THAHARAH
Disusun Oleh:
Dosen:
Zulkhairi, M.A
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui fungsi thaharah dalam menjalankan ibadah kepada
Allah.
2. Untuk mengetahui makna bersuci dan bagaimana mulai mengamalkannya
untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.
3. Untuk mengetahui Apa manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga
diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu,
mandi, tayamum dan menghilangkan najis.1
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain
Nabi SAW juga bersabda:
1Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987. h 5
B. Syarat Wajib Thaharah
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada
hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum
melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.
C. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir
adalah taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air
mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin
adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti
dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.2
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam
bentuk yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
1. Wudhu
1) Pengertian Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti
membasuh anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air
mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan
rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.
2Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), h
9
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku,
dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al
maidah :6)
2) Syarat Wudhu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. Memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota
wudu, seperti cat, getah dsb.
3) Rukun Wudhu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut:
a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
b. Membasuh seluruh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir)
4). Sunah Wudhu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan
hal-hal yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai
berikut:
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e. Menyapu seluruh kepala
f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h. Membasuh anggota wudu tiga kali.
i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j. Membaca do’a sesudah wudu.
5). Hal yang membatalkan wudhu:
Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah
melakukan hal-hal seperti berikut:
a. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni)
atau dubur (anus), baik berupa angin maupun cairan (kentut,
kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)
b. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
c. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
d. Tidur dengan nyenyak
e. Hilang akal
2. Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu, (pasir, tanah) yang
suci karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut
istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan
sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu
atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air
disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43. Artinya : “Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan
tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An
Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak
wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada. Adapun syarat dan rukun,
sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah sebagai berikut:
1) Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib
dengan tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
2). Rukun Tayamum:
a. Niat
b. Mengusap debu ke muka
c. Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
d. Tertib
3). Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan
sunah-sunah tayamum sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu).
4) Hal yang membatalkan Tayamum
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
a. Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamu
b. Keadaan seseorang melihat air yang suci yang
mensucikan (sebelum salat)
c. Murtad (keluar dari agama Islam)
5) Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat.
Mandi wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
نويت غسل الجنابة لرفع الحدث الكبر فرضا هلل تعا لى
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena
Allah Ta’ala.’
6) Rukun mandi wajib:
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib,
diantaranya sebagai berikut :
a. Niat mandi wajib
b. Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
c. Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya
air ke badan.
7) Sunah Mandi Wajib:
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain:
a. Menghadap kiblat
b. Membaca basma
c. Berwudu sebelum mandi
d. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
e. Menggosok badan dengan tangan.
D. Fungsi Thaharah
Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :
1. Membiasakan hidup bersih dan sehat
2. Membiasakan hidup yang selektif
3. Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
4. Sebagai sarana untuk menuju surge
5. Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT
E. Manfaat Thaharah
1. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis
ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
2. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak
dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan
kebersihan.
3. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
4. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat
tidak mudah terjangkit penyakit.
5. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya,
maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan
disiplin.3
3Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara Ilmu,
2013. h 20
bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam penampungan. Para
ulama seringkali menyebut air jenis ini air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu ( - استعمل
)يستعملyang bermakna menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya
adalah air yang sudah digunakan untuk melakukan thaharah, yaitu
berwudhu atau mandi janabah.
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau
membasuh muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk
wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci
kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air
mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai
air musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah.
Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah
SAW yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu
antara lain :
4. Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang
atau benda yang najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa
memiliki dua kemungkinan hukum, bisa ikut menjadi najis juga atau bisa
juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari
apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda
yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan
jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar
mandi, secara logika bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita
akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis
juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis yang
besar dan jumlah volume air yang kecil.
Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan
benda najis itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama
membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya.
a) Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air
terkena atau kemasukan barang najis, maka hukum air itu iut
menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul Munzir dan Ibnul
Mulaqqin.
b) Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka
hukum air itu suci dan mensucikan. Baik air itu sedikit atau pun
banyak.4
4Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, (Surabaya: Mutiara
Ilmu, 2013), h 31.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang
(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat,
dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan
syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan
perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama
Islam dan sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah
adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air
digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk
bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas,
tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara
Ilmu, 2013.