Anda di halaman 1dari 13

THAHARAH, NAJIS DAN HADAS SERTA PEMBAGIANNYA

Oleh

1.Muhammad Idris(2044000079)

2.Naura Azla Gunawan(2044000082)

3.Sindi Ulandari(2044000092)

Program Studi

PENDIKKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS POTENSI UTAMA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikun Wr. Wb

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah
“Pendidikan Agama Islam” dengan judul “Thaharah, Najis, dan Hadas serta
pembagiannya”.

Terimakasih pula kami ucapkan kepada Bapak Teuku Shadrak selaku dosen yang
telah membimbing kami baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga
kami ucapkan kepada teman – teman mahasiswa/i yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh Karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan kami untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan para pembaca .

Terimaksih

Asaalamualaikum Wr.Wb

Medan, 24 Oktober 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
1. Macam-macam Thaharah
B. Pengertian Najis
1. Macam-macam Najis
C. Pengertian Hadas
1. Macam-macam Hadas
D. Hikmah Bersuci

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap muslim di perintahkan untuk selalu menjadi muslim yang memiliki

kepribadian yang bersih dan suci. Seperti yang di riwayatkan oleh HR. TIRMIZI

“Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : Sesungguhnya Allah SWT itu


suci yang menyukai hal – hal yang suci, Dia maha bersih yang menyukai
kebersihan, Dia maha mulia yang menyukai kemuliaan, Dia maha indah yang
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat – tempatmu”.

Dalam adagium ushul fiqh dijelaskan bahwa:


‫ما ال يتم الواجب اال به فهو واجب‬
“Suatu kewajiban yang tidak dapat semurna kecuali dengan adanya
sesuatu(perkara), maka sesuatu(perkara)tersebut juga menjadi wajib.”
Berikut akan di jelaskan tentang Thaharah, Hadas, Najis dan Pembagiannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Thaharah?
2. Apa itu Najis?
3. Apa itu Hadast?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam Thaharah
2. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam Najis
3. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam Hadast
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN THAHARAH

Makna dasar thaharah adalah kesucian kebersihan dan kemurnian. Sedangkan


pengertian thaharah menurut syara’ yaitu bersuci dari hadast dan najis untuk
mencari keridhaan Allah SWT.

Seperti yang di riwayatkan oleh HR. TIRMIZI

“Dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : Sesungguhnya Allah SWT itu


suci yang menyukai hal – hal yang suci, Dia maha bersih yang menyukai
kebersihan, Dia maha mulia yang menyukai kemuliaan, Dia maha indah yang
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat – tempatmu.”

Sebagai seorang muslim sebenar – benarnya muslim tentulah wajib hukumnya


tahu tentang bagaimana mensucikan diri (thaharah). Karena ibadah (sholat)
seseorang akan dianggap sah apabila mereka suci

Rasullah SAW bersabda yang artinya :

“Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci” (H. R. MUSLIM)

1. Macam-macam Thaharah

Bersuci dapat di bagi 2 yaitu bersuci dari Najis dan bersuci dari Hadats:

a.       Taharah dari najis, yang berlaku untuk badan, pakaian, dan tempat. Cara
menyucikannya dengan air yang suci dan menyucikan, yang biasa disebut air
mutlak.
b.        Taharah dari hadas, yang berlaku untuk badan, seperti mandi, wudu, dan
tayamum.
B. PENGERTIAN NAJIS

Najis adalah segala sesuatu yang bersifa indrawi dan di pandang kotor oleh
syariat, serta diperintahkan untuk bersuci terlebih dahulu jika hendak
melaksanakan ibadah (sholat).

Kotoran adalah segala sesuatu yang kotor atau tidak bersih. Tidak semua yang
kotor selalu dikatakan najis, misalnya daki di badan, ketombe di kepala, noda air
kopi atau sirop, dan sebagainya.
Perlu dibedakan antara najis dan hadats. Najis kadang kita temukan pada
badan, pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada badan.
Najis bentuknya konkrit, sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan
seseorang. Ketika seseorang selesai berhubungan badan dengan istri (jima’), ia
dalam keadaan hadats besar. Ketika ia kentut, ia dalam keadaan hadats kecil.
Sedangkan apabila pakaiannya terkena air kencing, maka ia berarti terkena najis.
Hadats kecil dihilangkan dengan berwudhu atau tayamum dan hadats besar
dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis tersebut hilang, maka sudah
membuat benda tersebut suci.
1. Macam-macam Najis

Ditinjau dari cara membersihkannya najis terbagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut

a. Najis mukhaffafah (najis ringan)

Adalah najis yang cara membersihkannya cukup dengan memercikkan air


dibagian yang terkena najis, meskipun bekas najisnya masih melekat.

Contoh dari najis ini adalah : air kencing bayi laki – laki yang masih meyusui.

b. Najis mutawassithah (najis pertengahan)

Adalah najis yang cara membersihkannya dengan menguyurnya dengan air


sampai bersih, menggosoknya dengan tanah atau benda lain atau dengan cara
lainnya.
Conth dari najis ini adalah : segala yang keluar dari libang depan atau lubang
belakang manusia dan hewan (kecuali air mani manusia), muntahan, darah,
bangkai (kecuali bangkai manusia, belalang dan ikan), dan minuman keras yang
cair.

c. Najis mughallazhah (najis berat)

Adalah najis yang cara membersihkanya dengan cara di samak, atau


mensucikannya sebayak 7 kali dan diantaranya satu kali menggunakan air yang
bercampur tanah.

Contah dari najis ini adalah : air liur atau kotoran anjing dan babi.

C. PENGERTIAN HADAST

Secara bahasa, hadas berarti kejadian atau peristiwa. Sedangkan menurut istilah


sayr‘i hadas  berarti kejadian-kejadian tertentu pada diri seseorang yang
menghalangi sahnya ibadah yang dilakukannya. Orang yang berhadas dan
mengerjakan salat, maka salatnya tidak sah.
Rasulullah saw. bersabda:
Artinya:  “Allah tidak akan menerima salat seseorang dari kamu jika berhadas,
sehinggaberwudu.” (HR. al Bukhari dan Muslim).
Hadast adalah sebush kondisi dan sifat maknawi yang seseorang untuk
melakukan shalat,tawaf dan sebagainya sebelum dia bebersuci.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) hadas adalah keadaan tidak suci
pada diri seorang muslimyang menyebabkan ia tidak boleh sholat, tawaf dan
sebagainya.

1. Macam-macam Hadast

Hadas terbagi menjadi 2 yaitu:


A. Hadas kecil

Hadas kecil adalah hadas yang cara mensucikannya dengan cara berwudhu atau
tayamum.

Wudhu adalah salah satu cara untuk mensucikan anggota tubuh dengan air.

Hukum wudhu terbagi menjadi 2 yaitu

Wajib

Pelaksanaan wudhu wajib dilakukan oleh umata muslim ketika hendak melakukan
shalat, tawaf di ka’bah dan menyentuh alquran.

Sunnah

Wudhu bersifat sunnah apabila akan mengerjakan hal – hal berikut ini :

bagi muslim yang selalu tampil dengan wudhu, hendak tidur ketika dalam
keadaan junub, sebelum mandi wajib, ketika hendak berhubungan badan suami
istri, ketika marah, ketika hendak melantunkan azan dan iqamat, ketika ziarah ke
makam nabi Muhammad SAW.

RUKUN WUDHU

Rukun wudhu terbagi menjadi 6 prihal, yaitu :

a. Niat

Adapun bacaan niat wudhu adalah sebagai berikut

“ nawaitu wudhu’a liraf’il hadatsil ashghari fardha lillahi ta’aala”

Yang artinya

“ aku berniat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu atas ku


karena allah SWT”

b. Membasuh seluruh bahagian wajah (meliputi bagian diantara telinga,


antara mulai tumbuhnya rambut diatas dahi hingga ke bawah dagu)
c. Membasuh kedua tangan hinnga siku
d. Mengusap sebagian dari rambut
e. Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki
f. Tertib yaitu teratur dan mendahulukan mana yang terlebih dahulu dan
menmengakhiri mana yang harus di akhirkan.

Tayamum

Tayamum mengacu pada tindakan mensucikan diri tanpa menggunakan air dalam
islam yaitu dengan menggunakan pasir atau debu.

Sebaiknya, orang yang masih bisa kemungkinan menemukan sumber air tidak
boleh melakukan tayamum.

Syarat tayamum

1. Sulit menemukan air


2. Debu ysng digunakan suci
3. Mengerti tatacara tayamum
Yaitu sebagai berikut
a. Membaca niat ( nawwaitu tayamuma listibaahatish sholaati fardhol lillahi
ta’alaa)
b. Memukul telapak tangan ke tanah
c. Mengusap telapak tangan ke wajah
d. Mengusap tangan kanan dengn tangan kiri dan sebaliknya
e. Tayamum dilakukan dalam waktu sholat
f. Mengetahui arah kiblat sebelum melakukan tayamum.

B. Hadast besar

Hadast besar adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang harus melakukan


mandi wajib seperti junub, haid, dan menyentuh mayit.

Adab, Niat, Dan Tata Cara mandi wajib

1. Niat dan Doa secara umum

Berikut adalah niat dan doa yang dapat menghilangkan hadast besar bagi laki –
laki dan perempuan

“ nawaitul ghusla liraf’il hadasil akbari fardhal lillahi ta’alaa”


Yang artinya:

“aku berniat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar fardha atasku
karena Allah SWT”

2. Niat dan doa setelah menstruasi

Setiap masa haid berakhir, setiap wanita diwajibkan mandi wajib.berikut adalah
niat mandi wajib bagi wanita yang selesai masa haid

“nawaitul ghusla liraf’il hadasil haidil lillahi ta’alaa”

Yang artinya

“aku berniat mandi wajib untuk menscikan hadas besar dari haid karena Allah
SWT.”

3. Membasuh tangan dengan air hingga 3 kali


4. Bersihkan semua najis yang menempel di tangan
5. Ambil wudhu seperti hendak shalat termasuk doa – doa nya
6. Mulai mandi besar dengan cara mengguyur kepala sebanyak 3 kali
7. Guyur badan sebelah kanan dan kiri masing – masing 3 kali, pastikan air
mengalir ke lipatan – lipatan kulit serta pangkal rambut.
8. Dari semua langkah – langkah diatas hal yang wajib dilakukan adalah
membersihkan najis dan menyiramkan air keseluruh tubuh. Sisanya adalah
sunnah muakkadah dengan keutamaan – keutmaan yang tidak boleh
dianggap sepele.

E.       Hikmah bersuci


Islam adalah agama yang cinta keindahan. Keindahan selalu identik dengan
kebersihan dan kesucian. Demikianlah sebuah hadits berbunyi “Kebersihan itu
sebagian dari iman”. Artinya keimanan belum tanpa adanya kebersihan. Baik
jasmani maupun rohani.Anjuran bersuci dalam Islam terjembatani dalam
pelaksanaan wudlu’ sebelum shalat. Demikian pula anjuran mandi sebelum
pertemuan jum’atan atau berkumpul tahunan dalam rangka shalat idul adha
maupun idul fitri. Begitu juga dengan anjuran memotong kuku, membersihkan
gigi, membersihkan pakaian dengan mencuci.
Kitab Fiqih Manhaji Madzhab Imam Syafi’I menerangkan adanya hikmah
dibalik anjuran tersebut diantaranya. 
1.         Menunjukkan fitrah Islam sebagai agama yang suci.
2.         Menjaga kehormatan dan kewibawaan seorang Islam. Karena manusia pada
dasarnya condong pada sesuatu yang bersih, suka berkumpul dengan orang-orang
yang bersih dan menjauhi sesuatu yang kotor. Maka perintah bersuci adalah jalan
menuju kehormatan dan kewibawaan Islam itu sendiri. Lebih-lebih ketika
bersinggungan dengan msyarakat lainnya.
3.         Menjaga kesehatan. Karena penyakit itu datang disebabkan kuman-kuman serta
bakteri-bakteri yang dibawa oleh kotoran, maka Islam menganjurkan umatnya
untuk menjaga kebersihan agar terhindar dari penyakit. Seperti mebersihkan
badan, mencuci muka, mencuci tangan, mencuci kaki, karena anggota yang
disebutkan merupakan tempat dimana kotoran yang menbawa penyakit itu
bersarang.
4.         Mempermudah diri mendekati Ilahi. Allah Tuhan Yang Mahas Suci senang akan
hal-hal yang suci. Karena itu keitka shalat untuk menghadapi-Nya haruslah dalam
keadaan suci secara lahir maupun batin.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.        Thaharah ialah suci dari hadats atau najis, dengan cara yang telah
ditentukan oleh syara’ atau menghilangkan najasah, mandi dan tayammum.
2.        Najis adalah segala sesuatu yang menjijikkan, baik yang bersifat hissy
(indrawi) maupun hukmi (secara hukum).
Macam-macam najis:
a.    Najis Mukhaffafah (najis yang ringan)
b.    Najis Mutawassitah (najis yang sedang)
c.    Najis Mugalladzah (najis yang berat)
3.        Hadats adalah perbuatan atau kejadian yang menyebabkan seseorang
secara hukum, dia itu tidak suci. Macam-macam cara bersuci dari hadats:
a.    Wudhu
b.    Mandi
c.    Tayammum.
4.        Pengajaran thaharoh dapat menggunakan cara demonstrasi sedangkan
materi najis dan hadats dengan metode diskusi agar peserta didik dapat lebih aktif
5.      Hikmah bersuci yaitu:
a.       Untuk menjaga kesehatan
b.      Mempertinggi harkat dan martabat manusia
c.       Salah satu syarat sah ibadah
DAFTAR PUSTAKA

Amir Abyan & Zainal Muttaqin, Pendidikan Agama Islam Fikih


Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, Semarang, Thoha Putra, 2008.

Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang,Toha Putra,1978.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas.


2009. Fiqih Ibadah. Jakarta: AMZAH.

Isnatin Ulfah. 2009. Fiqih Ibadah. Ponorogo: STAIN Press.

Abdul Rosyad Shiddiq. 2006. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Slamet, Suyono, Moh. 1998.  “Fiqih Ibadah”. Bandung: CV. Pustaka


Setia

Anda mungkin juga menyukai