRA KEMBAR JAYA,
2011), hal.4. 17 A. Zainuddin, Muhammad Jamhari,Al-ISLAM I (akidah dan
Ibadah) (Bandung: CV PUSTAKASETIA, 1999), hal.334.

23
tayammum. Wudhu’ adalah salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara
mencuci sebahagian anggota tubuh dengan air dengan sarat dan rukun sebagai
syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum melaksanakan sholat dan ibadah
yang lainnya.
Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air
yang disertai dengan rukun mandi.
Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh
(muka dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan karena adanya uzur bagi
orang yang tidak dapat memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun

3.2 Saran
Kami menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami pengertian wudhu,
tayamum,dan mandi. landasan hukum wudhu, tayamum dan mandi serta
pembagian wudhu, tayamum dan mandi. Bagi pembaca lain yang ingin
mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai materi ini, maka dapat
menjadikan makalah ini sebagai referensi. Kami juga mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.Zainuddin,s.Ag.Muhamad Jamhari,s.Ag.1999. Al-Islam (akidah dan ibadah).
Bandung : CV.pustaka setia
Lela dan Lukmawati. “Ketenangan” : Makna dawamul wudhu. (Palembang:
PSIKIS-Jurnal psikologi islam. 2015. Vol. 1. No. 2) 55-56
Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh. Cetakan pertama, Tahun 1438 H. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin;
Mahadhir, m saiyid. 2018. Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?. Jakarta :
Rumah Fiqih Publishing
Majmu’ah Al-Fatawa. Cetakan keempat, tahun 1432 H. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Penerbit Dar Al-Wafa’
Rasjid, Sulaiman H. 2018. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Samidi. Konsep Al Ghuslu Dalam Kitab Fikh Manhaja. Jurnal Analisa. XVII (01),
101-103
Syarh Manhaj As–Salikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin
‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj, hlm. 65-67

24
Tim Al-Azhar. 2011. Fiqih. Driyorejo Gresik: Pustaka Kembar JMawsu’ah Al-
Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait;

25

Anda mungkin juga menyukai