Anda di halaman 1dari 12

MACAM MACAM THAHARAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Madzhab Syafi’i.
Dosen Pengampu Dr. H. Ahmad Hifni Ali, MA.

Disusun Oleh :
Maulida Luthfiyah Mulki
Sulistianingsih
Widia Agustin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL AULIA BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tidak lupa pula kami kirimkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqh
Madzhab Syafi’i. Dimana didalamnya membahas tentang pengertian thaharah, ketentuan
thaharah dan macam-macam thaharah.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi kami khususnya
dan bagi teman-teman mahasiswa pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca.

Bogor, 12 November 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar belakang masalah...................................................................................................3
B. Tujuan penulisan.............................................................................................................3
C. Manfaat penulisan...........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. Pengertian dan Ketentuan Thaharah .............................................................................4
B. Macam-macam Thaharah................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................7
PENUTUP..................................................................................................................................7
KESIMPULAN..........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain
rohani. Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci
sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT.
Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari kotoran
atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja
membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja
bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun
bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu
“Thaharah” mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.

B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan Pengertian dari Thaharah?
b. Jelaskan Ketentuan dari Thaharah?
c. Apa saja Macam-macam Thaharah?

C. Tujuan Penulisan
a. Memahami pengertian Thaharah
b. Mengetahui segala ketentuan Thaharah
c. Mengetahui Macam-macam Thaharah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Thaharah berasal dari bahasa arab yakni ‫رهط‬- ‫رهطي‬- ‫ةرهط‬ yang
artinya bersuci.
Thaharah berarti kebersihan dan kesucian dari berbagai kotoran atau
bersih dan suci dari kotoran atau najis yang dapat di lihat (najis hissi) dan najis
ma’nawi (yang tidak kelihatan zatnya) seperti aib dan kemaksiatan.
Sedangkan dalam buku yang lain secara etimologi “thaharah” berarti
“kebersihan” ketika dikatakan saya menyucikan pakaian maka yang
dimaksud adalah saya membersihkan pakaian. Dalam buku Fiqh ibadah
secara bahasa ath-thaharah berarti bersih dari kotoran-kotoran, baik yang kasat
mata maupun tidak.
Sedangkan menurut istilah atau terminologi thaharah adalah
menghilangkan hadas, menghilangkan najis, atau melakukan sesuatu yang
semakna atau memiliki bentuk serupa dengan kedua kegiatan tersebut.
Dalam buku yang lain mengatakan bahwa thaharah adalah bersih dari najis
haqiqi yakni khabast atau najis hukmi yakni hadast, devenisi yang dibuat oleh
mazhab maliki dan hambali sama dengan devenisi yang diguna kan oleh ulama
mazhab hanafi mereka mengatakan bahwa thaharah adalah menghilangkan apa
yang menghalangi sholat yaitu hadats atau najis dengan menggunakan air ataupun
menghilangkan hukumnya dengan tanah.

Al-Imam ibnu Qodamah al Maqdisi mengatakan bahwa thaharah memiliki


4 tahapan yakni :
1. Menyucikan lahir dari hadats, najis-najis, dan kotoran-kotoran.
2. Menyucikan anggota tubuh dari dosa dan kemaksiatan.
3. Menyucikan hati dari akhlak-akhlak tercela dan sifat-sifat buruk.
4. Menyucikan hati dari selain Allah.
Kebersihan lahir ialah bersih dari kotoran dan hadats, kebersihan dari
kotoran, cara menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat
ibadah, pakaian yang dipakai pada badan seseorang. Sedangkan kebersihan dari
hadats dilakukan dengan mengambil air wudhu dan mandi.
Thaharah dari hadats ada tiga macam yakni mandi, wudhu, dan
tayammum. Alat yang digunakan untuk mandi dan wudhu adalah air dan tanah
(debu) untuk tayammum.
Dalam hal ini air harus dalam keadaan suci lagi menyucikan atau di sebut
dengan air muthlak sedangkan tanah/debu harus memenuhi beberapa syarat yang
di tentukan.

B. Ketentuan Thaharah
Ketentuan dalam thaharah adalah menggunakan air yang suci dan
mensucikan, debu dan benda-benda padat yang diyakini tidak bernajis.
Alat yang digunakan dalam thaharah
1. Air, yang terbagi menjadi :
a. Air mutlak
Yaitu air yang suci lagi mensucikan terhadap lainnya. Misalnya air
hujan,air salju, air sumur, air laut, air sungai, air empang, air danau, atau
airtelaga.
b. Air musta’mal
Yaitu air yang telah dipakai untuk berwudhu atau mandi.
Hukumnya air semacam ini tetap bersuci lagi mensucikan.
c. Air suci tetapi tidak mensucikan
Yaitu air yang suci tetapi tidak dapat digunakan untuk berthaharah.
Air ini jika dilihat dari zatnya sendiri adalah suci, semisal air kelapa.
d. Air yang bernajis
Yaitu air yang tercampur dengan barang najis sehingga merubah
salah satu diantara rasa, warna atau baunya. Air semacam ini
tidak dapat dipergunakan untuk thaharah, baik untuk menghilangkan
hadast maupun menghilangkan najis.
2. Debu, yaitu debu atau tanah yang bersih, yang tidak bercampur dengan najis.
Seperti debu yang kita jumpai diatas almari, di dinding rumah, pada
dinding bagian dalam bis, kereta api, pesawat udara, pada mobil dan sebagainya.
3. Benda padat
Yaitu benda-benda padat yang suci dari asalnya lagi pula tidak terkena
najis semisal batu, batu merah, tanah kertas (padas), kayu kering, kertas resap
atau tisue dan sebagainya.

C. Macam-macam Thaharah

Terdapat dua macam thaharah yang perlu diketahui, diantaranya adalah:

 Thaharah ma'nawiyah

Thaharah ma'nawiyah adalah bersuci rohani. Berarti kita perlu


membersihkan diri dari segala penyakit hati seperti iri, dengki, riya dan sifat yang
dibenci Allah SWT lainnya.

Thaharah satu ini akan berkaitan dengan thaharah satunya. Sebab sebelum
melakukan thaharah satunya yang disebut thaharah hissiyah, kita tentunya harus
dalam keadaan bersih dan suci dari segala penyakit hati terlebih dahulu.

 Thaharah hissiyah

Thaharah hissiyah berarti bersuci jasmani atau membersihkan bagian


tubuh dari sesuatu yang terkena najis (segala jenis kotoran) dan jugahadas (kecil
dan besar).

Pada thaharah jenis ini, anak bisa melakukannya menggunakan air seperti
berwudhu, tayamum, atau mandi wajib

Adapun pengertian dari thaharah hissiyah seperti Wudhu, Mandi dan


Tayamum akan di jelaskan sebagai berikut :
1. Wudhu
a. Pengertian Wudhu
1) Bahasa
Kata wudhu' dalam bahasa Arab berasal dari kata al-
wadha'ah . Kataini bermakna al-hasan ‫حال‬M‫( نس‬yaitu kebaikan,
dan juga sekaligus bermaknaan-andzafah ‫اظنال‬MMMM‫ ةف‬yaitu
kebersihan.
2) Istilah
Sedangkan kata wadhuu' bermakna air yang digunakan
untukberwudhu'. Wudhu' adalah sebuah ibadah ritual untuk
mensucikan diri dari hadats kecil dengan menggunakan media
air.
Yaitu dengan cara membasuh atau mengusap beberapa
bagian anggota tubuh menggunakan air sambil berniat di dalam
hati dan dilakukan sebagai sebuah ritual khas atau peribadatan.
Bukan sekedar bertujuan untuk membersihkan secara fisik
atas kotoran melainkan sebuah pola ibadah yang telah
ditetapkan tata aturannya lewat wahyu dari langit dari Allah
SWT.
2. Mandi
a. Pengertian Mandi
Mandi dalam Bahasa Arab disebut dengan istilah al-ghusl.
Kata ini memiliki makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh.
Sedangkan secara istilah para ulama menyebutkan
definisinya yaitu :
Adapun kata janabah dalam bahasa Arab bermakna jauh
lawan dari dekat. Secara istilah fiqih, kata janabah menurut Al-
Imam AnNawawi rahimahullah berarti :
Janabah secara syar'i dikaitkan dengan seseorang
yang keluar mani atau melakukan hubungan suami istri disebut
bahwa seseorang itu junub karena dia menjauhi shalat masjid dan
membaca Al-Quran serta dijauhkan atas hal-hal tersebut.
Mandi janabah sering juga disebut dengan istilah 'mandi
wajib'. Mandi ini merupakan tata cara ritual yang bersifat ta’abbudi
dan bertujuan menghilangkan hadats besar.
b. Hal-hal Yang Mewajibkan Mandi Janabah
Para ulama menetapkan paling tidak ada 6 hal yang
mewajibkan seseorang untuk mandi janabah. Tiga hal di antaranya
dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Tiga lagi sisanya hanya
terjadi pada perempuan.
1. Keluar Mani
Keluarnya air mani menyebabkan seseorang mendapat janabah,
baik dengan cara sengaja seperti jima’ atau masturbasi,
maupun dengan cara tidak sengaja, seperti mimpi atau sakit.
2. Bertemunya Dua Kemaluan
Yang dimaksud dengan bertemunya dua kemaluan adalah
kemaluan laki-laki dan kemaluan wanita. Istilah ini disebutkan
dengan maksud persetubuhan (jima').
3. Meninggal
Seseorang yang meninggal dunia membuat orang lain wajib
untuk memandikan jenazahnya.
4. Haidh
Haidh atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar
terjadi pada seorang wanita dan bersifat rutin bulanan.
Keluarnya darah haidh itu justru menunjukkan bahwa tubuh
wanita itu sehat.
5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita
setelah melahirkan. Nifas itu mewajibkan mandi janabah,
meski bayi yang dilahirkannya itu dalam keadaan mati. Begitu
berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan atau
melahirkan maka wajib atas wanita itu untuk mandi janabah.
Hukum nifas dalam banyak hal lebih sering mengikuti hukum
haidh. Sehingga seorang yang nifas tidak boleh shalat puasa
thawaf di baitullah masuk masjid membaca Al-Quran
menyentuhnya, bersetubuh dan lain sebagainya.
6. Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak meski anak itu dalam
keadaan mati maka wajib atasnya untuk melakukan mandi
janabah. Bahkan meski saat melahirkan itu tidak ada darah
yang keluar. Artinya meski seorang wanita tidak mengalami
nifas namun tetap wajib atasnya untuk mandi janabah
lantaran persalinan yang dialaminya.
3. Tayammum
a. Pengertian
Secara bahasa tayammum itu maknanya adalah
bermaksud. Sedangkan secara syar’i maknanya adalah bermaksud
kepada tanah atau penggunaan tanah untuk bersuci dari hadats
kecil maupun hadats besar. Caranya dengan menepuk-nepuk kedua
tapak tangan ke atas tanah lalu diusapkan ke wajah dan kedua
tangan dengan niat untuk bersuci dari hadats.
Tayammum berfungsi sebagai pengganti wudhu’ dan
mandi janabah sekaligus. Dan itu terjadi pada saat air tidak
ditemukan atau pada kondisi-kondisi lainnya yang akan kami
sebutkan. Maka bila ada seseorang yang terkena janabah tidak
perlu bergulingan di atas tanah melainkan cukup baginya untuk
bertayammum saja. Karena tayammum bisa menggantikan dua hal
sekaligus yaitu membersihkan hadats kecil dan hadats besar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah
yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia terhubung dengan Allah SWT.
Tidak ada cara bersuci yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syari’at
Islam, karena syari’at Islam menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun
manusia masih dalam keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan
ibadah-ibadah lainnya yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula
membuang kotoran pada diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran
itu sangat menjijikkan bagi manusia.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari mungkin terdapat
kekurangannya. Untuk itu penulis menerima setiap saran yang membangun dari pembaca
agar makalah ini jadi lebih baik. Sekian terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Karim

Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta.

Almahira Az Zuhaili Prof. Dr .Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Depok.

Gema Insani. Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf

Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009

Al-Imam ibnu Qudamah Al Maqdisi. 2012Mukhtasar Minhajul Qasidin. Jakarta. DarulHaq.

Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarah Al Muhadzab,Pustaka Azzam, Jakarta , 2009, hlm234.

Anda mungkin juga menyukai