Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FIKIH IBADAH

“THAHARAH, NAJIS DAN ISTINJA”

Dosen Pengampu: prof. Zaenuddin, S .Ag., M.A., M.A.

Asisten Dosen: Ali fauzi

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Erni Tristiani ( 12216047 )


2. . Nikmatus Sholiha ( 12216014 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONTIANAK

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang melimpah, Tuhan semesta alam, atas segala
rahmatdan karunianya yang tak terputus, tak terhitung. Shalawat dan salam atas
pemimpin kita Nabi Muhammad ‫وسلم عليه هالل صلى‬. Nabi dan Rasul paling mulia, yang
diutus Allah sebagai rahmatbagi semesta alam. Amma ba'du. Dalam penulisan makalah
ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen matakuliah dan teman-teman yang
telah membantu dalam menyelasaikan makalah ini.

Makalah ini kami membahas tentang “Tharhra, najis dan istinja”. Makalah ini
dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang thahrah najis dan istinja bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
kalangan khusus nya kepada teman-teman. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, karena masihbanyak kekurangan baik teknis penulis maupun
materi. Akhir kata, atas segala dukungan yang diberikan kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen matakuliah sehingga makalah ini disusun dengan baik.

Pontianak, 10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

C. Tujuan Pembelajaran ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2

A. Definisi Thaharah ........................................................................................... 2

B. Definisi Istinja ................................................................................................ 5

C. Tatacara beristinja .......................................................................................... 5

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 7

A. Kesimpulan .................................................................................................... 7

B. Saran .............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kaum muslimin sangat memperhatikan thaharah bahkan ulama fiqih
menganggap thaharah merupakan salah satu syarat pokok sahnya ibadah.
Thaharah sangatlah penting karena bisa menentukan sah atau tidaknya
seseorang dalam ibadah.Keberadaan thaharah mempengaruhi terhadap kualitas
ibadah seorang hamba.
Thaharah mendidik seseorang yang ditaklif syara’ untuk senantiasa
menjaga kebersihan dalam keseharian baik dalam bentuk lahiriyah maupun
batiniyah. Ibadah seseorang dipandang baik secara kualitas apabila ia beribadah
dalam keadaan bersih baik secara lahir maupun batin.
Thaharah erat kaitannya dengan rutinitas ibadah terutama shalat.
Seseorang yang hendak melaksanakan shalat maka ia wajib untuk
melaksanakan thaharah sebelumnya. Oleh karena itu, thaharah mempunyai
kedudukan penting dalam shalat yang menjadi rutinitas ibadah karena orang
yang khusyu sebelum shalat (thaharah) maka telah didapatkan baginya kunci
shalat.
B. Rumusan Masalah
1. Memaparkan definisi mengenai thaharah najis?
2. Menjelaskan tingkatan najis?
3. Memaparkan definisi istinja?
4. Menjelaskan tatacara melakukan istinja?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan thaharah najis!
2. Mengetahui apasaja tingkatan najis!
3. Mengetahui yang dimaksud dengan istinja!
4. Mengetahui tatacara melakukan istinja!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Thaharah
Tahahrah artinya bersuci menurut bahasa, dalamistilah tahahrah artinya
suci dari hadas dan najis, yakni keadaan suci setelah berwudu, tayammum, atau
mandi wajib. Dalil tahahrah tertulis dalam Quran aurah Al Baqarah ayat 222.
Allah SWT berfirman menyukai orang-orang yagbertaubat dan bersuci
“sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.” Selain itu dalam hadis riwayat muslim, Rasulullah SAW,
“Allah tidak menerima sholat yang tidak disertai dengan bersuci.”
Pembagian tahahrah ada dua, yakni bersuci dari hadas berupa melakukan
wudu, mandi dan tayammum. Kemudian bersuci dari najis berupa
menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian. Ada beberapa
media yang bisa digunakan, yakni air, debu yang suci, dan batu untuk diinjak.
(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5480457/pengertian-thaharah-
dalam-islam-dan-macam-macamnya ).
1. Thaharah najis
a. Najis mukhaffafah adalah najis yang ringan. Secara bahasa,
najis berasal dari Bahasa Arab an najasah yang artinya kotoran.
Menurut mazhab Asy-Syafi’iyah, najis adalah sesuatu yang
dianggap kotor yang menghalangi sahnya shalat tanpa ada hal
yang meringankan.
Contoh najis yang tergolong dalam najis mukhaffafah hanya
satu yakni air kencing bayi laki-laki yang belum berumur dua
tahun dan belum makan atau minum sesuatu kecuali air susu
ibunya (ASI).
Cara menyucikan najis mukhaffafah ialah dengan
memercikkan air pada benda yang terkena najis mukhaffafah itu.

2
3

Yang dimaksud dengan memercikkan air ialah cukup dengan


percikan air yang tidak dituntut percikan itu sampai
menimbulkan air mengalir. Hal ini berbeda dengan membasuh
karena kalau membasuh dituntut air itu sampai mengalir.
Berbeda dengan air kencing bayi perempuan. Air kencing
bayi perempuan yang belum makan sesuatu kecuali air susu
ibunya tidak dianggap najis mukhaffafah tetapi najis
mutawasithah. Cara menyucikannya adalah dengan membasuh
benda yang terkena najis itu dengan air sampai hilang sifat,
warna, dan baunya.
Perbedaan ketentuan air kencing bayi laki-laki dan
perempuan tersebut dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam
hadistnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An Nasai.
"Bekas air kecing bayi perempuan harus dicuci dan bekas air
kencing bayi laki-laki cukup diperciki dengan air."
(https://kumparan.com/berita-hari-ini/najis-mukhaffafah-
pengertian-contoh-dan-cara-menyucikannya-
1w521T0WLAX/ful).
b. Muttawassitah
Najis mutawassithah adalah najis sedang. Yang termasuk
dalam najis mutawassithah adalah selain dari najis
mughalladhah dan mukhaffafah. Najis mutawassithah terbagi
menjadi dua jenis dengan contoh dan cara membersihkan yang
berbeda, yakni:
1) Najis ‘Ainiyah
Najis ‘ainiyah adalah najis yang memiliki warna,
bau dan rasa. Contohnya adalah tahi, bangkai hewan,
dan darah. Cara mensucikannya dengan mencucinya
4

sampai warna, bau, dan rasanya hilang. Kemudian


disiram dengan air yang suci.
2) Najis Hukmiyah
Najis hukmiyah adalah najis yang tidakt terlihat
wujudnya, namun masih berhukum najis. Misalnya air
kencing yang sudah kering. Cara mensucikannya dengan
mengallirkan air yang suci pada tempat atau barang yang
terkena najis. (https://www.detik.com/jatim/berita/d-
6273487/diingat-ingat-rek-3-macam-najis-dan-cara-
menyucikannya )
c. Najis Mughallazah
adalah najis yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil
yang pasti (qat’it). Menurut ajaran islam najis berat itu berasal
dari anjing dan babi. Hal ini berdasarkan Al-Qur’an surrah Al-
An’aam aayat 145, artinya Katakanlah, "Tidak kudapati di
dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan
memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali (daging)
hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi
karena ia najis, atau yang disembelih secara fasik, (yaitu) dengan
menyebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa pun yang
terpaksa bukan karena menginginkannya dan tidak melebihi
(batas darurat), maka sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Jika sesuatu itu terkena najis Mughallazah, maka cara
mensucikannya yaitu dengan mencucinya sampai tujuh kali dan
salah satunya dicampur dengan debu atau tanah. Tanah di sini
tidak boleh diganti dengan bahan lainnya misal sabun, deterjen,
atau yang lainnya. Kemudian membasuh atau mengalirkan air
suci pada sesuatu yang terkena najis tersebut.
5

(https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6650149/macam-
macam-najis-dan-cara-
mensucikannya#:~:text=Mensucikan%20dari%20Najis%20Mu
ghallazah,%2C%20deterjen%2C%20atau%20yang%20lainnya
B. Definisi Istinja
Dalam ilmu fiqih, istinja adalah membersihkan sesuatu (najis) yang keluar
dari qubul atau dubur menggunakan air atau batu dan benda sejenisnya yang
bersih dan suci. Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab
Jilid 1 menjelaskan, istilah ini disebut juga dengan istithabah atau istijmar.
Hanya saja, istijmar biasanya dikhususkan untuk istinja dengan batu. Istijmar
sendiri diambil dari kata al-jimar yang berarti kerikil kecil. Sedangkan, disebut
juga dengan istithabah karena dampak yang ditimbulkannya (membersihkan
kotoran) membuat jiwa terasa nyaman.
(https://news.detik.com/berita/d-5657528/istinja-pengertian-hukum-dan-tata-
caranya ).
C. Tatacara beristinja
Ada tiga macam cara beristinja menurut syariat Islam, yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan tiga buah batu atau tiga lembar tisu. Namun apabila
masih belum bersih, maka ditambah lagi hingga ganjil, lima, tujuh, dan
seterusnya. Ini dilakukan apabila tidak ada air atau ada air yang tersedia,
namun disediakan untuk minum.
2. Menggunakan air bersih.
3. Menggunakan tiga lembar tisu terlebih dahulu, dan diakhiri dengan
menggunakan air. Cara istinja yang ketiga ini adalah yang terbaik.
Adapun adab istinja menurut syariat Islam, yaitu:

1. Membaca doa saat masuk toilet


2. Masuk toilet dengan mendahulukan kaki kiri.
6

3. Membuang kotoran kita pada lubang kakus, bukan di dinding atau di


lantai toilet.
4. Duduk saat buang air kecil, apalagi buang air besar.
5. Mentuntaskan keluarnya kotoran.
6. Melakukan istinja menggunakan tangan kiri.
7. Membaca doa ketika keluar dari toilet.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahahrah artinya bersuci menurut bahasa, dalamistilah tahahrah artinya suci
dari hadas dan najis, yakni keadaan suci setelah berwudu, tayammum, atau
mandi wajib. Dalil tahahrah tertulis dalam Quran aurah Al Baqarah ayat 222.
Kemudian bersuci dari najis berupa menghilangkan najis yang ada di badan,
tempat dan pakaian. Ada beberapa media yang bisa digunakan, yakni air, debu
yang suci, dan batu untuk diinjak.
1. Thaharah najis
a. Najis mukhaffafah adalah najis yang ringan.
b. Najis mutawassithah adalah najis sedang.
1) Najis ‘ainiyah adalah najis yang memiliki warna, bau dan
rasa.
2) Najis hukmiyah adalah najis yang tidakt terlihat
wujudnya, namun masih berhukum najis.
c. Najis Mughallazah adalah najis yang kenajisannya ditetapkan
berdasarkan dalil yang pasti (qat’it). Menurut ajaran islam najis
berat itu berasal dari anjing dan babi.

Definisi Istinja Dalam ilmu fiqih, istinja adalah membersihkan sesuatu


(najis) yang keluar dari qubul atau dubur menggunakan air atau batu dan benda
sejenisnya yang bersih dan suci.

Tatacara beristinja Ada tiga macam cara beristinja menurut syariat Islam,
yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan tiga buah batu atau tiga lembar tisu. Namun apabila
masih belum bersih, maka ditambah lagi hingga ganjil, lima, tujuh, dan
seterusnya. Ini dilakukan apabila tidak ada air atau ada air yang tersedia,
namun disediakan untuk minum.

7
8

2. Menggunakan air bersih.


3. Menggunakan tiga lembar tisu terlebih dahulu, dan diakhiri dengan
menggunakan air.
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhhnya bahwa makalah ini memiliki
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat menghargai
kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki kualitasnya dimasa yang
akan datang penulis juga berharap agar pembaca dapat.memahami dengan baik
isi makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Putri Yasmin. Pengertian Thaharah dalam Islam dan Macam-macamnya. (2021).


Diakses pada 10 Oktober 2023 dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-
5480457/pengertian-thaharah-dalam-islam-dan-macam-macamnya

Najis Mukhaffafah: Pengertian, Contoh, dan Cara Menyucikannya. (2021). Diakses


pada 10 Oktober 2023 dari https://kumparan.com/berita-hari-ini/najis-
mukhaffafah-pengertian-contoh-dan-cara-menyucikannya-1w521T0WLAX/ful

Dina Rahmawati. Diingat-ingat Rek! 3 Macam Najis dan Cara Menyucikannya. (2022).
Diakses pada 10 Oktober 2023 dari https://www.detik.com/jatim/berita/d-
6273487/diingat-ingat-rek-3-macam-najis-dan-cara-menyucikannya

Farah Ramadanti. Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya. (2023). Diakses


pada 10 Oktober 2023 dari https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-
6650149/macam-macam-najis-dan-cara-
mensucikannya#:~:text=Mensucikan%20dari%20Najis%20Mughallazah,%2C
%20deterjen%2C%20atau%20yang%20lainnya

Kristina. Istinja: Pengertian, Hukum, dan Tata Caranya. (2021). Diakses pada 10
Okotober 2023 dari https://news.detik.com/berita/d-5657528/istinja-pengertian-
hukum-dan-tata-caranya

Anda mungkin juga menyukai