Anda di halaman 1dari 8

B.

Kegiatan Pembelajaran ke-2


1. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Thahārah
b. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar hukum dan fungsi Thahārah
c. Mahasiswa mampu membedakan alat-alat Thahārah
d. Mahasiswa mampu menjelaskan sebab-sebab Thahārah

9
. Ibid. hal.8

12
2. Materi Pembelajaran
a. Pengertian Thahārah
Kata “thahārah” adalah bahasa Arab, dari kosa kata: ‫ طﮭﺎرة‬, ‫ طﮭرا‬,‫ ﯾطﮭر‬, ‫طﮭر‬
yang berarti bersih. Menurut istilah fuqahā’ (ahli fiqh), berarti
membersihkan hadats atau menghilangkan najis, yaitu najis jasmani
seperti darah, air kencing, dan tinja.10
Thahārah menurut istilah ialah usaha membersihkan diri dari hadats dan
najis. Hadats adalah “kotor” yang bersifat fsikis/tidak nyata, sedangkan
najis adalah “kotor” yang bersifat fisik/nyata secara indrawi.
Abu Jayb, Sa’di, dalam Rahman Ritonga memberikan pengertian
thahārah menurut istilah fiqh, yaitu: “Menghilangkan hadats atau najis
yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air, atau
menghilangkan hukumnya (hadats dan najis) dengan tanah”.11
b. Dasar Hukum dan Fungsi Thahārah

Hukum thahārah (bersuci) adalah wajib, terutama bagi orang yang akan
melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allāh SWT:

‫أﻷﯾﺔ‬.......      .........

Artinya: “…..Dan jika kamu junub (berhadats besar) maka bersucilah


…(al-Māidah/5:6).

     

Artinya: “Terhadap Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah.


(al-Muddatstsir/74:3-4).
Dan hadis Nabi saw:

(٧ / ١) - ‫ﺳﻨﻦ اﻟﱰﻣﺬى‬
‫ﺻﻠﱠﻰ‬
َ ‫ﱠﱯ‬‫ِﻴﻞ َﻋ ْﻦ ﳏَُ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ اﳊَْﻨَ ِﻔﻴﱠ ِﺔ َﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ﱟﻲ َﻋ ْﻦ اﻟﻨِ ﱢ‬
ٍ ‫َﻋ ْﻦ ﻋَْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ ﳏَُ ﱠﻤ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َﻋﻘ‬
‫َﲢﻠِﻴﻠُﻬَﺎ اﻟﺘﱠ ْﺴﻠِﻴ ُﻢ‬
َْ‫َﲢ ِﺮﳝُﻬَﺎ اﻟﺘﱠ ْﻜﺒِﲑُ و‬
َْ‫ﱠﻼةِ اﻟﻄﱡﻬُﻮُر و‬ َ ‫َﺎل ِﻣ ْﻔﺘَﺎ ُح اﻟﺼ‬
َ ‫اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬

10
. Muhammad Jawad Mugniyah, al-Fiqhu ‘ala al-madzhahib al-khamsah (al-Ja’fariy, al-Hanafi, al-
Malikiy, al-Syaf’iy, al-Hanbaliy, 2008.cet.ke-2. Kairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah. Hal. 13
11
. Rahman Ritonga, Fiqh Iadah, 2002. Cet.ke-2. Jakarta: Radar Jaya. Hal. 17.

13
Artinya: “ Dari Abdillah bin Muhammad bin ‘Aqil, dari Muhammad bin al-
Hanafiyah, dari ‘Ali, dari Nabi saw, berkata ia:”Kunci shalat itu adalah
bersuci, diawali dengan takbir dan diakhirei dengan salam.12
(H.R.Turmudzi).
Adapun fungsi thahārah adalah untuk memenuhi syarat sahnya shalat
dan untuk menyempurnakan ibadah.

c. Alat Thahārah
Alat yang dapat dipergunakan untuk thahārah (bersuci) ada tiga:

1) Air

Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk thahārah adalah air.
Bahkan merupakan alat thahārah yang paling utama.Namun tidak
semua air dapat dipergunakan untuk thahārah. Berikut penjelasan
macam-macam air;

a) Air mutlak

Air mutlak ialah “air yang suci pada zatnya, dan dapat mensucikan
bagi lainnya”. Atau istilah lain, air yang suci lagi mensucikan, atau
“air yang yang dapat dipergunakan untuk bersuci”. Yang termasuk
air mutlak ini adalah: air hujan, air laut, air sungai, air sumur, air
salju, air telaga atau air danau.Hal ini berdasarkan dalil-dalil berikut:

      ......


Artinya: “…….Dan Kami turunkan dari langit air (hujan) yang suci.
Al- Furqān (25):48.

‫أﻷﯾﺔ‬.......       ......

12
Muhammad ibn ‘Isa ibn Tsawrah at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif,
t,th), hlm. 12

14
Artinya: “…….Dan Dia (Allāh) menurunkan kepadamu air dari langit
untuk mensucikan kamu dengannya.QS. al-Anfāl (8): 11.

b) Air musta’mal
Air musta’mal ialah air bekas terpakai, yaitu air yang telah dipakai
untuk berwudlu’ atau mandi. Hukumnya sama dengan air mutlak,
yaitu sah untuk bersuci. Hal ini didasarkan pada hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a, ketika Nabi saw pernah mandi
dengan (air) sisa air mandi Maimunah;

(٩٨ / ١) - ‫ﺳﻨﻦ أﰉ داود‬


‫ـﺎك َﻋ ـ ْﻦ ِﻋ ْﻜ ِﺮَﻣ ـﺔَ َﻋ ـ ْﻦ اﺑْ ـ ِﻦ‬ ٌ ‫َص َﺣ ـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ِﲰَـ‬ ِ ‫َﺣ ـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣ َﺴ ـ ﱠﺪ ٌد َﺣ ـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑـُـﻮ ْاﻷَ ْﺣ ـﻮ‬
َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِﰲ َﺟ ْﻔﻨَ ٍﺔ ﻓَﺠَﺎء‬ َ ‫ﱠﱯ‬ ‫َاج اﻟﻨِ ﱢ‬ِ ‫ﺾ أَزْو‬ ُ ‫َﺎل ا ْﻏﺘَ َﺴ َﻞ ﺑـَ ْﻌ‬ َ ‫ﱠﺎس ﻗ‬
ٍ ‫َﻋﺒ‬
‫ـﻮل‬
َ ‫ـﺖ ﻟَـﻪُ ﻳَــﺎ َر ُﺳـ‬ ْ ‫َﺴـ َﻞ ﻓَـﻘَﺎﻟَـ‬ ِ ‫ﺿـﺄَ ِﻣْﻨـ َﻬــﺎ أ َْو ﻳـَ ْﻐﺘ‬
‫ﺻـﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠـﻪُ َﻋﻠَْﻴـ ِﻪ َو َﺳـﻠﱠ َﻢ ﻟِﻴَﺘَـ َﻮ ﱠ‬َ ‫ـﱯ‬ ‫اﻟﻨﱠـِ ﱡ‬
‫ﺻ ـﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠـﻪُ َﻋﻠَْﻴ ـ ِﻪ َو َﺳ ـﻠﱠ َﻢ إِ ﱠن اﻟْ َﻤــﺎءَ َﻻ‬ َ ‫ـﻮل اﻟﻠﱠـ ِﻪ‬ ُ ‫ـﺎل َر ُﺳـ‬ َ ‫ـﺖ ُﺟﻨُﺒًــﺎ ﻓَـ َﻘـ‬ ُ ‫ِﱐ ُﻛْﻨـ‬
‫اﻟﻠﱠـ ِﻪ إ ﱢ‬
‫ِﺐ‬
ُ ‫ُْﳚﻨ‬
Artinya:”Dari Ibnu Abbās r.a, beliau berkata, “pernah sebagian istri
Nabi saw mandi dengan air di dalam bejana besar. Kemudian
datang Nabi saw untuk berwudlu’atau mandi (dengan sisa air)
dalam bejana tersebut.Maka berkata Maimūnah r.a kepadanya,
“Wahai Rasūlullāh, tadi saya dalam keadaan junub, lalu Rasūlullāh
SAW bersabda,”sesungguhnya air itu tidak junub”.13 HR.Abu Daud.

c) Air mutanajjis

Air mutanajjis ialah air yang bernajis, maksudnya ialah air


tercampur dengan benda najis sehingga berubah rasa, bau dan
warnanya.Air seperti ini tidak dapat dapat dipergunakan untuk
thahārah, baik untuk menghilangkan hadatst maupun
menghilangkan najis.

d) Air yang suci tapi tidak mensucikan

13
Abi Dawd Sulaimān ibn al-Asy’ats as-Sijistani, Sunan Abi Dawd, (Riyādh: Maktabah al-Ma’arif, tth),
hlm. 46-47.

15
Yang dimaksud dengan air ini ialah air yang dilihat dari zatnya
adalah suci, seperti air kelapa, air gula (teh manis, kopi, susu dll),
termasuk air yang telah tercampur dengan zat kimia seperti air
minum fanta , coca cola,dan lain-lain. Air seperti inipun tidak dapat
dipakai untuk berwudu’, mandi dan istinjak.

2) Debu
Thahārah (bersuci) dengan debu didasarkan pada Firman Allāh SWT
dalam sūrah an-Nisā’’(4):43;

             .......

         

       


Artinya:”…..Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan, atau kembali
dari tempat buang air (WC), atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak menemukan air, maka bertayamumlah dengan
tanah (suci), lalu sapulah mukamu dan tanganmu (dengan tanah
tersebut). Sesungguhnya Allāh Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Pengertian tanah yang baik yaitu tanah atau debu yang bersih, yang
tidak bercampur dengan najis.

3) Benda Padat

Benda-benda padat yang suci dari asalnya, dapat dipergunakan untuk


bersuci, jika tidak didapatkan air, seperti batu. Adapun benda keras
yang asalnya dari benda najis, seperti kotoran kering, tetap tidak
dapat dipergunakan untuk bersuci. Hal ini didasarkan pada hadis
berikut:

‫َـﺶ َﻋـ ْﻦ إِﺑْـﺮَاﻫِﻴ َﻢ َﻋـ ْﻦ‬


ِ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣ َﺴ ﱠﺪ ُد ﺑْ ُﻦ ُﻣﺴ َْـﺮَﻫ ٍﺪ ﺣَـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُـﻮ ُﻣﻌَﺎ ِوﻳَـﺔَ َﻋـ ِﻦ اﻷَ ْﻋﻤ‬
‫َـﻰ ٍء‬
ْ ‫ـﺎل ﻗِﻴـ َﻞ ﻟَـﻪُ ﻟََﻘـ ْﺪ َﻋﻠﱠ َﻤﻜُـ ْﻢ ﻧَﺒِـﻴﱡ ُﻜ ْﻢ ﻛُـ ﱠﻞ ﺷ‬
َ َ‫َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ ﺑْ ِﻦ ﻳَِﺰﻳـ َﺪ َﻋـ ْﻦ ﺳَـ ْﻠﻤَﺎ َن ﻗ‬

16
‫ أَ ْن ﻧَ ْﺴ ـﺘَـ ْﻘﺒِ َﻞ‬-‫ﺻــﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴ ــﻪ وﺳــﻠﻢ‬- ‫ـﺎل أَ َﺟ ـ ْﻞ ﻟََﻘ ـ ْﺪ ﻧـَﻬَﺎﻧَــﺎ‬ َ ‫ ﻗَـ‬.َ‫اﳋِ ـﺮَاءَة‬
ْ ‫َﺣـ ﱠـﱴ‬
‫ْﺠ َﻰ أَﺣَـ ُﺪﻧَﺎ ﺑِﺄَﻗَـ ﱠﻞ‬
ِ ‫ﲔ َوأَ ْن ﻻَ ﻳَﺴْـﺘَـﻨ‬
ِ ‫ْﺠ َﻰ ﺑِـﺎﻟْﻴَ ِﻤ‬
ِ ‫ِﻂ أ َْو ﺑـَﻮٍْل َوأَ ْن ﻻَ ﻧَ ْﺴﺘَـﻨ‬ٍ ‫اﻟْ ِﻘْﺒـﻠَﺔَ ﺑِﻐَﺎﺋ‬
.ٍ‫ْﺠ َﻰ ﺑِﺮَِﺟﻴ ٍﻊ أ َْو َﻋﻈْﻢ‬ ِ ‫ِﻣ ْﻦ ﺛَﻼَﺛَِﺔ أَ ْﺣﺠَﺎ ٍر أ َْو ﻳَ ْﺴﺘَـﻨ‬
Artinya:”Telah mengabarkan kepada Abu Mu’awiyah dari A’masy dari
Ibrahim dari Abdurrahman dari Yazid dari Salman r.a. telah berkata
(ia) : “Sesungguhnya Rasūlullāh saw melarang kami menghadap
qiblat sewaktu buang air besar atau air kecil, atau istinja’ dengan
tangan kanan, atau istinja’ dengan batu, kurang dari tiga buah, atau
istinja’ dengan kotoran atau dengan tulang” (HR. Al-Bukhari).14

d. Sebab-sebab Thahārah
1) Hadats adalah keadaan seseorang yang tidak suci karena buang air
besar (BAB) ataupun keluar air mani dari kemaluan. Hadats ini dapat
dihilangkan dengan cara berwudhu’ ataupun mandi wajib.
a) Hadats kecil. Hadats ini dapat dihilangkan dengan cara berwudhu’
dengan baik dan benar dan penyebabnya sebagai berikut:
 Mengeluarkan sesuatu dari kemaluan (dubur), seperti air
kencing, madzi (lendir yang keluar karena syahwat), wadhi
(lendir yang keluar setelah kencing), dan anus (qubul) seperti
kotoran dan kentut.
 Menyentuh kemaluan sendiri atau orang lain dengan tapak
tangan tanpa memakai alas.
 Tidur nyenyak dengan posisi telentang, apalagi berguling.
b) Hadats besar. Hadats ini dapat dihilangkan dengan cara mandi
wajib yang baik dan benar sesuai ketentuan Rasūlullāh SAW.
Penyebabnya sebagai berikut:
 Keluarkan air mani sebab mimpi atau dipaksa seperti onani.
 Hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan
(jima’/coitus).
 Haid.
 Nifas (darah setelah melahirkan [wilādah]).

14
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Qahirah: Matba’ah as-Salafiyah, tth), hlm. 71.

17
 Mati.
2) Najis adalah kotoran yang terlihat nyata. Ada 10 (sepuluh) jenis
kotoran yang disepakati ulama;
a) Babi
b) Anjing.
c) Tinja
d) Air Kencing.
e) Muntah
f) Darah
g) Nanah
h) Bangkai
i) Madzi
j) Wadhi.15
Kemudian, kaifiyah (cara) yang dilakukan untuk mensucikan benda yang
terkena najis-nais tersebut bergantung pada macam apa najis yang
mengenai itu. Pembagian najis dan cara mensucikanya dapat dilihat di
bawah ini;
1) Najis Mugallazah (berat) adalah najis yang berasal dari anjing dan babi.
Cara mensucikan benda yang terkena najis ini dibasuh tujuh kali dan
satu kali di antaranya air dicampur dengan tanah.
2) Najis Mukhaffafah (ringan) adalah najis yang berasal dari kencing bayi
laki-laki yang belum makan sesuatu apapun kecuali air susu ibu dan
usianya belum dua tahun. Cara mensucikannya dilakukan dengan
memercikkan atau menuangkan air sampai merata di tempat yang
terkena najis tersebut.
3) Najis Mutawassitah (pertengahan) adalah najis yang selain dari kedua
macam yang telah disebutkan di atas. Najis pertengahan ini terbagi
pada dua bagian,
a) Najis Hukmiyah adalah najis yang diyakini keberadaannya, tetapi
tidak tampak zat dan bau. Misalnya, kencing yang sudah lama
kering sehingga sifatnya telah hilang. Cara mensucikannya cukup
dengan mengalirkan air di atas benda yang kena najis itu.

15
Ali Imran Sinaga, Fikih Thaharah, Ibadah, Muamalah (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011),
Bagian Pertama, h.14.

18
b) Najis ‘Aniyah adalah najis yang tampak zat dan bau rasanya. Cara
mensucikan najis ini ialah dengan menyiram tempat yang terkena
najis dengan air sampai hilang baunya kecuali bau yang sulit
dihilangkan sesudah digosok berulang-ulang.16

16
Ibid,. h. 16.

19

Anda mungkin juga menyukai