Thaharah
Dosen Pembimbing :
SAR'AN, M.A.
Disusun oleh :
1.Halimah
2.Nelvi Satri
3.Nia Amelia
JURUSAN TARBIYAH
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islam yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kita yaitu Bapak
SAR'AN, M.A . dan kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah inii buat untuk memenuhi tugas mata kuliah "Studi Hukum Islam" yang berjudul
"Thaharah" . Namun kami sangat sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan baik yang kami sengaja maupun tidak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca terutama bagi diri kami sendiri.
Akhir kata,
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
B. Alat-alat bersuci 3
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR KEPUSTAKAAN 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam,
bersuci dan segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan
yang penting terutama karena, diantaranya syarat-syarat sholat telah
ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib suci dari
hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Pembahasan
thaharah dalam literatur fiqh Islam selalu mengawali pembahasan sebelum
yang lainnya. Hal demikian menunjukkan bahwa bersuci termasuk ibadah
pokok yang diwajibkan, mengingat besarnya nilai kebersihan dan kesehatan di
dalamnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Thaharah
Hal ini dimaksudkan agar umat Islam menjadi umat yang sehat,baik sehat
badan maupun sehat lingkungan. Sebuah kenyataan bahwa hal yang kotor
dan najis sering kali menjadi timbulnya penyakit.inilah mengapa Islam
memerintahkan manusia agar menghindarkan diri dari sesuatu yang kotor
dan najis sekaligus melarang keras mengkonsumsinya.
Didalam ilmu Fiqh,thaharah itu terbagi kepada dua macam yaitu thaharah
ainiyyah dan thaharah hukmiyyah. Thaharah ainiyyah yang penyuciannya
tidak melampaui dari tempat sebabnya, seperti mencuci najis. Thaharah
hukmiyyah yang melampaui penyuciannya dari tempat sebabnya,seperti
kentut,ketika bersentuhan dengan bukan mahram.3
2. Macam-macam Thaharah
1
QS. Al-Baqarah:222
2
HR.Muslim
3
K.H.Muhammad Syafi'i Hadzami Taudhihul
( adillah,buku 3,tentang dalil-dalil thaharah ) h:6-7
2
a. Thaharah dari najis,yang berlaku untuk badan, pakaian,dan tempat.
Cara menyucikannya dengan air yang suci,yang biasa di sebut air
mutlak.
1. Air
Mengutip dari buku Fiqih Thaharah, air yang bisa digunakan untuk
thaharah adalah air suci yang menyucikan. Air ini disebut juga dengan air
mutlak.Air mutlak adalah air murni yang belum tercampuri oleh suatu
najis. Berdasarkan ayat dan hadist, ada beberapa jenis air mutlak yang
bisa digunakan untuk bersuci, di antaranya air hujan, air laut, air sungai,
air sumur, air es, dan air embun.
Air yang digunakan sebagai alat bersuci ini terbagi ke dalam empat
jenis. Mengutip Buku Panduan Sholat Lengkap (Wajib & Sunah) oleh
Saiful Hadi El Sutha, keempat air tersebut adalah air mutlak, air
musyammas, air musta'mal, dan air mutanajjis.5
a. Air Mutlak
Air mutlak adalah air murni yang tidak tercampur oleh zat apapun
atau masih dalam wujud penciptaannya. Air ini disebut dengan thahirun
muthahirun, yakni sesuatu yang suci lagi menyucikan.
4
HR. Ibn Majjah dan Baihaqi
5
Saiful Hadi El Sutha,Buku Panduan Sholat Lengkap (wajib & Sunnah)
3
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Air itu suci dan menyucikan, kecuali jika baunya, rasanya ataupun
warnanya berubah oleh najis yang masuk kepadanya." (HR al Baihaqi).6
Air mutlak terdiri dari air hujan, air sumur, air laut, air sungai, air
salju, air dari mata air, dan air embun.
b. Air Musyammas
c. Air Musta'mal
d. Air Mutanajjis
Air mutanajjis adalah air yang sudah terkena atau tercemar najis
dengan volume air kurang dari dua kulah atau kurang lebih 216 liter dan
tidak boleh digunakan untuk bersuci. Namun, apabila jumlahnya melebihi
dua kulah dan wana, rasa, baunya tidak berubah meskipun terkena najis,
maka boleh hukumnya bersuci dengan air ini.
2. Debu
6
HR. Al Baihaqi
7
Fiqih LIma Mazhab, karya Muhammad jasad mughniyah
4
3. Benda yang dapat menyerap kotoran
Selain air dan debu, alat thaharah selanjutnya adalah benda yang
dapat menyerap kotoran. Benda yang dimaksud dalam hal ini di antaranya
batu, tisu, kayu, dan sejenisnya. Dalam Islam, benda ini dikhususkan
untuk menghilangkan najis, seperti beristinja’.
Najis berasal dari bahasa Arab yang artinya kotoran,dan menurut istilah
adalah suatu benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan suatu
ibadah yang di tuntut harus dalam keadaan suci. Dalam hukum Islam ada tiga
macam najis,yaitu :
1. Najis Mukhfafah,yaitu najis ringan. Seperti air seni laki-laki yang belum
berumur dua tahun dan belum memakan apapun kecuali air susu. Cara
menyucikannya dengan memercikkan atau mengusapkan air yang suci
pada permukaan yang terkena najis.
3. Najis Mughalazah,yaitu najis yang berat. Najis ini bersumber dari anjing
dan babi. Cara menyucikannya nya melalui beberapa tahap, yaitu dengan
membasuh air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan debu.8
4. Najis yang di Maafkan ( Ma'fu), yaitu najis yang tidak perlu di basuh atau
dicuci.misalnya seperti bangkai hewan yang tidak mengalir
darahnya,darah dan nanah sedikit, debu.
8
Siti Nur Aidah(KITAB Tuntunan wudhu UNTUK ANAK) KBM Indonesia
5
D. Istinja' dan Adab membuang Air
1. Pengertian Istinja'
ِ ﺨَﺒﺎِﺋ
ﺚ َ ﺚ َواْﻟ
ِ ﺨْﺒ
ُ ﻋﻮُذ ِﺑﻚ ﻣﻦ اْﻟ
ُ ﺴِﻢ ﷲِ اﻟَّﻠُﮭَّﻢ إِّﻧﻲ َأ
ْ ِﺑ
Artinya: "Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari godaan iblis jantan dan
betina."
Tidak perlu menunda kotoran di dalam tubuh. Bisa bantu dengan mengelus
perut atau menekan area tertentu supaya lebih lancar. Supaya terhindar dari
penyakit akibat sisa kotoran yang menumpuk.
9
al-Fiqh al-Manhaji
10
K.H. Muhammad Syafi'i Hadzami Taudhihul
( adillah,buku 3, tentang dalil-dalil thaharah )h:12-13
6
6). Membaca doa keluar toilet.
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dari
tubuhku, dan mensehatkan aku."
11
Abu Muhammad Badruz-zaman al-Faraby(Pedoman Praktis dan Lengkap Shalat Khusus Wanita)
Yogyakarta,Hikam Pustaka 2017,
7
E. Macam-macam Hadas dan Cara Menyucikannya
12
Hadas ada dua macam yaitu, hadas kecil dan hadas besar.
1. Hadas Kecil
Yang dimaksud dengan hadas kecil ialah keadaan seseorang tidak suci
dan supaya ia menjadi suci maka ia harus wudhu atau jika tidak ada air
atau ada halangan maka diganti dengan tayammum.
2. Hadas Besar
c. Meninggal dunia
d. Haid
e. Nifas
12
Abu Muhammad Badruz-zaman al-Faraby(Pedoman Praktis dan Lengkap Shalat Khusus Wanita)
Yogyakarta,Hikam Pustaka, 2017, h:13
13
Abu Muhammad Badruz-zaman al-Faraby Pedoman
( Praktis dan Lengkap Shalat Khusus Wanita ) Yogyakarta,
8
F. Wudhu,Mandi dan Tayammum
1. Wudhu
Secara bahasa, pengertian wudhu adalah berasal dari kata wadha’ah yang
artinya hasan (baik, bagus) dan bahjah (indah atau elok). Sementara
pengertian wudhu menurut syara', mengutik dalam penjelasan dalam kitab Al-
Fiqh Al-Manhaji ala Madzhabis Syafi’i:
ﻦ اﻟُّﺰُھﻮﻣﺔ
َ واﻷْﻓﻮاِه ِﻣ
َ اﻷﯾِﺪي
َ ﻞَ ﺴ
ْ ﻏ
َ َأراد ِﺑِﮫ
"Tidak di terima oleh Allah shalat yang dikerjakan tanpa bersuci (berwudhu).
- Niat
- Islam
9
- Dengan air suci yang menyucikan
- Berkumur-kumur
- Tertib, berurutan
15
HASAN AYYUB,FIKIH IBADAH;Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah Rasul, (h:55-56)
10
16
e). Cara atau langkah-langkah berwudhu dengan benar.
2. Berkumur-kumur 3 kali.
2. Mandi
Mandi membasuh keseluruh anggota tubuh secara merata dengan air yang
suci dan menyucikan. Mandi menjadi salah satu syarat seseorang
mengerjakan shalat ketika orang tersebut berhadas besar.
-setelah melahirkan.
16
Arifin An Nakhrawie, (Praktis dan Lengkap Sholat Wajib dan Sunnah) h:30-31
17
Abu Muhammad Badruz-zaman al-Faraby(Pedoma Praktis dan Lengkap Shalat Khusus Wanita)
Yogyakarta,Hikam Pustaka 2017,h:30-33
11
2) Mandi yang di Sunnahkan, seperti:
-hendak ihram.
a. Niat
-membaca basmallah.
12
-membersihkan kemaluan.
-tertib, berurutan.
3. Tayammum
a. Syarat-syarat Tayammum.
b. Rukun Tayammum
-Niat bertayammum,
-Tertib,dimulai dengan niat lalu mengusap muka dan kedua belah tangan.
18
Ust. H. Fatkhur Rahman(Pintar Ibadah: Dilengkapi Tuntunan Shalat Wajib,Shalat Sunat,Zakat) h:44-45
13
c. Sunnah Tayammum.
-Membaca basmallah.
-Lalu letakkan kembali telapak tangan ke permukaan yang ada debu baru
usapkan ke tangan sampai siku sebanyak 2 kali.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah merupakan perintah agama untuk bersuci dari hadas dan najis.
Kedudukan bersuci dalam hukum Islam termasuk amalan yang penting
lantaran salah satu syarat sah salat adalah diwajibkan suci dari hadas dan najis.
Thaharah tak sekadar bersih-bersih badan. Tak setiap yang bersih pun
pasti sudah suci. Lebih dari itu, suci dari hadas adalah melakukannya dengan
berwudu, mandi, ataupun tayamum.Sementara suci dari najis yaitu bersih dari
kotoran yang ada di badan, pakaian, dan tempat.
B. Saran
Dengan demikian makalah ini Saya buat. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini banyak kekurangan terutama dalam segi penulisan. Untuk itu, Kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih baik
lagi dalam penulisan makalah yang selanjutnya.
15
DAFTAR KEPUSTAKAAN
16