Anda di halaman 1dari 10

BAB WUDHU

Makalah ini Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


ILMU FIQIH

Dosen pengampu:

Abdulloh S,Ud

Disusun oleh:

Moch. Rofrofil A’rofi Badrudin

MA’HAD ALY AL FITHRAH SURABAYA


Takhassus Tasawwuf Wa Thoriqotuhu ( Tasawuf dan Tarekat )
jln. Kedinding Lor 99 Surabaya Tlp. 08510 300 6049 Surabaya 60129
E-mail:mahadalyalfithrah99gmail.com
AKADEMIK 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memahami pengertian wudhu, diperlukan pemahaman terhadap beberapa
elemen internal wudhu itu sendiri dimulai dari yang terkecil yaitu kosa kata yang
digunakan sampai dengan tata cara wudhu itu sendiri.
Oleh karena itu makalah ini kami susun berdasarkan beberapa aspek penilaian
disebabkan karena banyaknya pendapat para ulama tentang tata cara berwudhu.
Sebelum melaksanakan ibadah, setiap manusia diwajibkan untuk berwudhu  agar
mereka suci dan bersih dari hadats kecil.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan dasar hukum wudhu?
2. Apa saja rukun wudhu?
3. Apa saja syarat-syarat wudhu?
4. Apa saja sunah-sunah wudhu?
5. Apa saja hal-hal yang membatalkan wudhu?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1. Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa)
menjelaskan bahwa jika dikatakan wadhu’ (‫)اَ ْل َوضُو ْء‬, maka yang dimaksud adalah
ُ ُ‫)ال‬, maka yang
air yang digunakan berwudhu. Bila dikatakan wudhu (‫وض==و ْء‬
diinginkan di situ adalah perbuatannya. Jadi, wudhu adalah perbuatan, sedangkan
wudhu adalah air wudhu.1
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu terambil
dari kata al-wadho’ah / kesucian ( ‫)اَ ْل َوضُو ْء‬. Wudhu disebut demikian, karena orang
yang sholat membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang
suci.2
2. Pengertian Secara Syariat
Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan
Hafishohulloh:

ِ ْ‫ص ٍة فِى ال َّشر‬


‫ع‬ ِ ‫ضا ِء ْاالَرْ بَ َع ِة َعلَى‬
َ ْ‫صفَ ٍة َم ْخصُو‬ َ ‫ اَ ْستَ ْع ِم ُل َما ٍء طَهُوْ ٍر فِى اَْأل ْع‬: ‫َم ْعنَى ْال ُوضُوْ ِء‬

Artinya: “maka wudhu adalah menggunakan air yang suci lagi


menyucikan pada anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan
kaki) berdasarkan tata cara yang khusus menurut syariat”.3

Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk
peribadatan kepada Alloh Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan
tata cara yang khusus.

Disyari’atkan wudhu ditegaskan berdasarkan 3 macam alasan:

a. Firman Allah Dalam Surat Al-Maidah Ayat 6

1
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, An-Nihayah Fi Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar, Cet. 5 (Mesir: Jannatul
Afkar, 2008), 428
2
Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqulani, Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari, Cet I (Jakarta Selatan,
Pustaka Azam, 2001), 306
3
Abdullah bin Muhammad Al Thoyaar. Kitab Riasalah fi Al-Fiqh Al-Muyassar Cet. I (riyadh: Madar Al-Wathoni
Lin Nasyr, tt), 19

3
‫وسمُك ْ َوَأ ْر ُجلَمُك ْ ىَل ٱ ْل َك ْع َبنْي ِ ۚ َو ن‬ ِ ‫ي َٰ َٓأهُّي َا ٱذَّل ِ َين َءا َمنُ ٓو ۟ا َذا قُ ْممُت ْ ىَل ٱ َّلصلَ ٰو ِة فَٱ ْغ ِسلُو ۟ا ُو ُجو َهمُك ْ َوَأيْ ِديَمُك ْ ىَل ٱلْ َم َرا ِف ِق َوٱم َْس ُحو ۟ا ب ُِر ُء‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُكنمُت ْ ُجنُ ًبا فَٱ َّطه َُّرو ۟ا ۚ َو ن ُكنمُت َّم ْرىَض ٰ ٓ َأ ْو عَىَل ٰ َس َف ٍر َأ ْو َجٓا َء َأ َح ٌد ِ ّمنمُك ِ ّم َن ٱلْ َغٓاِئطِ َأ ْو لَٰ َم ْسمُت ُ ٱل ِن ّ َسٓا َء فَمَل ْ جَت ِدُ و ۟ا َمٓا ًء فَتَ َي َّم ُمو ۟ا َص ِعيدً ا َط ِ ّي ًبا فَٱم َْس ُحو ۟ا‬
‫ٱ‬ ‫ِإ‬
‫ون‬َ ‫ب ُِو ُجوهِمُك ْ َوَأيْ ِديمُك ِ ّمنْ ُه ۚ َما ُي ِريدُ هَّلل ُ ِل َي ْج َع َل عَلَ ْيمُك ِ ّم ْن َح َرجٍ َولَٰ ِكن ُي ِريدُ ِل ُي َطهّ َِرمُك ْ َو ِل ُيمِت َّ ِن ْع َم َتهُۥ عَلَ ْيمُك ْ ل َ َعلَّمُك ْ ت َشْ ُك ُر‬
Artinya: 
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit403 atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”
b. Sabda Rasulallah SAW.
‫هللا َص َال َة َا َحدُ مُك ْ َذا َأ ْحدَ َث َحىَّت ي َ َت َوضَّ َاء‬
َ ‫َالي َ ْق َب ُل‬
‫ِإ‬
Artinya: Allah tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu
bila ia berhadats, sehingga ia berwudhu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya
wudhu semenjak zaman Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak
dapat disangkal lagi bahwa ia adalah ketentuan yang berasal dari agama.4
B. Rukun wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:
1. Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah.
2. Membasuh wajah.
3. Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku.
4. Membasuh sebagian kepala.
5. Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki.
6. Tertib.5

4
Zainuddin bin Muhammad Al-Ghazaly Al Mailbary. Fatkhul Mu’in (Surabaya, Barul Al Ilmi, tt), 5
5
Drs. H. Ibnu Mas’ud, Drs. H. Zainal Abidin S. Fiqih Madzhab Imam Syafi’i (Bandung), 2007, 56

4
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada
juga yang menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
4 (empat) rukun menurut Al-Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wudhu itu
hanya ada 4 sebagamana yang disebutkan dalam Nash Qur’an.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Malikiyah menambahkan dengan keharusan niat, ad-
dalk yaitu menggosok anggota wudhu, sebab menurut beliau sekedar mengguyur
anggota wudhu dengan air masih belum bermakna mencuci/membasuh, juga beliau
menambahkan kewajiban muwalat.
6 (enam) rukun menurut As-Syafi’iyah menambahnya dengan niat pembasuhan
dan usapan dengan urut, tidak boleh terbolak balik. Istilah yang beliau gunakan
adalah harus tertib.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Hanabilah mengatakan bahwa harus niat, tertib dan
muwalat, yaitu berkesinambungan. Maka tidak boleh terjadi jeda antara satu anggota
dengan anggota yang lain yang sampai membuatnya kering dari basahnya air bekas
wudhu.6
C. Syarat-syarat Wudhu
1.  Dikerjakan dengan air mutlaq.
2. Mengalirkan air di atas anggota yang dibasuh.
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air, yaitu perubahan yang
merusakkan nama air mutlak itu.
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan anggota
yang dibasuh.
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats.
D. Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat
berwudhu.
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x
(tiga kali).
3. Berkumur.

6
Ibrahim Muhammad Al-Jamal. Fiqih Muslimah (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), 14-16

5
4. Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung)
Dan sunnah mengeraskan berkumur dan beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan
makruh bagi yang puasa. Berkumur dan istinsyaq dilakukan 3x.
5. Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari
tagan kiri di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah
dikeluarkan dengan jari kelingking tangan kiri.
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
Dalam mengusap telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang
habis digunakan mengusap kepala.
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke
sela-sela jari
Caranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak
tangan di atas telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan
lain. Dan caranya pada kaki adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki,
dimulai dari jari kelingking kaki kanan dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian
bawah kaki.
8.  Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari.
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki.
10. Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai
bawah dan membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua
kepala mulai dari tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan
membasuh kedua kaki dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki.
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki.
12. Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata
pada basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata
pada basuhan kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan
hendakllah diteruskan dengan basuhan kali kedua dan ketiga.
13. Menghadap kiblat.
14. Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang
lama, sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.

6
15. Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa
dilakukan Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab
biasanya pada tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah
harusnya, kamu dimulai dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa
digunakan untuk mencuci muka dan anggota tubuh lainnya.
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari
tidur. Sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim:
.‫إ َذ ْاست َ ْي َقظَ َأ َحدُ مُك ْ ِم ْن ن َْو ِم ِه فَ َال يُدْ ِخ ْل يَدَ ُه ىِف ْاا اَن ِء َحىَّت يَغ ِْسلَهَا ثَ َال ًث فَ ن َّ ُه َاليَدْ ِرى َأ ْي َن اَب ت َْت يَدُ ُه‬
‫ِإ‬ ‫ِإل‬
16. Menyela-nyela jenggot yang lebat.
17. Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang
kiri, mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18. Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun
jangan sampai terlalu kikir.7
E. Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu
1. Kencing dan Buang Air Besar.
Hal yang membatalkan wudhu dan disepakati bersama adalah keluarnya kencing
dan tinja dari seseorang. Tentang batalnya wudhu karena kencing dan tinja adalah
sesuatu yang sudah sangat diketahui dan disepakati dan sudah jelas tidak memerlukan
dalil untuk menjelaskannya.
2. Madzi dan Wadi.
Madzi adalah sesuatu yang keluar dari penis seseorang lelaki setelah dia
bercumbu, melihat atau berpikir mengenai seks. Dia adalah air yang kental yang
keluar dengan cara mengalir dan tidak memancar laksana mani.
Sedangkan wadi adalah air berwarna putih yang keluar setelah buang air kecil.
Keduanya membatalkan wudhu laksana kencing, dan tidak ada kewajiban apa-apa
lagi bagi seseorang yang keluar madzi dan wadi kecuali istinja’ dan wudhu.
3. Keluarnya angin dari anus.
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah SAW bersabda:

7
Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Thaharoh, Jl. Cipinang Muara Raya No. 63 Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar,
2004, hal. 200-203

7
‫هللا َص َال َة َا َحدُ مُك ْ َذا َأ ْحدَ َث َحىَّت ي َ َت َوضَّ ا َء‬
َ ‫َالي َ ْق َب ُل‬
‫ِإ‬
Artinya: ‘’Allah tidak menerima shalat salah seorang dia antaramu bila
ia berhadats, sehingga ia berwudhu”.
Abu Hurairah menafsirkan kata “hadats”, di sini ada orang bertanya
kepadanya: “apa yang dimaksud dengan hadats”? Dia berkata: kentut yang tidak
ada suaranya dan kentut yang ada suaranya.
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid dari Ashim
Al-Anshari, bahwa dia mengadukan sesuatu kepada Rosululloh tentang seseorang
yang ragu merasakan sesuatu pada saat shalat yakni dia merasakan ada angin
keluar dari anusnya, maka Rasulullah SAW bersabda:
‫َالي َ ْن َف ِت ْل َأ ْو َال ي َ ْنرَص ِ ْف َحىَّت ي َْس َم َع َص ْواًت َأ ْو جَي ِدَ ِرحْي ًا‬
Artinya:“Janganlah dia berhenti (berpaling) hingga dia mendengar bunyi
atau dia mencium bau”.
Artinya, dia masih tetap berada dalam keadaan suci dan dalam wudhunya,
karena itu adalah keyakinan, dan keyakinan tidak hilang disebabkan keraguan,
lain halnya jiak dia mendengar suara kentutnya atau mencium baunya.
4. Tidur Berat
Hal yang disepakati membalatkan wudhu adalah tidur berat dan panjang.
Sebagaimana tidurnya seseorang yang tidur di malam hari, kemudian dia bangun
pagi.
Sedangkan yang berupa kantuk, maka dia tidak membatalkan wudhu, sebab itu
adalah tidur ringan.
5. Bersentuhan laki-laki dan perempuan yang boleh nikah yang sudah baligh dan
berakal, dan tidak ada penghalang keduanya.
6. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa ada penghalang.8

8
Ibid.231.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Secara Bahasa.
Al Imam Ibnu Athir Al-Jazary rohimahulloh (Seorang ahli bahasa) menjelaskan
bahwa jika dikatakan wudhu maka yang dimaksud adalah air yang digunakan
berwudhu, bila dikatakan wudhu, maka yang diinginkan di sini adalah perbuatannya.
Jadi wudhu adalah perbuatan, sedangkan wadhu adalah air wudhu.
Al-Hafi’ah Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy, kata wudhu diambil dari kata
al-wadho’ah/kesucian. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengan wudhu, akhirnya ia menjadi orang yang suci.
2. Pengertian menurut Syari’at.
Menurut Syaikh Shohih Ibnu Ghorim As-Sadlan Harishulloh, bila ditinjau dari
sisi syari’at adalah suatu bentuk peribadatan kepada Allah SWT dengan mencucui
anggota tubuh tertentu dengan data cara khusus.

9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh dan Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I.
Jakarta Selatan: Pustaka Azam. 2001
Al-Jamal Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani. 1999. 
Al-Malibary, Zainuddin bin Muhammad Al-Ghozaly. Fathul Mu’in. Surabaya: Darul Ilmi, tt.
Al-Qaradhawi Yusuf. Fiqih Thoharoh. Jl. Cipinang Muara Raya No. 63 Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar. 2004.
Al-Thoyaar, Abdullah bin Muhammad. Risalah fi Al-Fiqh. Al-Muyassar Cet I. Riyadh: Madar Al
Watoni lin Nasyr. tt.
Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih. Al-Nihayah fi Ghorib Al-Hadits wal atsar Cet. 5.
Mesir: Jannatul Afkar. 2008.
Mas’ud, Ibnu dan Zainal Abidin. Fiqih Madzab Imam Syafi’I, Bandung: Pustaka Setia Bandung.
2007.

10

Anda mungkin juga menyukai