Anda di halaman 1dari 17

Makalah Ujian Komprehensif PAI

THAHARAH

Disusun Oleh:

Yanti Murni (170503081)

Dosen:
Zulkhairi, M.A

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani.
Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya
tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran atau debu yang
menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan
rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja
bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-
rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam
yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari
hadas dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat
syahnya seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan
pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari
fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan
kebersihan dan kesucian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk
memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana
fungsi thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat
thaharah yang dapat umat muslim peroleh. Dengan demikian umat muslim akan
lebih tahu makna bersuci dan mulai mengamalkannya untuk peningkatan kualitas
ibadah yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi thaharah dalam menjalankan ibadah kepada Allah?
2. Apa makna bersuci dan bagaimana mulai mengamalkannya untuk
peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik?
3. Apa manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui fungsi thaharah dalam menjalankan ibadah kepada
Allah.
2. Untuk mengetahui makna bersuci dan bagaimana mulai mengamalkannya
untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.
3. Untuk mengetahui Apa manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga
diartikan mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu,
mandi, tayamum dan menghilangkan najis.1
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain
Nabi SAW juga bersabda:

َ ‫ ِم ْفتَا ُح الص ََّال ِة أَل َّطََ َه‬:‫قال عليه الصالة والسالم‬


ْ َّ‫ َوتَحْ ِل ْيلُهَا الت‬،‫ َوتَحْ ِر ْي ُمهَا الت َّ ْكبِي ُْر‬،ُ‫ارة‬
‫س ِل ْي ُم‬

Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah


takbir dan perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan


perempuan. Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad
saw, menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :

ْ ‫يض َوال ت َ ْق َربُوه َُّن َحتَّى َي‬


‫ط ُه ْرنَ فَإِذَا‬ ِ ‫سا َء ِفي ْال َم ِح‬ َ ‫يض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا ال ِِّن‬ ِ ‫َو َيسْأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح‬
)٢٢٢( َ‫ط ِ ِّه ِرين‬ َ َ ‫َّللاَ ي ُِحبُّ التَّ َّوابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬َّ ‫َّللاُ إِ َّن‬ ُ ‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن َحي‬
َّ ‫ْث أ َ َم َر ُك ُم‬ َ َ‫ت‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan
mencintai orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda:

)‫النظافة من االيمان (رواه مسلم‬


Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim).

1Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987. h 5
B. Syarat Wajib Thaharah
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada
hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum
melakukan perintah Allah SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

C. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir
adalah taharah/suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air
mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin
adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat, seperti
dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.2
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam
bentuk yaitu : wudhu, tayamum, mandi wajib dan istinjak.
1. Wudhu
1) Pengertian Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti
membasuh anggota badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air
mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil sesuai syarat dan
rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.

2Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), h
9
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan solat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku,
dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”(QS Al
maidah :6)
2) Syarat Wudhu :
Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. Memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota
wudu, seperti cat, getah dsb.
3) Rukun Wudhu:
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut:
a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.
b. Membasuh seluruh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir)
4). Sunah Wudhu:
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan
hal-hal yang disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai
berikut:
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e. Menyapu seluruh kepala
f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h. Membasuh anggota wudu tiga kali.
i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j. Membaca do’a sesudah wudu.
5). Hal yang membatalkan wudhu:
Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah
melakukan hal-hal seperti berikut:
a. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni)
atau dubur (anus), baik berupa angin maupun cairan (kentut,
kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)
b. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
c. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
d. Tidur dengan nyenyak
e. Hilang akal

2. Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu, (pasir, tanah) yang
suci karena tidak ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut
istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan
sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu
atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air
disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43. Artinya : “Dan jika kamu
sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan
tanganmu sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An
Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak
wajib mengulang sekalipun waktu salat masih ada. Adapun syarat dan rukun,
sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah sebagai berikut:
1) Syarat Tayamum:
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib
dengan tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
2). Rukun Tayamum:
a. Niat
b. Mengusap debu ke muka
c. Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
d. Tertib
3). Sunah Tayamum:
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan
sunah-sunah tayamum sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu).
4) Hal yang membatalkan Tayamum
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
a. Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamu
b. Keadaan seseorang melihat air yang suci yang
mensucikan (sebelum salat)
c. Murtad (keluar dari agama Islam)
5) Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat.
Mandi wajib adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki dengan disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :

َّ ‫َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَا‬


)٦( ‫ط َّه ُروا‬
Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)
Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

‫نويت غسل الجنابة لرفع الحدث الكبر فرضا هلل تعا لى‬
Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena
Allah Ta’ala.’
6) Rukun mandi wajib:
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib,
diantaranya sebagai berikut :
a. Niat mandi wajib
b. Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
c. Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya
air ke badan.
7) Sunah Mandi Wajib:
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain:
a. Menghadap kiblat
b. Membaca basma
c. Berwudu sebelum mandi
d. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
e. Menggosok badan dengan tangan.

8) Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib


Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi
wajib:
a. Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang
tidur maupun dalam keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia
bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia tidak wajib
mandi.
b. Selesainya haid bagi perempuan.
c. Selesai melahirkan.
d. Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
e. Meninggalnya seseorang (jenazah).
3. Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas.
Sedangkan menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia
yaitu dubur dan qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang
keluar dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.
1) Hal-hal yang dilarang ketika buang air:
a. Dilarang menjawab suara adzan
b. Dilarang menjawab salam
c. Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh
menjawab dengan suara keras
d. Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir
e. Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya
2) Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:
a. Air
b. Batu (jika tidak ada air)
c. Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
d. Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)
3) Tata cara istinja’:
a. Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih.
Membasuh tempat keluarnya najis dengan air hingga bersih
b. Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi
sebuah batu. Jika tidak ada batu dapat digunakan benda-benda lain
asal keset atau keras.

D. Fungsi Thaharah
Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :
1. Membiasakan hidup bersih dan sehat
2. Membiasakan hidup yang selektif
3. Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
4. Sebagai sarana untuk menuju surge
5. Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT

E. Manfaat Thaharah
1. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis
ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.
2. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak
dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan
kebersihan.
3. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
4. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat
tidak mudah terjangkit penyakit.
5. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya,
maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan
disiplin.3

F. Empat Keadaan Air Dalam Thaharah


Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait
dengan hukumnya untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di
dalam kitab fiqh, mereka membaginya menjadi 4 macam, yaitu :
1. Air Mutlaq
Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses
apapun. Air itu masih asli, dalam arti belum digunakan untuk bersuci,
tidak tercampur benda suci atau pun benda najis. Air mutlaq ini hukumnya
suci dan sah untuk digunakan bersuci, yaitu untuk berwudhu’ dan mandi
janabah. Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air yang suci
itu bisa digunakan untuk mensucikan. Diantara air-air yang termasuk
dalam kelompok suci dan mensucikan ini antara lain adalah :
 Air Hujan
 Salju
 Embun
 Air Laut
 Air Zam-zam
 Air Sumur atau Mata Air
 Air Sungai
2. Air Musta’mal
Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah
digsunakan untuk bersuci. Baik air yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di
tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas mandi janabah. Air bekas dipakai

3Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara Ilmu,
2013. h 20
bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam penampungan. Para
ulama seringkali menyebut air jenis ini air musta'mal.
Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu ( - ‫استعمل‬
‫ )يستعمل‬yang bermakna menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya
adalah air yang sudah digunakan untuk melakukan thaharah, yaitu
berwudhu atau mandi janabah.
Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau
membasuh muka atau bekas digunakan untuk keperluan lain, selain untuk
wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci tangan, cuci muka, cuci
kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air
mutlak yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai
air musta’mal, karena bukan digunakan untuk wudhu atau mandi janabah.
Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash dari Rasulullah
SAW yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu
antara lain :

Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW


bersabda,”Janganlah sekali-kali seorang kamu mandi di air yang diam
dalam keadaan junub. (HR. Muslim)

”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak


mengalir, kemudian dia mandi di dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi
dari air itu”. Dalam riwayat Abu Daud,”Janganlah mandi janabah di
dalam air itu. (HR. Muslim)

Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah


SAW melarang seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi
janabah laki-laki. Dan melarang laki-laki mandi janabah dengan air
bekas mandi janabah perempuan. Hendaklah mereka masing-masing
menciduk air. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas
Maimunah ra. (HR. Muslim)

Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi


dalam satu ember kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu
berkata isterinya, ”saya tadi mandi janabat, maka jawab Nabi SAW.:
”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.

3. Air Yang Tercampur Dengan Barang Yang Suci


Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci
atau barang yang bukan najis. Hukumnya tetap suci. Seperti air yang
tercampur dengan sabun, kapur barus, tepung dan lainnya. Selama nama
air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar dari
karakternya sebagai air mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun
tidak mensucikan.
Misalnya air dicampur dengan susu, meski air itu suci dan susu
juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah menghilangkan
sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang seperti ini tidak lagi
bisa dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak sah kalau
digunakan untuk berwudhu' atau mandi janabah. Meski pun masih tetap
suci.

4. Air Mutanajjis
Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang
atau benda yang najis. Air yang tercampur dengan benda najis itu bisa
memiliki dua kemungkinan hukum, bisa ikut menjadi najis juga atau bisa
juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari
apakah air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda
yang najis. Dan perubahan itu sangat erat kaitannya dengan perbandingan
jumlah air dan besarnya noda najis.
Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar
mandi, secara logika bila kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita
akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis atau ikut menjadi najis
juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis yang
besar dan jumlah volume air yang kecil.
Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan
benda najis itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, maka para ulama
membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya.
a) Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air
terkena atau kemasukan barang najis, maka hukum air itu iut
menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul Munzir dan Ibnul
Mulaqqin.
b) Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma
Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka
hukum air itu suci dan mensucikan. Baik air itu sedikit atau pun
banyak.4

4Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, (Surabaya: Mutiara
Ilmu, 2013), h 31.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang
(kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat,
dan benda-benda yang terbawa di badan. Taharah merupakan anak kunci dan
syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan
perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama
Islam dan sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah
adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air
digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah digunakan untuk
bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas,
tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari
yaitu membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika
hendak melaksanakan suatu ibadah.
DAFTAR PUSTAKA

H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif,


1987.

Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya: Mutiara
Ilmu, 2013.

Anda mungkin juga menyukai