UKKI PROKEKAL
• Pertanyaan
Ketika pasien terbalut dengan perban, dan lukanya tidak boleh terkena air dikarenakan beresiko
tinggi untuk infeksi atau akan berakibat fatal, bagaimana cara bersucinya, sedangkan wajibnya umat
muslim adalah sholat ?
• Jawaban
1.Sholat
Artinya: “Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS. An Nisa: 103)
Dsb
Maka hukum dari sholat sendiri bagi umat islam adalah wajib, sedangkan tata caranya adalah
sesuai apa yang dituntunkan Rasulullah Muhammad Saw.
2.Bersuci / Thoharoh
Sebelum melakukan sholat maka hendaklah kita melakukan bersuci yaitu dengan cara berwudhu,
dan jika junub maka dengan mandi besar / wajib sesuai dalilnya :
ق َوا ْم َسحُوْ ا بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَي ۗ ِْن َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا ِ ِٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى الص َّٰلو ِة فَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف
ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا َ ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا ٓ ٰ ْفَاطَّهَّرُوْ ۗا َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر
ٰ
َج وَّل ِك ْن ي ُِّر ْي ُد لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن هّٰللا
ٍ بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ُ لِيَجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah
wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke
kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah.
Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar
kamu bersyukur.” (Qs. Al-maidah:6)
Selain dalil dari Quran yang merupakan perintah ALLAH SWT, juga terdapat dalam hadits yaitu :
ضَأ َ صالةَ َأ َح ِد ُك ْم إ َذا َأحْ د
َّ َث َحتَّى يَتَ َو َ َع َْن َأبِي ه َُري َْرةَ – رضي هللا عنه – ق
َ ُ ال يَ ْقبَ ُل هَّللا:- قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم:ال
ْ من َأح ِد السبيلي ِن َأوغير ِه
من نواقض ال ُوضو ِء ُ
ْ وهو الخار ُج،الحدث َ َأ
حصل منه:حدث
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda, “Allah tidaklah menerima shalat salah seorang di antara kalian ketika ia berhadats
sampai ia berwudhu.” Ahdatsaberarti muncul hadats yaitu sesuatu yang keluar dari salah satu dari
dua jalan atau pembatal wudhu lainnya. (HR. Bukhari, no. 6954 dan Muslim, no. 225)
Tidak ada sholat kecuali dengan berwudhu. Maka hukum dari wudhu / bersuci sendiri adalah wajib.
3.Bagaimana orang yang sakit parah atau terbalut perban bersuci ketika ingin melaksanakan Sholat.
Perlu kita ketahui selain dengan air, kita juga bisa bersuci dengan debu yang bersih, dan itu
dinamakan dengan tayamum. Beberapa dalil dibolehkannya bersuci dengan debu yaitu
b. Dinukil dari buku tanya jawab Kyai Muhammadiyah “Pak AR Fakhrudin menjawab “
و ان لم يجد الماء عشر سنين فإذا وجد الماء فليمسه بشرته فإن ذالك خير،إن الصعيد طهور المسلم
Riwayat Ahmad dan Tirmidzi.
Terdapat 3 sebab :
1. فقد الماء
Tidak adanya air
2. والمرض
Dan sakit
3. واالحتياج إليه لعطش حيوان محترم
Dan berhajat kepadanya untuk minum binatang yang dihormati.
Maka dalam kaidah tersebut orang yang sakit ( diperban) masuk kedalam sebab sebab boleh nya
untuk bertayamum, karena dia termasuk المرض الشديد
Adapun bagaimana cara bersucinya, yaitu jika sakitnya tidak parah maka tetap dengan harus
berwudhu seperti umumnya, jika sakitnya parah dan tidak bisa melakukan apa apa, boleh dibantu
orang disekitarnya. Jika memang tidak boleh terkena air sama sekali maka dibolehkan bertayamum,
dan adapun jika sakitnya parah tetapi pada bagian tertentu dan bagian tersebut dibalut perban
maka caranya adalah berwudhu seperti umumnya lalu bagian yang tidak boleh terkena air cukup
untuk diusap dengan air atau diganti dengan tayamum. Dalilnya :
ب َعلَى جُرْ ِح ِه ِخرْ قَةً ثُ َّم َ ص ِ ِإنَّ َما َكانَ يَ ْكفِي ِه َأ ْن يَتَيَ َّم َم َويَ ْع:- ات
nَ ض َي هَّللَا ُ َع ْنهُ َما فِي اَل َّرج ُِل اَلَّ ِذي ُش َّج فَا ْغتَ َس َل فَ َم
ِ َوع َْن َجابِ ٍر]بْنُ َع ْب ِد هَّللَا ِ] َر
ف َعلَى ُر َواتِه ٌ ْف َوفِي ِه اِ ْختِاَل
ٌ ضع َأ
َ يَ ْم َس َح َعلَ ْيهَا َويَ ْغ ِس َل َساِئ َر َج َس ِد ِه َر َواهُ بُو دَا ُو َد بِ َسنَ ٍد فِي ِه
Namun dalam hadits ini sanadnya lemah dan terdapat perbedaan pendapat dari kalangan fuqoha.
Penekanan pada : ب َعلَى جُرْ ح ِ يَ ْكفِي ِه َأ ْن يَتَيَ َّم َم َويَ ْع
َ ص
KH AR. Fakhrudin dalam bukunya “Kyai Muhammadiyah menjawab” menjelaskan bahwa
mengenai orang yang sakit namun ada air dan dapat berwudhu maka dapat dikerjakan dengan
bantuan orang lain. Namun demikian jika tidak mungkin orang tersebut disentuh air, dapat diganti
dengan tayamum.
Penulis
(P1337420320042)