Miftahul janah(2022151108)
Indra fahlevi(2022151107)
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Wudhu, Tayamum, dan Mandi”. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah pendidikan agama.
Atas bimbingan bapak dosen dan saran dari teman-teman maka di susunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memeroleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terkait. Dalam menyusun makalah ini kami berusaha dengan segenap kemampuan
untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai pemula tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Palembang, 19 maret 2023
Penulis(kelompok 1)
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
masalah diatas, yaitu:
2
BAB II PEMBAHASAN
ٰٓ َ
۟ ُين َءام ُن ٰ َٓو ۟ا َذا قُ ْمتُ ْم لَى ٱلص ََّل و ِة فَٱ ْغ ِسل
وا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم َ ذ
ِ َّ ٱل اَ ه ي
ُّ َأ ي
َ
ِإ ِإ َ
۟ لَى ْٱلم َرافِق َوٱ ْم َسح
ۚ ُوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْٱل َك ْعبَ ْي ِن ِ َ ِإ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah:
6)2
3
2.1.2 Pengertian Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur), yaitu:
4
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya.
2. Mumayiz, karena wudhu itu merupakan ibadah yang wajib diniati, sedangkan
orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi
hak untuk berniat.
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan
sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudhu.4
3 Ibid., hal 39
4 Ibid., hal 24
5
2.
Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah
masuk. alasannya adalah kita disuruh bertayamum bila tidak ada air
sesudah dicari dan kita yakin tidak ada kecuali orang sakit yang tidak
diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar tempat
itu, maka mencari air tidak menjadi syarat baginya.
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafii
tidak sah tayamum selain dengan tanah menurut pendapat imam yang lain,
boleh (sah) tayamum dengan tanah, pasir, atau batu.
6
2.
5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Maksudnya, dua
mata kaki juga wajib dibasuh
7
2.
3. Berkumur-kumur
7 Ibid., hal 40
8
2.
9. Membasuh setiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga kali,
tangan tiga kali, dan seterusnya.
11. Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa
karena berhalangan, misalnya sakit.
12. Tidak diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya sangat dingin
16. Bersiwak (bersugi atau menggosok gigi) dengan benda yang kesat, selain
bagi orang yang berpuasa sesuadah tergelincir matahari.
17. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.
9
18. Berdoa sesudah selesai wudhu.
19. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudhu.8
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang diatas tangan
itu menjadi tipis.
1. Keluar sesuatu dari dubur maupun qubul, baik berupa zat ataupun angina,
yang biasa ataupun tidak biasa, seperti darah; baik yang keluar itu najis
ataupun suci, seperti ulat.
2. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena
tidur dengan tempat keluar angina yang tidak tertutup. Sedangkan tidur
dengan pintu keluar angina yang tertutup, seperti orang tidur dengan duduk
yang tetap, tidaklah batal wudhunya.
Adapun tidur dengan duduk yang tetap keadaan badannya, tidak
membatalkan wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu yang
keluar darinya.
10
“mahram”, baik mahram turunan, pertalian persusuan, ataupun mahram
perkawinan.
2. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayammum bagi orang
yang tayamum, karena ketiadaan air bukan karena sakit.11
11
wajib inilah akhirnya orang-orang kita lebih sering menyebutnya dengan istilah
mandi wajib sebagai lawan dari mandi yang tidak wajib, penggunaan istilah mandi
wajib ini juga mempunyai nilai posistif, setidaknya untuk lebih menguatkan bahwa
memang dalam kondisi janabah (berhadats besar) seseorang wajib mandi agar bisa
suci kembali.
1. Keluar mani
Mani itu adalah benda cair yang keluar dari kemaluan dengan aroma yang khas,
agak amis, sedikit kental dan mudah mengering seperti telur bila telah mengering.
Perkara mani bukan hanya bersumber dari laki-laki, dari perempuan juga ada, dan
bagi perempuan juga memiliki kewajiban yang sama jika mani keluar dari mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Dari Ummi Salamah radhiyallahu
anha bahwa Ummu Sulaim istri Abu Thalhah bertanya: "Ya Rasulullah sungguh
Allah tidak malu bila terkait dengan kebenaran, apakah wanita wajib mandi bila
bermimpi? Rasulullah SAW menjawab: "Ya, bila dia mendapati air mani". (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Keluarnya Haidh
Haidh adalah darah yang kelur dari seorang perempuan, ini pertanda bahwa
mereka sudah sampai umur, umumnya keluarnya diusia remaja, tapi tidak sedikit
walaupun masih umur setingkat kelas empat Sekolah Dasar sebagaian dari mereka
12
sudah mendapati darah haidh. Darah ini agak berbeda dari jenis darah pada
umumnya. Kewajiban mandi ini sebagaimana firman Allah swt :
ۤ َ ََويَسْـلَٔ ُْون
ْض َو َل ِ ۙ تزل ُوا الن َِسا َء فِى ْال َم ِْحي َِ ْض ۗ قلُْ هُ َو ا َذىًۙ فَا ْعِ ك َع ِن ْال َم ِْحي
ُ طَهُرْ َن فَاِذاَ تطَهَّرْ َن فَأ ْت ُْوهُ َّن ِم ْن َْحيْ بوهُ َّن َحت ٰ ّى ي ُْ ت ْقَ َر
َِّ ۗ ُّْٰث ا َم َر ُك ُم هللا
َّٰان هللا
ي ُِحبُّ الت ََّّوا ْبِي َْن َوي ُِحبُّ ْال ُمتطَ ِه ْ ِري َْن
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah,
“Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan
jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.”
Suci yang dimaksud adalah setelah mereka berhenti dari haidhnya dan mandi,
demikian At-Thabari menjelaskan dalam kitab tafsirnya. Itu artinya halalnya
hubungan suami istri setelah para istri mandi, berarti mandi itu hukumnya wajib.
Rasulullah saw bersabda “Apa bila haidh tiba tingalkan shalat apabila telah selesai
(dari haidh) maka mandilah dan shalatlah” (HR Bukhari dan Muslim).
4. Keluarnya Nifas
Nifas adalah darah yang keluar mengiringi keluarnya bayi juga darah yang
keluar setelahnya. Keluarnya darah nifas ini mewajibkan mandi walaupun ternyata
bayi yang dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia. Yang jelas setelah darah ini
berhenti, maka bersegeralah untuk mandi, agar bisa menjalankan aktivitas ibadah
yang selama ini tertinggal. Kewajiban mandi ini didasarkan kepada ijma’
(konsensus) para ulama, seperti yang tegaskan oleh Ibnul Mundzir.
5. Melahirkan
Sebagian ulama menilai bahwa melahirkan juga bagian dari hal yang
mewajibkan seseorang mandi, walaupun melahirkannya tidak disertai nifas.
6. Meninggal dunia
13
Ini adalah kondisi terakhir yang membuat seseorang wajib mandi, karena
sudah meninggal dunia dan tidak mampu untuk mandi sendiri, maka kewajiban
memandikan berada dipundak mereka yang masih hidup, tentunya dengan
adabadabnya. Rasulullah saw berkata saat salah satu putri beliau meninggal dunia:
“Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih dari sana” (HR. Bukhari dan
Muslim)
۟ ۟ ٰٓ
ُ َأ ُ ْ
َّلو ِة فَٱغ ِسل ُوا ُوجُوهَك ْم َو ْيَْ ِدي َك ْم ِإلَىَٰ لى ٱلص َ نوا إ ِذاَ ق ُْمت ُْم ِإَُٰٓ ين َءا َم َِّ ُ
َ يََٰأيَهَّا ٱلذ
ً لى ْٱل َك ْع ْبَي ِْن َوإ ِن ُكنت ُْم جُنبُا َُ أرج َْ بر ُءو ِس ُك ْم َو ۟ ْ
َ ُلك ْم ِإ ُِ افق َوٱ ْم َسحُوا ِ ٱل َم َر
ٰٓ
أح ٌد ِمن ُكم ِم َن ْٱل َغاَٰئ ٓ ِط
َ أو َجا ٰ َٓء َْ فرٍَ لى َس َٰ ع
َ أو
َْ ى
َٰ ض َ ُْوا َوِإن ُكنت ُم َّمر ۟ فَٱطَّهَّر
14
۟ ص ِعيداً طَ يبًا فَٱ ْم َسح
ُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َ وا ۟ أو ٰل َمسْت ُُم ٱلن َِسا ٰ َٓء فَلَ ْم ت َِجد ُو ۟ا ما ٰ ًَٓء فَتيَ َّم ُم
َْ
ِ َ
َُيج َع َل َع ْلَيْك ُم ِم ْن َح َرج َو ٰل َِكن يري ُد لِيط
ُِ ٍ َْ ِيري ُد ٱهللَُّ ل ُِ َوَأ ْيَْ ِدي ُكم ِم ْنهُ َما
ِه َر ُك ْم
َُّ نعمت ۥهَُ َع ْلَ ْي ُك ْم ل َع
َ َلك ْم ت َْش ُكر
ُون َ ِْ َولِيتُ َِّم
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)
2. Dalil Hadits
Dalam hadits berikut ini, Aisyah ra memberikan keterangan kepada kita
semua tetang mandi janabahnya Rasulullah saw:
“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no.
247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
15
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam hadits ini
menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh”
Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang mandi
janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,
“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku,
kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad 4/81.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai
syarat
Bukhari Muslim)
Mandi janabah tetap sah walaupun dianggap kurang sempurna. Dan ada
juga yang sifatnya makruh, dimana hal itu baiknya jagan dilakukan saat
melakukan ritual mandi janabah.
1. Mandi Wajib
Sederhananya, ada tiga hal saja yang penting untuk diketahui dan tentunya
wajib untuk dilakukan sehingga aktivitas mandi wajib dinilai sah adalah:
16
Ta’ala.”
2. Mandi Sunnah
Selain mandi wajib tersebut, dalam kitab Fikih Manhaji jug membahas
mandi-mandi sunnah. Mandi sunnah merupakan mandi yang lebih afdhol (baik)
dikerjakan dan tidak berdosa jika tidak mengerjakannya. Mandi sunnah tersebut
ada beberapa, yaitu :
1. Mandi hari Jum’at disunatkan bagi orang yang bermaksud akan
mengerjakan shalat Jum’at, agar baunya yang busuk tidak mengganggu
orang di sekitar tempat duduknya. Kesunatan mandi Jumat ini
sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw : Dari Ibnu Umar. Ia
berkata “Rasulullah SAW telah bersabda “Apabila salah seorang hendak
pergi shalat Jum’at, hendaklah ia mandi (HR. Muslim).
2. Mandi Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Dari Faqih bin Sa’di.
Sesungguhnya Nabi SAW mandi pada hari Jum’at, hari Arafah, hari raya
Idul Fitri, dan pada hari raya Idul Adha (hari haji). (HR. Abdullah bin
Ahmad) 3. Mandi orang gila apabila ia sudah sembuh dari gilanya. Hal ini
dikarenakan ada kemungkinan orang tersebut pada masa gilanya keluar
mani (junub).
12 Mahadhir, m saiyid. 2018. Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?. Jakarta : Rumah Fiqih
Publishing
17
3. Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah Dari Zaid bin Tsabit,
sesungguhnya rasulullah SAW, membuka pakaian beliau ketika hendak
ihram, dan beliau mandi. (HR. Turmudzi)
Selain rukun mandi tersebut, ada beberapa amaliah sunnah yang lebih
afdhol dikerjakan ketika mandi. Sunnah-sunnah tersebut yaitu membaca
“Basmalah” pada permulaan mandi, berwudlu sebelum mandi menggosok-gosok
seluruh badan dengan tangan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri, tertib.
Kemudian ada juga hal-hal yang dipandang makruh dalam mandi yaitu : 1.
Berlebih-lebihan dalam menggunakan air, karena berlebihan itu sesuatu yang
18
mubadzir, tidak sesuai dengan perbuatan Nabi SAW. 2. Mandi di air yang
tergenang. Berdasarkan riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi
SAW berkata: “Jangan mandi salah seorang di antara kalian di air yang diam,
sementara dia sedang berjunub.”
19
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtidaklah melarang dari membaca
AlQur’an sedikit pun juga kecuali dalam keadaan junub.” (HR. Ibnu
Hibban, 3:79; Abu Ya’la dalam musnadnya, 1:400. Husain Salim Asad
menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Abul Hasan Al-Mawardi menyatakan bahwa haramnya membaca
Al-Qur’an bagi orang yang junub sudah masyhur di kalangan para sahabat
Nabi, sampai hal ini tidak samar lagi bagi mereka baik di kalangan laki-
laki maupun perempuan.” (Al-Hawi Al-Kabir, 1:148).
Ibnu Taimiyyah rahimahullahmengatakan, “Menurut jumhur
(mayoritas) ulama dari empat madzhab dan lainnya, orang junub dilarang
membaca Al-Qur’an sebagaimana ada hadits yang mendukung hal ini.”
(Majmu’ah Al-Fatawa, 17:12)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Liqa’ Al-Bab
Al-Maftuh menyatakan, “Wajib bagi yang junub untuk mandi sebelum
membaca Al-Qur’an. Karena membaca Al-Qur’an bagi orang yang junub
13
Samidi. Konsep Al Ghuslu Dalam Kitab Fikh Manhaja. Jurnal Analisa. XVII (01), 101-103
14
Syarh Manhaj As-Sakin, Manhuj Salikin, (Arab Saudi: Maktabah Dar Al-Minhaj), hal.66-67
20
INNAKA ANTAL WAHHAAB”, maka tidaklah mengapa. Namun kalau
maksudnya tilawah dalam membaca ayat tadi, maka tidaklah boleh.
(Liqa’at
Al-Bab Al-Maftuh, no. 108).
۟ ٰ ۟ ۟ ٰٓ
تى ت َْعلمَُوا َما َّٰ صلَ ٰوةَ َوأنَت ُْم ُس َك َر ٰى َح ْ
َّ ين َءا َمن ُوا َل تقَ َرب ُوا ٱل َّ ُ
َ يََٰأيَهَّا ٱل ِذ
۟
إن ُكنت ُم ِ تى ت َْغت َِسل ُوا َو َّٰ ابرى َسبِي ٍل َح ً
ِ تقَ ُول ُو َن َو َل جُنبُا إ ََِّل َع
ٓ ٰٓ
َْ أح ٌد ِمن ُكم ِم َن ْٱل َغاَٰئ ِط
أو ٰل َمسْت ُُم َ أو َجا ٰ َٓء ٍَ أو َعلَ ٰى َس
َْ فر َْ ض َٰى َ َّْمر
ُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم۟ ص ِعيداً طَ يبًا فَٱ ْم َسح َ ۟ تجد ُو ۟ا ما ٰ ًَٓء فَتيَ ََّم ُم
وا ٓ
َِ ٱلن َسا ٰ َء فَل َْم
ِ َ ِ
ان َعف ًُّوا َغف ُورًا َِّ ۗ َوَأ ْيَْ ِدي ُك ْم
َ إن ٱهللََّ َك
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekadar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu d13engan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu
dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha
13 Ibid. hal 66
14 Ibid, hal.67
21
Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah(16:54) disebutkan,
“Diharamkan
bagi yang junub untuk masuk dalam masjid dan berdiam di
dalamnya.
2022151107Ulama Syafi’iyah, Hambali dan sebagian Malikiyyah
menyatakan bahwa sekadar lewat saja boleh sebagaimana
dikecualikan dalam ayat,
22
Berikut adalah hal-hal yang terlarang bagi orang yang berhadas secara
spesifik :
• Shalat
• Thawaf
• Menyentuh dan membaca mushaf Al-Qur’an(sebagian ulama ada
yg memperolehkan)
• Shalat
• Thawaf
• Menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an serta membacanya
• I'tikaf dimasjid
3. Orang yang berhadas besar karena haid, wiladah, dan nifas dilarang :
• Shalat
• Thawaf
• Puasa
• Menyentuh, membawa, dan membaca mushaf Al-Qur’an
• I'tikaf dimasjid
• Berhubungan suami istri
• 15
Bercerai.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas
kecil dan hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan
15 Tim AL AZHAR,Fiqih (Driyorejo Gresik: CV. PUTRA KEMBAR JAYA,
2011), hal.4. 17 A. Zainuddin, Muhammad Jamhari,Al-ISLAM I (akidah dan
Ibadah) (Bandung: CV PUSTAKASETIA, 1999), hal.334.
23
tayammum. Wudhu’ adalah salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara
mencuci sebahagian anggota tubuh dengan air dengan sarat dan rukun sebagai
syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum melaksanakan sholat dan ibadah
yang lainnya.
Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air
yang disertai dengan rukun mandi.
Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh
(muka dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan karena adanya uzur bagi
orang yang tidak dapat memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun
3.2 Saran
Kami menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami pengertian wudhu,
tayamum,dan mandi. landasan hukum wudhu, tayamum dan mandi serta
pembagian wudhu, tayamum dan mandi. Bagi pembaca lain yang ingin
mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai materi ini, maka dapat
menjadikan makalah ini sebagai referensi. Kami juga mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
A.Zainuddin,s.Ag.Muhamad Jamhari,s.Ag.1999. Al-Islam (akidah dan ibadah).
Bandung : CV.pustaka setia
Lela dan Lukmawati. “Ketenangan” : Makna dawamul wudhu. (Palembang:
PSIKIS-Jurnal psikologi islam. 2015. Vol. 1. No. 2) 55-56
Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh. Cetakan pertama, Tahun 1438 H. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin;
Mahadhir, m saiyid. 2018. Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?. Jakarta :
Rumah Fiqih Publishing
Majmu’ah Al-Fatawa. Cetakan keempat, tahun 1432 H. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Penerbit Dar Al-Wafa’
Rasjid, Sulaiman H. 2018. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Samidi. Konsep Al Ghuslu Dalam Kitab Fikh Manhaja. Jurnal Analisa. XVII (01),
101-103
Syarh Manhaj As–Salikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin
‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj, hlm. 65-67
24
Tim Al-Azhar. 2011. Fiqih. Driyorejo Gresik: Pustaka Kembar JMawsu’ah Al-
Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait;
25