SMPN 2 PANDAAN
A. WUDHU’
1. Pengertian
Menurut bahasa wudhu berasal dari kata wadha’ah yang berarti kebersihan dan baik.
Sedangkan pengertian wudhu menurut istilah dalam syariat adalah peribadatan kepada
Allah Azza Wajalla dengan mencuci empat anggota tubuh (wajah, kedua tangan, kepala
dan kedua kaki).
Hadas dalam Islam dibagi 2, yaitu hadas besar dan hadas kecil. Hadas kecil ialah
hadas yang disebabkan buang air besar-kecil, kentut, dan sebagainya. Cara menyucikan
badan seorang muslim dari hadas kecil adalah dengan berwudhu. Meskipun dapat
menggunakan tayammum apabila memenuhi syarat-syarat tertentu.
Dalam proses wudhu, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan agar wudhu dianggap
sah. Mengutip buku Iman Dan Taqwa karya Dirman, berikut beberapa syarat sah wudhu.
a. Islam
b. Tamyiz, yaitu orang yang sudah berusia 7 tahun dan sudah mandiri/ dapat
membedakan antara yang baik dan yang buruk/ dapat membedakan antara kiri-kanan,
air-api, dan lain sebagainya
c. Menggunakan air suci dan mensucikan (air mutlak)
d. Tidak ada penghalang sampainya air ke kulit/ anggota wudhu (misal: cat, tempelan,
dan lain sebagainya)
e. Saat anggota wudhu dibasuh, tidak ada zat yang dapat merubah sifat air. Misalnya
lumpur atau sabun yang menempel dapat merubah air basuhan menjadi keruh.
Sehingga wajib dibersihkan terlebih dahulu sebelum berwudhu.
f. Suci dari haid dan nifas
g. Tidak boleh mengira yang wajib menjadi sunnah. Wajib/fardhu wudhu adalah niat,
membasuh wajah, tangan, kepala, kaki dan
tertib. Jika seseorang meyakini hal-hal tersebut adalah sunnah maka wudhu nya tidak
sah. Akan tetapi jika yang sunnah dianggap wajib maka wudhunya tetap sah.
h. Yakin wajib berwudhu/yakin berhadats. Artinya sebelum berwudhu seseorang harus
memastikan apakah ia berhadats atau tidak, misalnya ia yakin belum berwudhu atau
wudhunya sudah batal.
i. Mengalirkan/meratakan air ke seluruh anggota wudhu
j. Bagi orang yang terus-menerus berhadats misalnya terkena beser atau istihadah, baru
dikatakan sah berwudhu jika telah masuk waktu sholat fardhu dan ia harus bergegas
melaksanakan sholat/tidak boleh menunda-nunda.
3. Rukun Wudhu
Rukun wudhu dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'idah ayat 6, Allah SWT
berfirman,
وا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ۟ س ُح َ ق َو ْٱم ِ ِوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ْٱل َم َراف َّ ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا إِذَا قُ ْمت ُ ْم إِلَى ٱل
۟ ُصلَ ٰوةِ فَٱ ْغ ِسل
ُوا َ ِسف ٍَر أ َ ْو َجا َٰٓ َء أ َ َحدٌ ِمن ُكم ِمنَ ْٱلغَآَٰئِطِ أ َ ْو ٰلَ َم ْست ُ ُم ٱلن
۟ سا َٰٓ َء فَلَ ْم ت َِجد َ علَ ٰى َ ض ٰ َٰٓى أ َ ْو ۟ ٱط َّه ُر
َ وا ۚ َوإِن ُكنتُم َّم ْر َّ َْٱل َك ْعبَي ِْن ۚ َوإِن ُكنت ُ ْم ُجنُبًا ف
َ ُج َو ٰلَكِن ي ُِريدُ ِلي
ط ِه َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم ٍ علَ ْي ُكم ِم ْن َح َر
َ ٱَّللُ ِليَجْ َع َل ۟ س ُح
َّ ُوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأ َ ْيدِي ُكم ِم ْنهُ ۚ َما ي ُِريد َ ٱم َ صعِيدًا
ْ َط ِيبًا ف ۟ َما َٰٓ ًء فَتَيَ َّم ُم
َ وا
َع َل ْي ُك ْم َل َع َّل ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون
َ ُنِ ْع َمت َ ۥه
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Rukun wudhu ada 6, berikut penjabarannya:
a. Niat
Berniat di hati hukumnya wajib sedangkan mengucapkan niat (nawaitu) hukumnya
sunnah dalam mazhab Syafi'i. Niat di hati dilakukan saat mulai membasuh wajah.
صغَ هر فَ ْرضًا هِ ه
لل ت َ َعالَى نَ َويْتُ ا ْل ُوض ُْو َء هل َر ْف هع ا ْل َح َد ه
ْ َث اْال
(Nawaitul whuduua liraf’il hadatsil asghari fardhal lillahi ta’ala)
b. Membasuh wajah
Membasuh wajah dilakukan sampai batas tumbuhnya rambut yaitu kening hingga
dagu, telinga kanan hingga kiri.
Mengusap sebagian kepala dilakukan bagi muslim yang memiliki rambut ataupun
tidak. Jika memiliki rambut harus rambut yang berada di lingkar kepala, bukan
rambut yang terjuntai ke bahu/pundak.
e. Membasuh kaki
f. Tertib.
Tertib artinya berurutan. Tidak sah jika tidak berurutan. Misalnya membasuh kaki
lebih dahulu dari pada wajah.
Setelah rukun wudhu selesai dilaksanakan, maka kita harus membaca bacaan doa
setelah wudhu, yang bunyinya:
Catatan: Ketika berwudhu, basuhan yang wajib hanya basuhan yang pertama, adapun
basuhan yang kedua dan ketiga adalah sunnah. Jika lebih dari tiga kali hukumnya
makruh.
4. Sunnah Wudhu
a. Membaca bismillah
Rasulullah SAW bersabda, "Sholat tidak sah bagi orang yang tidak berwudhu dan
wudhu tidak sempurna bagi orang yang tidak membaca bismillah (tidak menyebut
nama Allah). (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari Abu Hurairah r.a. Berkata Rasulullah SAW bersabda: "Apabila seorang di
antara kalian bangun dari tidur, janganlah memasukkan tangannya ke tempat air
sebelum membasuhnya tiga kali, sebab dia tidak mengetahui ke mana tangannya di
waktu malam." (Muttafaqun 'alaih)
c. Bersiwak
Sunnah selanjutnya yakni bersiwak atau menggosok gigi, kecuali bagi orang yang
berpuasa saat masuk waktu zuhur. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya ku perintahkan untuk
bersiwak setiap berwudhu. " (H.R. Imam Malik dan Syafi'i)
d. Berkumur
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud Rasulullah SAW
bersabda: "Bila engkau berwudhu maka berkumur-kumurlah."
e. Menghirup air ke dalam hidung dan mengeluarkannya kembali.
Dari Laqith bin Shobiroh r.a. ia berkata, Rasulullah bersabda: "Berwudhulah
dengan sempurna, dan gosok-gosoklah antara jari-jari dan hisaplah air dengan
hidung secara sungguh-sungguh, kecuali bila engkau sedang berpuasa."
(Dikeluarkan oleh imam empat, menurut Ibnu Huzaimah hadits tersebut shahih).
f. Cara Mengusap kepala
Dari Ali r.a. tentang sifat wudhu Rasulullah SAW, ia berkata: "...dan beliau
mengusap kepalanya satu kali. (Dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud, Tirmidzi, dan
Nasai dengan sanad shahih).
Dari Abdillah bin Zaid bin Ashim r.a. tentang sifat wudhu ia berkata: Rasulullah
SAW mengusap kepalanya dengan kedua tangannya dari muka ke belakang dan
dari belakang ke muka. (Muttafaqun 'alaihi)
Dari Abdillah bin Amar r.a. tentang sunnah wudhu, ia berkata: "Rasulullah SAW
mengusap kepalanya dan memasukkan jari-jari telunjuknya ke dalam dua
telinganya, dan mengusap dua telinga bagian luar dengan dua ibu jarinya." (HR
Abu Dawud dan Nasai.
Rasulullah bersabda: "Jibril datang kepadaku, lalu berkata: "Bila kamu berwudhu
maka basuhlah sela-sela jenggotmu"." (H.R. Ibnu Abi Syaibah).
Rasulullah juga bersabda: "Basuhlah sela jari-jarimu, Allah SWT tidak akan
membakarnya dengan api. Kemudian beliau bersabda: Celaka bagi tumit dari
ancaman neraka. " (HR. Addaraqthni).
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW Bersabda: "Bila kamu sekalian
berwudhu hendaklah kamu mulai dengan anggota-anggota badan kamu yang
kanan."
Bila membasuh wajah, hendaknya mengambil air dengan dua tapak tangan secara
bersamaan dan hendaknya memulai basuhan dari atas. Untuk membasuh dua kaki
dan kedua tangan disunnahkan membasuhnya dari jari-jari. Untuk kepala
disunnahkan membasuhnya dari muka. Perhatikanlah kerutan pada kulit dan
pastikan seluruhnya terjangkau air dengan cara meratakan dan sedikit menekan.
Rasulullah juga bersabda: "Batas pakaian orang-orang mu'min (pada hari kiamat)
adalah sampai di mana batas air wudhunya." (H.R. Muslim).
m. Berturut-turut.
Artinya tidak berselang atau berhenti dalam waktu yang lama.
n. Tidak berbicara di waktu wudhu dan setelah wudhu tidak dilap atau dikibas-kibas
agar airnya jatuh bila tidak ada keperluan.
o. Tidak minum air yang tersisa setelah dipakai wudhu.
B. SHOLAT
1. Pengertian sholat
Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat
adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.
Menurut istilah syara', shalat ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan
tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu, dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara'.
2. Macam-macam sholat
Hukum sholat secara umum terbagi menjadi 2 yaitu wajib dan sunnah.
Sholat Fardhu adalah sholat dengan status hukum fardhu, yakni wajib dilaksanakan.
Shalat fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni: 1. Fardhu 'Ain,
yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam sholat ini adalah shalat lima
waktu dan sholat Jumat untuk pria.
Dalam Islam, terdapat sholat fardhu atau sholat yang menjadi kewajiban bagi umat
muslim untuk ditunaikan. Urutan sholat 5 waktu atau sholat wajib ini terdiri dari sholat
subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya.
Sholat sunah adalah salat yang apabila dilaksanakan mendapat pahala, sedangkan jika
tidak melaksanakan tidak apa-apa. Contohnya adalah sholat dhuha.
3. Niat Sholat wajib
a. Niat Sholat Subuh
صبْح َر َكعتَي ِْن ُم ْست َ ْق ِب َل ْال ِق ْبلَ ِة أَدَا ًء هلل ت َ َعالَى َ ُأ
َ ص ِلى فَ ْر
ُّ ض ال
Latin: Usholli fardhol subhi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa an (sholat
sendiri)/Ma'muuman (menjadi ma'mum)/Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'aalaa
Artinya: "Saya berniat sholat fardu Subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala".
Latin: Usholli fardhol ashri arba'a roka'aati mustaqbilal qiblati adaa an (sholat
sendiri)/Ma'muuman (menjadi ma'mum)/Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'ala.
Artinya: "Saya berniat sholat fardu Asar empat rakaat menghadap kiblat karena Allah
Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala".
Latin: Usholli fardhol magribi tsalasa rok'aati mustaqbilal qiblati adaa an (sholat
sendiri)/Ma'muuman (menjadi ma'mum)/Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta'ala.
Artinya: "Saya berniat sholat fardu Magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena
Allah Ta'ala/Ma'mum karena Allah Ta'ala/Imam karena Allah Ta'ala".
4. Bacaan Qunut
َ َوبَ هاركْ هلي فه ْي َما أَ ْع، َ َوتَ َولَّنهي فه ْي َم ُن تَ َولَّيْت، َ َوعَافهنهي فه ْي َم ْن عَافَيْت، َاللَّ ُه َّم ا ْه هدنهي فه ْي َم ْن َه َديْت
، َطيْت
َ فَ هإنَّكَ تَ ْق هضي َو َال يُ ْقضَى، َضيْت
َو َال يَ هعز َم ْن، َ َو هإنَّهُ َال يَذهل َم ْن َوا َليْت، َعلَ ْيك َ ََوقهنهي هب َرحْ َمتهكَ ش ََّر َما ق
علَى َّ صلَّى
َ ُّللا ُ ستَ ْغ هف ُركَ َوأَت ُْو
َ َو، َب هإلَ ْيك ْ َ أ، َضيْت
َ َعلَى َما قَ َف َلكَ ا ْل َح ْم ُد، َاركْتَ َربَّ َنا َوتَعَا َليْت
َ َ تَب، َعَا َديْت
سلَّم
َ علَى آ هل هه َوصَحْ هب هه َو َ س هي هدنَا ُم َح َّمد النَّ هبي ه ْاْلُمي َو
َ
Latin: Allaahummahdinii fiiman hadaita, wa 'aafinii fiman 'aafaita, wa tawallanii fii man
tawallaita, wa baarik lii fiimaa a'thaita, wa qinii bi rahmatika syarra maa qadhaita fa
innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alaika, wa innahu laa yadzillu man waalaita, wa laa
ya'izzu man 'adaita, tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaita, fa lakal hamdu 'alaa maa qadhaita,
astahgfiruka wa atuubu ilaika, wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin-nabiyyil
ummiyyi wa 'alaa alihi wa shahbihi wasallama.
Artinya: "Ya Allah, berikanlah aku petunjuk seperti orang-orang telah Engkau beri
petunjuk. Berilah aku kesehatan, seperti orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan.
Pimpinlah aku bersama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Limpahkanlah
keberkahan kepada apa saja yang telah Engkau berikan kepadaku. Peliharalah aku
dengan kasih sayang-Mu dari segala keburukan apa-apa yang telah Engkau putuskan
(tetapkan), karena sesungguhnya Engkau-lah yang memberikan ketentuan dan tidak ada
yang bisa memberikan ketentuan (keputusan) atas diri-Mu. Sesungguhnya tidaklah akan
hina orang-orang yang telah Engkau berikan kekuasaan, dan tidaklah akan mulia orang
yang telah Engkau musuhi, Maha Berkah lah Engkau dan Maha Luhur lah Engkau.
Segala puji bagi-Mu atas apa yang telah Engkau tetapkan. Aku mohon ampun dan
bertobat kepada-Mu. Dan semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan (sholawat)
atas diri junjungan kami. Nabi Muhammad, dan juga atas keluarga dan para sahabatnya."
C. SHOLAT MASBUQ
1. Pengertian
Masbuk adalah mereka yang tertinggal di belakang dalam salat berjamaah dan harus
mengejar rakaat yang terlewatkan.
Diartikan pula kata 'masbuk', yakni orang yang tertinggal sebagian rakaat atau
semuanya dari imam dalam salat berjamaah. Atau orang yang mendapati imam setelah
rakaat pertama atau lebih dalam salat jamaah.
Jumhur ulama menyatakan, makmum dikatakan masbuk jika ia tertinggal rukuknya
imam. Disebutkan, rukuk menjadi batas terhitungnya satu rakaat bagi makmum. Maka
jika ia sudah tak mendapat rukuk atau tidak ikut rukuk dengan imam, maka termasuk
masbuk.
Tetapi bila ia masih bisa mengikuti rukuk imam atau ikut rukuk bersamanya, maka
terhitung satu rakaat baginya dan tidak disebut masbuk. Baginya pun gugur kewajiban
membaca surah Al Fatihah.
Hal ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, di mana
Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kamu datang untuk salat, padahal kami sedang
sujud, maka bersujudlah, dan jangan kamu hitung sesuatu (satu rakaat). Dan barang
siapa yang mendapatkan rukuk, berarti ia mendapat satu rakat dalam salat(nya)." (HR
Abu Dawud)
Adapun sebagian ulama berpendapat, makmum termasuk masbuk apabila ia
tertinggal bacaan surah Al Fatihah. Ini adalah pandangan Abu Hurairah, Ibnu
Khuzaimah, Dhab'i dan dari Muhaddits Syafiiyah yang diperkuat oleh Syaikh
Taqiyyuddin As-Subki dari Ulama Mutakhkhirin.
2. Kriteria Makmum Masbuk
a. Makmum yang tertinggal sebagian surat Al-Fatihah.
b. Makmum yang tertinggal keseluruhan surat Al-Fatihah.
c. Makmum yang tertinggal sebagian surat-surat Al-Qur'an.
d. Makmum yang tertinggal surat-surat Al-Qur'an keseluruhan.
e. Makmum yang tertinggal rukuknya bersama imam.
f. Makmum yang mendapati imam sedang rukuk, i'tidal, sedang sujud atau sedang
duduk diantara dua sujud.
3. Tata Cara Sholat Makmum Masbuq
Ada sejumlah cara meneruskan salat bagi makmum masbuk yang berbeda kondisi yaitu:
a. Apabila makmum mendapati imam sedang rukuk atau hendak rukuk, maka ia cukup
takbiratul ihram dan mengikuti imam. Tidak perlu membaca surah Al Fatihah, karena
bacaan tersebut sudah ditanggung imam. Dalam keadaan ini, makmum memperoleh
satu rakaat.
b. Jika makmun mendapati imam masih berdiri dan membaca surah Al-Qur'an, tetapi
khawatir imam segera rukuk sebelum ia menyelesaikan bacaan surah Al Fatihah-nya,
maka ia harus menyelesaikan Fatihah-nya itu sekali pun tertinggal rukuk beberapa
saat. Setelah membacanya, ia langsung menyusul gerakan imam.
Selama dirinya tidak tertinggal dua rukun (Al Fatihah dan rukuk), maka masih
mendapatkan satu rakaat salat.
c. Orang yang tertinggal rakaat salat, dan mendapati imam sedang tasyahud akhir, bisa
langsung bertakbiratul ihram sambil berdiri dan mengikuti gerakan imam untuk
memperoleh makmum masbuk dan masih termasuk salat jamaah. Tapi tidak terhitung
satu rakaat.
d. Untuk itu, setelah imam salam maka ia harus melanjutkan untuk mengerjakan jumlah
rakaat salat secara keseluruhan.
4. Tata Cara Makmum Masbuk
a. Makmum Masbuk Saat Imam Masih Berdiri Sebelum Rukuk.
1) Takbiratul Ihram.
2) Kemudian membaca Al Fatihah, jika imam ada di dua rakaat pertama salat
sirriyyah atau salat yang bacaannya di dalam hati, hingga di rakaat ketiga dan
rakaat keempat.
3) Namun, apabila imam ada di dua rakaat pertama shalat jahriyyah atau salat yang
bacannya di baca keras, maka tidak ada kewajiban membaca Al Fatihah, karena
makmum diwajibkan untuk mendengarkan bacaan imam
4) Setelah itu, makmum masbuk membaca salah satu surat dari Al- Quran, jika imam
ada di dua rakaat pertama shalat sirriyyah
5) Namun, apabila imam di dua rakaat pertama shalat jahriyyah, maka tidak ada
kewajiban membaca Al Fatihah. Demikian juga jika ada di rakaat ketiga atau
keempat, maka cukup membaca Al Fatihah dan tidak dianjurkan untuk membaca
surat.
6) Kemudian dilanjutkan dengan mengikuti gerakan-gerakan imam hingga imam
selesai.
7) Apabila terdapat rakaat yang terlewat, maka ketika imam melakukan salam,
makmum masbuk harus bangkit berdiri untuk menyempurnakan rakaat yang
terlewat hingga selesai.
b. Makmum Masbuk Saat Imam Sedang atau Akan Rukuk
1) Takbiratul Ihram dalam kondisi berdiri sempurna.
2) Takbir Intiqal atau takbir ketika berpindah gerakan salat, (hukumnya sunnah).
3) Ikuti posisi imam saat makmum masbuk mulai salat. Jika imam melakukan rukuk,
maka makmum ikut rukuk. Jika imam sedang duduk di antara dua sujud, maka
seseorang juga ikut duduk di antara dua sujud, dan seterusnya.
4) Ikuti gerakan-gerakan imam hingga imam selesai.
5) Jika ada rakaat yang terlewat dan imam telah melakukan salam, makmum bangkit
berdiri untuk menyempurnakan rakaat yang terlewat sampai selesai