Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN KE 3

THAHARAH

A. PENDAHULUAN
Dalam hukum Islam, masalah bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian ilmu dan
amalan yang sangat penting, karena, diantara syarat-syarat sahnya sholat adalah harus dalam
keadaan suci dari hadats dan suci pula badan, pakaian dan tempat sholat dari najis.
Sementara sholat adalah tiang agama Islam. Pengertian thaharah adalah mensucikan diri,
pakaian dan tempat sholat dari hadats dan najis menurut syariat Islam. Bersuci dari hadats
dan najis adalah syarat syahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Dalam
hukum Islam, kata-kata thaharah (bersuci) adakalanya dipakai dalam arti yang
sesungguhnya (dzati atau ‘aini) misalnya bersuci dengan air. Adakalanya dipakai dalam arti
hukmi atau syar’i, bersuci memakai debu (tayamum). Oleh karena itu thaharah dalam
konteks ini pengertiannya berbeda dengan pengertian bersuci dalam konteks lain, misalnya
kesucian ruhani dalam ilmu tasawuf.

B. Pengertian Thaharah
a) Secara bahasa: thaharah berarti suci dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun
dari kotoran batin berupa sifat dan perbuatan tercela. Hal ini tampak dalam firman-Nya:

‫ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱلَّتَّٰو ِبيَن َو ُيِح ُّب ٱۡل ُم َتَطِّهِر يَن‬
“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat (yang kembali) dan
mencintai orang orang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah /2:222).
b) Secara istilah: Thaharah adalah mensucikan diri dari najis dan hadas yang menghalangi
shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air atau tanah, atau batu. Penyucian diri
disini tidak terbatas pada badan saja tetapi juga termasuk pakaian dan tempat.
C. Landasan Hukum Thaharah (bersuci) ini adalah Wajib, khususnya bagi orang yang akan
melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allah swt.
a) Al Qur-an Surat Al-Baqarah/2 : 222).
‫ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱلَّتَّٰو ِبيَن َو ُيِح ُّب ٱۡل ُم َتَطِّهِر يَن‬
“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat( yang kembali) dan
mencintai orang orang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah /2:222).
b) Al Qur-an Surat Al Maidah/5 : 6.
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ْا ِإَذ ا ُقۡم ُتۡم ِإَلى ٱلَّص َلٰو ِة َفٱۡغ ِس ُلوْا ُوُجوَهُك ۡم َو َأۡي ِدَيُك ۡم ِإَلى ٱۡل َم َر اِف ِق َو ٱۡم َس ُحوْا ِبُر ُء وِس ُك ۡم‬
‫ْۚا‬
‫د ِّم نُك م ِّم َن‬ٞ ‫َو َأۡر ُج َلُك ۡم ِإَلى ٱۡل َك ۡع َبۡي ِۚن َو ِإن ُك نُتۡم ُج ُنٗب ا َفٱَّطَّهُرو َو ِإن ُك نُتم َّم ۡر َض ٰٓى َأۡو َع َلٰى َس َفٍر َأۡو َج ٓاَء َأَح‬
‫ُد‬OO‫ٱۡل َغٓاِئِط َأۡو َٰل َم ۡس ُتُم ٱلِّنَس ٓاَء َفَلۡم َتِج ُدوْا َم ٓاٗء َفَتَيَّمُم وْا َص ِع يٗد ا َطِّيٗب ا َفٱۡم َس ُحوْا ِبُو ُجوِهُك ۡم َو َأۡي ِد يُك م ِّم ۡن ُۚه َم ا ُيِر ي‬
‫ٱُهَّلل ِلَيۡج َعَل َع َلۡي ُك م ِّم ۡن َح َر ٖج َو َٰل ِكن ُيِر يُد ِلُيَطِّهَر ُك ۡم َو ِلُيِتَّم ِنۡع َم َت ۥُه َع َلۡي ُك ۡم َلَع َّلُك ۡم َتۡش ُك ُروَن‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia

1
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. (Al Qur-an Surat Al Maidah/5 : 6)
c) QS. Al Muddatstsir/74: 3 - 4
‫ َو ِثَياَبَك َفَطِّهۡر‬, ‫َو َر َّبَك َفَك ِّبۡر‬
“Terhadap Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu sucikanlah” (QS Al
Muddatstsir/74:3-4)
d) Hadits Nabi:
‫الُّطُهوُر الَّص اَل ِة ِم ْفَتاُح‬
“Kunci sholat itu adalah bersuci…” (HR. Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Darimi, dari Ali
bin Abi Thalib.
e) Dalam riwayat yang lain:
‫الُّط و َش ْط اِإل َمياِن‬
‫ُه ُر ُر‬
“Suci itu setengah dari iman” (HR Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

D. FUNGSI THAHARAH
Fungsi Thaharah adalah untuk memenuhi syarat syahnya sholat dan untuk menyempurnakan
ibadah. Orang sholat tanpa bersuci sholatnya tidak syah
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
a.
‫َال َيْقَبُل ُهَّللا َص َالَة َأَح ِد ُك ْم ِإَذ ا َأْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ‬
“Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadats sampai ia
berwudlu.” (HR. al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)
b.
}‫ {َال َيْقَبُل ُهللا َص َالَة أَح ِد ُك ْم ِإَذ ا َأْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ‬:‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬
Nabi saw. bersabda, “Allah tidak akan menerima shalat salah satu dari kalian jika ia
berhadas sampai ia berwudhu.” HR. imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam Abu Daud,
imam At-Tirmidzi, dan imam Ibnu Majah dari shahabat Abu Hurairah.
Istimbat Hukum
Hadits pertama menyatakan tidak syahnya sholat yang tidak didahului bersuci, termasuk
bersuci ialah: mandi janabat, wudhu, tayamum, istinja’ atau menghilangkan najis. Jadi hadits
pertama berisi perintah bersuci secara umum. Sedangkan hadits kedua khusus menekankan
pentingnya wudhu bagi yang berhadats kecil bila hendak melaksanakan sholat.
Berdasarkan kedua hadits tersebut dapat diambil konsepsi hukum bahwa fungsi thaharah
atau bersuci, baik bersuci dari hadats bersar maupun dari hadats kecil dann juga bersuci dari
najis mutlak perlu bagi orang yang hendak mengerjakan sholat agaar sholatnya syah.

E. ALAT THAHARAH
Alat untuk bersuci terdiri dari air, debu, dan batu atau benda padat lainnya.
1. Air
Air sebagai alat bersuci yang paling besar peranannya dalam kegiatan bersuci. Air yang
dapat digunakan untuk bersuci adalah :
a) Air Muthlaq yaitu air yang suci lagi mensucikan, seperti air mata air, air sungai, zam
zam, air hujan, salju, embun, air laut. Firman Allah dalam Al Qur-an surat Al
Anfal/8 : 11.

2
‫ِإۡذ ُيَغ ِّش يُك ُم ٱلُّنَع اَس َأَم َنٗة ِّم ۡن ُه َو ُيَنِّز ُل َع َلۡي ُك م ِّم َن ٱلَّسَم ٓاِء َم ٓاٗء ِّلُيَطِّه َر ُك م ِبِهۦ َو ُي ۡذ ِهَب َعنُك ۡم ِرۡج َز‬
‫َٰط‬
‫ٱلَّشۡي ِن َو ِلَيۡر ِبَط َع َلٰى ُقُلوِبُك ۡم َو ُيَثِّبَت ِبِه ٱَأۡلۡق َداَم‬
11. (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman
daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu
dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk
menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu). (QS. Al Anfal/8 : 11)
Al Qur-an surat Al Furqon ayat 48
‫ِتِه َو َأنَز ۡل َنا ِم َن ٱلَّسَم ٓاِء َم ٓاٗء َطُهوٗر ا‬
‫َو ُهَو ٱَّلِذٓي َأۡر َسَل ٱلِّر َٰي َح ُبۡش َۢر ا َبۡي َن َيَد ۡي َر ۡح َم ۚۦ‬
48. Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum
kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, QS.
Al Furqon/48 : 11)

b) Air Musta’mal yaitu air yang telah digunakan untuk wudhu dan mandi (HR.
Muttafa’alaih,dari Jabir). Hukumnya sama dengan air mutlak yaitu sah untuk
bersuci.
Adapun air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci antara lain:
1) Air Mutanajjis yaitu air yang sudah terkena najis, kecuali dalam jumlah yang
besar (minimal 2 kulah) dan tidak berubah sifat kemutlakannya yakni
berubah bau, rasa dan warnanya.
2) Air suci tetapi tidak mensucikan, seperti air kelapa, air gula (teh atau kopi),
air susu dan semacamnya.
Namun air yang bercampur dengan sedikit benda suci lainnya seperti bercampur
dengan sedikit sabun, kapur barus atau wewangian, selama tetap terjaga
kemutlakannya, maka hukumnya tetap suci dan dapat mensucikan. Sementara
jika campurannya banyak hingga tidak dapat disebut sebagai air mutlak bahkan
sudah disebut air sabun misalnya hukumnya suci tetapi tidak mensucikan.
2. Debu
Debu yang digunakan untuk bersuci atau bertayamum adalah debu yang suci dan kering.
Debu ini bisa terletak di tanah, pasir, tembok atau dinding.
3. Batu atau benda padat lainnya selain tahi dan tulang.
Debu, batu dan benda padat lainnya, seperti: daun, kertas, tisu, dan semacamnya,
digunakan khususnya ketika tidak ada air. Tetapi jika ada air yang bisa digunakan untuk
bersuci, maka disunahkan untuk lebih dahulu menggunakan air tersebut.

F. NAJIS DAN HADATS


Najis adalah segala kotoran seperti tinja, kencing, darah (termasuk nanah), daging babi,
bangkai (kecuali bangkai ikan, belalang dan sejenisnya), liur anjing, madzi, wadi dan
semacamnya. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah najis hakiki. Selain najis hakiki,
dikenal pula istilah najis hukmi atau hadats itu sendiri yakni sesuatu yang diperbuat oleh
anggota badan yang menyebabkan ia terlahang untuk melakukan shalat. Hadats ini ada 2
macam, yaitu hadats kecil dan besar. Yang termasuk hadats kecil adalah buang air besar dan
air kencing, kentut, menyentuh kemaluan tanpa pembatas dan tidur nyenyak dalam posisi
berbaring. Hadats besar seperti junub, nifas dan haid harus disucikan dengan mandi besar,
atau bila tidak memungkinkan untuk mandi maka cukup berwudlu atau tayamum.

G. MACAM-MACAM NAJIS

3
1. Najis Mukhofafah, yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan
dan minum selain ASI dan belum berumur dua tahun, dapat disucikan dengan cara
memercikkan air ke tempat yang terkena najis. Cara memercikkann air ini harus dengan
percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang terkena najis. Air yang
dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air kencing yang mengenai tempat tersebut.
Setelah itu barulah diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang
dipakai untuk menyucikan harus mengalir.
2. Najis Mutawassithah dapat disucikan dengan cara menghilangkan lebih dahulu najis
‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada lagi warna, bau dan rasan najis tersebut baru kemudian
menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.
3. Sebagai contoh kasus, bila seorang anak buang air besar di lantai ruang tamu,
umpamanya, maka langkah pertama untuk menyucikannya adalah dengan membuang
lebih dahulu kotoran yang ada di lantai. Ini berarti najis ‘ainiyahnya sudah tidak ada dan
yang tersisa adalah najis hukmiyah. Setelah yakin bahwa wujud kotoran itu sudah tidak
ada (dengan tidak adanya warna, bau dan rasa dan lantai juga terlihat kering) baru
kemudian menyiramkan air ke lantai yang terkena najis tersebut. Tindakan menyiramkan
air ini bisa juga diganti dengan mengelapnya dengan menggunakan kain yang bersih dan
basah dengan air yang cukup.
4. Najis mughalladhah dapat disucikan dengan cara membasuhnya dengan air sebanyak
tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum
dibasuh dengan air mesti dihilangkan terebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan
hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada lagi warna, bau dan rasa
najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang
terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air.
Untuk benar-benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuh dengan air
sebanyak tujuh kali basuhan dimana salah satunya dicampur dengan tanah (debu). Pencampuran
air dengan debu ini bisa dilakukan dengan tiga cara:
Pertama, mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian diletakkan pada tempat
yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebi utama dibanding cara lainnya.
Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan mencampur
keduanya, baru kemudian dibasuh.
Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya debu dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.

H. WUDHU
Dalil tentang wajibnya wudhu terdapat dalam
a) Q.S Al-Ma’idah/5 : 6
‫َٰٓيَأُّيَه ا ٱَّل ِذ يَن َء اَم ُن ٓو ْا ِإَذ ا ُقۡم ُتۡم ِإَلى ٱلَّص َلٰو ِة َفٱۡغ ِس ُلوْا ُو ُج وَهُك ۡم َو َأۡي ِدَيُك ۡم ِإَلى ٱۡل َم َر اِف ِق َو ٱۡم َس ُحوْا ِبُر ُء وِس ُك ۡم‬
‫َو َأۡر ُج َلُك ۡم ِإَلى ٱۡل َك ۡع َبۡي ِۚن‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki (Al Qur-an Surat Al Maidah/5 : 6)
b) Demikian pula hadis Nabi saw:
‫ِد‬ ‫َّل‬
:‫َّضأ‬
‫ال َيْق َبُل ال ُه َص الَة َأَح ُك ْم إَذا َأْح َدَث َح ىَّت َيَتَو‬
“Allah tidaklah menerima shalat salah seorang di antara kalian ketika ia berhadats sampai
ia berwudhu.”(HR.Al Bukhari,Muslim,Tirmidzi,Abu Daud dan Ahmad)

4
 Rukun dan Tata Cara Berwudhu menurut Sunnah Rasul
Yang dimaksud dengan rukun atau fardhu wudhu disini adalah sesuatu yang wajib
dikerjakan dalam berwudhu. Rukun wudhu didasarkan pada nash Q.S Al-Ma’idah/5 : 6,
oleh karena itu niat sebagai penentu diterima tidaknya sebuah amalan dan sunah Nabi
SAW yang senantiasa berwudhu secara tertib.
1. Membasuh wajah dengan perintah. ‫ُوُجوَهُك ۡم َفٱۡغ ِس ُلوْا‬
“maka basuhlah wajahmu!” dalam rukun wudhu masing cukup satu kali
2. Membasuh kedua tangan sampai siku satu kali. ‫َو َأۡي ِدَيُك ۡم ِإَلى ٱۡل َم َر اِفِق‬
“dan kedua tanganmu sampai siku!”
3. Mengusap kepala 1 kali dengan dasar ayat. ‫َو ٱۡم َس ُحوْا ِبُر ُء وِس ُك ۡم‬
“dan usaplah kepalamu!”
4. Membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki 1kali. ‫َو َأۡر ُج َلُك ۡم ِإَلى ٱۡل َك ۡع َبۡي ِۚن‬
“dan basuhlah kakimu sampai kedua mata kaki!”

Rukun wudhu ini hanya menunjukkan anggota wudhu yang minimal wajib dibasuh,
khususnya ketika sangat sulit dan terbatasnya air untuk bersuci. Namun ketika tidak
ada kesulitan atau tidak ada kendala terbatasnya air untuk bersuci maka disunahkan
utk berwudhu sesuai dengan tata cara Rasulullah secara lengkap.
Berikut tata cara berwudhu secara lengkap berdasarkan sunah rasul saw adalah sebagai
berikut:
1. Niat berwudhu karena Allah semata mengucapkan dengan bismillah. (H.R. Nasa’I &
Ibn Khuzaimah)
2. Membasuh tangan 3x sambil menyela-nyela jari jemarinya.
3. Berkumur-kumur secara sempurna sambil memasukan air ke hidung kemudian
menyemburkannya sebanyak 3x
4. Membasuh wajah 3x secara merata mengucek ujung bagian dalam kedua maat
5. Membasuh tangan kanan sampai siku 3x kemudian tangan kiri dengan cara yang
sama
6. Mengusap kepala sekaligus dengan telinga, cukup 1x
7. Membasuh kaki kanan sampai 2 mata kaki sambil menyela-nyela jemari sebanyak
3x, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama (H.R. Muttafaq’alayh, dari
Humran ra)
8. Tertib sesuai dengan keumuman lafal hadist “Mulailah dengan apa yang telah
dimulai Allah” HR Nasa’i, Ahmad & Dauquthni)
9. Membaca doa setelah wudhu.

، ‫ َالّٰل ُهَّم اْج َع ْلِنْى ِم َناالَّتَّو اِبْيَن‬.‫ َو َاْش َهُد َاَّن ُمَحَّم ًد اَع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬.‫َاْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهّٰللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه‬
‫َو ْج َع ْلِنْي ِم َن اْلُم َتَطِّهِر ْيَن‬،
“Saya bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan
saya bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah
jadikanlah saya orang yang ahli taubat, dan jadikanlah saya orang yang suci, dan
jadikanlah saya dari golongan hamba-hamba Mu yang shaleh.”

 Hal-hal yang membatalkan wudhu


Ada 5 hal yang bisa membatalkan wudhu:

5
1. Keluarnya sesuatu dari 2 lubang bawah, yakni kubul (lubang depan/kemaluan)
dan dubur (lubang belakang/pantat), baik karena berhadas kecil maupun berhadast
besar (junub). Yang termasuk hadast kecil yakni berak, kencing, kentut, madzi,
wadi dan istihadlhah. Istihadlhah adalah darah yang keluar dari wanita secara
terus menerus diluar waktu kelaziman darah haid dan nifas.
2. Tidur nyenyak dalam keadaan berbaring (terlentang).
3. Menyentuh kemaluan tanpa alas/pembatas.
4. Hilang akal, seperti gila, pingsan/mabuk.
5. Bersetubuh.
 Mengusap kedua khuf
Meskipun membasuh kaki termasuk dalam rukun wudhu, namun mengusap punggung
kedua khuf (sepatu panjang) adalah sebuah keringanan yang pernah dicontohkan oleh
Nabi SAW. (H.R. al-Tirmidzi dan Ahmad, dari Mughirah).
Dari hadist diatas dapat dipahami bahwa kebolehan mengusap khuf ini hanya bagi
orang yang memakai khuf disaat masih dalam keadaan suci, sedangkan masa berlakunya
adalah:
a) Apabila kedua atau salah satu khuf dilepas.
b) Habis masa berlakunya, yakni sehari semalam bagi yang mukim, dan 3 hari bagi
musafir.
c) Apabila berhadast besar (junub) yang menyebabkan ia harus mandi.

I. MANDI
Mandi atau biasa disebut mandi junub adalah membasahi seluruh badan dengan air suci .
Adapun hal-hal yang disunatkan untuk mandi anatara lain adalah ketika hendak menunaikan
sholat jumat, solat 2 hari raya /bagi yang berhaji mulai ketika hendak wukuf di Arafah,
sesudah memandikan jenazah dan hendak ihram.\
Tata Cara Mandi
Hal pertama yang penting dilakukan adalah berniat mandi karena allah semata dengan tanpa
dilisankan dan cukup membaca bismillah.
Tata Cara Mandi menurut Rasulullah saw adalah:
a) Mencuci kedua tangan.
b) Mencuci farji dengan tangan kiri.
c) Berwudlu seperti wudlu untuk shalat.
d) Menyiramkan air ke kepala secara merata(keramas) sambil mengucepkannya sampai
ke dasar kulit kepala,
e) Menyiramkan air ke seluruh badan sampai rata dimulai dari kanan kemudian kiri.
Selama wudlu tidak batal, maka setelah mandi boleh melaksanakan shalat tanpa
perlu berwudlu lagi.

J. TAYAMUM
Tayamum dilakukan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar bila ada halangan,seperti sakit
atau ketiadaan air untuk bersuci.Tayamum didasarkan pada ayat Al-Quran surat
Al-Nisa’/4:43:
‫َح َّتٰى‬ ‫َعاِبِري َس ِبيٍل‬ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا اَل َتۡق َر ُبوْا ٱلَّص َلٰو َة َو َأنُتۡم ُس َٰك َر ٰى َح َّتٰى َتۡع َلُم وْا َم ا َتُقوُلوَن َو اَل ُج ُنًبا ِإاَّل‬
‫َٰل‬ ‫ْۚا‬
‫َفَتَيَّمُم وْا‬ ‫َفَلۡم َتِج ُدوْا َم ٓاٗء‬ ‫د ِّم نُك م ِّم َن ٱۡل َغٓاِئِط َأۡو َم ۡس ُتُم ٱلِّنَس ٓاَء‬ٞ ‫َتۡغ َتِس ُلو َو ِإن ُك نُتم َّم ۡر َض ٰٓى َأۡو َع َلٰى َس َفٍر َأۡو َج ٓاَء َأَح‬
‫َص ِع يٗد ا َطِّيٗب ا َفٱۡم َس ُحوْا ِبُو ُجوِهُك ۡم َو َأۡي ِد يُك ۗۡم ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َع ُفًّو ا َغ ُفوًرا‬

6
43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam
keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang
dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Al-Quran surat
Al-Nisa’/4:43:
(Lihat pula ayat senada di dalam QS.Al-Maidah/5:6)
Berdasarkan Quran surat Al-Nisa’/4:43 dan QS.Al-Maidah/5:6 maka cara bertayamum adalah
sebagai berikut:
1. Mengucap bismillah sambil meletakan kedua telapak tangan di tanah (boleh di
dinding) kemudian meniup debu yang menepel di kedua telapak tangan tersebut.
2. Mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah satu kali, kemudian langsung
mengusapkan ke tangan kanan lalu kiri cukup sampai pergelangan telapak tangan,
masing masing satu kali.
 Hal hal yang Membatalkan Tayammum, adalah:
1) Semua hal yang membatalkan wudlu.
2) Menemukan air suci sebelum mengerjakan shalat.
3) Habis masa berlakunya, yakni satu tayammum untuk 1 shalat kecuali bila di
jama’.

K. Hikmah Thaharah
1. Menyempurnakan Nikmat agar Kita Bersyukur
Merangkum, dalam surat Al Maidah ayat 6, Allah berfirman, “…. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. QS. Al Maidah/5 : 6)
Ayat tersebut menjelaskan tentang langkah-langkah thaharah dalam berwudhu dan
tayamum. Di sana, terdapat penjelasan bahwa tujuan thaharah bukanlah hendak
menyulitkan manusia, melainkan untuk membersihkan diri dan menyempurnakan nikmat
Allah. Pada akhirnya, tujuan thaharah adalah agar manusia bersyukur kepada Rabb-Nya.
Allah menghendaki kita bersih dan suci, namun juga memberikan keringanan dengan
tayamum jika kita tidak mendapatkan air. Rukhsah atau keringangan untuk melakukan
tayamum ini termasuk dalam kesempurnaan nikmat dari Allah. Karena itu, manusia
hendaknya selalu bersyukur, dan menunjukkan rasa syukur dengan selalu taat dan
bertaqwa kepada Allah.
2. Kebersihan Diri yang Terjaga
Hikmah melakukan thaharah adalah menjadikan tubuh menjadi senantiasa bersih.
Sebagaimana nasihat Rasulullah, bahwa “Kesucian adalah sebagian dari iman”, badan
yang bersih menunjukkan kita adalah pribadi yang rajin berthaharah.
3. Kualitas Hidup Menjadi Meningkat
Ketika badan senantiasa bersih, maka akan memperkecil kemungkinan kita terserang
penyakit akibat kuman, virus atau bakteri. Inilah yang membuat hikmah melakukan
thaharah pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup manusia.
4. Kemuliaan Bagi Umat Islam
Dibandingkan umat lainnya, umat Islam dikenal dengan perhatiannya yang sangat besar
terhadap kebersihan. Misalnya dengan kebiasaan umat Islam untuk berwudhu dan mandi.
Bukan hanya penting bagi kemuliaan diri sendiri. Menjaga kebersihan juga menjadi cara

7
memuliakan orang lain. Tentunya tidak ada yang nyaman berinteraksi dengan orang yang
kotor dan jorok. Itu karena fitrah manusia sesungguhnya menyukai kebersihan, dan Islam
menekankan hal ini.

--000--

Anda mungkin juga menyukai